ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL TERHADAP PERMINTAAN ENERGI DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LEAP

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. hardware Prosesor intel dual core 1,5 GHz, Memory Ram 1 GB DDR3, Hard

Secara garis besar penyusunan proyeksi permintaan energi terdiri dari tiga tahap,

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Studi Pendahuluan. Identifikasi dan Perumusan Masalah. Studi Pustaka. Pengumpulan Data.

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) di Indonesia : Fasilitasi Penyusunan RUED di Propinsi Riau dan Kalimantan Tengah

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Pemodelan Kebutuhan Energi Sulawesi Selatan dengan Skenario Energi Baru/Terbarukan

Versi 27 Februari 2017

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Dari serangkaian analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan :

Roadmap Energy di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

PERENCANAAN ENERGI TERPADU DENGAN SOFTWARE LEAP (LONG-RANGE ENERGY ALTERNATIVES PLANNING)

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

LEAP MANUAL PENYUSUNAN DATA BACKGROUND STUDY RPJMN TAHUN LONG-RANGE ENERGY ALTERNATIVES PLANNING SYSTEM

Energi di Indonesia. Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. 3 Mei 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PETA REGULASI KONSERVASI ENERGI

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BABI PENDAHULUAN. Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan

Kajian INDONESIA ENERGY OUTLOOK

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

Mendukung Pengentasan Kemiskinan melalui Perencanaan Energi Daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. nasional yang meliputi kebijakan penyediaan energi yang optimal dan

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 5

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Perkiraan Konsumsi Energi Final

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Iva Prasetyo Kusumaning Ayu, FE UI, 2010.

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

I. PENDAHULUAN. dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan

ANALISIS ENERGY BALANCE TAHUN 2000 SAMPAI DENGAN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN

1 BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN ENERGI DAN PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI BENGKULU DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

Studi Awal Kebutuhan Energi Listrik dan Potensi Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

[ BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI ] 2012

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. besar dikuasai hanya oleh negara-negara industri besar dunia (Zhao, 2008).

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) TERKAIT BAHAN BAKAR UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Demografis Provinsi DKI Jakarta

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

ANALISIS PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI NASIONAL JANGKA PANJANG DI INDONESIA

Proyeksi Kebutuhan dan Penyediaan Energi serta Indikator Energi - OEI 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

Panduan Pengguna Untuk Sektor Pertanian, Konstruksi dan Pertambangan. Indonesia 2050 Pathway Calculator

IDENTIFIKASI POTENSI ENERGI MIKROHIDRO UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Transkripsi:

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL TERHADAP PERMINTAAN ENERGI DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LEAP ABSTRAK Frans J. Likadja Jurusan Teknik Elektro, FST, Universitas Nusa Cendana Kupang Jl. Adisucipto Penfui Kupang, Telp.08123767103 Emai: frankylikadja@yahoo.com Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Kebijakan Energi Nasional (KEN) terhadap jumlah permintaan konsumsi energi final per sektor konsumen dan per sektor energi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) periode 2009-2024. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan pemodelan permintaan energi, dan mensimulasikannya menggunakan bantuan perangkat lunak Long Range Energy Alternative Planning System (LEAP) menggunakan skenario pertumbuhan penduduk dan PDRB per tahun. Asumsi yang digunakan mengikuti arah KEN dengan target pengurangan kemiskinan di Provinsi NTT yang terjadi pada Tahun 2015 sebesar 14% dan 12% pada akhir Tahun 2024. Komposisi penduduk desa dan kota pada tahun 2024 menjadi 50% - 50%, dan rasio elektrifikasi mencapai 100% pada tahun 2024. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pada akhir tahun 2024, total konsumsi energi final NTT adalah 6231.192 ribu SBM, atau meningkat 2.7 kali lipat dari konsumsi energi di tahun 2008 dengan rata-rata laju pertumbuhan konsumsi 6.38% per tahun. Pada tahun 2008 dominansi konsumsi energi final per sektor konsumen, berturut-turut adalah, sektor transportasi (41.69%), sektor rumah tangga (37.48%), sektor industri (17.08%) dan sektor komersil (3.74%). Sebaliknya di akhir Tahun 2024 mengalami perubahan, yakni sektor rumah tangga dan industri mengalami penurunan konsumsi energi menjadi 26% dan 16%, sedangkan sektor transportasi dan komersil meningkat masing-masing menjadi 51% dan 7%. Penggunaan energi final berdasarkan jenis energi pada akhir tahun 2024 berturut-turut masih didominansi oleh minyak solar (2.658,700 ribu SBM), LPG (927,463 ribu SBM), premium (920,149 ribu SBM), listrik (825,830 ribu SBM), biodiesel (347,011 ribu SBM), arang (345,728 ribu SBM), dan bioethanol (206,310 ribu SBM). Kata Kunci: Kebijakan Energi, Permintaan Energi, Jenis Energi, Sektor Energi 1. PENDAHULUAN Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi yang tidak memiliki sumber potensi energi fosil dan sangat bergantung pada pasokan energi dari daerah lain. Konsumsi energi final masyarakat NTT kurun waktu lima tahun (2000-2004) menunjukkan peningkatan cukup drastis dengan rata-rata laju pertumbuhan 9.4% per tahun. Penggunaan energi masyarakat NTT juga tidak efisien, terlihat dari konsumsi energi dan intensitas energi di Provinsi NTT selama periode tahun 2000 hingga 2005 menunjukkan kecenderungan meningkat. Intensitas energi NTT pada tahun 2000 sebesar 0,32 SBM/juta rupiah naik menjadi 0,62 pada tahun 2001 dan terus mengalami peningkatan di tahun-tahun berikutnya. Kebutuhan energi NTT bertumbuh cepat, tetapi tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan ekonomi [Sinlae, 2006]. Saat ini Provinsi NTT belum memiliki Rancangan Umum Energi Daerah (RUED) yang dijadikan pedoman untuk pengelolaan, pemanfaatan dan efisiensi penggunaan energi. Untuk menyusun perencanaan dan kebijakan energi yang terangkum mampu menjamin ketersediaan energi yang berkelanjutan bagi masyarakatnya. T-181 dalam RUED perlu upaya pemetaan kebutuhan energi per sektor pemakai (rumah tangga, komersial, transportasi, industri), analisis terhadap jenis energi yang digunakan (indeksasi), pemetaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan (intensifikasi dan diversifikasi), serta analisis terhadap efisiensi penggunaan energi (konservasi) energi) di berbagai sektor [Yusgiantoro, 2000]. Sebagaimana diamanatkan oleh PP No. 5 Tahun 2006 tentang KEN dan UU No. 30 Tahun 2007 tentang energi yang mengarahkan upayaupaya dalam mewujudkan keamanan pasokan energi, khususnya melalui upaya konservasi dan diversifikasi energi. Demikian juga perlunya kebijakan pengelolaan energi yang terintegrasi dan sinergis baik antar daerah dengan daerah maupun daerah dengan pusat. Dengan mengetahui arah KEN terhadap permintaan konsumsi energi final per sektor konsumen dan per sektor energi di Provinsi NTT periode 2009-2024, maka daerah dapat segera menyusun rencana prioritas pembangunan dan pemanfaatan sumber daya energi sehingga nantinya

2. METODE PENELITIAN Proyeksi permintaan energi merupakan dasar bagi penyusunan strategi penyediaan energi. Faktor utama yang menentukan tingkat permintaan energi adalah pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, harga energi dan pola konsumsi energi dimasa lampau. Proyeksi permintaan dan strategi penyediaan energi merupakan dasar bagi perencanaan energi. Alat yang digunakan untuk perencanaan energi dapat berupa model energi. Berbagai model energi telah dikembangkan untuk membantu dalam perencanaan energi, namun model yang berdasarkan ekonometrika atau teknik statistika banyak digunakan untuk membuat proyeksi kebutuhan energi jangka panjang. 2.1 Perencanaan Energi dengan LEAP Penentuan Metode dan Model Analisis Untuk menentukan metode dan model analisis terlebih dahulu ditetapkan tahun dasar, yaitu tahun 2008, proyeksi atau prakiraan dilakukan selama hingga 15 tahun ke depan, yaitu dari tahun 2009-2024 mendatang. Tahun 2008 ditetapkan sebagai tahun dasar karena data terkini dan data series tahun sebelumnya tersedia. Setelah semua data yang diperlukan dikelompokkan, data kemudian di input kedalam perangkat lunak LEAP untuk diproses, seperti terlihat pada Gambar 1. Modul Permintaan Dengan menggunakan perangkat lunak LEAP prakiran permintaan energi dihitung berdasarkan besarnya aktivitas pemakaian energi dan besarnya pemakaian energi per aktivitas atau intensitas pemakaian energi. Aktivitas pemakaian energi sangat berkaitan dengan tingkat perekonomian dan jumlah penduduk. Aktivitas pemakaian energi dikelompokkan menjadi 4 sektor, yaitu: (1) sektor rumah tangga; (2) sektor industri; (3) sektor transportasi; (4) sektor komersial. Modul Transformasi Modul ini digunakan untuk menghitung pasokan energi. Pasokan energi dapat terdiri atas produksi energi primer (gas bumi, minyak bumi dan batubara) dan energi sekunder (listrik, bahan bakar minyak, LPG, briket batubara dan arang). Susunan cabang dalam modul transformasi sudah ditentukan strukturnya, yang masing-masing kegiatan transformasi energi terdiri atas proses dan output. Proses menunjukkan teknologi yang digunakan untuk konversi, transmisi atau distribusi energi. Output adalah bentuk energi yang dihasilkan dari proses. Perhitungan dilakukan secara Bottom-Up. Dimulai dari jumlah permintaan energi, dihitung naik hingga ke sumber energi primer. Gambar 1 Susunan Model dalam LEAP Modul Variabel Penggerak Dalam modul variabel penggerak ditampung parameter-parameter umum yang nantinya dapat digunakan dalam proyeksi permintaan dan penyediaan energi antara lain, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, Pendapatan Daerah Regional Bruto, pendapatan per kapita, pertumbuhan jumlah penduduk, pertumbuhan PDRB dan lain-lain. T-182 Gambar 2 Proses Perhitungan dalam Modul Transformasi Modul Sumber Daya Energi Modul ini terdiri atas Primary dan Secondary Resources. Kedua cabang ini sudah default. Cabangcabang dalam modul resources akan muncul dengan sendirinya sesuai dengan jenis-jenis energi yang dimodelkan dalam Modul Transformation (Gambar 2). Beberapa parameter perlu diisikan, seperti jumlah cadangan (minyak bumi, gas bumi dan batubara) dan potensi energi (tenaga air dan biomasa). 2.2 Skenario Ketersediaan Energi Terdapat tiga skenario yang diterapkan, yaitu: (1) skenario dasar yang menggambarkan jika tidak terjadi perubahan pola permintaan dan ketersediaan energi (sama dengan tahun dasar); (2) skenario konservasi, yaitu jika intensitas pemakaian energi diturunkan terhadap tahun dasar dengan penerapan

energi mix yang tetap dan, (3) skenario diversifikasi, yaitu bilamana intensitas total tetap, energi mix diubah, intensitas BBM turun dan intensitas energi lain dinaikkan guna mendapatkan gambaran tentang pola ketersediaan energi. 2.3 Skenario Kebijakan Energi Nasional (KEN) Skenario kebijakan energi daerah mengikuti arah KEN yang ditetapkan oleh Pemerintah secara Nasional. Kebijakan mengenai pengelolaan dan pemanfaatan energi di Indonesia termuat dalam dokumen KEN 2003-2020, blueprint Pengelolaan Energi Nasional (PEN) 2005 2025, dan PP No. 5 Tahun 2006 tentang KEN. Perpres KEN pada dasarnya mengukuhkan dokumen KEN dan PEN yang diterbitkan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Berdasarkan Perpres KEN, tujuan kebijakan energi nasional adalah mengarahkan upaya-upaya dalam mewujudkan keamanan pasokan energi dalam negeri (Pasal 2 ayat 1). 2.4 Asumsi Kunci Pada skenario ini, diasumsikan pertumbuhan penduduk di provinsi NTT akan tumbuh sebesar 2,07% per tahun, sedangkan PDRB akan tumbuh masing-masing sebesar 4,9 % per tahun. 2.5 Asumsi pada Sisi Aktivitas Permintaan Sektor Rumah Tangga Target pengurangan kemiskinan untuk Provinsi NTT pada tahun 2015 adalah 14% dan 12% pada tahun 2024. Komposisi desa kota pada Tahun 2024 di NTT menjadi 50% - 50%. Rasio elektrifikasi mencapai 100% pada tahun 2024. Sektor Komersial Sektor komersial pada Provinsi NTT diperkirakan akan tumbuh dengan elastisitas 1,2 %. Sektor Industri Sektor industri di NTT diperkirakan meningkat dengan elastisitas pertumbuhan mencapai 1,46%. Sektor Transportasi Pada sektor transportasi, sepeda motor yang menjadi alat transportasi yang banyak digunakan oleh masyarakat akan dikendalikan menurun sebesar 50% pada akhir tahun 2024, sedangkan untuk sedan & Jeep, Bus dan Truk diperkirakan meningkat, yaitu sebesar 15%, 20% dan 15% pada akhir tahun 2024. Konversi Bahan Bakar Minyak tanah ke LPG: Target konversi minyak tanah ke LPG dilakukan secara bertahap bergantung pada kondisi wilayah masing-masing. Untuk sektor rumah tangga selain ditentukan berdasarkan kelompok desa-kota, juga berdasarkan kelompok pendapatan seperti ditunjukan pada Tabel 1, sedangkan untuk sektor industri dan komersial diseluruh NTT ditargetkan selesai pada tahun 2015. Tabel 1 Target Konversi Minyak Tanah - LPG Sektor Rumah Tangga KEN No. Kelompok Pendapatan Target Konversi Minyak Tanah LPG (Tahun) Desa Kota 2024 2020 1. Dibawah Garis Kemiskinan 2. Dibawah 1,5 x GK 2024 2020 3. Sedang 2020 2015 4. 20 % teratas 2020 2015 Minyak Solar Diesel: Dengan asumsi bahwa penggunaan minyak solar akan dialihkan secara bertahap pada biodiesel, maka sektor pengguna minyak solar ditargetkan sesuai dengan tahapan seperti di tunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Proyeksi Pemakaian Biodiesel Sektor 2009 2011 2016 2020 2024 Transportasi PSO 1% 2,5% 5% 10% 20% Industri dan Komersial 2,5% 5% 10% 15% 20% Bensin - Bioethanol: Dengan asumsi bahwa penggunaan bensin akan dialihkan secara bertahap ke bioethanol, maka sektor pengguna bensin ditargetkan sesuai dengan tahapan seperti ditunjukan pada Tabel 3. Tabel 3 Proyeksi Pemakaian Biethanol Sektor 2009 2011 2016 2020 2024 Transportasi PSO 1% 2,5% 5% 10% 20% Industri dan Komersial 2,5% 5% 10% 15% 20% 2.6 Analisa Hasil Output yang diperoleh dari menjalankan program LEAP berupa grafik dan tabel hasil proyeksi permintaan dan penyediaan energi. Hasil perhitungan penawaran-permintaan berwujud berbagai alternatif neraca penawaran-permintaan. Dari alternatif yang ada dapat dipilih satu yang secara rasional menggambarkan perkembangan keseimbangan energi di masa depan dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan alternatif yang lain dapat menggambarkan tingkat sensitifitas hasil proyeksi T-183

terhadap variabel-variabel yang berpengaruh pada keseimbangan permintaan dan penawaran energi. 2.7 Pengumpulan dan Pengolahan Data: Data-data yang dibutuhkan untuk mengetahui tingkat permintaan dan konsumsi per sektor pemakai dan per jenis energi yang digunakan di wilayah Provinsi NTT, yaitu tingkat ketersediaan energi saat ini per sektor pemakai (sektor industri, transportasi & komunikasi, serta rumah tangga & komersial) dan data per jenis energi yang digunakan (LPG, solar, minyak premium, minyak tanah). Salah satu tahapan penting dalam penelitian ini adalah pengumpulan dan pengolahan data. Data sekunder diperoleh dari berbagai dinas terkait di lingkup Pemerintah Provinsi NTT maupun dinas/instansi terkait lainnya baik di tingkat provinsi, kota dan kabupaten, dinas/ instansi lain kemudian dikelompokkan dan dianalisis. 2.8 Alat Penelitian yang Digunakan Peralatan yang digunakan untuk mengolah data adalah perangkat komputer dengan spesifikasi: Ram minimum 512 MB, prosesor Pentium Core 2 duo, sedangkan perangkat lunak menggunakan LEAP. Produk Domestik Regional Bruto per Sektor Tahun 2002 2009 Salah satu indikator penting yang dipakai untuk mengukur kemampuan ekonomi / tingkat kesejahteraan suatu daerah, adalah dengan melihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB NTT atas dasar harga berlaku terus meningkat dari Rp 19.137 trilyun (2007), Rp 21.635 (2008), dan Rp 24.139 triliun rupiah (2009). Jika dirata-ratakan dalam kurun waktu 3 tahun (2007-2009), sumbangan terbesar dalam pembentukan PDRB NTT berasal dari sektor pertanian, yakni sekitar 40.08%, sedangkan sumbangan terendah dari sektor listrik, gas, dan air bersih yakni hanya 0.42%. Pendapatan Per Kapita Pada Tahun 2009 rata-rata pendapatan per kapita penduduk NTT mencapai Rp 4.89 juta, meningkat dari tahun sebelumnya (Rp 4.47 juta). Penduduk Kota Kupang tercatat paling besar pendapatan per kapitanya, yakni sekitar Rp 11.59 juta per tahun, sedangkan kabupaten dengan pendapatan per kapita terendah adalah Kabupaten Sumba Barat Daya dengan rata-rata pendapatan sekitar Rp 2.89 juta per tahun (Gambar 3). 3. HASIL DAN DISKUSI 3.1 Gambaran Umum Provinsi NTT dan Profil Energi NTT Provinsi NTT terletak antara 8 o -12 o LS dan 118 o -125 o BT. Luas wilayah daratan 47.349,9 km² tersebar pada 566 pulau (42 pulau dihuni dan 524 pulau tidak dihuni). Sebagian besar wilayahnya bergunung dan berbukit, hanya sedikit dataran rendah. NTT memiliki 40 sungai dengan panjang antara 25-118 kilometer. Wilayah Provinsi NTT terbagi atas 20 kabupaten dan 1 kota, 284 kecamatan dan 2837 desa/kelurahan. Jumlah desa terbanyak berada di Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan (TTS) (masing-masing 240 desa/kelurahan), sedangkan yang paling sedikit jumlah desa/ kelurahannya adalah Kabupaten Sumba Tengah (43 Desa/kelurahan), ( BPS NTT, 2010). 3.1.1 Populasi Jumlah penduduk NTT tahun 2009 tercatat sebanyak 4.619.655 jiwa, dengan kepadatan 95 jiwa per kilometer persegi. Bila dilihat dari penyebaran penduduk NTT, jumlah penduduk terbesar berada di Kabupaten Belu (10,09%), disusul Kabupaten TTS dan Kabupaten Kupang masing-masing sebesar 9%, sedangkan persentase penduduk terkecil berada di Kabupaten Sumba Tengah (1,33%). 3.1.2 Kondisi Ekonomi T-184 Gambar 3. Pendapatan Per Kapita Penduduk NTT 2007-2009 3.4 Konsumsi Energi Konsumsi energi final dapat ditinjau menggunakan dua pendekatan, yaitu: (1) konsumsi energi final berdasarkan per jenis bahan bakar dan, (2) per sektor pemakai energi. Data data yang digunakan untuk menganalisis konsumsi energi final berdasarkan per jenis bahan bakar diperoleh dari data penjualan PT Pertamina, PT PLN Wilayah NTT dan Distamben Provinsi NTT. Sedangkan data konsumsi energi final per sektor pemakai dapat diperoleh dari Badan Pusat Satistik (BPS) NTT yang kemudian diolah berdasarkan penggunaan energi per sektor.

3.5 Berdasarkan Sektor Pemakai Proyeksi permintaan energi berdasarkan sektor pengguna untuk skenario KEN ditunjukkan pada Gambar 4. Dari grafik tersebut, terlihat bahwa total konsumsi energi NTT selama kurun waktu 25 tahun (2008-2024) mencapai 69557, 31 ribu SBM. Pada akhir Tahun 2024, total konsumsi energi final NTT adalah 6231.192 ribu SBM, atau meningkat 2.7 kali lipat dari konsumsi energi saat Tahun 2008. Selama periode tersebut, rata-rata laju pertumbuhan konsumsi energi final NTT 6.38% per tahun.. Gambar 4 Proyeksi Permintaan Energi Berdasarkan Sektor Pengguna untuk Skenario KEN Sektor transportasi adalah sektor dengan konsumsi energi terbesar dibandingkan dengan konsumsi energi sektor lainnya. Total konsumsi energi final sektor transportasi berdasarkan skenario KEN selama kurun waktu 25 tahun (2008-2024) mencapai 32720.155 ribu SBM, disusul oleh sektor rumah tangga sebesar 21643,37 ribu SBM, sektor industri 11136.3 ribu SBM dan sektor komersil sebesar 4057.2 ribu SBM. Di tahun 2024 mendatang, sektor komersil menjadi sektor yang mengkonsumsi energi final terbesar dibandingkan dengan sektor lainnya. Jika di tahun 2008, konsumsi energi sektor komersil 86.568 ribu SBM, maka di tahun 2024 mendatang meningkat 5.4 kali atau menjadi 468.689 ribu SBM dengan rerata laju pertumbuhan 11.13% per tahun. Konsumsi energi final sektor transportasi mengalami peningkatan 3.3 kali lipat. Pada Tahun 2008, konsumsi energi final sektor transportasi sebesar 965.769 ribu SBM menjadi 32720.155 ribu SBM di tahun 2024 mendatang, dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 7.74% per tahun, disusul kemudian oleh sektor Industri mengalami peningkatan sebesar 2.5 kali lipat, dengan laju pertumbuhan sebesar 5.85% dan oleh sektor Rumah Tangga naik menjadi 1.84 kali lipat dengan laju pertumbuhan sebesar 3.88% per tahun. Konsumsi energi final per sektor konsumen di NTT menurut skenario KEN untuk kurun waktu 2008-2024 dan rerata laju pertumbuhan Konsumsi energi per tahun dapat dilihat pada Tabel 4. Kemudian jika dilihat dari dominansi konsumsi energi final per sektor konsumen di NTT berdasarkan skenario KEN, maka berturut-turut sektor transportasi mendominasi penggunaan energi sebesar 41.69%, sektor rumah tangga (37.48%), sektor industri (17.08%) dan sektor komersil (3.74%). Sebaliknya, dominansi konsumsi energi final ini mengalami perubahan di akhir Tahun 2024 mendatang, yakni sektor rumah tangga dan industri mengalami penurunan konsumsi energi menjadi 26% dan 16%, sedangkan sektor transportasi dan komersil meningkat masing-masing sebesar 51% dan 7%. Penurunan konsumsi energi final sektor rumah tangga disebabkan terjadinya konversi penggunaan minyak tanah ke LPG dan untuk sektor industri akan memanfaatkan bioethanol menggantikan bahan bakar solar. Perubahan dominansi konsumsi energi final per sektor konsumen pada tahun 2008 dan pada tahun 2024 dapat dilihat pada Gambar 5. Tabel 4 Konsumsi Energi Final Per Sektor Konsumen Skenario KEN 2008-2024 Ann. Avg Growth (%) Sektor 2008 2013 2018 2023 2024 Total 2008-24 Rumah Tangga 868,15 1164,791 1341,891 1550,795 1596,974 21643,73 3,88% Komersial 86,658 156,591 264,099 427,377 468,879 4057,165 11,13% Industri 395,611 530,291 712,629 959,982 981,977 11136,26 5,85% Transportasi 965,769 1448,266 2120,019 3033,221 3183,361 32720,155 7,74% Total 2316,189 3299,938 4438,637 5971,375 6231,192 69557,31 6,38% T-185

3.6 Berdasarkan Jenis Energi Pemakaian energi berdasarkan jenis energi menurut skenario KEN untuk wilayah NTT sampai tahun 2024 terlihat pada Gambar 6. Penggunaan energi final NTT pada tahun 2024 masih didominansi oleh Minyak Solar 2.658,700 ribu SBM dikuti oleh LPG 927,463 ribu SBM, Premium 920,149 ribu SBM, Listrik 825,830 ribu SBM, Biodiesel 347,011 ribu SBM, Arang 345,728 ribu SBM dan Bioethanol 206,310 ribu SBM. Pada Gambar 7, berdasarkan komposisi per jenis energi pada Tahun 2024 nanti, untuk minyak diesel mengalami peningkatan dari 25,5% (2008) menjadi 42,67% (2024). Kemudian diikuti oleh peningkatan energi listrik dari 9,04% (2008) menjadi 13,25 (2024). LPG juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 0,16% (2008) menjadi 14,88% (2024) yang diakibatkan masuknya kebijakan konversi dari minyak tanah ke LPG. Bahan bakar premium juga akan mengalami penurunan dari 32,9 % (2008) menjadi 14,77% (2024), hal ini diakibatkan oleh kebijakan penggunaan bioethanol sebagai pengganti premium. Pemakaian arang oleh konsumen rumah tangga juga mengalami penurunan persentasi pemakaian dari 9,24% (2008) menjadi 5,57% (2024). Penggunaan bahan bakar minyak tanah bahkan tidak ada lagi ditahun 2024. Peranan minyak tanah telah tergantikan oleh bahan bakar gas yakni LPG. Gambar 5 Dominansi Konsumsi Energi Final per Sektor Konsumen 2008-2024 Skenario KEN Gambar 6 Pertumbuhan konsumsi Energi per Jenis energi Bahan Bakar KEN NTT T-186

4. SIMPULAN Sasaran perencanaan energi antara lain mengurangi konsumsi BBM hingga 23% di Tahun 2024 dan rasio elektrifikasi mencapai 100% di Tahun 2024 mendatang. Target kebijakan energi tersebut dapat tercapai dengan mempercepat pengalihan minyak tanah ke LPG secara bertahap dimulai dengan penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Terdapat jenis bahan bakar baru, yaitu biodiesel dan bioethanol yang ditargetkan secara bertahap menggantikan peranan minyak solar dan premium, sehingga pengurangan komposisi penggunaan bahan bakar minyak menjadi lebih progresif. 5. UCAPAN TERIMAKASIH Diucapkan terimakasih kepada Dirjen Pendidikan Tinggi yang telah membiayai penelitian ini melalui skim penelitian Hibah Strategis Nasional (Stranas) Tahun 2009 dan 2010 DAFTAR PUSTAKA Anonimus, LEAP: User Guide for LEAP Version 2008, Stockholm Environtment Institute.2009. Badan Pusat Statistik Propinsi NTT, Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2009. CAREPI NTB. Perencanaan Energi Provinsi Nusa Tenggara Barat 2005-2025, Mataram. 2010. Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral, Kebijakan Energi Nasional 2003-2020, Jakarta. 2004. Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT, Buku Potensi dan Pengembangan. 2009. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Kebijakan Energi Nasional 2004-2020, 2006. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Blue Print Energi Nasional 2006-2025, Jakarta. 2006. Sinlae, Y, dkk, Profil Energi Provinsi NTT 2000-2005, Kerjasama Undana-Pemda NTT dan LPPM ITB, Kupang. 2006. Yusgiantoro, Purnomo. Ekonomi Energi: Teori dan Praktik, Pustaka LP3ES Indonesia. 2000. Gambar 7 Komposisi energi per jenis bahan bakar 2008 dan 2024 Skenario KEN NTT T-187