Pengembangan Model Matematika Kinetika Reaksi Torefaksi Sampah. Amrul1,a*, Amrizal1,b

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

Modifikasi Mekanisme Koufopanos pada Kinetika Reaksi Pirolisis Ampas Tebu (Bagasse)

PROPERTIES ALUMINIUM DARI SAMPAH PLASTIK DENGAN PROSES PIROLISIS SEBAGAI BUILDING MATERIAL

BAB I PENDAHULUAN. Energi alternatif yang dapat diperbarui salah satunya adalah. pengolahan sampah organik. Di Indonesia sering sekali kita jumpai

Timbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UJI PARAMETER TEMPERATUR DAN TEKANAN VAKUM TERHADAP YIELD CANGKANG KEMIRI PADA PROSES PIROLISIS

SCALE UP PROTOTYPE SCREW PYROLYSER UNTUK PIROLISIS SAMPAH KOTA TERSELEKSI

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan suatu penyebab pencemaran lingkungan dan. polusi udara. Penanganan yang kurang tepat dapat memicu terjadinya hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH HEATING RATE PADA PROSES SLOW PYROLISIS SAMPAH BAMBU DAN SAMPAH DAUN PISANG

PROSES ADIABATIK PADA REAKSI PEMBAKARAN MOTOR ROKET PROPELAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah di Indonesia. menyebabkan konsumsi bahan bakar yang tidak terbarukan seperti

6/23/2011 GASIFIKASI

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

PENGARUH LAJU ALIRAN AGENT GAS PADA PROSES GASIFIKASI KOTORAN KUDA TERHADAP KARAKTERISTIK SYNGAS YANG DIHASILKAN

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

ARTIKEL ANALISA HASIL PRODUK CAIR PIROLISIS DARI BAN DALAM BEKAS DAN PLASTIK JENIS LDPE (LOW DENSITY POLYETHYLENE)

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN...i. LEMBAR PERNYATAAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT...iv. KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI...vi DAFTAR TABEL...

PENGUJIAN ALAT KONVERSI BAN BEKAS MENJADI BAHAN BAKAR

DAFTAR ISI. halaman. ii iii iv v. viii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

PENGARUH TOREFAKSI TERHADAP SIFAT FISIK PELLET BIOMASSA YANG DIBUAT DARI BAHAN BAKU TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pemenuhan energi semakin meningkat seiring dengan

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi akan semakin meningkat bersamaan dengan. perkembangan teknologi dan pertumbuhan penduduk. Saat ini sebagian besar

PENGARUH KECEPATAN UDARA PEMBAKARAN TERHADAP PROSES PEMBAKARAN BAHAN BAKAR PADAT

Bab I Pendahuluan - 1 -

PENGEMBANGAN SERBUK GERGAJI MENJADI BIO-OIL MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi di dunia terus berjalan seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah energi yang tidak dapat diperbarui, tetapi dalam

SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil buangan. tak berharga. Seperti sampah organik yang banyak di pedesaan, meski

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

BAB I PENDAHULUAN. batubara dan lainnya menjadikan harga energi terus maningkat. Negara Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa mengenai

tekanan reaktor Pada penelitian ini menggunakan persamaan desain untuk dan harus memenuhi persamaan: 50

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

BAB I PENDAHULUAN. Sampah menjadi masalah bagi sebagian besar masyarakat. indonesia, di daerah perdesaan banyak sekali sampah organik kebun

PERENGKAHAN TERMAL (Thermal Cracking) SERBUK GERGAJI KAYU BULIAN (Eusideroxylon Zwagery T.Et B) UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKAR MINYAK ARTIKEL ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat, Peningkatan kebutuhan energi yang tidak diimbangi. pengurangan sumber energy yang tersedia di dunia.

Waktu Optimal Dalam Diversifikasi Produksi Sumber Energi Terbarukan dan Tidak Terbarukan dengan Menggunakan Prinsip Minimum Pontryagin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

1 Energi. Energi kinetic; energy yang dihasilkan oleh benda bergerak. Energi radiasi : energy matahari.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal

Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung

HUKUM I TERMODINAMIKA

Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sampah pada Reaktor Downdraft Sistem Batch dengan Variasi Air Fuel Ratio

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang

MODEL MATEMATIKA KINETIKA PADA PROSES PIROLISIS MINYAK NYAMPLUNG DALAM MENGHASILKAN BIOFUEL

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)

ANALISA KINETIKA PERTUMBUHAN BAKTERI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI MOLASES PADA CONTINUOUS REACTOR 3000 L

Model Laju Kinetik Dekomposisi Biomasa Untuk Pembentukan Tar Pada Proses Pirolisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

PERBANDINGAN PEMBAKARAN PIROLISIS DAN KARBONISASI PADA BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP NILAI KALORI

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

UNJUK KERJA TUNGKU GASIFIKASI DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI MELALUI PENGATURAN KECEPATAN UDARA PEMBAKARAN

Potensi Pengembangan Bio-Compressed Methane Gases (Bio-CMG) dari Biomassa sebagai Pengganti LPG dan BBG

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013)

Pengaruh ketebalan terhadap akurasi persamaan Rosenthal untuk model analitik distribusi suhu proses pengelasan Djarot B. Darmadi

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi itu sendiri yang senantiasa meningkat. Sementara tingginya kebutuhan

Pengolahan Kantong Plastik Jenis Kresek Menjadi Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisis

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut

SKRIPSI VARIASI CAMPURAN BAHAN BAKAR BATUBARA DAN LIMBAH BAMBU TERHADAP PERFORMANSI CO-GASIFIKASI SIRKULASI FLUIDIZED BED OLEH :

DEKOMPOSISI VOLATILE MATTER DARI BATUBARA TANJUNG ENIM DENGAN MENGGUNAKAN ALAT THERMOGRAVIMETRY ANALYZER (TGA)

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN...

BAB 1 PENDAHULUAN Judul Penelitian

STUDI KOMPARASI KINERJA MESIN BERBAHAN BAKAR SOLAR DAN CPO DENGAN PEMANASAN AWAL SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI GASIFIKASI BATU BARA LIGNITE DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA UNTUK KEPERLUAN KARBONASI

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik

BAB I PENDAHULUAN. produksi gabah pada tahun 2013 mencapai 70,87 juta ton dengan. dengan 2013, produksi padi rata-rata meningkat sekitar 3,5% setiap

Perumusan Laju Reaksi dan Sifat-Sifat Pirolisis Lambat Sekam Padi Menggunakan Metode Analisis Termogravimetri

OPTIMASI UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER DENGAN MEVARIASI TEMPERATURE UDARA AWAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menit tiap percobaan, didapatkan data tekanan gas pada tabel berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Ketika konsumsi domestik bahan bakar minyak terus meningkat. sehingga membawa Indonesia sebagai net oil importet, dimana kita

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

PRODUKSI BIOFUEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT CaO/γ-Al 2 O 3 dan CoMo/γ-Al 2 O 3

Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan T akan dihasilkan

Energetika dalam sistem kimia

Aditya Kurniawan ( ) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

Transkripsi:

Banjarmasin, 7-8 Oktober 5 Pengembangan Model Matematika Kinetika Reaksi Torefaksi Sampah Amrul,a*, Amrizal,b Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung Jl. Sumantri Brojonegoro No., Bandar Lampung, Indonesia a amrul@eng.unila.ac.id, bamrizal@eng.unila.ac.id Abstrak Untuk menjamin keamanan pasokan energi nasional di masa depan diperlukan usaha-usaha yang intensif untuk mencari sumber energi alternatif. Salah sumber energi alternatif yang saat ini belum banyak dilirik adalah sampah kota. Namun dalam aplikasinya, pemanfaatan sampah secara langsung sebagai bahan bakar mempunyai banyak kendala, baik secara teknis maupun non-teknis. Salah satu teknologi yang menjanjikan yang dapat mengkonversi sampah menjadi bahan bakar padat adalah proses torefaksi. Torefaksi merupakan proses perlakuan panas material padat pada temperatur -3oC tanpa kehadiran oksigen. Hasil eksperimen torefaksi sampah menunjukkan bahwa produk torefaksi mempunyai nilai kalor yang lebih tinggi dari bahan baku. Pengembangan sebuah model matematika kinetika reaksi torefaksi sampah diperlukan untuk eksperimen yang lebih luas dan kompleks. Model matematika ini dikembangkan dari data-data yang diperoleh melalui eksperimen torefaksi sampah yang telah dilakukan. Model matematika ini diharapkan mampu memprediksi parameter utama torefaksi untuk pengujian berbagai jenis komponen sampah lainnya sehingga pelaksanaan eksperimen dapat lebih efektif dan efisien. Dari model matematika ini diperoleh beberapa parameter kinetika torefaksi, yakni konstanta pre-eksponensial sebesar.3x - (s ) dan energi aktivasi sebesar.7 x-4 (J/mol). Kata kunci: torefaksi, kinetika, sampah padat perkotaan, model matematika, nilai kalor. Pendahuluan Sumber energi primer nasional saat ini masih bertumpu pada bahan bakar fosil, yakni minyak bumi, gas alam dan batu bara. Meningkatnya populasi penduduk dan semakin besarnya konsumsi energi per kapita menyebabkan sumber energi tersebut semakin cepat menipis dan harganya juga semakin tinggi. Untuk menjamin keamanan pasokan energi nasional di masa depan, maka diperlukan usaha-usaha yang intensif untuk mencari sumber energi alternatif. Hal ini juga seiring dengan Kebijakan Energi Nasional yang tertuang dalam sasaran Bauran Energi (energy mixed) Nasional 5. Sementara itu, keberadaan sampah di kota-kota besar di Indonesia belum mendapatkan solusi yang mendasar. Produksi sampah selalu meningkat dari waktu ke waktu, sehingga perlu dicarikan solusinya. KE-7

Banjarmasin, 7-8 Oktober 5 Fraksi massa terbesar sampah kota adalah material organik yang berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Namun dalam aplikasinya, pemanfaatan sampah secara langsung sebagai bahan bakar mempunyai banyak kendala, baik secara teknis maupun non-teknis. Kendala teknis di antaranya adalah kandungan air yang tinggi, densitas energi yang rendah serta komponen yang heterogen dan bentuk yang beragam. Sedangkan kendala nonteknis adalah berupa bau busuk dan potensi sumber bibit penyakit. Berbagai kendala tersebut di atas menyebabkan sampah kurang layak digunakan sebagai bahan bakar secara langsung. Sebaliknya, jika dalam pengelolaan sampah diterapkan teknologi yang tepat maka akan didapatkan dua keuntungan sekaligus, yakni berkurangnya jumlah sampah secara signifikan dan dihasilkannya bahan bakar alternatif dari sampah. Salah satu teknologi yang menjanjikan yang dapat mengkonversi sampah menjadi bahan bakar padat adalah proses torefaksi. Torefaksi merupakan proses perlakuan panas material padat pada temperatur tertentu (sekitar -3oC), yang dilakukan pada tekanan atmosfer tanpa kehadiran oksigen. Penelitian yang dilakukan oleh penulis beserta tim secara terus menerus melalui eksperimen menggunakan reaktor batch telah menghasilkan bahan bakar padat yang berasal dari torefaksi sampah dengan kualitas setara batubara subbituminous bernilai kalor (HHV) 4.9-6.8 kcal/kg []. Makalah ini akan membahas kajian teoritik torefaksi sampah untuk membangun suatu model matematika kinetika reaksi torefaksi sampah. Model matematika ini diharapkan mampu menjadi basis eksperimen torefaksi sampah untuk cakupan yang lebih luas dan kompleks. Metodologi Langkah-langkah yang akan ditempuh secara umum adalah penggambaran model, formulasi matematika dan perbandingan model dengan hasil eksperimen. Pada tahap penggambaran model diperlukan berbagai informasi yang terkait dengan sifat-sifat fisik, kimia dan termodinamika spesimen, serta mekanisme dekomposisi spesimen. Secara umum, mekanisme dekomposisi spesimen dapat diamati dari hasil eksperimen torefaksi. Pada tahap penggambaran model ini perlu ditentukan secara tegas penyederhanaan mekanisme dekomposisi, apakah satu tingkat atau dua tingkat atau banyak tingkat serta bentuk reaksinya apakah independen, over lapping atau bersamaan. Pada tahap formulasi matematika, faktor kunci adalah bagaimana menentukan persamaan diferensial yang sesuai dengan penggambaran model. Setelah itu diperlukan pendefinisian kondisi batas secara spesifik sehingga persamaan bisa diselesaikan. Beberapa konstanta persamaan, misalnya faktor preeksponensial, biasanya diperoleh dari data pengujian melalui pendekatan numerik. Tahap akhir adalah komparasi model dengan eksperimen, dimana hasil perhitungan berbagai parameter torefaksi dibandingkan dengan hasil yang diperoleh melalui eksperimen. Bahan yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah data-data hasil eksperimen sebelumnya. Data ini selanjutnya diolah menggunakan program aplikasi yang sudah ada. Model Matematika Torefaksi Kinetika reaksi diperlukan untuk memprediksi waktu yang diperlukan untuk memperoleh hasil KE-7

Banjarmasin, 7-8 Oktober 5 yang diinginkan dari suatu proses termo-kima. Struktur molekul bahan bakar padat yang kompleks membuat kinetika reaksi dekomposisi komponennya juga tidak sederhana. A B Perubahan fraksi mol A menjadi B dinyatakan dengan persamaan berikut ini []: da ka... () dt Berbagai model reaksi dekomposisi senyawa Konstanta reaksi k dimodelkan dengan organik telah dikembangkan. Model-model persamaan Arhenius sebagai berikut []: yang telah dikembangkan tersebut dapat... () digolongkan dalam reaksi global satu tingkat, dua tingkat, dan bertingkat banyak (multi step). Pada tingkat-tingkat rekasi tersebut ada yang A = faktor preekaponensial (s-) independen, overlap, maupun bersama []. E = energi aktivasi (J/mol) Reaksi global satu tingkat memberikan R = tetapan gas universal (8,34 J K- mol-) diskripsi umum pada keseluruhan reaksi tetapi T = temperatur (K) sulit untuk membandingkannya secara konsisten dengan peneliti lainya [3]. Bahkan Pembuatan model matematika kinetika disimpulkan bahwa dekomposisi hemiselulose reaksi torefaksi dilakukan terhadap komponen tidak dapat dimodelkan dengan kinetika sampah kulit jeruk. Perhitungan parameter sederhana [4]. Mekanisme reaksi bertingkat kinetika reaksi torefaksi kulit jeruk untuk banyak, memberikan hasil yang lebih baik berbagai temperatur dan waktu tinggal [5,6,7]. ditunjukkan oleh Tabel. Model kinetika reaksi yang digunakan dalam makalah ini adalah model reaksi global sederhana satu tingkat, yaitu: Tabel. Parameter kinetika reaksi torefaksi kulit jeruk. 5 5 5 3 T= 8 C M 8.7.4838 63.34.4566534 46..77939 39.54.9785737 3.39.7345 3.9.45648 T= 5 C M 78.69.396543 5.59.684658 38.7.96339 6.7.3566.37.596956.37.596956 T=5 C M3 7.6.33475 43.9.83956 8.8.736383 8.8.736383 8.8.736383 7.4.7637557 T=85 C M4 68..38389933 36.79.999944.79.53794 9.35.6447777 9.35.6447777 9.35.6447777 T=8 C.4 Hasil Dan Pembahasan y =.4x R² =.96 -LN(MA/M). Konstanta reaksi untuk masing-masing temperatur pada proses torefaksi kulit jeruk ditentukan menggunakan Pers. melalui grafik, seperti ditunjukkan oleh Gambar..8.6.4. (a) KE-7 T=35 C M5 43.7.837763 7.55.74636 4.66.94749..859857.58.46476.58.46476 3 4

T=35 T=5 C.8.6.4..8.6.4. 3 y =.6x R² =.9668 y =.x R² =.675.5 -LN(MA/M) -LN(MA/M) Banjarmasin, 7-8 Oktober 5.5.5 3 4 3 4 (b) (e) Gambar Konstanta reaksi torefaksi kulit jeruk untuk temperatur (a) 8, (b) 5, T=5.5 y =.7x R² =.893 -LN(MA/M) (c) 5, (d) 85, dan (e) 35 C..5 Konstanta reaksi gabungan yang dinyatakan oleh persamaan Arhenius diberikan oleh Pers., yaitu:.5 3 4 (c) k A E T=85.5 y =.7x R² =.787 -LN(MA/M).5.5 3 4 = konstanta reaksi =.3x- (s-) =.7 x-4 (J/mol) Berdasarkan konstanta reaksi yang diperoleh selanjutnya dapat ditentukan model matematika kinetika reaksi proses torefaksi komponen sampah kulit jeruk melalui persamaan: (d)... (3) MA = Massa yang tertinggal setiap saat (%) M = Massa awal (%) k = konstanta reaksi t = waktu (s) KE-7

Banjarmasin, 7-8 Oktober 5 Perbandingan massa relatif, yakni massa yang tertinggal setiap saat, antara hasil simulasi dan eksperimen pada proses torefaksi kulit jeruk ditunjukkan oleh Gambar. Dari model matematika ini diperoleh beberapa parameter kinetika torefaksi, yakni konstanta pre-eksponensial sebesar.3x- (s-) dan energi aktivasi sebesar.7 x-4 (J/mol). Massa relatif (%) Referensi simulasi 8 data [] Aryadi S., Amrul, Toto H., Ari D.P., Solid Fuel From Torrefied Municipal Solid Waste, Proceeding of Renewable Energy (). 6 4 5 5 5 3 [] Prins, Mark J., Thermodynamics analysis of biomass gasification and torrefaction, PhD thesis, Technical University Eindhoven, 5. 35 Gambar Perbandingan massa relatif antara hasil simulasi dan eksperimen pada proses torefaksi kulit jeruk. Dari Gambar, grafik hasil eksperimen (data) menunjukkan kecenderungan massa relatif menuju asimtot untuk waktu tinggal yang lebih lama, sementara grafik hasil pemodelan (simulasi) menunjukkan massa relatif cenderung terus menurun. Perbedaan kecenderungan ini mungkin disebabkan oleh asumsi pemodelan yang hanya menggunakan model reaksi satu tingkat. Namun demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa massa relatif pada proses torefaksi kulit jeruk dapat didekati dengan simulasi menggunakan model matematika kinetika reaksi yang dikembangkan. Simpulan Penelitian ini berhasil mengembangkan sebuah sebuah model matematika sederhana untuk torefasi sampah, khususnya komponen sampah kulit jeruk, menggunakan pendekatan model reaksi global sederhana satu tingkat. [3] Di Blasi C, Lanzetta M., Intrinsic kinetics of isothermal xylan degradation in inert atmosphere. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis (997) 4-4. [4] Órfão JJM, Antunes FJA, Figueiredo JL., Pyrolysis kinetics of lignocellulosic materials three independent reactions model. Fuel 78 (999) 349-358. [5] Várhegyi G, Antal MJ, Szekely T, Szabo P., Kinetics of the thermal decomposition of cellulose, hemicellulose, and sugar cane bagasse. Energy & Fuels 3. (989) 39335. [6] Várhegyi G, Antal MJ, Jakab E, Szabó P., Kinetic modeling of biomass pyrolysis. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis 4 (997) 73-87. [7] Koufopanos CA, Maschio G, Lucchesi A, Kinetic modelling of the pyrolysis of biomass and biomass components. Canadian Journal of Chemical Engineering 67 (989) 75-84. Hasil simulasi menunjukkan bahwa massa padatan yang tertinggal setiap saat dapat diprediksi menggunakan model matematika yang dikembangkan. KE-7