BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

I. PENDAHULUAN. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, seperti televisi, internet dan alat-alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang modern memberi pengaruh terhadap perilaku membeli

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Pokok

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. melewati tiga tahap yang berbeda namun berhubungan yang harus dilalui, tahap

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

I. PENDAHULUAN. proses interaksi sosial. Soekanto (2009:55) menyatakan bahwa, Interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini,

BAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat per-belanjaan.

ini menjadi tantangan bagi perusahaan karena persaingan semakin ketat dan Persaingan antar produsen ini juga terjadi di Indonesia.

BAB I PEMBUKAAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan globalisasi memberi pengaruh pada masyarakat Indonesia, salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kelas dunia, kosmetik, aksesoris dan pernak-pernik lainnya.

BAB II KERANGKA TEORI. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas individu


BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Survei yang dilakukan oleh AC Nielsen

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA DI SMA NEGERI I SEMARANG TAHUN AJARAN 2005/2006

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

2014 PERILAKU KONSUMEN MAHASISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman modernisasi ini banyak dijumpai remaja yang sering ikutikutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BABI PENDAHULUAN. Seperti yang telah diketahui bahwa rnenjelang abad ke 20, negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, yang bisa disebut dengan kegiatan konsumtif. Konsumtif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan rencana. Pembelanja sekarang lebih impulsif dengan 21% mengatakan, mereka tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan kepulauan yang berkembang dengan pesat, khususnya kota Jakarta. Berdasarkan Undang-Undang no.

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

2015 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI TINGKAT AWAL DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memiliki suatu kebutuhan yang berbeda-beda. Tiap orang juga

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP HEDONIS DAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU KONSUMTIF TERHADAP PONSEL PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. tak jarang masyarakat juga menyukai gaya hidup yang bisa dibilang berfoya-foya dan

BAB I PENDAHULUAN. informasi, ekonomi-industri, sosial budaya dan bidang lainnya. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan termasuk

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu

BAB II LANDASAN TEORI. A. Perilaku Konsumtif. produk yang tidak tuntas artinya, belum habis sebuah produk yang dipakai

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seluruh lapisan masyarakat. Sejalan dengan perkembangan jaman yang semakin pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai media massa baik media cetak maupun media elektronik telah

BAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tidak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki, namun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam berperilaku, khususnya dalam perilaku membeli. Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena psikoekonomik yang banyak melanda kehidupan masyarakat, terutama yang berdomisili di daerah perkotaan. Fenomena ini sangat menarik untuk diteliti, mengingat seseorang akan berperilaku konsumtif sejalan dengan menjamurnya produk-produk dalam maupun luar negeri yang ditawarkan pada masyarakat, sebagai kemodernan masa kini sehingga tidak sedikit seseorang membeli dengan tujuan yang tidak semestinya. Pembelian suatu produk bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan, melainkan karena keinginan (Zebua, dkk, 2001). Adanya kemajuan ini secara implisit menyebabkan hasrat konsumtif dan daya beli juga bertambah. Apa yang dulu tidak dikenal sekarang telah menjadi barang yang biasa. Kebiasaan dan gaya hidup juga berubah dalam waktu yang relative singkat menuju ke- arah semakin mewah dan berlebihan. Pola konsumsi seperti ini terjadi pada hampir semua lapisan masyarakat. Apalagi bagi para remaja khususnya putri mereka mempunyai keinginan membeli yang tinggi karena pada umumnya remaja mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, tingkah laku, kesenangan musik dalam pertemuan dan pesta. Remaja ingin selalu berpenampilan yang dapat menarik perhatian orang lain terutama teman sebaya, sehingga remaja 1

2 kebanyakan membelanjakan uangnya untuk keperluan tersebut. (Dahlan, dalam Zebua, dkk, 2001). Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju usia dewasa. Pada masa remaja individu mulai mengalami perubahan dalam sikap dan perilakunya sejajar dengan tingkat pertumbuhan fisiknya. Remaja berada pada posisi transisi dalam perkembangan hidup manusia mengalami perubahan, baik yang berkaitan dengan perubahan fisik, interaksi sosial ataupun pencarian identitas dirinya. Remaja mulai mengarahkan geraknya menuju kelompok sebaya yang dianggap mempunyai kesamaan pandangan. Kebutuhan untuk diterima kelompok sebaya sangat penting bagi remaja. Dalam usahanya untuk dapat diterima dalam kelompok, remaja harus membuat penampilannya sama dengan pola-pola dan harapan-harapan sesama remaja, sehingga perhatiannya seringkali difokuskan pada diri sendiri. Mereka biasanya mulai sadar akan penampilan dirinya, penampilan wajah, pakaian, rambut, dan penampilan fisik lainnya. Karena mereka berpendapat bahwa penampilan diri memainkan peranan penting dalam penerimaan sosial terutama penerimaan dari teman sebaya (Mahdalela, 1998). Monks dkk. (2000) menyatakan bahwa remaja memiliki kontrol eksternal lebih tinggi dari pada kontrol internal sehingga lebih peka terhadap pengaruh kelompok. Remaja mempunyai kepekaan terhadap apa yang sedang in, remaja mengikuti mode yang sedang beredar. Mode itu sendiri terus menuntut rasa tidak puas pada konsumen yang memakainya sehingga mendorong konsumen untuk mengkonsumsinya karena takut ketinggalan. Kenyataan ini membuat remaja

3 mempunyai pola konsumsi yang menunjukkan pada keeksklusivan, sifat lebih mahal dan lebih mewah. Manifestasinya tampak pada penampilan remaja dengan mode yang mutakhir dan lekat dengan hasrat untuk memperoleh pengakuan dari temantemannya. Ketakutan remaja ketinggalan mode karena pengaruh teman-temannya dan ingin selaras (conform) dengan lingkungannya. Arus konsumtifisme yang telah melanda kalangan remaja, memungut gaya hidup seperti ini merupakan cara paling tepat untuk dapat ikut masuk ke dalam kelompok sosial yang diinginkan. Remaja memang sering dijadikan target pemasaran produk industri antara lain karena karakteristik mereka yang labil, spesifik dan mudah dipengaruhi sehingga akhirnya mendorong munculnya berbagai gejala dalam perilaku membeli yang tidak wajar (Zebua, dkk, 2001). Menurut Tambunan (2001) bagi produsen, kelompok usia remaja adalah suatu pasar yang potensial. Alasannya karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja, di samping itu remaja mudah terbujuk iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistik, dan cenderung menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen dalam memasuki pasar remaja. Kalangan remaja yang memiliki orangtua dengan kelas ekonomi yang cukup tinggi maka di kota-kota besar, mall sudah menjadi rumah kedua. Mereka ingin menunjukkan dirinya dengan mengikuti mode yang sedang beredar, padahal mode itu sendiri selalu berubah, para remaja tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya sehingga muncul perilaku konsumtif, hal ini menjadi masalah ketika kecenderungan perilaku yang sebenarnya wajar pada remaja ini menjadi berlebihan karena apa yang dituntut

4 oleh remaja di luar kemampuan orang tuanya sebagai sumber dana, sehingga banyak orangtua yang mengeluh saat anaknya memasuki dunia remaja dan perilaku remaja tersebut menimbulkan masalah ekonomi pada keluarganya. Remaja dalam perkembangan kognitif dan emosinya masih memandang sesuatu yang superfisial itu sama penting, bahkan lebih penting dengan substansi apa yang dilakukan dan dimiliki seorang artis yang menjadi idola para remaja menjadi lebih penting untuk ditiru. Kecenderungan remaja untuk berperilaku konsumtif diduga terkait dengan karakteristik psikologis tertentu yang dimiliki oleh remaja yaitu tingkat kebutuhan untuk penyesuaian dengan kelompok teman sebaya. Mereka ingin kehadirannya diakui sebagai bagian dari komunitas remaja secara umum dan secara khusus sebagai bagian dari kelompok teman sebaya mereka, demi mendapatkan pengakuan tersebut remaja sering kali bersedia melakukan berbagai upaya meskipun hal itu sesuatu yang tidak diperlukan atau berguna bagi mereka bila ditinjau dari kaca mata orang tua atau orang dewasa lainnya. Keinginan yang kuat untuk melepaskan diri dari keterkaitan dengan orang tua membuat remaja mencari dukungan sosial melalui teman sebaya. Artinya remaja harus memiliki penampilannya yang sama dengan pola-pola dan harapan-harapaan dari kelompoknya agar mendapat perhatian dan lebih mudah diterima ketika berinteraksi dengan teman sebayanya, dengan demikian mereka biasanya mulai sadar akan penampilan dirinya, penampilan wajah, pakaian, rambut dan penampilan fisik lainnya. Karena mereka berpendapat bahwa penampilan diri memainkan peranan penting dalam interaksi teman sebaya

5 Peran kelompok teman sebaya memiliki arti bagi perkembangan remaja, dimana pusat perhatian anak mulai beralih dari keluarga ke kelompok teman sebaya. Menurut Hurlock (2001) kelompok teman sebaya merupakan sarana bagi anak untuk bersosialisasi. Kelompok sebaya dalam hal ini teman sekolah, sangat besar pengaruhnya terhadap proses sosialisasi selama masa remaja. Kelompok teman sebaya tidak hanya berfungsi sebagai sumber pelindung perasaan, tetapi juga membuat acuan perilaku sosial yang dapat diterima dan mengharapkan agar anggotaanggota kelompoknya dapat menyesuaikan diri dengan acuan-acuan tersebut. Kelompok sebaya merupakan dunia nyata kawula muda, yang menyiapkan panggung supaya individu dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Artinya apakah pengaruh teman sebaya yang begitu kuat mampu dijadikan sebagai sarana remaja untuk dapat menyesuaikan diri dengan berhasil, ataukah sebaliknya kehadiran remaja dalam kelompok teman sebaya justru akan semakin memunculkan rasa keterasingan karena ketidakcocokan perilaku yang ditampilkan oleh remaja tersebut. Selain itu pada diri remaja juga terjadi perkembangan konsep diri kearah yang lebih realistik berdasarkan proses belajar yang terjadi. Perkembangan konsep diri tersebut dipengaruhi oleh pertambahan usia, penampilan, hubungan dengan keluarga dan kelompok teman sebaya. Seorang pelajar yang diperlakukan seperti yang ia inginkan (tidak selalu dianggap sebagai anak-anak) akan lebih cepat matang dan akan mengembangkan konsep diri yang positif. Sehubungan dengan hal ini penampilan yang menarik akan membawa remaja pada penilaian yang baik tentang karakteristik pribadinya dan akan membantu proses penerimaan sosial.

6 Seperti diketahui masa remaja merupakan tahapan peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan baik dalam aspek fisik, sosial dan psikologis. Perubahan tersebut bermuara pada upaya menemukan jatidiri berkaitan dengan bagaimana remaja menampilkan dirinya (Zebua, dkk, 2001). Nathaniel (Burns, 1979) mengatakan konsep diri tumbuh dan dimiliki individu berasal dari penilaian seseorang yang kemudian menghasilkan suatu akibat terutama pada proses pemikiran, perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan. Dengan adanya keinginan-keinginan tersebut mendorong seseorang untuk berperilaku konsumtif yang digunakan untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain atau lingkungannya sehingga dapat meningkatkaan harga dirinya. Mappiare (1982) mengemukakan bahwa salah satu kebutuhan yang ada pada masa remaja adalah kebutuhan kemantapan terhadap konsep dirinya. Kebutuhan ini dapat dipenuhi bila remaja melakukan kontak sosial yang lebih luas. Dengan adanya kemantapaan konsep diri, akan dapat memupuk rasa percaya diri yang pada gilirannya nanti akan menyebabkan remaja tidak canggung dalam melakukan pergaulan sosial. Kebutuhan ini berkaitan erat dengan pergaulan dan penerimaan teman sebaya Di sisi lain remaja putri sebagai salah satu golongan masyarakat saling berlomba agar berpenampilan (dalam berpakaian) yang menarik, sehingga kaum remaja putri akan melakukan segala cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manifestasinya tampak pada penampilan remaja dengan mode yang mutakhir dan

7 lekat dengan hasrat untuk memperoleh pengakuan dari teman-temannya. Takutnya remaja ketinggalan mode karena pengaruh teman-teman dan ingin konform dengan lingkungannya. Apabila tidak diimbangi konsep diri yang positif, maka arus konsumtivisme yang telah melanda kalangan remaja, memungut gaya hidup seperti ini merupakan cara paling tepat untuk dapat ikut masuk ke dalam kelompok sosial yang diinginkan. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahannya adalah Apakah ada hubungan antara interaksi teman sebaya dan konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja putri?. Berdasarkan rumusan masalah tersebut penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan mengadakan penelitian yang berjudul Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya dan Konsep Diri dengan Perilaku Konsumtif pada Remaja Putri. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui hubungan antara interaksi teman sebaya dan konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja putri. 2. Mengetahui hubungan antara interaksi teman sebaya dengan perilaku konsumtif pada remaja putri. 3. Mengetahui hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja putri.

8 C. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: Penelitian ini diharapkan bermanfaat: 1. Dari segi teoritis Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dan sebagai wacana pemikiran bagi peneliti selanjutnya mengenai hubungan antara interaksi teman sebaya dan konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja putri. 2. Dari segi praktis. a. Bagi remaja khususnya putri, diharapkan dapat memberi masukan agar memiliki pengetahuan tentang bagaimana berinteraksi dengan teman sebaya yang baik sehingga akan membawanya pada keberhasilan dalam tata pergaulan serta bagaimana mereka dapat menilai dirinya sendiri agar dapat bertindak sesuai dengan konsep diri yang dimiliki kaitannya dengan perilaku konsumtif pada remaja putri. b. Bagi produsen, memberikan informasi tentang pentingnya berinteraksi dengan teman sebaya dan konsep diri kaitannya dengan perilaku konsumtif pada remaja putri. c. Bagi peneliti lainnya, dapat digunakan untuk meneliti hal yang sama sehingga mampu melihat fungsi dan peranan interaksi teman sebaya dan

9 konsep diri dengan perilaku konsumtif pada remaja putri serta dapat dipakai sebagai bahan untuk menyempunakan penelitian selanjutnya.