PROSES BERPIKIR PESERTA DIDIK DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN DI MTs. DARUL HUDA

dokumen-dokumen yang mirip
PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA (THE THINKING ABILITY OF STUDENTS IN SOLVING MATHEMATICS STORY PROBLEMS)

ANALISIS BERPIKIR KONSEPTUAL, SEMIKONSEPTUAL DAN KOMPUTASIONAL SISWA SD DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA ARITMATIKA SOSIAL (ANALYSIS OF STUDENT ERRORS TO SOLVE NARATIVE QUESTIONS SOCIAL ARITMATHIC)

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:

IDENTIFIKASI KREATIVITAS SISWA DITINJAU DARI PERBEDAAN KEPRIBADIAN DAN KEMAMPUAN PADA MATERI BILANGAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, manusia membutuhkan pendidikan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMAHAMAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI BILANGAN BULAT BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

PENGGUNAAN MEDIA MOBIL MAINAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT

Key Word: creative-productive, buzz group, increasing, mathematic

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN AKTIF COURSE REVIEW HORAY TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 11 PADANG Oleh: ABSTRACT

Universitas Muhammadiyah Surakarta 1) 2) Kata Kunci: memantau dan mengevaluasi; merencana; metakognitif

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pendidikan. Menurut Sutawijaya bahwa matematika mengkaji

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol. 1, No. 2, September 2013 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Maju mundurnya suatu

BAB III METODE PENELITIAN. yakni penelitian ini menggunakan data kualitatif dan dideskripsikan untuk

PEMECAHAN MASALAH PADA SOAL CERITA UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

BAB I PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang diberikan sejak pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu dasar yang memegang peranan penting

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI PROSES PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

IDENTIFIKASI PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU DARI PERBEDAAN KEPRIBADIAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

HASIL ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA PADA MATERI RELASI

BAB I PENDAHULUAN. handal yang memiliki pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan untuk bekerja

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PROBLEM SOLVING

IDENTIFIKASI PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN PERTANYAAN PADA MATERI BIOLOGI

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR ANTARA METODE SNOWBALL DRILLING DAN METODE DISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam mempercepat penguasaan ilmu teknologi. 1. matematika merupakan sarana berpikir untuk menumbuhkembangkan cara

Kata Kunci: analisis kesalahan, perbandingan

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA BERDASARKAN NEWMAN S ERROR ANALYSIS PADA SISWA KELAS VIII SMPN 27 PADANG

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN PERBEDAAN JENIS KELAMIN ( ABILITY OF PROBLEM SOLVING FROM DIFERENCES OF SEX )

PENGARUH METODE INQUIRY DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Film Pembelajaran

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. Pada BAB V ini, peneliti akan membahas hasil penelitian dan diskusi hasil

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA TIGA DIMENSI PADA SISWA KELAS V SDN TLOGOADI

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

SKRIPSI. Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memahami Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan formal, penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari tujuan pendidikan. ukur dari keberhasilan penyelengaraan pendidikan.

BAB III METODE PENELITIAN. yang diarahkan untuk mendeskripsikan gejala-gejala, fakta-fakta atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mengembangkan cara berfikir. Sehingga matematika sangat diperlukan baik

HASIL ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR PESERTA DIDIK SMK ANTARTIKA 1 SIDOARJO

Oleh: Katriani SD Negeri 3 Margomulyo Trenggalek

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar siswa terdiri atas dua kata, yaitu aktivitas dan belajar.

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. 1. Jenis Kesalahan Siswa Dalam Mengerjakan Soal Cerita Pokok Bahasan

KARAKTERISTIK MATEMATIKA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA. Endah Retnowati

ANALISIS KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA SD KELAS IV DI SDN PUCANGNOM SIDOARJO

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN OPEN ENDED

JURNAL VANELLA EKAPUTRI TUIYO NIM

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK) yang semakin

PENGGUNAAN MODEL WORD SQUARE DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 2 SIDOGEDE

III. METODE PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini hanya

BAB III METODE PENELITIAN

DESKRIPSI PEMAHAMAN SISWA PADA PERMASALAHAN PERBANDINGAN DAN STRATEGI SOLUSI DALAM MENYELESAIKANNYA

CONTOH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data mengenai letak dan penyebab kesalahan yang. persamaan linier dua variabel adalah sebagai berikut:

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

TINJAUAN PUSTAKA. keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi lingkungannya.

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:

menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

Abstrak. Kata Kunci : Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3), Metode Ekspositori. Abstract

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION PADA EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA

UPAYA PENGEMBANGAN KOGNITIF MELALUI BERMAIN SAINS PADA KELOMPOK B TK MOJOREJO 3 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

Nur Hardiani Institut Agama Islam Negeri Mataram

DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL-SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR JURNAL OLEH SITI NURJANNAH NIM

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN OPERASI HITUNG CAMPURAN KELAS II DI SDN PUCANGANOM SIDOARJO

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI PECAHAN

PROSES BERPIKIR SISWA KELAS VII E DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS ABSTRAK

PROSES BERPIKIR SISWA QUITTER DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS

JURNAL. Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika OLEH DWI CAHYANI NIM :

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN PENDEKATAN EKSPOSITORI

TINJAUAN PUSTAKA. lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hal ini sejalan dengan pernyataan

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERKALIAN DAN PEMBAGIAN BILANGAN BULAT MENGGUNAKAN MEDIA WAYANGMATIKA

THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENGGUNAAN STRATEGI GIVING QUESTIONS AND GETTING ANSWERS

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBELAJARAN MATEMATIKA OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DENGAN ALAT PERAGA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode deskriptif adalah suatu penggambaran atau penjelasan terhadap suatu

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA

DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama secara efektif. Sumber daya manusia yang memiliki

BAB IV PENALARAN MATEMATIKA

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. perkalian dan pembagian. Operasi aritmatika dalam pecahan tidak sesederhana

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MELAKUKAN OPERASI ALJABAR. Arini Fardianasari ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR DI SMP

Key Words: Identification Strategies, Problem solving, Surface Area and Volume Beams

BAB II KAJIAN TEORI. bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang yang mencakup

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET

PENGARUH BERMAIN BOLA WARNA MODIFIKASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN 1-10 PADA ANAK KELOMPOK A

Transkripsi:

PROSES BERPIKIR PESERTA DIDIK DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN DI MTs. DARUL HUDA (THINK PROCESS RAISE PARTICIPANT IN COMPLETE QUESTION STORY TO MAIN DISCUSSION FRAMENT IN MTs. DARUL HUDA) Listya Budi Astutik (tya.astutik@gmail.com) Siti Andriani Widayati Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Sidoarjo Jalan Jenggala Kotak Pos 149 Kemiri Sidoarjo Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap proses berpikir peserta didik di MTs. Darul Huda Ngoro Mojokerto semester Ganjil, tahun pelajaran 2013-2014. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan sampel tiga orang peserta didik yang berpikir secara konseptual, semikonseptual dan komputasional. Dalam melakukan analisis proses berpikir, peserta didik diklasifikasikan ke dalam kelompok berpikir konseptual, berpikir semikonseptual, dan berpikir komputasional. Dan dari kegiatan ini diperoleh kesimpulan kelompok peserta didik berkemampuan tinggi cenderung memiliki proses berpikir konseptual, kelompok peserta didik berkemampuan sedang memiliki konsep berpikir semikonseptual, dan kelompok peserta didik berkemampuan rendah memiliki proses berpikir komutasional. Kata Kunci: Cara Berpikir Konseptual, Semikonseptual, dan Komputasional Abstract This research purpose for express think process raise participant in MTs. Darul Huda Ngoro Mojokerto uneven educate, lesson study 2013-2014. This method is descriptive qualitative with three sample raise participant think conceptual, halfconceptual, and computasional. In execute analysis think process, raise participant inclassification to deep group conceptual think, halfconceptual think, and computasional think. And from this activity consecution achievement group raise participant high able lean have raise participant conceptual think, group raise participant medium able have think concept halhconceptual, and group raise participant low able have think process computasional. Key Word: Think manner conceptual, halfconceptual, and computasional 211

212 Pendahuluan Salah satu dari pelajaran tentang bilangan di sekolah menengah dan menjadi sorotan utama dalam penelitian adalah pecahan. Dalam pokok bahasan pecahan akan dipelajari tentang konsep pecahan, operasi pada pecahan, pecahan senilai dan juga pecahan dalam soal cerita. Adapun alasan pemilihan materi pecahan dalam penelitian ini dikarenakan sebagian peserta didik sekolah menengah mengalami kesulitan dalam memahami konsep dan menyelesaikan soal-soal terkait dengan pecahan. Matematika memiliki karakteristik yang dapat merangkum definisi matematika secara umum. Menurut pendapat Soedjadi (2000:13) karakteristik matematika adalah tidak terdapat definisi tunggal tentang matematika yang telah disepakati. Meski demikian, setelah sedikit mengalami masing-masing definisi yang saling berbeda itu dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian secara umum. Beberapa karakteristik itu adalah: (1) memiliki objek kajian abstrak, (2) bertumpu pada kesempatan, (3) berpola pikir deduktif, (4) memiliki simbol yang kosong dari arti, (5) memperhatikan semesta pembicaraan, dan (6) konsisten dalam sistemnya. Menurut pendapat Hudoyo (2001:96) untuk memahami karakteristik matematika maka harus dipahami hakikat matemtika. Yang artinya karakteristik matematika adalah berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. Beberapa karakteristik matematika adalah: (1)memiliki objek kajian abstrak, (2) bertumpu pada kesempatan, (3) berpola pikir deduktif, (4) memiliki simbol yang kosong dari arti, (5) memperhatikan semesta pembicaraan, dan (6) konsisten dalam sistemnya. Sedangkan menurut pendapat Wardhani (2004:96) karakteristik matematika itu dibangun oleh manusia, sehingga dalam pembelajaran matematika, pengetahuan matematika harus dibangun oleh peserta didik. Pembelajaran matematika menjadi lebih efektif jika guru memfalisitasi peserta didik menemukan dan memecahkan masalah dengan menerapakan pembelajaran bermakna. Teori perkembangan kognitif menurut pendapat Piaget (f.j. Monks, 2006:221) adalah salah satu pioner yang menggunakan filsafat kontruktivistik dalam proses belajar. Piaget menyatakan bahwa anak membangun sendiri skemanya serta

213 membangun konsep-konsep melalui pengalamannya-pengalamannya. Piaget membedakan perkembangan kognitif seseorang anak menjadi empat taraf: a. Taraf Sensorimotor, yakni perkembangan kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun. b. Taraf Praoperasional, yakni perkembangan kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun. c. Taraf Konkret Operasional, yaitu perkembangan kognitif yang terjadi pada usia 7-11 tahun. d. Tahap Formal Operasi, yaitu perkembangan kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Menurut Teori Vygotsky (A.M.P. Knoers, 2006:235) sama-sama berpendapat dengan Piaget, bahwa setiap peserta didik membentuk pengetahuan, yaitu apa yang diketahui peserta didik bukanlah kopi dari apa yang mereka temukan di dalam lingkungan, tetapi sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan peserta didik sendiri melalui bahasa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskripitf kualitatif yang artinya metode penelitian yang lebih bersifat seni (kurang pola), dan disebut metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. (Sugiyono, 2010:13). Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif, karena dalam peneitian ini digunakan pendekatan kualitatif sedangkan data-data yang diperoleh dideskripsikan untuk menggambarkan proses berpikir peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan. Hasil dan Pembahasan Musser menyajikan langkah-langkah dalam menyelesaikan soal cerita ke dalam bagan sebagai berikut: (Gary L. Musser dan William F. Burger, 2000:103)

214 Situasi Nyata Soal Abstraksi Situasi Model Model Matematika Operasi Pemecahan Jawaban Soal Tafsir Jawaban Model GAMBAR 1. ALUR MENYELESAIKAN SOAL CERITA Menurut bagan di atas peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita dalam penelitian ini harus menempuh langkah-langkah sebagai berikut: 1. Merumuskan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal. 2. Menyusun rencana pemecahan yakni dengan merubah soal bentuk cerita ke dalam model matematika, dalam tahap ini perlu dianalisis hubungan antara yang diketahui dan yang ditanyakan 3. Melaksanakan rencana pemecahan berdasarkan aturan-aturan yang terdapat pada matematika sehingga diperoleh hasil akhirnya. 4. Memeriksa kembali serta mengembalikan jawaban soal pada jawaban asal sesuai yang diminta pada soal dan biasanya ditandai dengan kata jadi pada awal kalimat. Data dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber yakni hasil tes dan hasil wawancara. Adapun penjelasan tentang masing-masing sumber adalah sebagai berikut: 1. Tes Salah satu instrumen dalam penelitian ini adalah tes. Tes yang diberikan oleh peneliti diberikan sebanyak dua kali. Tes I disusun untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik sedangkan tes II disusun untuk mengetahui proses berpikir peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan. 2. Wawancara

215 Setelah subyek penelitian terpilih, peneliti melakukan wawancara. Wawancara yang digunakan adalah wawancara baku terbuka yang didukung oleh pedoman wawancara. Pedoman wawancara yang telah disusun oleh peneliti adalah sebagai berikut: a. Meminta kepada peserta didik untuk menjelaskan hasil penyelesaiannya mulai dari apa yang diketahui, ditanya, dan jawabannya dengan bahasa mereka sendiri. b. Menanyakan kepada peserta didik konsep apa yang mereka gunakan dalam pemecahan jawaban pada soal tersebut. c. Menanyakan kepada peserta didik apakah langkah yang mereka tempuh sudah benar. Selama jalannya penelitian, peneliti menemukan adanya penyampaian konsepyang kurang benar, hal ini dibuktikan dari 25 peserta didik hanya 1 peserta didik yang mampu menjawab soal cerita dengan urutan jawaban yang sesuai. Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan dari Guru Mapel Matematika, peserta didik cenderung tidak menerima penjelasan guru tentang penyelesaian soal cerita secara sistematis. Rata-rata peserta didik lebih suka jika diberikan penjelasan tentang penyelesaian soal secara smart (rumus cepat) sehingga ketika peneliti menginginkan hasil jawaban dari soal cerita secara sistematis peserta didik cenderung tidak dapat mengerjakan dengan baik. Berdasarkan analisis dari tes I, kelompok berkemampuan rendah lebih banyak, hal ini menunjukkan bahwa masih banyak peserta didik yang kurang mampu untuk melakukan operasi hitung pada pecahan terutama pada soal cerita, terlebih pada peserta didik yang masuk pada kelompok berkemampuan rendah. Data utama dalam penelitian ini adalah hasil wawancara terhadap salah satu subyek dari 3 kelompok yang terbentuk, yakni 1 subyek dari kelompok berkemampuan tinggi.berdasarkan hasil tes tulis dan wawancara terhadap subyek pertama pada soal nomor satu, dapat dianalisis beberapa hal sebagai berikut: 1. Subyek mampu mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal dengan kalimat sendiri, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 1 (S 1.1 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.1.1.

216 2. Subyek mampu mengungkapkan apa yang ditanya dalam soal menggunakan bahasa sendiri, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 1 (S 1.1 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.1.2. 3. Subyek dalam menjawab cenderung menggunakan konsep yang telah ia pelajari, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 3 dan poin 4 (S 1.3 S 1.4 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.1.3. 4. Subyek mampu menjelaskan langkah yang ditempuh sesuai dengan konsep yang telah dipelajari, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 5 dan poin 6 (S 1.5 dan S 1.6 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.1.4. Berdasarkan analisis di atas, menunjukkan bahwa subyek dalam menyelesaikan soal cerita lebih banyak memenuhi indikator pertama. Berpedoman pada aturan dalam bab III dapat disimpulkan bahwa proses berpikir subyek adalah konseptual. Berdasarkan hasil tes tulis dan wawancara terhadap subyek pada soal nomor dua, dapat dianalisis beberapa hal sebagai berikut: 1. Subyek mampu mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal dengan kalimat sendiri, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 1 (S 1.1 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.1.1. 2. Subyek mampu mengungkapkan apa yang ditanya dalam soal menggunakan bahasa sendiri, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 1 (S 1.1 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.1.2. 3. Subyek dalam menjawab cenderung menggunakan konsep yang telah ia pelajari, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 3 sampai dengan poin 5 (S 1.3 S 1.5 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.1.3. 4. Subyek mampu menjelaskan langkah yang ditempuh sesuai dengan konsep yang telah dipelajari, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 2 sampai dengan poin 5 (S 1.2 dan S 1.5 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.1.4.

217 TABEL 1. INDIKATOR PROSES BERPIKIR Konseptual Semikonseptual Komputasional 1. Mampu mengungkapkan 1. Kurang mampu 1. Tidak mampu dengan kalimat sendiri mengungkapkan mengungkapkan yang diketahui dalam dengan kalimat dengan kalimat soal. (K.1.1) sendiri yang sendiri yang diketahui dalam soal. (K.2.1) diketahui dalam soal. (K.3.1) 2. Mampu mengungkapkan 2. Kurang mampu 2. Tidak mampu dengan kalimat sendiri mengungkapkan mengungkapkan yang ditanya dalam soal. dengan kalimat dengan kalimat (K.1.2) sendiri yang ditanya dalam soal. (K.2.2) sendiri yang ditanya dalam soal. (K.3.2) 3. Dalam menjawab 3. Dalam menjawab 3. Dalam menjawab cenderung menggunakan cenderung cenderung lepas dari konsep yang sudah menggunakan konsep konsep yang telah dipelajari. (K.1.3) yang sudah dipelajari dipelajari. (K.3.3) walaupun tidak 4. Mampu menjelaskan lengkap. (K.2.3) langkah yang ditempuh 4. Tidak sepenuhnya 4. Tidak mampu (K.1.4) mampu menjelaskan menjelaskan langkah yang langkah-langkah ditempuh. (K.2.4) yang ditempuh. (K.3.4) (http://ejournal.unesa.ac.id/article.../article, 20 Oktober 2013, 05:51 WIB). Berdasarkan analisis di atas, menunjukkan bahwa subyek dalam menyelesaikan soal cerita lebih banyak memenuhi indikator pertama. Berpedoman pada aturan dalam bab III dapat disimpulkan bahwa proses berpikir subyek adalah konseptual. Berdasarkan hasil tes tulis dan wawancara terhadap subyek kedua pada soal nomor satu, dapat dianalisis beberapa hal sebagai berikut: 1. Subyek mampu mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal dengan kalimat sendiri, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 1 (S 2.1 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.1.1. 2. Subyek kurang mampu mengungkapkan apa yang ditanya dalam soal menggunakan bahasa sendiri, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 1 (S 2.1 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.2.2. 3. Subyek dalam menjawab cenderung menggunakan konsep yang telah ia pelajari walaupun tidak lengkap, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 4 dan poin 5 (S 2.4 dans 2.5 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.2.3.

218 4. Subyek tidak sepenuhnya mampu menjelaskan langkah yang ditempuh sesuai dengan konsep yang telah dipelajari, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 3 dan poin 6 (S 2.3 dan S 2.6 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.2.4. Berdasarkan analisis di atas, menunjukkan bahwa subyek dalam menyelesaikan soal cerita lebih banyak memenuhi indikator kedua. Berpedoman pada aturan dalam bab III dapat disimpulkan bahwa proses berpikir subyek adalah semikonseptual. Berdasarkan hasil tes tulis dan wawancara terhadap subyek kedua pada soal nomor dua, dapat dianalisis beberapa hal sebagai berikut: 1. Subyek mampu mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal dengan kalimat sendiri, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 1 (S 2.1 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.1.1. 2. Subyek kurang mampu mengungkapkan apa yang ditanya dalam soal menggunakan bahasa sendiri, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 1 (S 2.1 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.2.2. 3. Subyek dalam menjawab cenderung menggunakan konsep yang telah ia pelajari walaupun tidak lengkap, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 3 sampai dengan poin 5 (S 2.3 -S 2.5 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.2.3. 4. Subyek tidak sepenuhnya mampu menjelaskan langkah yang ditempuh sesuai dengan konsep yang telah dipelajari, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 2 sampai dengan poin 5 (S 2.2 dan S 2.5 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.2.4. Berdasarkan analisis di atas, menunjukkan bahwa subyek dalam menyelesaikan soal cerita lebih banyak memenuhi indikator kedua. Berpedoman pada aturan dalam bab III dapat disimpulkan bahwa proses berpikir subyek adalah semikonseptual. Berdasarkan hasil tes tulis dan wawancara terhadap subyek ketiga pada soal nomor satu, dapat dianalisis beberapa hal sebagai berikut: 1. Subyek tidak mampu mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal dengan kalimat sendiri, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 1 sampai dengan poin 3 (S 3.1 S 3.3 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.3.1. 2. Subyek tidak mampu mengungkapkan apa yang ditanya dalam soal menggunakan bahasa sendiri, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 4 (S 3.4 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.3.2.

219 3. Subyek dalam menjawab cenderung lepas konsep yang telah dipelajari, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 5 (S 3.5 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.3.3. 4. Subyek tidak mampu menjelaskan langkah yang ditempuh sesuai dengan konsep yang telah dipelajari, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 5 dan poin 8 (S 3.5 dan S 3.8 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.3.4. Berdasarkan analisis di atas, menunjukkan bahwa subyek dalam menyelesaikan soal cerita lebih banyak memenuhi indikator ketiga. Berpedoman pada aturan dalam bab III dapat disimpulkan bahwa proses berpikir subyek adalah komputasional. Berdasarkan hasil tes tulis dan wawancara terhadap subyek ketiga pada soal nomor dua, dapat dianalisis beberapa hal sebagai berikut: 1. Subyek tidak mampu mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal dengan kalimat sendiri, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 1 sampai dengan poin 3 (S 3.1 S 3.3 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.3.1. 2. Subyek tidak mampu mengungkapkan apa yang ditanya dalam soal menggunakan bahasa sendiri, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 3 (S 3.3 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.3.2. 3. Subyek dalam menjawab cenderung lepas konsep yang telah dipelajari, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 4 (S 3.4 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.3.3. 4. Subyek tidak mampu menjelaskan langkah yang ditempuh sesuai dengan konsep yang telah dipelajari, hal ini sesuai dengan pernyataan subyek pada poin 4 dan poin 6 (S 3.4 dan S 3.6 ). Jadi hal ini memenuhi indikator K.3.4. Berdasarkan analisis di atas, menunjukkan bahwa subyek dalam menyelesaikan soal cerita lebih banyak memenuhi indikator ketiga. Berpedoman pada aturan dalam bab III dapat disimpulkan bahwa proses berpikir subyek adalah komputasional.

220 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang proses berpikir peserta didik kelas VII MTs. Darul Huda Ngoro tahun pelajaran 2013/2014 dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan pecahan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kelompok peserta didik berkemampuan tinggi, cenderung memiliki proses berpikir konseptual. Hal tersebut ditunjukkan bahwa dalam menyelesaikan soal cerita, peserta didik lebih banyak memenuhi indikator pertama, yaitu: mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri yang diketahui dalam soal (memenuhi indikator K.1.1), mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri yang ditanya dalam soal (memenuhi indikator K.1.2), cenderung menggunakan konsep yang sudah dipelajari (memenuhi indikator K.1.3), mampu menjelaskan langkah yang ditempuh (memenuhi indikator K.1.4). 2. Kelompok peserta didik berkemampuan sedang, cenderung memiliki proses berpikir semikonseptual. Hal tersebut ditunjukkan bahwa dalam menyelesaikan soal cerita, peserta didik lebih banyak memenuhi indikator kedua, yaitu: kurang mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri yang ditanya dalam soal (memenuhi indikator K.2.2), menggunakan konsep yang sudah dipelajari walaupun tidak lengkap (memenuhi indikator K.2.3), tidak sepenuhnya mampu menjelaskan langkah yang ditempuh (memenuhi indikator K.2.4). 3. Kelompok peserta didik berkemampuan rendah, cenderung memiliki proses berpikir komputasional. Hal tersebut ditunjukkan bahwa dalam menyelesaikan soal cerita, peserta didik lebih banyak memenuhi indikator ketiga, yaitu: peserta didik tidak mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri yang diketahui dalam soal (memenuhi indikator K.3.1), tidak mampu mengungkapkan dengan kalimat sendiri yang ditanya dalam soal (memenuhi indikator K.3.2), tidak sesuai dengan konsep yang sudah dipelajari (memenuhi indikator K.3.3), tidak mampu menjelaskan langkah yang ditempuh (memenuhi indikator K.3.4).

221 Daftar Rujukan Hudoyo.(2001). Karakteristik Matematika dan Hakikat Pembelajaran Matematika. (Online) http://www.bupulenambudi.blogspot.com. (diakses tanggal 24 Oktober 2013, 05.00 WIB.) Knoers, A.M.P. (2006). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Monks, F.J. et.al.(2002). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Musser, Gary L. dan William F. Burger.(2000). Mathematics for Elementary Teacher,.USA: Prantice-Hall.inc. Soedjadi, R. (2000).Kiat-kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat. Sugiyono.(2010).Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R & D). Bandung: Afabeta. Wardhani, S. (2004). Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikdan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika. Yogyakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. (Online) http://ejournal.unesa.ac.id/articls.../article. (diakses tanggal 20 Oktober 2013, 05:51 WIB.)

222