Tingkat Beban Kerja Mental Masinis Berdasarkan NASA-TLX (Task Load Index) Di PT. KAI Daop. II Bandung *

dokumen-dokumen yang mirip
Tingkat Beban Kerja Mental Masinis berdasarkan NASA-TLX (Task Load Index) di PT. KAI Daop. II Bandung

ANALISIS TINGKAT BEBAN KERJA OPERATOR PACKING DENGAN METODE NASA-TLX (TASK LOAD INDEX) DI PT GEMBIRA

ANALISA BEBAN KERJA OPERATOR INSPEKSI DENGAN METODE NASA-TLX (TASK LOAD INDEX) DI PT. XYZ

ANALISIS TINGKAT STRESS PEKERJA OPERASIONAL DI STASIUN KERETA API BANDUNG BERDASARKAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara menangani pasien

PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL MASINIS KERETA API RUTE JARAK JAUH (STUDI KASUS PADA PT KAI DAOP 2)

ANALISIS BEBAN KERJA TERHADAP PENGEMUDI BUS JURUSAN BANDUNG-DENPASAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX

Evaluasi Tingkat Stres Masinis Berdasarkan Aktivitas Salivary α Amylase (Studi Kasus di PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 2 Bandung) *

PENENTUAN BEBAN KERJA MENTAL PERAWAT BERDASARKAN SHIFT KERJA DAN JENIS KELAMIN MENGGUNAKAN METODE NATIONAL

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL OPERATOR WEAVING B UNIT INSPECTING PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV DENGAN METODE NASA-TLX

STRATEGI MEMINIMASI STRES KERJA OPERATOR BERDASARKAN FAKTOR PEMICU STRES KERJA PADA PT AGRONESIA INKABA *

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH. Diajukan oleh: D TEKNIK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL PADA DIVISI OPERASI PT. X DENGAN METODE NASA-TLX

PENGUKURAN BEBAN KERJA PERAWAT MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DI RUMAH SAKIT XYZ

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Evaluasi Beban Mental Masinis Kereta Api Berdasarkan Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) dan Aktivitas Amilase dalam Air Liur *

ANALISIS BEBAN KERJA KOORDINATOR DAN MANAGER MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX (11 pt, bold, huruf kapital)

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA Tutorial 4 BEBAN KERJA MENTAL

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

ANALISA BEBAN KERJA MENTAL DENGAN METODE NASA TLX PADA OPERATOR KARGO DI PT. DHARMA BANDAR MANDALA (PT. DBM)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penerbangan merupakan sarana transportasi yang sudah dalam kondisi

BAB 6 KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Evaluasi Beban Kerja Mental Masinis Kereta Api Prameks dengan Metode RNASA-TLX (Studi Kasus: PT. KAI DAOP 6 YOGYAKARTA)

PENGUKURAN BEBAN KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DENGAN METODE NASA-TLX DI PT. CAT TUNGGAL DJAJA INDAH

Reka Integra ISSN: Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2014

ANALISIS TINGKAT STRES DAN PERFORMANSI MASINIS DAERAH OPERASI II BANDUNG *

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kenaikan jumlah penumpang secara signifikan setiap tahunnya. Tercatat hingga

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL DENGAN METODE NASA TLX PADA DEPARTEMEN LOGISTIK PT ABC

Amri 1, Herizal Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh-Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, pihak penyedia jasa dituntut untuk

Analisis Pengaruh Beban Kerja Mental Terhadap Perubahan Kondisi Fisiologis pada Petugas Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Pengaruh Lingkungan Fisik Kabin Masinis Terhadap Kelelahan Masinis Berdasarkan Heart Rate Variability *

M.Yani Syafei & Wahyu Katon Dosen Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung.

ANALISIS TREN KECELAKAAN PADA SEKTOR TRANSPORTASI DI INDONESIA (Moda Transportasi : Kereta Api)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 NASA-TLX Analisis Setiap Dimensi NASA-TLX

Beban Kerja Mental menurut Level Jabatan dan Usia Karyawan di Industri CPO

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERBEDAAN SHIFT KERJA TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL, BEBAN KERJA FISIK, KUALITAS TIDUR, DAN TINGKAT KEWASPADAAN PADA SUPIR TRAVEL PO.

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA

Penilaian Beban Kerja Karyawan Unit Mikro Bank Menggunakan Metode NASA TLX

PENGUKURAN BEBAN MENTAL DI KALANGAN MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX (STUDI KASUS: MAHASISWA DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI UNDIP)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah kendaraan juga berbanding lurus dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produktivitas. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan

ANALISIS BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL UNTUK MENGURANGI TINGKAT KELELAHAN PEKERJA DI CV. SUMBER JAYA FURNITURE

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL MASINIS DENGAN METODE RNASA-TLX

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan lain sebagainya. Sementara dari sisi masyarakat,

EVALUASI ERGONOMI BERDASARKAN WORKLOAD ANALYSIS DAN POSTUR KERJA PADA PROSES BATIK CAP (Studi Kasus UKM Batik Cap Supriyarso)

Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGUKURAN BEBAN KERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DI UPBJJ UNIVERSITAS TERBUKA MEDAN TUGAS SARJANA

PENGEMBANGAN APLIKASI INVESTIGASI KECELAKAAN KERETA API BERBASIS WEB

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA DENGAN METODE WORKLOAD ANALYSIS DAN NASA-TLX DI LABORATORIUM UJI PT. GELORA DJAJA SURABAYA

Analisa Beban Kerja Fisik dan Mental dengan Menggunakan Work Sampling dan NASA-TLX Untuk Menentukan Jumlah Operator

BAB I PENDAHULUAN. Data Pengguna Kereta Api

STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi)

Usulan Strategi Peningkatan Performansi Kerja Perawat Berdasarkan Faktor Pemicu Stres dengan Menggunakan Dimensi Greenberg

Ani Umyati Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Cilegon, Banten

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL DENGAN METODE NASA TLX PADA DIVISI DISTRIBUSI PRODUK PT. PARAGON TECHNOLOGY AND INNOVATION

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH MUSIK TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL PEKERJA BATIK TULIS DAN CAP DI BATIK PUTRA LAWEYAN

Evaluasi dan Rancangan Solusi Penyebab Kecelakaan Kereta Api Melalui Pemanfaatan Metodologi HFACS-IR

Analisis Pengukuran Beban Kerja Mental Perawat Unit Gawat Darurat dengan Metode NASA-Task Load Index

Moch. Zulfiqar Afifuddin Rizqiansyah. Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Evaluasi Performansi Pegawai Itenas Berdasarkan Kemampuan Kognitif dan Psikomotor *

Yopi Marlan 1),Erwin Maulana Pribadi 2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan 1) :

,,3. Sv.h erii. s7-,,tr t. Surat Pernyataan. Pengalihan Hak Pubtikasi. Menyatakan bahwa makalah berludul: Judul Ka

INTERVAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN SUKU CADANG BAGIAN DIESEL PADA LOKOMOTIF KERETA API PARAHYANGAN * (STUDI KASUS DI PT. KERETA API INDONESIA)

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL, FISIK SERTA STRES KERJA PADA PERAWAT SECARA ERGONOMI DI RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL OPERATOR SEWING DENGAN MENGGUNAKAN NASA TLX (Studi Kasus PT. Arindo Garmentama Semarang)

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA UNIT PERBAIKAN DI PT. KAI DAOP VI YOGYAKARTA DIPO SOLO BALAPAN

LAPORAN PERISTIWA KECELAKAAN KERETA API

Analisis Display Sinyal Kereta Api di Stasiun Langen

Analisis Tingkat Stres dan Kantuk Masinis Daerah Operasional II Bandung*

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

MINIMALISASI KETERLAMBATAN KERETA API (STUDI KASUS PADA JADWAL KERETA API DI PT KERETA API INDONESIA DAOP IV SEMARANG)

Rancangan PerbaikanDisplay Berdasarkan Cooper Harper Rating Scale pada Stasiun Kerja Pengatur Perjalanan Kereta Api di PT. KAI *

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2017

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL MASINIS DENGAN METODE RNASA-TLX (Studi Kasus: PT. KAI DAOP 6 YOGYAKARTA)

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi yang dimiliki oleh PT.KAI yang berada di masing masing

PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL DALAM SEARCHING TASK DENGAN METODE RATING SCALE MENTAL EFFORT (RSME)

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI

LAPORAN PERISTIWA KECELAKAAN KERETA API

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Display Sinyal Kereta Api di Stasiun Langen

Evaluasi Beban Kerja Mental Dengan Subjective Workload Assessment Technique (Swat) Di PT. Air Mancur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS TINGKAT KELELAHAN DAN KANTUK PADA SUPIR BUS BERDASARKAN HEART RATE VARIABILITY (HRV) DAN ELECTRO- ENCHEPALOGRAMS (EEG) *

PENGANTAR DAN KONSEP DASAR ER E G R O G N O O N M O I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PT. Kereta Api Indonesia adalah sebuah perusahaan yang dikelola oleh

Transkripsi:

Reka Integra ISSN: 2338-5081 Teknik Industri Itenas No.1 Vol.1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2013 Tingkat Beban Kerja Mental Masinis Berdasarkan TLX (Task Load Index) Di PT. KAI Daop. II * MIRANTI SITI ASTUTY, CAECILLIA S.W, YUNIAR Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Nasional (Itenas) Email : Mir23_antie@yahoo.com ABSTRAK Salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan kereta api adalah manusia (human error), seperti: beban kerja mental yang dirasakan oleh masinis. Dampak beban kerja mental berlebih menyebabkan kelelahan, yang dapat menimbulkan kelalaian dalam menjalankan tugasnya hingga dapat menyebabkan kecelakaan kereta api. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa beban kerja mental yang dirasakan masinis Daop II yang menjalani dinasan kereta jarak dekat (-Padalarang, -Cicalengka) dan kereta jauh (-Banjar, -Jakarta). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran beban kerja mental menggunakan TLX (Task Load Index). Nilai Score rata-rata TLX yang diperoleh untuk dinasan jarak dekat yaitu 71,7%, dan pada dinasan jarak jauh 82,7%, serta adanya perbedaan faktor yang mempengaruhi beban kerja mental masinis pada dinasan kereta jarak dekat dan jarak jauh, meliputi: mental demand dan effort. Faktor dominan yang mempengaruhi beban kerja masinis pada saat menjalani dinasan jarak jauh adalah mental demand dan physical demand. Kata kunci: Beban kerja mental, TLX, Mental Demand, Effort, Physical Demand ABSTRACT One factor train accidents are human beings (human error) by mental workload experienced by the driver. The impact of excessive mental workload causes fatigue, which can lead to negligence in their duty to be able to cause a train wreck. The purpose of this study conducted to analyze the perceived mental workload machinist DAOP II who underwent dinasan distance (-Padalarang, -Cicalengka) and train a lot (Banjar-,, Jakarta). The method used in this study is the measurement of mental workload using TLx (Task Load Index). Score an average value of TLx obtained for 71.7% at close range, and the distance dinasan 82.7%, and the different factors that affect the driver's mental workload on the train close range and distance, include: mental demand and effort. The dominant * Makalah ini merupakan ringkasan dari Tugas Akhir yang disusun oleh penulis pertama dengan pembimbingan penulis kedua dan ketiga. Makalah ini merupakan draft awal dan akan disempurnakan oleh para penulis untuk disajikan pada seminar nasional dan/atau jurnal nasional. Reka Integra 69

Astuty, dkk factor affecting the workload of the driver at the time of undergoing dinasan remote is Demand Mental and Physical Demand. Keywords: Mental Workload, TLX, Mental Demand, Effort, Physical Demand 1. PENDAHULUAN Kereta api adalah salah satu sarana tranportasi darat yang dapat menampung penumpang dalam skala besar. Adapun kecelakaan kereta api kerap terjadi pada saat ini. Jenis kecelakaan yang terjadi pada kereta api, diantaranya kecelakaan antar kereta api, tabrakan kereta api dengan kendaraan umum, kereta api anjlok dan kereta api terguling. Kecelakaan yang terjadi pada kereta api dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor sarana dan prasarana pada kereta api, faktor sumber daya manusia (masinis) dan faktor alam. Akan tetapi kecelakaan yang sebabkan oleh manusia (masinis) masih kerap terjadi. Masinis mempunyai tanggung jawab yang besar karena menyangkut banyak nyawa dan pekerjaan masinis juga memungkinkan timbulnya stress. Ketika masinis mengalami stres, maka kinerjanya dapat menurun. Dengan tuntutan mental, beban kerja, dan tanggung jawab yang dialami dapat menjadi satu penyebab terjadinya kecelakaan kereta api. Pada dasarnya, aktivitas manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik (otot) dan kerja mental (otak). Meskipun tidak dapat dipisahkan, namun masih dapat dibedakan pekerjaan dengan dominasi fisik dan pekerjaan dengan dominasi aktivitas mental. Aktifitas fisik dan mental pada masinis menimbulkan konsekuensi, yaitu munculnya kelelahan mental dan beban kerja. Aktifitas fisik dan mental yang tidak baik, apabila tidak dilakukan pemulihan, maka akan berdampak penurunan stamina, mudah emosi, malas bekerja, dan sulit tidur. Kelelahan mental biasanya disebabkan terlalu banyak berpikir, luasnya lingkup dan bobot aspek permasalahan yang dihadapi, dan ketahanan emosi yang lemah serta kurang relaksasi. Begitu juga dengan masinis, apabila masinis mengalami kondisi fisik dan mental yang buruk, akan mempengaruhi kondisi masinis saat menjalani dinasan. 2. METODOLOGI Tahapan-tahapan yang dilakukan pada penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. 3. ISI Data didapatkan dari kuesioner TLX yang dibagikan kepada masinis. Pada metode TLX dilakukan dua tahapan yaitu tahap pemberian peringkat (ratings) dan tahap pemberian bobot (weights). 3.1 Tahap Pemberian Peringkat (s) Pada tahap ini, masinis memberikan peringkat pada 6 kategori sesuai dengan yang dirasakan selama menjalani pekerjaan masinis. Pada masing-masing faktor terdapat skala 0-100 atau rendah sampai dengan tinggi. Keenam kategori dapat dilihat pada Gambar 2. Rekapitulasi TLX untuk jenis kereta jarak dekat dengan kereta jarak jauh untuk seluruh responden dapat dilihat pada Tabel 1. 3.2 Tahap Pemberian Bobot (Weights) Pada tahap ini, dilakukan perbandingan pada masing-masing faktor. Dengan memilih pasangan kategori yang lebih berpengaruh atau dominan menjadi sumber beban kerja Reka Integra 70

Tingkat Beban Kerja Mental Masinis Berdasarkan TLX (Task Load Index) Di PT. KAI Daop. II mental dari pekerjaan yang dilakukan. Tabel hasil perbadingan kategori dapat dilihat pada Tabel 2. Tahap selanjutnya adalah perhitungan score rata-rata. Score rata-rata didapat dari jumlah rating dikali dengan jumlah bobot pada setiap kategorinya dan dibagi dengan 15. Rekapitulasi nilai rata-rata beban kerja setiap kategori untuk jenis kereta jarak dekat dengan kereta jarak jauh untuk seluruh responden dapat dilihat pada Tabel 4. START Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Indentifikasi Metode Pemecahan Masalah Studi Literatur Karakteristik Responden Desain Sampling TLX Pengumpulan data ( TLX) Pengolahan Data Terhadap TLX Hasil Pengolahan Data Terhadap TLX Analisis Kesimpulan dan Saran SELESAI Gambar 1. Metodologi Penelitian Reka Integra 71

Astuty, dkk Gambar 2. TLX 3.3 Analisis Terhadap Setiap Kategori TLX: Analisis terhadap setiap kategori TLX, dapat dilihat pada Tabel 5. Reka Integra 72

Tingkat Beban Kerja Mental Masinis Berdasarkan TLX (Task Load Index) Di PT. KAI Daop. II Tabel 1. Rekapitulasi TLX 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TLX Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh MD 80 85 65 90 70 80 75 90 80 90 75 80 75 85 75 90 75 90 PD 80 80 80 85 70 80 70 90 70 90 75 80 75 80 70 90 70 90 TD 80 80 80 80 60 80 60 80 70 80 80 70 60 70 80 80 60 80 OP 35 50 35 35 45 50 30 30 35 25 20 30 15 20 35 25 30 30 EF 60 80 85 90 60 90 70 90 90 90 60 75 60 85 60 85 70 90 FR 50 70 70 80 50 70 60 75 50 80 60 70 55 75 70 80 60 70 10 11 12 13 14 15 16 17 18 TLX Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh MD 70 90 60 70 80 80 60 70 75 90 70 90 80 90 60 70 70 80 PD 70 80 60 85 70 70 60 70 70 85 75 90 80 90 60 70 60 75 TD 50 70 65 80 80 80 70 75 70 80 60 70 70 75 75 70 70 80 OP 20 20 35 20 10 20 30 20 15 15 30 25 10 15 25 25 20 20 EF 65 85 60 80 80 80 75 70 80 85 70 85 80 90 60 85 50 80 FR 60 75 60 70 40 75 60 65 65 80 60 65 45 70 60 70 50 70 TLX Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh MD 80 85 75 80 65 80 70 85 85 90 75 90 75 85 70 85 85 90 PD 75 85 75 80 70 70 60 75 90 85 80 90 70 75 70 80 80 80 TD 80 80 65 70 70 75 70 85 85 90 70 75 60 70 60 65 80 85 OP 40 20 20 35 20 30 25 25 15 20 25 20 15 40 25 25 30 25 EF 80 80 70 80 80 80 80 85 85 90 80 90 80 90 70 90 90 85 FR 75 85 60 80 70 70 65 70 60 85 80 80 65 80 70 70 75 85 TLX Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh MD 80 90 70 90 70 90 75 80 80 80 75 90 70 90 65 85 80 80 PD 70 80 80 85 70 75 70 85 75 85 80 90 70 90 75 90 70 80 TD 75 75 70 75 65 60 70 75 55 65 70 75 65 70 60 75 60 70 OP 25 20 25 25 20 20 15 20 15 15 25 20 30 20 30 20 35 45 EF 70 80 60 90 80 80 70 80 85 80 80 80 80 70 80 75 70 85 FR 70 80 60 75 75 60 50 75 65 75 70 80 70 65 60 75 50 85 TLX 19 20 21 22 23 24 25 28 29 30 31 32 33 26 27 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh Dekat Jauh MD 80 80 60 85 80 85 80 80 75 90 70 80 70 90 75 80 75 90 PD 70 70 65 80 75 85 70 90 70 90 60 80 60 90 70 85 70 90 TD 80 80 50 70 60 80 50 80 60 80 70 80 60 80 75 80 60 80 OP 30 35 20 20 40 20 20 20 25 25 20 20 25 25 20 35 15 25 EF 85 80 75 85 80 85 70 90 75 90 65 80 75 90 75 90 80 90 FR 50 80 60 80 60 80 65 80 60 75 60 70 70 75 70 80 65 85 45 Reka Integra 73

Astuty, dkk Tabel 2. Hasil Perbadingan MD PD TD OP EF FR MD MD TD MD MD FR PD TD PD FR PD TD TD TD TD OP EF FR EF FR FR Tabel 3. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Beban Kerja Setiap Kategori Kategori Mental Demand (MD) Kategori Jarak Dekat Jarak Jauh Total Rata-rata Total Rata-rata MD 14030 311.8 17455 387.9 PD 11065 245.9 12765 283.7 TD 8040 178.7 8460 188.0 OP 0 0.0 0 0.0 EF 11700 260.0 12425 276.1 FR 3700 82.2 4725 105.0 71.7 82.7 Tabel 4. Analisis Terhadap Setiap Kategori TLX Analisis Berdasarkan hasil rata-rata beban setiap kategori didapat nilai rata-rata untuk kereta jarak dekat sebesar 311,8 dan untuk jarak jauh sebesar 387,9. Nilai MD sama-sama mempunyai nilai yang tinggi dibandingkan kategori yang lainnya. Hal tersebut menjadikan masinis memiliki tanggung jawab yang besar dan pekerjaannya menyangkut banyak nyawa. Selain itu masinis, pada saat melakukan pekerjaannya bertugas menjalankan, mempercepat, memperlambat kereta api sesuai dengan prosedur, membutuhkan banyak konsentrasi dan fokus. Selama perjalanan kereta api masinis harus memperhatikan informasi sinyal dan semboyan yang diberikan oleh pusat dengan baik. Karena tuntutan tanggung jawab, kemampuan berkonsentrasi ini yang dapat membuat beban mental pada masinis bertambah. Physical Demand (PD) Temporal Demand (TD) Berdasarkan hasil rata-rata beban setiap kategori didapat nilai rata-rata untuk kereta jarak dekat sebesar 245,9 dan untuk jarak jauh sebesar 283,7. Nilai Physical Demand yang tinggi didapat pada saat masinis menjalankan kereta api jarak jauh (-Banjar, -Jakarta). Selama perjalanan kereta api jarak jauh melewati kondisi lintasan bervariasi serta mengontrol kendali kereta api secara terus menerus kemungkinan yang terjadi menimbulkan masinis cepat lelah dan kondisi lokomotif yang bising yang berdampak pada kebutuhan aktifitas fisik yang tinggi pada masinis selama perjalanan kereta api. Berdasarkan hasil rata-rata beban setiap kategori didapat nilai rata-rata untuk kereta jarak dekat sebesar 178,7 dan untuk jarak jauh sebesar 188. Nilai terbesar terdapat pada masinis pada saat menjalankan kereta api jarak jauh. Kemungkinan yang terjadi pada kereta jarak jauh adalah masinis cenderung cepat lelah karena aktivitas yang monoton dan perjalanan yang jauh serta jam dinasan yang dijalani yang tidak teratur membuat masinis ingin cepat-cepat sampai tujuan dan cepat beristirahat. Reka Integra 74

Tingkat Beban Kerja Mental Masinis Berdasarkan TLX (Task Load Index) Di PT. KAI Daop. II Tabel 5. Analisis Terhadap Setiap Kategori TLX (lanjutan) Kategori Analisis Berdasarkan hasil rata-rata untuk katergori ini yang didapat adalah 0. Apabila nilai OP semakin mendekati 0 maka semakin baik pula tingkat keberhasilan yang didapat oleh masinis. Performansi masinis adalah sampai tujuan tepat waktu. Karena masinis menjalankan kereta api sesuai dengan prosedur yang telah Own ditetapkan, kecepatannya kereta api juga telah ditetapkan sesuai dengan Perfomens (OP) informasi yang diberikan oleh pusat sesuai dengan kondisi. Walaupun terjadinya keterlambatan pada kereta api pihak pusat pun sudah memperkirakan kedatangan kereta api dan tingkat keberhasilan masinis sampai tujuan baik,serta penumpang sampai dengan selamat. Effort (EF) Frustation (FR) Berdasarkan hasil rata-rata untuk kategori effort didapat nilai rata-rata untuk kereta jarak dekat sebesar 260,0 dan untuk jarak jauh sebesar 276,1. Masinis memberikan nilai tinggi pada effort saat menjalani dinasan jarak jauh, dikarenakan besar usaha yang dikeluarkan ketika melakukan dinasan jarak jauh baik fisik dan mental cukup tinggi. Oleh karena itu, nilai EF pada dinasan jarak jauh lebih besar dibandingkan dengan dinasan jarak dekat. Berdasarkan hasil rata-rata untuk kategori frustation didapat nilai rata-rata untuk kereta jarak dekat sebesar 82,2 dan untuk jarak jauh sebesar 105,0. Kemungkinan yang dapat membuat masinis frustasi dalam melakukan pekerjaanya adalah adanya gangguan pada lintasan, informasi gangguan pada saat perjalanan dan kondisi lokomotif yang tidak baik. Timbulnya tingkat FR yang dirasakan masinis ketika menjalani kereta api jarak jauh adalah ketika masinis bertugas menjalani kereta lanjutan (Jakarta--Banjar), artinya masinis melanjutkan perjalanan menuju Banjar dan menggantikan masinis dari Jakarta. Kondisi yang dibutuhkan lokomotif untuk melanjutkan perjalanan ke Banjar harus baik, karena kondisi lintasan yang menanjak. Karena keterbatasan waktu, masinis yang melanjutkan perjalanan kereta api tidak bisa melakukan pengecekan lokomotif secara langsung seperti yang dilakukan masinis di Dipo, biasanya masinis hanya memeriksa keadaan lokomotif berdasarkan T.200 yang dibawa masinis dari Jakarta. 3.4 Analisis Nilai Score Rata-rata TLX 1. Hasil rekapitulasi keseluruhan score rata-rata TLX untuk kereta jarak dekat dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rekapitulasi Score Rata-rata TLX untuk kereta Jarak Dekat Jenis Kereta Jumlah Score rata-rata Kereta Jarak Dekat 3226,333 71,7 Score rata-rata TLX menunjukkan bahwa rata-rata keseluruhan beban kerja yang masinis untuk kereta jarak dekat sebesar 71,7. Akan tetapi, terdapat pula nilai score diatas 71,7. Dari hasil pengukuran, diketahui bahwa terdapat kategori mental demand dan effort merupakan faktor dominan yang mempengaruhi beban kerja selama masinis menjalani kereta jarak dekat. mental demand merupakan kategori pertama paling dominan yang mempengaruhi masinis selama menjalani kereta jalur dekat. Dalam menjalankan tugasnya masinis membutuhkan banyak aktivitas mental, yaitu, harus memfokuskan pikiran pada setiap perkerjaannya dan selama perjalanan harus dapat menerima informasi dengan baik dari pusat. Effort merupakan faktor kedua yang Reka Integra 75

Astuty, dkk mempengaruhi beban kerja masinis selama menjalani kereta jarak dekat. Usaha masinis yang dikeluarkan adalah kereta api selalu berhenti disetiap stasiun, masinis harus memperhatikan waktu dari stasiun ke stasiun agar tepat waktu, masinis harus memperhatikan penumpang yang akan naik ke gerbong. Walaupun hanya menjalani kereta jarak dekat, akan tetapi besar usaha dan fisik pada masinis cukup tinggi, cenderung lebih cepat lelah dengan lintasan yang monoton. 2. Hasil rekapitulasi keseluruhan score rata-rata TLX untuk kereta jarak jauh dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rekapitulasi Score Rata-rata TLX untuk kereta Jarak Jauh Jenis Kereta Jumlah Score rata-rata Kereta Jarak Jauh 3720,667 82,7 Score rata-rata TLX yang didapat pada kereta jauh menunjukkan bahwa rata-rata keseluruhan beban mental yang dirasakan masinis sebesar 82,7. Akan tetapi, terdapat pula nilai score diatas 82,7. Dari hasil pengukuran, diketahui bahwa kategori mental demand dan physical demand yang paling dominan mempengaruhi beban kerja masinis pada saat menjalankan kereta api jarak jauh. Sama halnya dengan masinis saat menjalani kereta jarak dekat, pada saat masinis membawa kereta jarak jauh mental yang dibutuhkan lebih tinggi. Maka faktor mental demand pun juga mempengaruhi beban kerja masinis pada saat menjalankan jarak jauh. Selama menjalani tugasnya masinis membutuhkan banyak aktivitas mental, yaitu, harus memfokuskan pikiran pada setiap perkerjaannya dan selama perjalanan harus dapat menerima informasi dengan baik dari pusat. Selain itu physical demand yang dirasakan, selama perjalanan kereta api melewati lintasan, kondisi lingkungan yang berbeda dengan kereta api jarak dekat. Selama menjalankan tugasnya, masinis menerima banyak informasi, mengontrol kendali kereta api secara terus menerus dengan medan lintasan yang bervariasi dan kondisi lokomotif yang bising yang berdampak pada aktifitas fisik yang tinggi selama perjalanan kereta api. Jadwal dinasan masinis yang tidak menentu juga mempengaruhi istirahat masinis kondisi fisik masinis. 4. KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan penelitian mengenai tingkat beban kerja mental masinis berdasarkan TLX (Task Load Index) di PT.KAI DAOP II adalah sebagai berikut: 1. Score rata-rata TLX yang didapat dari penelitian yang telah dilakukan memiliki nilai yang tinggi. Nilai yang didapat untuk dinasan jarak dekat yaitu 71,7%, dan pada dinasan jarak jauh 82,7%. 2. Faktor dominan yang mempengaruhi beban kerja masinis pada saat menjalani dinasan jarak dekat adalah mental demand dan effort. 3. Faktor dominan yang mempengaruhi beban kerja masinis pada saat menjalani dinasan jarak jauh adalah mental demand dan physical demand. 4. Tingkat beban kerja mental yang dirasakan masinis cukup tinggi, hal tersebut merupakan salah satu pemicu stress dan kelelahan yang terjadi pada masinis. Selain itu, pembagian jam dinasan yang kurang baik, membuat waktu istirahat menjadi tidak teratur. Dampaknya dapat membuat semakin cepat terjadinya kelelahan dalam bekerja. Reka Integra 76

Tingkat Beban Kerja Mental Masinis Berdasarkan TLX (Task Load Index) Di PT. KAI Daop. II REFERENSI Ardeline, Mela. (2011). Usulan Peningkatan Kinerja Masinis dan Asisten Masinis Berdasarkan Tingkat Kelelahan dan Kualitas Tidur. Tugas Sarjana Program Studi Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional,. Dhilon, B.s. (1986). Human Error In Maintenance. Diperoleh Desember 2011, dari http://www.fsa.ulaval.ca Cooper, C. L. (1983). Stress Research: Issue for The Eighties. Wiley. Hagan & Mays. (1981). Definition Human. Diperoleh Desember 2011, dari http://humanerrorblog.wordpress.com Hancock, P. A. & Meshkati, N. (1988). Human Mental Workload. Elsevier. Hart, S. G. (2006). In Human Factors and Ergonomics Society 50th Annual Meeting (pp. 904-908). Santa Monica, CA: Human Factors and Ergonomics Society. Karim, Irsal. (2011). Tingkat Kelelahan Supir Shuttle Service Berdasarkan Kadar Kortisol Dalam Darah dan Nasa-TLX (Task Load Index. Tugas Sarjana Program Studi Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional,. Kusuma, Angga Pramadi. (2011). Usulan Strategi Peningkatan Kinerja Masinis dan Asisten Masinis Kerja Dalam Niosh General Job Stress Questionnaire. Tugas Sarjana Program Studi Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional,. Mustafa, Hasan. (2011, Desember). Teknik Sampling. Diperoleh Desember 2011, dari http://home.unpar.ac.id Nurmianto, Eko. (2008). Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Teknik Industri-ITS. Surabaya Park, Jungwee. (2007).Work Stress and Job Performance. National Institute Safety and Health, Page 5. Rivialdi, Arie. (2006). Analisis Beban Kerja Mental dengan Menggunakan Metode Subjective Workload Assessment Tecchnique Terhadap Perawat Unit Gawat Darurat Di RS St. Borromeus. Tugas Sarjana Program Studi Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional,. Sanders, Mark S., & McCormick, Ernest J. (1992). Human Factors in Engineering and Design. McGraw-Hill Book Co. New York. Sutalaksana, Iftikar. (1979). Teknik dan Tata Cara Kerja. Departemen Teknik Industri ITB. Priscilla. (2008). Analisis Beban Kerja Mental Untuk Mengetahui Performansi Petugas Penjaga Pintu Perlintasan Kereta Api (i) Emplasemen (i) Stasiun-stasiun. Semarang. Reka Integra 77