MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

Bagian Tiga Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional Pasal 5

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

KODE ETIK GURU INDONESIA

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013

Kamis, 29 November 2012

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Orang tua dapat menanamkan benih

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER KI HADJAR DEWANTARA DENGAN AL- GHAZALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus sebagai ujung tombak berdirinya nilai-nilai atau norma. mengembangkan akal manusia, mengingat fungsi pendidikan yaitu

BAB V PENUTUP. yang dirasa relevan dan perlu, dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

DOKUMEN JURUSAN ETIKA DOSEN PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

KODE ETIK GURU INDONESIA. Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

REV 20 FEBRUARI 2015 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL Oleh INDRIYANTO Saya menyampaikan selamat memperingati hari pendidikan nasional yang ke-54 tanggal 2 Mei 2013 kepada seluruh warga Negara Indonesia di manapun berada. Semoga dengan memperingati hari pendidikan nasional dapat menimbulkan rasa syukur bangsa Indonesia kepada Tuhan Yang Maha Esa, mampu menghargai perjuangan para pahlawan, meneruskan perjuangan dan mewujudkan harapan yang dicita-citakan oleh pahlawan pendidikan nasional bagi kemajuan pendidikan bangsa Indonesia saat ini dan di masa yang akan datang. Tanggal 2 Mei merupakan tanggal kelahiran seorang tokoh dan pahlawan pendidikan nasional yaitu Bapak Ki Hadjar Dewantara yang sejak tahun 1959 tanggal kelahiran tersebut diputuskan sebagai hari pendidikan nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959 tanggal 28 November 1959. Berdasarkan surat keputusan tersebut sekaligus Beliau (Ki Hadjar Dewantara) dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 (http://id.wikipedia.org/wiki/ki_hadjar_dewantara). Beliau lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Ki Hadjar Dewantara gigih berjuang untuk memajukan pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari penjajahan Belanda. Beliau memiliki kemampuan yang luar biasa untuk mendidik dan mengajar, sehingga kemampuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah Perguruan Taman Siswa yang didirikan pada tanggal 3 Juli 1922. Menurut konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa semua kaum pribumi (warga negara) Indonesia harus berpendidikan, bahkan harus maju tingkat pendidikannya agar bangsa Indonesia bisa merebut kemerdekaan, tidak ditindas oleh bangsa lain, dan tidak dijajah oleh bangsa lain dalam bentuk penjajahan apa pun. Kemajuan pendidikan bagi setiap warga negara Indonesia (disebut kaum pribumi Indonesia pada zaman penjajahan) merupakan cita-cita dan harapan yang ingin dicapai Ki Hadjar Dewantara sebagai salah satu kekuatan internal bangsa Indonesia untuk melawan penjajah. Kekuatan internal lainnya yang selalu disosialisasikan oleh Ki Hadjar Dewantara kepada seluruh kaum pribumi Indonesia 1

2 adalah persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Rasa persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara merupakan suatu jiwa (ruh) yang dapat membangkitkan daya juang setiap warga negara untuk mengusir penjajah yang ada di wilayah Negara Indonesia. Perjuangan Ki Hadjar Dewantara untuk memajukan pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia telah menginspirasikan bahwa pendidikan yang sangat penting ini tidak boleh diberlakukan diskriminatif bagi warga Negara Indonesia. Diskriminatif warga Negara Indonesia terhadap kesempatan dan pelayanan pendidikan harus dihilangkan, sebaliknya telah diperjuangkan bahwa pemerataan kesempatan pendidikan bagi seluruh warga Negara Indonesia harus diwujudkan. Pemikiran yang selalu terarah positif demi kemajuan pendididikan di Indonesia, serta kecerdasan dan kekritisan yang dimiliki Beliau (Ki Hadjar Dewantara) selalu ingin dimanfaatkan untuk kejayaan bangsa Indonesia karena pendidikan dinilai sangat penting sebagai fundamen bagi kemajuan bangsa. Kelebihan lain dari Ki Hadjar Dewantara adalah sifat rendah hati, selalu ingin dekat dengan setiap kaum pribumi baik secara fisik maupun jiwanya, sehingga Beliau tidak mau menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Dulu (sebelum tahun 1922) Beliau bernama Raden Mas Soewardi Serjaningrat sebagai keturunan keluarga keratin Yogyakarta. Mengingat keinginannya untuk dekat kepada semua kaum pribumi Indonesia sejak tahun 1922 Beliau mengubah namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara, kemudian sejak mengubah namanya tidak pernah mau lagi menggunakan gelar kebangsawanan. Pengubahan nama yang Beliau lakukan benar-benar bertujuan agar tidak ada perbedaan perlakuan, perbedaan kesempatan memperoleh kehidupan yang merdeka setiap warga Negara Indonesia yang disebabkan oleh gelar kebangsawanan, keningratan, suku, agama, dan lain sebagainya. Sesungguhnya semua perbedaan yang ada ini harus tetap satu, satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa, yaitu Indonesia. Melalui pendidikan, Ki Hadjar Dewantara selalu berjuang agar bangsa Indonesia merdeka lahir dan batin (merdeka jasmani dan rohani). Beliau adalah sosok orang yang revolusioner, yaitu cenderung menghendaki perubahan secara menyeluruh dan mendasar, artinya Beliau tidak setengah hati dalam berjuang ingin memerdekakan bangsa Indonesia yang salah satunya melalui pendidikan ini. Terbukti dari sikap keberanian Ki Hadjar Dewantara dalam menentang penjajahan

3 Belanda adalah dengan mendirikan Perguruan Nasional Tamansiswa yang bisa digunakan sebagai tempat mendidik kaum pribumi. Ki Hadjar Dewantara adalah sebagai seorang pejuang, pahlawan, dan sekaligus sebagai pendidik (guru, dosen, instruktur, tutor, dan lain sebagainya) sejati. Mendidik bangsa menurut konsep Ki Hadjar Dewantara adalah suatu proses memanusiakan manusia yang bertujuan untuk mengangkat manusia ke taraf insani (manusiawi), sehingga setiap manusia dapat memperoleh tingkat kehidupan lahiriah (jasmani) dan batiniah (rohani), serta tingkat penghidupan yang layak sebagai manusia sejati. Oleh karena itu, ada dua hal dalam konsep yang diterapkan Ki Hadjar Dewantara dan perlu diterapkan secara baik oleh para pendidik, yaitu pengajaran dan pendidikan. Konsep pengajaran bertujuan untuk memerdekakan manusia pada aspek penghidupan lahiriah, misalnya terhindar dari kebodohan dan kemiskinan. Konsep pengajaran pada dasarnya dilakukan dengan berbagai metode untuk mentransfer ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) agar peserta didik (murid) memiliki kompetensi sesuai ranah (satuan perilaku manusia) yang ditentukan oleh para pendidiknya meliputi perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor. Kompetensi yang dimiliki peserta didik tersebut diharapkan dapat menyeimbangkan perwujudan (ekspresi) potensi manusia yang meliputi daya cipta, karsa, dan karya yang bermanfaat untuk memenuhi penghidupan lahiriah, khususnya bagi dirinya, keluarganya, bangsanya, dan umumnya bagi seluruh umat manusia. Inilah suatu proses yang juga disebut proses mencerdaskan bangsa Indonesia. Materi-materi IPTEKS yang dibutuhkan dalam rangka mencerdaskan bangsa Indonesia untuk memerangi kebodohan dan kemiskinan sangat diperlukan dan harus ditransfer dari pendidik (guru, dosen, dan lain sebagainya) ke peserta didik secara bertahap sesuai tingkatan/jenjang pendidikan. Untuk mencapai sasaran tersebut dibutuhkan kemampuan pendidik untuk menggali dan mengembangkan IPTEKS, kemudian dibutuhkan juga kemampuan mentransfer IPTEKS tersebut ke peserta didiknya. Konsep pendidikan bertujuan untuk memerdekakan manusia pada aspek penghidupan batiniah, misalnya kemandirian untuk berpikir, berdemokrasi, berkreasi, tetapi bertanggungjawab dan dilandasi dengan akhlak mulia. Pendidikan dilakukan untuk membentuk watak dan peradaban manusia yang bermartabat, sehingga pada umumnya dinamakan sebagai pendidikan karakter karena proses

4 pendidikan ini harus menghasilkan karakter tertentu pada manusia. Perjuangan Ki Hadjar Dewantara melalui pendidikan kepada bangsa Indonesia disesuaikan dengan peradaban, budaya, dan karakter bangsa Indonesia itu sendiri, sehingga peserta didik bisa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat rohani, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggungjawab. Pendidikan ini harus dilakukan secara seimbang dengan pengajaran walaupun sesungguhnya tanggungjawab dalam pendidikan lebih berat dibandingkan dengan pengajaran. Pendidikan karakter bangsa identik dengan pendidikan moral pada manusia agar bangsa Indonesia memiliki moral yang Agamis (moral yang sesuai dengan nilai-nilai agama yang berlaku di Indonesia) dan moral yang Pancasilais (moral yang sesuai dengan nilai-nilai dasar negara dan edeologi bangsa Indonesia). Meteri yang relevan untuk pendidikan karakter tersebut harus selalu diberikan kepada peserta didik sesuai dengan jenjang/tingkat pendidikannya, misalnya materi yang dikemas dalam mata pelajaran atau mata kuliah agama, mata pelajaran Pancasila atau Pendidikan Moral Pancasila, Kewarganegaraan, Ilmu Budaya, Etika atau Budi Pekerti atau Tata Krama. Pembuatan tata tertib di sekolah, sosialisasi tata tertib kepada peserta didik, dan penerapannya merupakan suatu bentuk pendidikan karakter dengan tujuan agar peserta didik terlatih menaati atau mematuhi tata tertib tersebut. Jika tata tertib ada, kode etik ada, bahkan undang-undang juga ada, tetapi tidak ada upaya mendisiplinkan peserta didik, masyarakat, tidak ada upaya mendisiplinkan dirinya, dan tidak ada upaya penegakan hukum secara adil maka tujuan pendidikan karakter/moral tidak pernah akan tercapai. Sebagaimana pada penerapan konsep pengajaran seperti yang telah diuraikan di atas bahwa pada konsep pendidikan pun bisa dilakukan dengan berbagai metode untuk mentransfer materi pendidikan karakter agar peserta didik (murid) memiliki kompetensi sesuai ranah yang ditentukan oleh para pendidiknya meliputi perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor. Kompetensi peserta didik pada ranah afektif dan psikomotor dalam pendidikan karakter bangsa ini sangat penting, misalnya kepatuhan peserta didik pada aturan-aturan, norma, kaidah, etika, kode etik, serta kemauan untuk mempraktikkan anjuran dan meninggalkan larangan yang terdapat pada setiap aturan-aturan, norma, kaidah, etika, dan kode etik yang

5 berlaku di lingkungan tempat bekerja dan di wilayah Negara Indonesia. Sekali lagi, proses pendidikan karakter bangsa atau pendidikan moral ini harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus) kepada peserta didik pada setiap jenjang pendidikannya pada lembaga-lembaga pendidikan, kemudian proses pendidikan tersebut terus dilanjutkan baik di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan tempat bekerja. Dengan demikian benar bahwa pendidikan harus diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat (UU RI No. 20 Tahun 2003). Jika melihat kenyataan yang ada seperti saat ini yang berkaitan dengan masalah penurunan moral, misalnya maraknya berbagai bentuk kejahatan seperti pembunuhan, perampokan, pertengkaran, penggunaan narkoba, pemerkosaan, korupsi, kolusi, nepotisme, dan berbagai bentuk kejahatan dan pelanggaran lainnya adalah suatu bukti bahwa proses pendidikan di negeri ini belum mencapai tujuan sebagaimana tujuan hakiki pendidikan yang dicita-citakan oleh Bapak Pendidikan Nasional (Ki Hadjar Dewantara). Kita sebagai generasi bangsa yang telah diwarisi suasana merdeka berkat perjuangan para pahlawan hendaknya pandai bersyukur atas kenikmatan dari Allah berupa kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Mari seluruh warga Negara Indonesia bersyukur dengan membuktikan diri mau mengisi kemerdekaan ini dengan segala perbuatan yang terpuji, dengan beramal ilmiah dan berilmu amaliah agar tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 bisa tercapai sesuai cita-cita Ki Hadjar Dewantara. Mari kita renungkan semboyan yang sangat terkenal yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara: Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Makna semboyan tersebut adalah di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan. Semboyan tersebut mengandung makna yang sangat dalam dan luas yang menggambarkan karakter/tabiat seorang pendidik. Seorang pendidik harus menjadi teladan bagi peserta didiknya. Saya lebih suka memakai kata teladan dibandingkan menggunakan kata contoh, hal ini meminjam pernyataan almarhum Prof. Dr. Andi Hakim Nasution (pakar statistika IPB). Teladan yaitu sesuatu yang patut/baik untuk ditiru, sedangkan contoh yaitu sesuatu yang baik atau tidak baik. Mencontoh seseorang belum tentu orang yang

6 ditiru itu benar, sedangkan meneladan seseorang berarti orang yang ditiru itu pasti benar dan terpercaya. Apa saja karakter seorang pendidik yang bisa dijadikan teladan? Karakter seorang pendidik yang bisa dijadikan teladan antara lain sebagai berikut. 1. Perkataan seorang pendidik harus selalu baik dan benar (jujur), semua yang dikemukakan secara lisan maupun melalui tulisan selalu baik dan benar. Seorang pendidik jika berbicara harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, nada bicara harus sopan, lembut tetapi jelas didengar oleh peserta didik maupun orang lain. Seorang pendidik tidak diperkenankan berbicara kotor, bohong, dan kasar. Mengingat seorang pendidik harus berkata baik dan benar, maka ia bisa dipercaya (istilah bahasa Jawa iso digugu). Oleh karena itu, setiap nasihat seorang pendidik pasti dipercaya yang diterima oleh peserta didiknya. Lalu bagaimana apabila terjadi bahwa nasihat seorang pendidik tidak diindahkan oleh peserta didiknya? Pada kasus seperti ini para pendidik perlu introspeksi, mungkin saja para pendidik belum mempunyai karakter seperti tersebut di atas, sehingga peserta didiknya tidak sepenuhnya percaya, bahkan bisa jadi tidak percaya sama sekali. 2. Perbuatan dan tingkah laku seorang pendidik harus baik dan benar. Perbuatan yang baik dan benar itu didasarkan atas perilaku yang selalu taat pada normanorma dan aturan yang berlaku. Seorang pendidik harus disiplin dalam menjalankan tugasnya, mempunyai etos kerja yang baik, dan dedikasi yang tinggi untuk memajukan pendidikan bangsa Indonesia. Seorang pendidik tidak diperkenankan berbuat buruk/jelek, misalnya malas bekerja, tidak disiplin, mengomersialkan fasilitas pendidikan, mendiskriminasikan peserta didik, melakukan pelecehan seksual, melakukan kekerasan, melakukan manipulasi laporan keuangan alias korupsi, melakukan plagiarism, dan lain sebagainya. Mengingat seorang pendidik harus berbuat dan bertingkah laku yang baik dan benar, maka ia bisa dijadikan teladan (istilah bahasa Jawa patut yen ditiru). Mengingat dua karakter pendidik yang bisa dijadikan teladan bagi para peserta didiknya dan bagi masyarakat secara umum, yaitu bisa digugu dan patut untuk ditiru, maka pendidik pantas disebut sebagai guru (wong sing iso digugu lan ditiru; istilah orang Jawa sejak zaman dulu yang artinya orang yang bisa

7 dipercaya dan patut untuk ditiru). Ini karakter seorang pendidik ketika beliau berada di depan. Pada prinsipnya pendidik juga pemimpin bagi peserta didiknya, oleh karena itu karakter pemimpin bangsa pun harus bisa menjadi teladan bagi setiap masyarakat yang dipimpinya. Pemimpin juga harus orang yang bisa dipercaya dan patut untuk ditiru. Karakter lainnya dari seorang pendidik antara lain sebagai berikut. 1. Pendidik ketika dalam proses pengajaran dan pendidikan harus bisa memberi semangat kepada peserta didiknya agar peserta didik mampu mewujudkan potensi dirinya yang meliputi daya cipta, karsa, dan karya yang bermanfaat untuk memenuhi penghidupan lahiriah, khususnya bagi dirinya, keluarganya, bangsanya, dan umumnya bagi seluruh umat manusia. Selain itu, harus memberi semangat kepada peserta didik agar mereka selalu bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berilmu pengetahuan yang luas, berakhlak mulia, kreatif, madiri, dan bertanggungjawab. 2. Pendidik harus selalu mendorong peserta didiknya untuk maju, berprestasi sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, dan mencapai cita-citanya. Dorongan yang harus diberikan kepada peserta didik meliputi dorongan mental, moral, dan spiritual. Oleh karena itu, seorang pendidik harus memiliki keunggulan dalam hal mental, moral, dan spiritual. Dengan keunggulan mental, moral, dan spiritual inilah seorang pendidik memiliki karakter umum meliputi: beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri dan tanggungjawab, amanah, sopan dan santun, percaya diri dan pekerja keras, suka menolong, adil, rendah hati, cinta kedamaian dan persatuan (http://fajar-kacamata.blogspot.com/2012). Demikianlah uraian pemikiran saya dalam tulisan ini, diharapkan semoga para pembaca dan seluruh bangsa Indonesia pandai bersyukur kepada Allah atas semua kenikmatan yang telah diterima dari-nya, bisa mengenang jasa dan perjuangan para pahlawan nasional, memahami hakikat hari pendidikan nasional, dan mau meneladan (meniru) konsep Ki Hadjar Dewantara dalam mencapai tujuan pendidikan nasional di Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta. Selamat berjuang, semoga sukses!