Analisis Gejala Gangguan Mental Emosional Penduduk Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
Gangguan Mental Emosional pada Masyarakat di Rancabuaya Shelly Iskandar 1, Arifah Nur Istiqomah 1. Abstrak

BAB 3 METODE PENELITIAN

No Variabel Kategori 1 Karakteristik Demografi dan Ekonomi Umur

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

Bab III. Metode Penelitian. menggunakan desain survey deskriptif. Penelitian survey deskriptif adalah

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional. Tempat

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambaran Kohor Gangguan Mental Emosional Berdasarkan SRQ-20 pada Penduduk Kelurahan Kebon Kalapa Bogor

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

ARTIKEL IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR RISIKO STRES DAN VARIABEL SOSIODEMOGRAFI BERDASARKAN SURKESDA NANGGROE ACEH DARUSSALAM 2006

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

Besaran disabilitas merupakan salah satu

Menuju Jawa Barat Bebas Pasung: Komitmen Bersama 5 Kabupaten Kota

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

ABSTRAK PREVALENSI GANGGUAN CEMAS PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 DENPASAR

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

Hubungan Gangguan Mental Emosional dengan Hipertensi pada Penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

BAB 3 METODE PENELITIAN Disain Penelitian Disain penelitian yang digunakan adalah metode survei yaitu dengan rancangan cross-sectional.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. faktor risiko lain yang berperan terhadap kejadian kehamilan tidak diinginkan

METODE. Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian Variabel

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN

ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, keduanya saling berkaitan, individu

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014)

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KATARAK PADA PASIEN YANG BEROBAT DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT, KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK ANAK PUTUS SEKOLAH DI JAWA BARAT DENGAN REGRESI LOGISTIK

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Hubungan di antara merokok dengan tingkat kecemasan di kalangan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN DEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA TENAGA EDUKATIF TETAP DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masyarakat, termasuk di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang

Kata Kunci: Sekolah Engagement, metode deskriptif, Convenience sampling.

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK PASIEN USIA LANJUT DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 AGUSTUS JANUARI 2010

UNIVERSI MEDAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki beberapa aspek yang saling berkaitan, yaitu jasmani,

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi. 1 Menurut

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Dalam penelitian

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU BERSALIN TERHADAP METODE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK KOTA BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental

ABSTRAK STUDI DESKRIPTIF MENGENAI DERAJAT KECEMASAN PADA SISWA KELAS XI SMA SANTA MARIA I KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. muda dan mulai muncul pada usia anak-anak. Satu dari sepuluh anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT AWAM TERHADAP PENDERITA HIV/AIDS DI KELURAHAN PETISAH TENGAH TAHUN 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA KELAS VIII SMP NAWA KARTIKA ISLAMIC BOARDING SCHOOL DENGAN SMP NEGERI 1 WONOGIRI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. pada saat yang sama usia onset depresi menjadi semakin muda. WHO

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

GAMBARAN PENGETAHUAN PENCABUTAN GIGI SISWA SMA NEGERI 1 SANG TOMBOLANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS EKONOMI TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG DI APOTEK X KOTA PANGKALPINANG

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

GAMBARAN DEPRESI PADA LANJUT USIA. Oleh: EVA CHRISTINE SARAGIH

Kata Kunci: Pengetahuan, Sumber Informasi, Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

TINGKAT STRES PADA CAREGIVER PASIEN GANGGUAN JIWA PSIKOTIK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK.

Transkripsi:

Artikel Penelitian Analisis Gejala Gangguan Mental Emosional Penduduk Indonesia Sri Idaiani, Suhardi, Antonius Yudi Kristanto Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Abstrak: Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi gangguan mental emosional penduduk Indonesia yang berusia >15 tahun sebesar 11,6%. Gangguan mental emosional merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan individu mengalami suatu perubahan emosional yang dapat berkembang menjadi keadaan patologis apabila terus berlanjut, sehingga perlu dilakukan antisipasi agar kesehatan jiwa masyarakat tetap terjaga. Untuk itu, diperlukan gambaran mengenai gejala mental emosional yang dialami masyarakat melalui karakteristik sosiodemografi yang mempengaruhinya serta berdasarkan ranah kelompoknya. Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya besaran gejala gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia. Penelitian ini merupakan survei kesehatan jiwa pada Riskesdas 2007 yang dilaksanakan di 33 provinsi di Indonesia yang terdiri dari 438 kabupaten/ kota. Kriteria inklusi anggota rumah tangga yang dinilai kesehatan jiwanya adalah minimal berusia 15 tahun dan bersedia mengikuti penelitian. Penilaian kesehatan jiwa dilakukan melalui wawancara oleh petugas pewawancara dengan menggunakan kuesioner self reporting questionnaire (SRQ) yang terdiri dari 20 butir pertanyaann. Apabila menjawab minimal 6 jawaban ya, maka responden diidentifikasi mengalami gangguan mental emosional. Program statistik yang digunakan adalah SPSS versi 15.0 dengan metode complex samples. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa gejala terbanyak yang dialami masyarakat adalah gejala somatik, meskipun yang berperan terhadap gangguan mental emosional adalah gejala depresi, antara lain tidak mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam hidup, mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup, merasa tidak berharga, pekerjaan sehari-hari terganggu dan merasa sulit menikmati kegiatan sehari-hari. Karakteristik yang paling kuat pengaruhnya terhadap gangguan mental emosional adalah usia lanjut. Kata kunci: gangguan mental emosional, Riskesdas, SRQ 473

Analysis of Mental Emotional Disorder Symptoms in Indonesian People Sri Idaiani, Suhardi, Antonius Yudi Kristanto National Institute of Health Research and Development Indonesia Ministry of Health Abstract: Based on 2007 Basic Health Research (Riskesdas), the prevalence of mental emotional disorder among Indonesian people aged >15 years was 11.6%. Mental emotional disorder is a condition which indicated an emotional changed of a person and could grow into a pathologic condition if it continues. Prevention actions should be taken to maintain the mental healthiness of a community. A description of mental emotional symptoms experienced by a community is needed through sociodemographic characteristics influenced and symptoms analysis based on the community. The main aim of this study was to undertake the magnitude of mental emotional symptoms of Indonesian population. A mental health survey was conducted within the Riskesdas 2007 frame, in 33 provinces in Indonesia, which consisted of 438 districts or cities. The inclusion criterion were age 15 years or older and were willing to participate in the research. Mental health assessment was done through interviews using self reporting questionnaire (SRQ), consisted of 20 questionnaire items. If there were at least 6 yes answers, a respondent was considered to have a mental emotional disorder. SPSS 15.0 version was used and analysis was done with complex samples method. It was concluded that the most symptoms experienced by most people were somatic symptoms, although depression symptom was the main symptom of mental emotional disorder (e.g. could not perform useful things in life, having thoughts to end life or feel useless, have work disturbance, and difficult to enjoy daily activities). The elderly had the strongest association with mental emotional disorder. Keywords: mental emotional disorder, Riskesdas, SRQ Pendahuluan Pada tahun 1993, World Bank dan World Health Organization (WHO) menemukan metode pengukuran baru yang disebut global burden of disease. Metode ini tidak terlalu memberikan fokus pada kematian, tetapi juga pada kesakitan, dengan demikian kesehatan mental menjadi salah satu masalah yang berperan dalam global burden of disease tersebut. Tahun 2000 diperoleh data gangguan mental sebesar 12%, tahun 2001 meningkat menjadi 13% dan diprediksi pada tahun 2020 menjadi 15%. 1 World Health Report (WHO) 2001 menyebutkan bahwa gangguan meuropsikiatri merupakan penyumbang sepertiga disabilitas yang dinilai dengan disability adjusted life years (DALYs). 2 Meskipun gangguan jiwa mempunyai kontribusi yang berarti, belum semua penderita yang mengalaminya memperoleh pengobatan oleh karena masih terdapat stigma, tidak mampu berobat dan belum semua negara memiliki kebijakan di bidang kesehatan jiwa. 1,2 Untuk menyusun program kesehatan jiwa, selayaknya didukung oleh data penelitian. Data prevalensi pada masyarakat sangat penting bagi penyusunan program serta perencanaan kesehatan yang di dalamnya meliputi pembiayaan kesehatan jiwa. Salah satu cara mendapatkan data yang cukup baik dengan cara yang relatif murah, mudah dan efektif adalah dengan menggunakan alat ukur self-reporting questionnaire (SRQ). Dikatakan murah karena dapat dilakukan dalam waktu yang cukup singkat serta tidak memerlukan sumber daya manusia khusus untuk menilainya. SRQ efektif karena memiliki validitas yang cukup baik dalam hal sensistivitas dan spesifisitasnya. 1 SRQ adalah kuesioner yang dikembangkan oleh WHO untuk skrining gangguan psikiatri dan keperluan penelitian yang telah dilakukan di berbagai negara. SRQ banyak digunakan di negara-negara yang sedang berkembang dan tingkat pendidikan penduduknya masih rendah. Selain itu SRQ juga sangat cocok digunakan di negara yang penduduknya masih banyak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah. 1,3 Berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, yang menggunakan SRQ untuk menilai kesehatan jiwa penduduk, prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia yang berusia >15 tahun sebesar 11,6%. 4 Gangguan mental emosional merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan individu mengalami suatu perubahan emosional yang dapat berkembang menjadi 474

keadaan patologis apabila terus berlanjut sehingga perlu dilakukan antisipasi agar kesehatan jiwa masyarakat tetap terjaga. Istilah lain gangguan mental emosional adalah distres psikologik dan distres emosional. Untuk itu diperlukan gambaran mengenai gejala mental emosional yang dialami masyarakat melalui karakteristik latar belakang yang mempengaruhinya. Atas dasar hal tersebut di atas, tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya besaran gejala gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia menggunakan kuesioner SRQ. Tujuan khususnya adalah dinilainya faktor risiko sosiodemografi individu dengan gangguan mental emosional, diketahuinya gejala yang banyak dialami penduduk usia >15 tahun dan pada kelompok yang mengalami gangguan mental emosional, serta diidentifikasinya kelompok yang mengalami gejala gangguan kognitif, cemas, depresi, somatik dan penurunan energi. Metode Penelitian ini merupakan analisis lanjut data Riskesdas 2007. Riskesdas tersebut dilaksanakan di 33 provinsi di Indonesia yang terdiri dari 438 kabupaten/kota. Riskesdas 2007 adalah sebuah survei yang dilakukan secara potong lintang (cross sectional). Desain tersebut terutama dimaksudkan untuk menggambarkan masalah kesehatan penduduk di seluruh pelosok Indonesia secara menyeluruh, akurat dan berorientasi pada kepentingan para pengambil keputusan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Populasi Riskesdas 2007 adalah seluruh anggota rumah tangga atau individu di seluruh pelosok Indonesia. Populasi sumbernya adalah anggota rumah tangga yang berasal dari rumah tangga terpilih pada blok sensus. Sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga dalam Riskesdas 2007 identik dengan daftar sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga Susenas 2007. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa metodologi penghitungan dan cara penarikan sampel untuk Riskesdas 2007 identik pula dengan two stage sampling yang digunakan dalam Susenas 2007. Dari setiap kabupaten/kota yang masuk dalam kerangka sampel kabupaten/kota diambil sejumlah blok sensus yang proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/ kota tersebut. Kemungkinan sebuah blok sensus masuk ke dalam sampel blok sensus pada sebuah kabupaten/kota bersifat proporsional terhadap jumlah rumah tangga pada sebuah kabupaten/kota (probability proportional to size). Bila dalam sebuah blok sensus terdapat lebih dari 150 (seratus lima puluh) rumah tangga, maka dalam penarikan sampel di tingkat ini akan dibentuk sub-blok sensus. Secara keseluruhan, berdasarkan sampel blok sensus dalam Susenas 2007 terdapat 17 357 (tujuh belas ribu tiga ratus lima puluh tujuh) sampel blok sensus. Riskesdas dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2007 untuk 28 provinsi. Lima provinsi lainnya, yaitu Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Irian Jaya Barat baru dapat dilaksanakan pada bulan September sampai November 2008. Perbedaan waktu pelaksanaan tersebut oleh karena letak geografis yang sulit serta anggaran yang terbatas. Riskesdas terintegrasi dengan Survei Sosial Ekonomi Nasional 2007 (Susenas 2007). Kriteria inklusi adalah anggota rumah tangga pada rumah tangga terpilih di blok sensus terpilih pada Susenas 2007. Responden yang dinilai kesehatan jiwanya minimal berusia 15 tahun dan bersedia mengikuti penelitian. Penilaian kesehatan jiwa dilakukan melalui wawancara oleh petugas pewawancara dengan menggunakan kuesioner SRQ yang terdiri dari 20 butir pertanyaan. Meskipun pada dasarnya kuesioner ini sebaiknya dikerjakan langsung oleh responden atau self-administered, pada keadaan saat banyak penduduk yang tidak dapat membaca, diperbolehkan untuk digunakan melalui wawancara atau interviewer administered. 1,3 Responden dinyatakan mengalami suatu gangguan psikiatri apabila total jawaban ya di atas nilai batas pisah yang ditetapkan. Nilai batas pisah SRQ berkisar antara 3 dan 10. 1,3,5 Di dalam Riskesdas ditetapkan 5/6 sebagai nilai batas pisah, artinya responden yang menjawab ya lebih besar atau minimal 6 butir pertanyaan akan dianggap mengalami gangguan mental emosional atau distres yang memiliki potensi adanya suatu gangguan jiwa apabila diperiksa lebih lanjut oleh psikiater. 3 Nilai batas pisah 5/6 ini didapatkan sesuai penelitian uji validitas yang telah dilakukan oleh Hartono 6, peneliti pada Badan Litbang Depkes tahun 1995. Pada penelitian tersebut sensitivitas SRQ 88% dan spesifisitas 81%, nilai ramal positif 60% serta nilai ramal negatif 92%. Prosedur uji validitas ini wajib dilakukan untuk mendapatkan nilai batas pisah serta menghasilkan kuesioner yang baik pada berbagai setting. 7,8 Nilai batas pisah kuesioner ini bervariasi antara penelitian satu dengan lainnya, tergantung metode pengambilan sampel, bahasa yang dipakai, serta tujuan penelitian. 3 Pada survei ini, SRQ yang digunakan adalah murni 20 butir pertanyaan. SRQ-20 terdiri dari pertanyaan pertanyaan mengenai gejala yang lebih mengarah kepada neurosis. Gejala depresi terdapat pada butir nomor 6, 9, 10, 14, 15, 16, 17; gejala cemas pada butir nomor 3,4,5; gejala somatik pada butir nomor 1, 2, 7, 19; gejala kognitif pada butir nomor 8, 12, 13; gejala penurunan energi pada butir 8, 11, 12, 13, 18, 20. 9 Dalam analisis ini dilakukan telaah terhadap butir-butir pertanyaan SRQ-20 menurut konstruk atau ranah pembentuknya. Tidak pernah sekolah, tamat SD dan tamat SMP dikelompokkan sebagai pendidikan rendah; tamat SMA sebagai pendidikan sedang, dan tamat akademi atau perguruan tinggi sebagai pendidikan tinggi. Status perkawinan dibagi menjadi belum kawin, kawin, dan bercerai (cerai mati dan cerai hidup). Tingkat sosial ekonomi penduduk dinilai berdasarkan kuintil pengeluaran, yaitu pengeluaran perkapita rumah tangga yang dibagi menjadi kuintil (5 bagian). Kuintil, berbeda-beda pada masing-masing provinsi. Kuintil 475

tertinggi adalah 5, yaitu tingkat pengeluaran perkapita rumah tangga tertinggi, sedangkan tingkat pengeluaran perkapita terendah pada kuintil 1. Kuintil 1-3 digolongkan sebagai kelompok sosial ekonomi rendah, sedangkan kuintil 4 dan 5 digolongkan sosial ekonomi tinggi. Seluruh data dianalisis secara cross sectional. Karakteristik sosiodemografi responden dan gejala yang banyak dialami penduduk dianalisis secara deskriptif dengan menyajikannya berdasarkan sebaran distribusi dan frekuensi. Untuk melihat hubungan antara faktor risiko yang terkait karakteristik sosiodemografi dilakukan analisis bivariat. Setelah dijabarkan, dilakukan analisis multivariat regresi logistik untuk semua variabel dengan nilai p<0,25 pada analisis bivariat. Sebagai variabel tergantung adalah gangguan mental emosional dan karakteristik sosiodemografi sebagai variabel bebas. Seluruh data diproses dengan menggunakan komputer. Program statistik yang digunakan adalah SPSS versi 15.0 dengan metode complex samples. Terdapat limitasi analisis multivariat pada penelitian ini oleh karena variabel yang ada pada dasarnya dirancang untu analisis deskriptif. Hasil Riskesdas berhasil mengunjungi 17 150 blok sensus dari 438 jumlah kabupaten/kota. Sebagian kecil blok sensus tidak berhasil dijangkau oleh Riskesdas oleh karena beberapa kendala geografis serta keamanan. Dari 17 357 blok sensus Susenas terdapat 278 352 rumah tangga. Jumlah rumah tangga Riskesdas adalah 258 284 (respons rate 98%). Jumlah anggota rumah tangga yang dianalisis adalah 657 782 orang. Akan tetapi, data karakteristik sosiodemografi dan butir pertanyaan Tabel 1. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Sosiodemografi, Riskesdas 2007 Karakteristik responden f % Kelompok umur (tahun) Umur muda (15-34) 307 807 46,2 Umur sedang (35-64) 305 888 45,9 Umur tua (65+) 52 260 7,8 Jenis kelamin Laki-laki 319 578 48,0 Perempuan 346 381 52,0 Pendidikan Pendidikan tinggi 36 225 5,4 Pendidikan sedang 144 221 21,7 Pendidikan rendah 483 720 72,6 Pekerjaan Pegawai/sekolah 119 921 18,0 Non Pegawai 333 374 50,1 Ibu RT 136 228 20,5 Tidak bekerja 75 663 11,4 Status perkawinan Belum kawin 155 822 23,4 Kawin 455 715 68,4 Cerai 54 423 8,2 Tempat tinggal Kota 257 464 38,7 Desa 408 496 61,3 Sosial ekonomi Tinggi 247 150 37,1 Rendah 418 810 62,9 Tabel 2. Hubungan Bivariat antara Gangguan Mental dan Karakteristik Responden Riskesdas 2007 Gangguan mental Gangguan mental OR kasar 95%CI Nilai p -N= 581.244 (%) +N= 76.538 (%) Kelompok umur (tahun) Umur muda (15-34) 47,6 35,2 Referens 0,001 Umur sedang (35-64) 45,9 46,8 1,38 1,35-1,40 Umur tua (65+) 6,5 18,0 3,72 3,61-3,84 Jenis kelamin Laki-laki 49,4 37,1 Referens - 0,001 Perempuan 50,6 62,9 1,65 1,62-1,68 Pendidikan Pendidikan tinggi 5,8 3,1 Referens 0,001 Pendidikan sedang 22,7 14,0 1,13 1,07-1,20 Pendidikan rendah 71,5 82,8 2,13 2,01-2,25 Pekerjaan Pegawai/sekolah 18,9 11,0 Referens 0,001 Non Pegawai 50,8 46,1 1,56 1,50-1,61 Ibu RT 20,0 23,7 2,03 1,96-2,10 Tidak bekerja 10,3 19,2 3,19 3,07-3,32 Status perkawinan Belum kawin 24,1 17,1 Referens 0,001 Kawin 68,8 66,3 1,36 1,32-1,39 Cerai 7,1 16,5 3,29 3,18-3,40 Tempat tinggal Kota 39,2 34,8 Referens 0,001 Desa 60,8 65,2 1,21 1,16-1,25 Sosial ekonomi Tinggi 37,6 33,6 Referens 0,001 Rendah 62,4 66,4 1,18 1,16-1,22 476

yang tidak lengkap dianggap sebagai nilai missing dan tidak dianalisis. Karakteristik sosiodemografi responden yang mengikuti survei ini diperlihatkan pada tabel 1. Terdapat 76 538 (11,6 %) responden yang mengalami gangguan mental emosional. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rasio odds (OR) variabel sosiodemografi yang berhubungan dengan gangguan mental emosional berkisar 1,1-3,7. Semua variabel memiliki nilai kemaknaan <0,25 sehingga seluruhnya dimasukkan ke dalam analisis multivariat (tabel 3). Untuk melihat hubungan antara variabel karakteristik responden dengan gangguan mental emosional, dilakukan analisis multivariat. Sebagai rujukan adalah kelompok umur <35 tahun, laki-laki, pendidikan tinggi, pekerjaan sebagai pegawai tetap, belum kawin dan sosial ekonomi tinggi. Berdasarkan analisis, OR seluruh variabel sosiodemografi terhadap gangguan mental emosional berkisar 1,0-2,5. Usia memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap gangguan mental emosional dibandingkan variabel lainnya, khususnya usia tua lebih dari 65 tahun. Dalam tabel 4 ditampilkan gejala gangguan mental emosional berdasarkan butir-butir pertanyaan SRQ-20. Pada bagian kiri tabel, ditunjukkan jumlah dan persentase penduduk yang mengalami gejala gangguan mental emosional selama 30 hari terakhir. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa gejala yang paling banyak dialami adalah gejala somatik, misalnya sakit kepala, mudah lelah, sulit tidur, tidak nafsu makan dan rasa tidak enak di perut. Pada bagian kanan tabel, ditunjukkan gejala yang dialami penduduk yang mengalami gangguan mental emosional (nilai total SRQ e 6). Berdasarkan data di atas, dapat diketahui beberapa gejala Tabel 3. Hubungan Multivariat antara Gangguan Mental dan Karakteristik Responden OR suaian 95%CI Nilai p Kelompok umur (tahun) Umur muda (15-34) Referens 0,001 Umur sedang (35-64) 1,31 1,27-1,34 Umur tua (65+) 2,54 2,44-2,64 Jenis kelamin Laki-laki Referens 0,001 Perempuan 1,46 1,43-1,50 Pendidikan Pendidikan tinggi Referens 0,001 Pendidikan sedang 1,10 1,04-1,17 Pendidikan rendah 1,61 1,52-1,71 Pekerjaan Pegawai/sekolah Referens 0,001 Non Pegawai 1,11 1,07-1,15 Ibu RT 1,24 1,19-1,29 Tidak bekerja 1,80 1,73-1,87 Status perkawinan Belum kawin Referens 0,001 Kawin 1,05 1,02-1,09 Cerai 1,39 1,33-1,44 Tempat tinggal Kota Referens 0,005 Desa 1,05 1,02-1,10 Sosial ekonomi Tinggi Referens 0,001 Rendah 1,10 1,07-1,13 Tabel 4. Distribusi Penduduk Secara Umum dan Kelompok yang Mengalami Gangguan Mental Emosional Berdasarkan Gejala yang Banyak Dialami Ggn Mental Emosional (+) Butir pertanyaan n % % 95% CI p 1 Sering menderita sakit kepala 309.632 46,8 23,5 23,1-23,9 0,001 2 Tidak nafsu makan 113.657 17,2 46,0 45,4-46,6 0,001 3 Sulit tidur 145.428 22,0 41,0 40,5-41,6 0,001 4 Mudah takut 53.498 8,1 68,8 68,1-69,4 0,001 5 Mersa tegang. cemas atau kuatir 78.498 11,9 63,0 62,4-63,6 0,001 6 Tangan gemetar 57.948 8,8 65,3 64,6-65,9 0,001 7 Pencernaan terganggu/buruk 68.279 10,3 57,4 57,4-58,1 0,001 8 Sulit untuk berpikir jernih 46.86 7,1 74,6 73,9-75,2 0,001 9 Mearasa tidak bahagia 34.097 5,2 78,7 78,0-79,4 0,001 0 Menangis lebih sering 28.765 4,4 80,3 79,6-81,0 0,001 1 Merasa sulit untuk menikmati kegiatan sehari-hari. 28.765 5,4 84,1 83,5-84,6 0,001 2 Sulit untuk mengambil keputusan. 44.492 6,7 74,6 73,9-75,3 0,001 3 Pekerjaan sehari-hari terganggu. 30.949 4,7 85,8 85,3-86,4 0,001 4 Tidak mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam hidup. 21.238 3,2 90,9 90,3-91,4 0,001 5 Kehilangan minat pada berbagai hal. 24.237 3,7 86,4 85,6-87,1 0,001 6 Merasa tidak berharga. 20.626 3,1 89,3 88,7-89,9 0,001 7 Mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup. 661.078 1,7 89,6 88,7-90,3 0,001 8 Merasa lelah sepanjang waktu. 72.053 10,9 60,2 59,5-61,0 0,001 9 Mengalami rasa tidak enak di perut. 109.394 16,5 46,8 46,1-47,4 0,001 0 Mudah lelah 173.739 26,3 37,4 36,9-37,9 0,001 477

yang erat hubungannya atau memberikan kontribusi yang besar untuk gangguan mental emosional, antara lain tidak mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam hidup, mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup, merasa tidak berharga, kehilangan minat pada berbagai hal, pekerjaan sehari-hari terganggu. Gejala somatik (sakit kepala, mudah lelah, tidak nafsu makan, pencernaan terganggu) tidak terlalu banyak berperan pada gangguan mental emosional, meskipun banyak dialami penduduk. Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa semakin banyak gejala yang dialami, maka semakin besar kecenderungan mengalami gangguan mental emosional. Kuantitas gejala mempengaruhi terjadinya suatu gangguan mental emosional atau distres emosional. Hal ini berlaku pada seluruh ranah baik kognitif, cemas, depresi, somatik dan penurunan energi. Diskusi Berdasarkan hasil penelitian ini, yang dilakukan di 33 provinsi di Indonesia dengan menggunakan Self Reporting Questionnaire-20 pada penduduk atau anggota rumah tangga yang berusia minimal 15 tahun dapat diketahui bahwa karakteristik sosiodemografi, faktor risiko yang berhubungan paling erat dengan gangguan mental emosional adalah usia lanjut. Semakin rendah pendidikan, semakin tinggi risiko mengalami gangguan mental emosional. Kondisi ini sesuai dengan yang terjadi pada umumnya. Selain pendidikan, kondisi lain yang berkaitan dengan masalah kesehatan jiwa antara lain kemiskinan, pengangguran, gender serta situasi yang penuh tekanan lainnya. Kelompok masyarakat yang memerlukan perhatian adalah anak dan dewasa muda, wanita dan lanjut usia. 11 Pada penelitian ini, kesehatan jiwa anak dan remaja masih belum dapat ditelusuri oleh karena keterbatasan kuesioner, yaitu SRQ lebih diperuntukkan untuk kelompok masyarakat dewasa. Gejala gangguan mental emosional yang banyak di alami penduduk antara lain sakit kepala (46,3%), mudah lelah (28%), sulit tidur (21,6%), rasa tidak enak di perut (17,5%) dan tidak nafsu makan (16,6%). Gejala-gejala tersebut tidak banyak berbeda dengan gejala terbanyak yang dialami responden di Nanggroe Aceh Darussalam secara umum berdasarkan Survei Kesehatan Daerah (Surkesda) 2006 yaitu sakit kepala (51,2%), mudah lelah (37%), sulit tidur (26%), merasa tidak enak di perut (25,6%) dan tidak nafsu makan (22,1%). 10 Pada penduduk yang menjadi korban pada peristiwa bencana alam tsunami akhir tahun 2004, gejala yang banyak dialami penduduk antara lain sakit kepala (50,4%), mudah lelah (36,1%), sulit tidur (26,5%), merasa tidak enak di perut (24,6%) dan merasa cemas atau khawatir (21,7%). 10 Penelitian yang Tabel 5. Distribusi Gejala Gangguan Kognitif, Cemas, Depresi, Somatik dan Penurunan Energi Berdasarkan Ada Tidaknya Gangguan Mental Emosional Gangguan Mental Gangguan Mental Emosional (-) N=581.244 Emosional (+) N=76.538 % 95% CI % 95% CI Gejala kognitif Tidak ada gejala kognitif 95,2 95-95,3 4,8 4,7-5,0 1 gejala kognitif 49,2 48,4-50,0 50,8 50,0-51,6 2 gejala kognitif 16,2 15,5-17,1 83,8 82,9-84,5 3 gejala kognitif 1,1 0,9-1,3 98,9 98,7-99,1 Gejala cemas Tidak ada gejala cemas 98,3 98,2-98,3 1,7 1,7-1,8 1 gejala cemas 79,0 78,6-79,5 21,0 20,5-21,4 2 gejala cemas 38,3 38,5-40,1 60,7 59,9-61,5 3 gejala cemas 9,5 9,0-10,0 90.5 90,0-91,0 Gejala depresi Tidak ada gejala depresi 96,8 96,7-96,9 3,2 3,1-3,3 1 gejala depresi 57,1 56,5-57,8 42,9 42,2-43,5 2 gejala depresi 21,2 20,3-22,2 78,8 77,8-79,7 3 gejala depresi 5,9 5,3-6,6 94,1 93,4-94,7 4-7 gejala depresi 0,4 0,3-0,6 99,6 99,4-99,7 Gejala somatic Tidak ada gejala somatik 99,1 99,0-99,1 0,9 0,9-1,0 1 gejala somatik 94,2 94,0-94,4 5,8 5,6-6,0 2 gejala somatik 76,7 76,2-77,2 23,3 22,8-23,8 3 gejala somatik 42,0 41,1-42,8 58,0 57,2-58,9 4 gejala somatik 9,0 8,5-9,6 91,0 90,4-91,5 Gejala penurunan energi Tidak ada gejala penurunan energi 99,3 99,3-99,4 0,7 0,6-0,7 1 gejala penurunan energi 88,3 87,9-88,6 11,7 11,4-12,1 2 gejala penurunan energi 59,8 59-59,8 40,2 39,4-41,0 3 gejala penurunan energi 21,7 20,9-22,5 78,3 77,5-79,1 4-6 gejala penurunan energi 2,3 2,1-2,6 97,7 97,4-97,9 478

dilakukan pada beberapa negara lain, khususnya pada kelompok penduduk yang berasal dari kalangan sosial ekonomi rendah ditemukan bahwa gejala terbanyak yang dialami penduduk adalah perasaan cemas, tegang, khawatir (55,0%). Gejala berikutnya adalah sakit kepala (54,0%) serta merasa tidak bahagia (44,5%). Pada penelitian tersebut disebutkan bahwa gejala yang sedikit dilaporkan adalah pikiran untuk mengakhiri hidup (14,0%) dan gemetar saat berjabatan tangan (16,0%). 1 Gejala yang banyak memberikan kontribusi terhadap gangguan mental emosional antara lain tidak mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam hidup, mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup, merasa tidak berharga, pekerjaan sehari-hari terganggu dan merasa sulit menikmati kegiatan sehari-hari. Meskipun gejala terbayak yang dialami masyarakat adalah gejala somatik, tetapi gejala tersebut tidak memberikan kontribusi yang besar terhadap gangguan mental emosional. Terlihat bahwa semakin banyak gejala yang dialami, baik gejala depresi, cemas, kognitif, somatik maupun penurunan energi, semakin tinggi kecenderungan mengalami gangguan mental emosional. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa stres adalah kumulasi berbagai gejala. 7 Kesimpulan dan Saran Gejala terbanyak yang dialami masyarakat adalah gejala somatik, meskipun yang berperan terhadap gangguan mental emosional adalah gejala depresi, antara lain tidak mampu melakukan hal yang bermanfaat dalam hidup, mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup, merasa tidak berharga, pekerjaan sehari-hari terganggu dan merasa sulit menikmati kegiatan sehari-hari. Kelompok yang cenderung lebih banyak mengalami gangguan mental emosional antara lain usia tua, perempuan, pendidikan rendah, tidak bekerja dan mempunyai tingkat pendapatan perkapita rumah tangga rendah. Disarankan dilakukan identifikasi gejala depresi sedini mungkin untuk mencegah terjadinya gangguan jiwa yang lebih berat. Oleh karena faktor usia berhubungan paling kuat dibandingkan faktor karakteristik lainnya, maka diperlukan perhatian yang lebih besar terhadap kelompok masyarakat yang berusia lanjut agar gangguan emosional tidak berkembang menjadi gangguan yang lebih berat. Daftar Pustaka 1. Harpham T, Reichenheim M, Oser R, Thomas E,Hamid N, Jaswal S, et al. Measuring health in cost effective manner. Health Policy and Planning. 2003;18(3):344. 2. WHO. WHO report. Mental health: new understanding, new hope. Geneva: WHO; 2001 3. WHO. A user s guide to the self reporting questionnaire.geneva: WHO; 1994. 4. Departemen Kesehatan RI. Laporan hasil riset kesehatan dasar 2007. Jakarta: Depkes RI; 2008 5. Al-Subaie AS, Mohammed K, Al-Malik T. The Arabic self reporting questionnaire as a psychiatric screening instrument in medical patients. Ann Saudi Med. 1998;18(4):308-10. 6. Hartono IG. Psychiatric morbidity among patients attending the Bangetayu community health centre in Indonesia [Tesis]. Perth: University of Western Australia; 1995 7. Bowling A. Measuring disease, 2nd edition. Philadelphia: Open University Press; 2001. 8. Mc Dowell I. Measuring health: A guide to rating scales and questionnaire, 3rd edition. New York: Oxford University Press; 2006. 9. Chereian VI, Peltzer K, Cherian L. The factor-structure of the self reporting questionnaire (SRQ-20) in South Africa. East Afr Med J. 1998;75(11):654-56. 10. Identifikasi faktor risiko stres dan variabel sosiodemografi berdasarkan Survei Kesehatan Daerah Nanggroe Aceh Darussalam 2006. Media Litbangkes. 2008; Vol XVIII Sup 1. 11. Desjarlais R, Eisenberg L, Good B, Kleinman A. World mental health. New York: Oxford University Press; 1995. HQ 479