PENGHITUNGAN TARIF KAMAR RAWAT INAP DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA RUMAH SAKIT KARYA ASIH CHARITAS PALEMBANG

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Penggunaan Activity Based Costing Sebagai Alternatif Dalam Menentukan Tarif Kamar Pada Hotel Cendrawasih Lahat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia usaha yang semakin pesat. Persaingan tersebut tidak hanya

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Kasus Pada RSB Nirmala,Kediri)

BAB 1 PENDAHULUAN. yayasan yang sudah disahkan sebagai badan hukum. rawat inap, rawat darurat, rawat intensif, serta pelayanan penunjang lainnya.

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten)

Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ)

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan profitabilitas dalam mencapai tujuan perusahaan tersebut. Pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan

DAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM RUMAH SAKIT (Studi Kasus pada RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya)

MODEL ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI MODEL PENENTUAN TARIF JASA PENGINAPAN HOTEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 7 RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. 7.1 Ringkasan Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya demi kepuasan konsumen. karena dapat mempengaruhi profitabilitas suatu rumah sakit.

Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan. Metode Activity Based Costing (Studi Kasus pada Hotel Rachmad Jati Caruban) Oleh: Ratna Kusumastuti

Penerapan Activity Based Costing (ABC) Sebagai Dasar Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus Pada RSAB Muhammadiyah Probolinggo)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis dibidang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu unit usaha (baik milik pemerintah maupun swasta), dimana lembaga

BAB IV METODE PENELITIAN

Ahmad Ansyori. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang. Abstrak

SUKODONO, SIDOARJO. Irwan Firdaus Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Surabaya

ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA TARIF RAWAT INAP RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BRIMOB DEPOK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

PERHITUNGAN BIAYA KAMAR RAWAT INAP RSUD TUGUREJO SEMARANG MENGGUNAKAN METODE ABC

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

ACTIVITY BASED COSTING PADA PELAYANAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. misalnya usaha konveksi dimana dalam bidang usaha ini perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan persaingan akan mendorong perusahaan untuk melakukan

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI DASAR PENETAPAN TARIF JASA RAWAT INAP PADA KLINIK PKU MUHAMMADIYAH KANIGORO KRAS

BAB 1 PENDAHULUAN. dari rumusan permasalahan dan pertanyaan penelitian. Setelah teridentifikasi

PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Study Kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten)

LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN UNIT COST DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM AKURASI PERHITUNGAN TARIF KAMAR PADA HOTEL AZIZA BY HORISON PEKANBARU

Analisa Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Menggunakan Activity Based Costing System (ABCS) di Rumah Sakit Paru Pamekasan.

Pendahuluan Pemahaman Biaya Unit Cost Biaya dan kaitannya dengan subsidi Tarif berdasarkan Unit Cost

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. aliran biaya dua tahap. Tahap pertama adalah pembebanan sumber daya kegiatan,

BAB I PENDAHULUAN. masa kompetitif saat ini sedang menjadi topik perekonomian, dimana perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB III METODE PENELITIAN. masyarakat Mojokerto dan sekitarnya. Rumah Sakit ini berlokasi di jalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II BAHAN RUJUKAN

Lampiran 1 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Kamar Rawat Inap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

METODE ACTIVITY BASED COSTING UNTUK MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT YARSI (Yayasan Rumah Sakit Islam) PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi yang akurat untuk meningkatkan efektivitas dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan Cost Kamar Hotel Pada XYZ Hotel

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI DASAR PENETAPAN TARIF JASA RAWAT INAP PADA RSUD. SITI AISYAH KOTA LUBUKLINGGAU

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, seiring dengan perkembangan dunia yang sangat

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif ini dengan tujuan untuk

MANFAAT ACTIVITY BASED MANAGEMENT DALAM RANGKA PENCAPAIAN COST REDUCTION UNTUK MENINGKATKAN LABA (Studi Kasus pada RS Islam Al-Arafah Kediri)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENETAPAN HARGA POKOK SEBAGAI DASAR PENENTUAN TARIF RAWAT INAP BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DI RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan unit cost yang berhubungan dengan pelayanan rawat inap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian... 5

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI, ACTIVITY BASED COSTING DAN SISTEM BIAYA KONVENSIONAL PADA PERUSAHAAN X.

BAB 1 PENDAHULUAN. ini perusahaan harus memiliki keunggulan dalam menghadapi perkembangan. bertahan dan terus berkembang dalam menghadapi pesaing.

ANALISIS BIAYA RS BERDASARKAN AKTIVITAS ACTIVITY BASED COSTING (ABC) Oleh : Chriswardani S (FKM MIKM UNDIP)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku usaha diharapkan mampu mengikuti perkembangan tersebut serta

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan terkait perhitungan unit cost dengan metode ABC pada IBS RS UGM.

Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada Jamu Singkir Angin (Studi Kasus Pada PT. Nyonya Meneer Semarang) Oleh

BAB I PENDAHULUAN. hotel terhadap pelanggannya misalnya fasilitas kolam renang, restoran, fitness center,

BAB I PENDAHULUAN. berbasis unit, dengan penghitungan unit cost yang detail sehingga mudah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB1I PENDAHULUAN. Di Era persaingan global yang semakin ketat sekarang ini menuntut suatu organisasi

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN TARIF RAWAT INAP DI RSUD KAYUAGUNG TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dewasa ini perkembangan ekonomi meningkat sedemikian

EVALUASI BIAYA UNTUK PENETAPAN TARIF KELAS RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT SWASTA (Studi Kasus pada Rumah Sakit Panti Nirmala Malang)

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan perlu mempunyai strategi-strategi yang dijalankan untuk. untuk jangka waktu yang panjang dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia yang sangat

ALTERNATIF PENENTUAN TARIF SPP MENGGUNAKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC)SYSTEM DI SMK YPPM BOJA

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN HARGA POKOK JASA RAWAT INAP (Studi pada RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik Tahun 2013)

Transkripsi:

IJCCS, Vol.x, No.x, Julyxxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 PENGHITUNGAN TARIF KAMAR RAWAT INAP DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA RUMAH SAKIT KARYA ASIH CHARITAS PALEMBANG Maria Tusiana *1,Lili Syafitri 2,Kathryn Sugara 3 1,2,3 STIE MDP PALEMBANG; Jl. Rajawali No. 14 Palembang, telp (0711)376400 1,2,,3 Jurusan Akuntansi, Palembang e-mail: *1 mariafch3@gmail.com, 2 lili.syafitri@rocketmail.com, 3 kathryn@mdp.ac.id Abstrak Tujuan penelitian ini Adalah untuk menganalisis tarif kamar rawat inap berdasarkan metode ABC (Activity Based Costing) pendekatan Double distribution.metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan menganalisis tarif dan dipresentasikan dengan metode kuantitatif. Dari hasil penghitungan tarif kamar rawat inap dengan metode ABC (Activity Based Costing) pendekatan Double Distribution tarif lebih besar dibandingkan dengan yang tradisional karena adanya pembagian biaya secara menyeluruh dari unit penunjang kesesama unit penunjang dan ke unit produksi. Kata kunci : ABC, Double Distribution, aktivitas Abstract The purpose of this studyis to analyze theroom rates of hospitalization based method ABC (Activity Based Costing) Double distribution approach. The method usedin this study is qualitative analyzes presented tariff and quantitative methods. From there sults of the counting room ratesof hospitalization with the ABC method (Activity Based Costing) Double approach Distribution greaterrates than the traditional ones because of the division of the over all costof supporting unit supporting unit and to the production unit. Keywords: ABC, DoubleDistribution, activity Received June1 st,2012; Revised June25 th, 2012; Accepted July 10 th, 2012

IJCCS 2 ISSN: 1978-1520 1. PENDAHULUAN Rumah sakit didirikan untuk mengupayakan kesehatan bagi masyarakat.saat ini di Indonesia terdapat beberapa rumah sakit diantaranya rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.340/MENKES/PER/III/2010 pasal 1 Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit.klasifikasi rumah sakit didasarkan pada fasilitas dan kemampuan pelayanan.fasilitas adalah segala sesuatu hal yang menyangkut sarana, prasarana maupun alat (baik alat medik maupun alat non medik) yang dibutuhkan oleh rumah sakit dalam pelayanan yang sebaik-baiknya bagi pasien.sarana adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi dan (umumnya) merupakan bagian dari suatu bangunan gedung ataupun bangunan gedung sendiri. Prasarana adalah benda maupun jaringan/instansi yang membuat suatu sarana yang ada bisa berfungsidengan tujuan yang diharapkan. Rumah sakit dalam kegiatan operasionalnya memerlukan laba untuk kelangsungan pelayanan di masa mendatang, namun tidak hanya berfokus pada laba tetapi juga harus mempertahankan fungsi sosialnya dan meningkatkan mutu pelayanan bagi masyarakat. Dewasa ini perkembangan rumah sakit sangat pesat, dengan melihat secara langsung banyaknya rumah sakit didirikan satu dengan yang lain secara berdekatan. Hal ini menimbulkan persaingan yang sangat pesat.melihat kondisi seperti ini pihak pengelola rumah sakit harus mempunyai strategi dan mengantisipasi agar rumah sakit yang ada tetap berjalan sesuai dengan visi dan misi serta mencapai tujuan yang diinginkan. Rumah Sakit sebagai suatu unit ekonomi, mempunyai fungsi produksi, konsumsi dan pertukaran.aktivitas ekonomi yang dilakukan dalam unit ekonomi tersebut berupa pemberian layanan kesehatan. Faktor penggerak yang sangat dasar adanya aktifitas ekonomi tersebut tentunya timbul karena kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Untuk dapat menjalankan fungsinya, rumah sakit dihadapkan pada kemajuan teknologi dibidang kesehatan yang berdampak pada pembiayaan dan investasi dengan biaya tinggi. Peningkatan kebutuhan masyarakat akan pelayanan bidang kesehatan menuntut rumah sakit untuk selalu meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya sehingga dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan profesional. Tuntutan tersebut merupakan tujuan dan sekaligus motivasi untuk menyelenggarakan pelayanan rumah sakit (Unit Cost dan Tarif Rumah Sakit) Tujuan dari penetapan tarif adalah meningkatkan pemulihan biaya rumah sakit dan meningkatkan akses pelayanan.unsur pertama yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan tarif pelayanan kesehatan adalah biaya per unit. 2. LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Biaya Menurut Carter (2009, h.30) biaya adalah sebagai suatu nilai tukar, pengeluaran, atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat.sedangkan beban sebagai arus keluar yang terukur dari barang atau jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba, atau sebagai penurunan dalam aset bersih sebagai akibat dari penggunaan jasa ekonomi dalam menciptakan pendapatan atau dari pengenaan pajak oleh badan pemerintah. 2.2 Biaya Dalam Hubungannya dengan Produk Biaya manufaktur menurut Carter (2009, h.40) disebut juga biaya produksi yang terdiri atas tiga elemen yaitu :

IJCCS ISSN: 1978-1520 3 1. Bahan langsung adalah bahan yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Contohnya biaya obat dan makan untuk rawat inap. 2. Tenaga kerja langsung adalah tenaga yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa yang sedang diproduksi, misalnya kepala koki restourant, pekerja lini perakitan, karyawan yang mencampur dan mengaduk adonan, membuat isi kue, mengisi kue, perawat bedah yang terlibat pada bedah jantung, dokter yang menangani pasien dan pegawai kamar cuci. 3. Biaya Overhead pabrik disebut juga Overhead manufaktur atau beban pabrik yang terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu. 2.3 Biaya Dalam Hubungannya dengan Volume Produksi Menurut Hansen dan Mowen (2009, h.100) biaya variabel adalah biaya yang dalam jumlah keseluruhan bervariasi secara proporsional terhadap perubahan keluaran. 1. Biaya variabel naik ketika keluaran naik dan akan turun ketika keluaran turun, misalnya listrik, air yang dikeluarkan atau dibayar sesuai dengan pemakaian. Sebagai contoh biaya makan pasien, biaya obat pasien. Biaya ini meningkat sesuai dengan jumlah pasien yang ada. 2. Biaya tetap (Fixed Cost) bersifat konstan secara total dalam rentang yang relevan. Dengan kata lain biaya tetap per unit semakin kecil seiring dengan meningkatnya aktivitas dalam rentang yang relevan. 3. Biaya semivariabel. Beberapa jenis biaya memiliki elemen biaya tetap dan biaya variabel. Jenis biaya ini disebut biaya semivariabel, seperti biaya listrik. Listrik yang dipakai untuk pencahayaan cenderung menjadi biaya tetap karena cahaya tetap diperlukan tanpa mempedulikan tingkat aktifitas, sementara listrik yang digunakan sebagai tenaga untuk mengoperasikan peralatan akan bervariasi bergantung pada penggunaan peralatan. Telepon abonemennya tetap sedangkan pemakaian pulsa beragam, gaji adalah tetap tetapi dapat berubah ketika ada insentif atau ada pemotongan dari instansi. 2.4 Metode Activity Based Costing Menurut Hansen dan Mowen (2009, h.175) Sistem penghitungan biaya berdasarkan aktivitas ABC (Activity-Based Costing) pertama, menelusuri biaya pada aktivitas, kemudian pada produk. ABC (Activity Based Costing) adalah pembiayaan berdasarkan aktivitas produksi atau pelayanan jasa. ABC (Activity Based Coting) adalah sistem informasi yang mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam proses produksi dan menelusuri biaya-biaya pada aktivitas tersebut. 2.5 Manfaat dari ABC (Activity Based Costing) Menurut Carter (2009, h.539 h.547) ABC (Activity Based Costing) memberikan beberapa manfaat antara lain : 1. Memberikan data biaya yang lebih akurat dan membantu manajemen dalam merencanakan dan pengambilan keputusan yang lebih baik 2. Digunakan untuk menghitung biaya unit yang mempunyai produk / jasa yang beragam (heterogen) 3. Memperbaiki kinerja keuangan perusahaan 4. Penetapan harga yang lebih akurat. 5. Membantu manajemen dalam pengambilan perencanaan dan pengambilan keputusan

IJCCS 4 ISSN: 1978-1520 2.6 Metode Double Distribution Metode Double distribution merupakan pengalokasian biaya dari pusat biaya penunjang / jasa ke pusat biaya produksi.prinsip dasar yang melandasi metode double distribution adalah bahwa lembaga memiliki departemen jasa / departemen penunjang dan departemen produksi. Dalam menjalankan fungsinya, departemen jasa / penunjang memberikan layanan jasanya kepada departemen produksi, namun selain memberikan layanan jasanya ke departemen produksi, kepada departemen sesama jasa / penunjang juga saling memberikan layanan jasanya. Maka sebelum seluruh biaya dialokasikan dari seluruh departemen jasa / penunjang ke seluruh departemen produksi terlebih dahulu sesama departemen jasa/penunjang akan saling mengalokasikan biayanya masing-masing. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian menggunakan metode survei dan studi kasus untuk mengetahui taraif kamar rawat inap. 3.2 Objek / Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Rumah Sakit Karya Asih Charitas Kenten yang beralamat di Jalan Betawi Raya No.1340 Rt.22 Rw 06 Sematang Borang Kenten Palembang. Objek penelitian ini adalah tarif kamar rawat inap. 3.3 Jenis dan Sumber Data Menurut Sugiyono (2009, h.137) data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder yaitu berupa dokumen seperti : biografi Rumah Sakit, jumlah karyawan, luas bangunan, laporan keuangan, fasilitas yang ada dirumah sakit Karya Asih 3.4 Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode dokumentasi yang diperoleh dari Rumah Sakit Karya Asih antara lain: tarif kamar rawat inap, jumlah karyawan, luas bangunan, jumlah hari rawat, jumlah pasien, jenis pelayanan dan fasilitas yang dimiliki. 3.5 Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif yaitu data yang diperoleh berupa dokumen dikumpulkan dan dianalisis berdasarkan metode yang telah ditetapkan yang pada akhirnya akan dipresentasikan dengan analisis kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui besaran tarif dalam setiap unit kamar rawat inap 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Dalam mengolah data dengan menggunakan metode ABC (Activity Based Costing) pendekatan Double Distribution bahwa untuk menghitung cost masing-masing unit perlu dilihat aktivitas yang ada dan mendistribusikan biaya dari masing-masing unit penunjang ke unit produksi. Data yang diperlukan untuk mendistribusikan biaya perbagianantara lain : 1. Menentukan satuan waktu dalam satu periode akuntansi

IJCCS ISSN: 1978-1520 5 2. Menentukan batasan unit untuk keseluruhan biaya rumah sakit yang melibatkan seluruh unit. 3. Mengumpulkan data yang diperlukan antara lain : a. Laporan keuangan per 31 Desember b. Data luas bangunan c. Data jumlah karyawan d. Data porsi makan e. Data titik telepon f. Data lembar cucian dari tiap unit dalam setahun g. Data jumlah hari rawat inap dalam setahun h. Data jumlah pasien baik di ruang perawatan maupun penunjang medis dalam satu tahun i. Data inventaris dan bangunan dalam satu tahun 4. Mengidentifikasi pusat biaya unit produksi dan penunjang 5. Menentukan bobot / dasar alokasi yang akan digunakan untuk mendistribusikan semua biaya unit penunjang ke unit produksi yaitu : jumlah karyawan, luas bangunan, lembar cucian, jumlah pasien, jumlah hari rawat, jumlah titik telepon, jumlah porsi makan. 6. Memilah jenis biaya yang akan didistribusikan 7. Membuat presentase distribusi biaya dari unit penunjang ke unit produksi. 8. Mendistribusikan semua biaya unit penunjang ke unit produksi 9. Mendistribusikan biaya unit produksi ke produk-produk / output. 10. Menentukan bobot yang akan digunakan untuk mendistribusikan biaya unit produksi ke masing-masing output unit produksi 11. Menentukan parameter yang akan digunakan untuk mendapatkan unit cost per parameter unit produksi 12. Menghitung perhitungan unit cost masing-masing unit produksi 4.2 Pendistribusian Biaya dari Unit Penunjang ke Unit Produksi dengan Double Distributionproses pendistribusian dari tahap pertama yaitu pendistribusian dari unit penunjang ke sesama unit penunjang lalu ke unit produksi dan tahap ke dua dari unit penunjang ke unit produksi adalah sebagai berikut : 1. Mendistribusikan bobot biaya berdasarkan jumlah karyawan 2. Mendistribusikan bobot biaya berdasarkan luas bangunan 3. Mendistribusikan bobot biaya berdasarkan jumlah pasien 4. Mendistribusikan bobot biaya berdasarkan porsi makan 5. Mendistribusikan bobot biaya berdasarkan lembar cucian 6. Mendistribusikan bobot biaya berdasarkan titik telepon 4.3 Distribution Tahap ke dua Distribusikan biaya dari distribusi pertama ke distribusi ke dua tetap pada unit produksi saja. hanya 4.4 Akumulasi Distribution I dan II Totalkan biaya dari distribution I dan II hanya unit produksi atau unit yang menghasilkan mulai dari unit kamar jenazah sampai poliklinik.

IJCCS 6 ISSN: 1978-1520 Tabel 4.25 Bobot Fasilitas (Asumsi) Kelas I II III Isolasi Total 12 10 8 7 37 0,32432 0,27027 0,21622 0,18919 1 Sumber : Data Sudah Diolah 4.5 Penetapan Tarif Rawat Inap RS Karya Asih Setelah biaya perbagian didapatkan, untuk menentukan tarif perkelas terlebih dahulu menentukan bobot fasilitas atau asumsi untuk kelas I, II, III yaitu kelas I = 12, kelas II = 10, kelas III = 8 kelas Isolasi = 7, total bobot fasilitas 37. Bobot fasilitas kelas 1 12/37 = 0,32432, bobot fasilitas kelas II 10/37= 0,27027, bobot fasilitas kelas III 8/37 = 0,21622, bobot fasilitas kelas Isolasi 7/37 = 0, Dari Asumsi diatas maka tarif kamar rawat inap dapat dihitung dengan rumus : Keterangan : UC TC Q A UC= TC Q : Unit Cos (Biaya Satuan) : Total Cost (Biaya Total) : Quantity (Jumlah hari rawat) : Asumsi Maka diperoleh tarif kamar rawat inap RS Karya Asih seperti yang tertera pada tabel berikut: Tabel 4.26 Tarif Kamar Rawat Inap yang Baru Output Bobot Hp Total Proporsi Total Parameter Jumlah Unit Fasilitas (B) (F) Cost (A) E/G Kelas I 0,32432 Kelas II Kelas III 0,27027 0,21622 Isolasi 0,18919 744 869 3304 56 Sumber : Data Sudah Diolah (C) AxQ (D) AxQ/total C Biaya (E) D x total E 241,2973 0,2009 407.952.347 234,86486 0,1955 397.077.273 714,37838 0,5948 1.207.772.898 10,594595 0,0088 17.911.886 1201,135 1,0000 2.030.714.404 Paramete (G) Perawatan 744 Perawatan 869 Perawatan 3304 Perawatan 56 548.323 456.936 365.549 319.855

IJCCS ISSN: 1978-1520 7 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan analisisis pengolahan data dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat perbedaan tarif yang berlaku saat ini dengan tarif yang di hitung dengan metode Activity Based Costing pendekatan Double Distribution., pada pendekatan Double Distribution semua biaya yang terjadi diperhitungkan, sehingga terdapat biaya yang benar-benar riil. 2. Dari hasil perhitungan penetapan tarif rawat inap menurut metode ActivityBased Costing pendekatan Double Distribution, maka dapat disimpulkan bahwa: a. Tarif kamar rawat inap kelas I sebesar Rp.548.323,- menurut rumah sakit Rp.350.000,- terdapat selisih kurang sebesar Rp. 198,323 b. Tarif kamar rawat inap Kelas II sebesar Rp.456.936,- menurut rumah sakit Rp.225.000,- terdapat selisih kurang sebesar Rp.231.936,- c. Tarif kamar rawat inap kelas III sebesar Rp. 365.549,- menurut rumah sakit Rp.80.000,- terdapat selisih kurang sebesar Rp.285.549,- d. Tarif kamar isolasi sebesar Rp.319.855,- menurut rumah sakit Rp. 150.000,- terdapat selisih kurang sebesar Rp. 169,855,- 5.2 Saran 1. Agar Rumah Sakit Karya Asih menentukan tarif kamar rawat inap dengan metode Activity Based Costing pendekatan Double Distribution. 2. Untuk tarif kamar rawat inap kelas 1 sebesar Rp.548.323,- Untuk tarif kamar rawat inap kelas II sebesar Rp.456.936,- Untuk tarif kamar rawat inap kelas III sebesar Rp.365.549,- Untuk tarif kamar rawat inap kelas isolasi sebesar Rp.319.855,- DAFTAR PUSTAKA [1] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2010, Klasifikasi Rumah Sakit, No. 340/MENKES/PER/III/2010. [2] Agastya dan Arifa 2009, Unit Cost dan Tarif Rumah Sakit, Minat Utama Manajemen Rumah Sakit UGM, Yogyakarta. [3] Carter, Willaim K 2009, Akuntansi Biaya, Edisi 14, Salemba Empat, Jakarta. [4] Mowen dan Hansen 2009, Akuntansi Menejerial, Edisi 8, Salemba Empat, Jakarta. [5] Sugiyono 2009, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D, cetakan ketujuh, ALFABETA, Bandung.