LAMPIRAN A: SPESIFIKASI TEKNIS SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM

dokumen-dokumen yang mirip
PERMEN ESDM NO.2 TAHUN 2018 TENTANG PEMBERLAKUAN WAJIB STANDAR NASIONAL INDONESIA DI BIDANG KETENAGALISTRIKAN

BUKU PEDOMAN EFISIENSI ENERGI PENCAHAYAAN JALAN UMUM BUKU II : PERENCANAAN SISTEM PJU EFISIEN ENERGI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dari perhitungan Distribusi Penerangan Rata-rata (L AVR ) pada jenis lampu

BAB 2 II DASAR TEORI

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-80: Persyaratan khusus untuk kipas angin

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

PENATAAN DAN PENYEDERHANAAN REGULASI SUB SEKTOR KETENAGALISTRIKAN

SNI IEC 60969:2008. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Elektronika Untuk Keperluan Rumah Tangga

Spesifikasi penerangan jalan di kawasan perkotaan

Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1-1: Persyaratan umum Bentuk dan Ukuran

Regulasi Keteknikan Di Bidang Ketenagalistrikan

KEBIJAKAN STANDARDISASI KETENAGALISTRIKAN DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Spesifikasi penerangan jalan di kawasan perkotaan

Politeknik Negeri Sriwijaya

Tegangan standar SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional ICS

Oleh: UMI KHOIRIYAH D

PETUNJUK PERAKITAN DAN PENGOPERASIAN KIPAS ANGIN DEKORASI

Luminer Bagian 2-3: Persyaratan khusus Luminer untuk pencahayaan jalan umum

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

STUDI PENGGUNAAN LAMPU LED UNTUK EFISIENSI PADA PENCAHAYAAN JALAN LAYANG RE MARTADINATA

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan,

Konservasi energi pada sistem pencahayaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SUB BIDANG PERANCANGAN

BAB III LANDASAN TEORI. menentukan tingkat kelayakan suatu sistem penerangan.

Deskripsi LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM YANG DITINGKATKAN

BAB III LANDASAN TEORI. dapat diketahui kelas jalan yang nantinya akan digunakan untuk menentukan

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Nilai distribusi penerangan rata-rata ( ) pada jenis lampu SON-T 250 W

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN

EVALUASI SISTEM PENERANGAN JALAN H.R. SOEBRANTAS KOTA PEKANBARU

LAPORAN INSPEKSI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK PLTU BANTEN 1 X 660 MW (PT. LESTARI BANTEN ENERGI) 27 FEBRUARI - 1 MARET 2017

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa

STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG INDUSTRI PERALATAN TENAGA LISTRIK SUB-BIDANG PENGENDALIAN DAN JAMINAN MUTU

LAMPIRAN III : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TANGGAL :

PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS

BAB III LANDASAN TEORI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SUB BIDANG PEMELIHARAAN

Peranti listrik rumah tangga dan sejenisnya Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa

Analisis Pengelolaan Lampu Penerangan Jalan

1. Menyiapkan perlengkapan pemasangan instalasi kelistrikan PLTS tipeterpusat (komunal) on-grid

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki.

- 4 - Pasal 2 Memberlakukan Standar Kompetensi Tenaga Teknik

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi mata. Intensitas pencahayaan (Illumination level) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi tenaga listrik adalah pemasangan komponen-komponen peralatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

kwh meter Prabayar Hexing

2014, No Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang En

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri.

Spesifikasi geometri teluk bus

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS

Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro OLEH :

III. METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Teknik Kendali Teknik Elektro Jurusan. Teknik Elektro Universitas Lampung

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 49 TAHUN 2014 TENTANG ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TEKNIKA VOL. 2 NO

BAB I PENDAHULUAN. pengelola energi listrik di Indonesia telah melakukan salah satu kegiatan

Prinsip Dasar dan Regulasi Ketenagalistrikan. Toha Ardi Nugraha

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGOPERASIAN PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN SOLAR CELL UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN DI JALAN BY PASS I GUSTI NGURAH RAI

SUB BIDANG KONSTRUKSI

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

BAB III PERANCANGAN SISTEM KELISTRIKAN BATERAI MOBIL LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN FUEL CELL

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Keputusan Presiden RI. No. 43 Th 1991 Tentang Konversi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERANCANGAN MINI REFRIGERATOR THERMOELEKTRIK TENAGA SURYA. Pada perancangan ini akan di buat pendingin mini yang menggunakan sel

Dell Storage Center. Panduan Memulai. Enclosure Penyimpanan Tambahan SC100 dan SC120. Model Resmi: E03J, E04J Tipe Resmi: E03J001, E04J001

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

BAB III METODE & DATA PENELITIAN

Studi Komparatif Arus Asut Motor Induksi Tiga Fasa Standar NEMA Berdasarkan Rangkaian Ekivalen Dan Kode Huruf

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

PERBANDINGAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL DENGAN PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboraturium Daya dan Alat Mesin Pertanian (Lab

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB II DASAR TEORI PENERANGAN JALAN UMUM DAN PENGUKURAN ENERGI LISTRIK

KUAT PENERANGAN (ILUMINASI) RUANG KENDALI UTAMA UNTAI UJI TERMOHIDROLIKA PTRKN-BATAN

SURVEI LAMPU SWA-BALAST YANG MEMENUHI PERSYARATAN LABEL HEMAT ENERGI DAN IDENTIFIKASI KEBIJAKAN PENDUKUNG. M. Indra al Irsyad dan Weltis Sasnofia

BAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampu swa-balast untuk pelayanan pencahayaan umum-persyaratan keselamatan

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

ANALISIS PENGUJIAN KINERJA NILAI EFIKASI DAN FAKTOR DAYA INISIAL LAMPU LED BULB SWABALAST MENGGUNAKAN STANDAR IEC/PAS 62612:2009

NASKAH PUBLIKASI SISTEM PENGAMAN MOTOR TERHADAP SUHU TINGGI MENGGUNAKAN SISTEM BERBASIS PLC

FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR TAHUN 2010 TENTANG

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas)

RANCANG BANGUN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PENATAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM DI KABUPATEN KUBU RAYA

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,

III. METODE PENELITIAN

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

Peraturan Menteri ESDM Nomor 46 Tahun 2017 tentang Standardisasi Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan

SPESIFIKASI LAMPU PENERANGAN JALAN PERKOTAAN NO. 12/S/BNKT/ 1991 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

Transkripsi:

LAMPIRAN A: SPESIFIKASI TEKNIS SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM REGULASI TEKNIS TERKAIT PJU Telah diterbitkan 11 Peraturan Menteri ESDM tentang pemberlakukan SNI Wajib untuk produk ketenagalistrikan. Standar yang diwajibkan berikut yang terkait dengan sistem PJU harus menjadi acuan dalam perancangan sistem PJU: Pemberlakuan Standar wajib SNI, terdiri dari: 13 SNI peralatan dan pemanfaat tenaga listrik (MCB, Saklar, Tusuk-kontak & Kotak-kontak, Kipas Angin, Ballas Elektronik(2), RCCB(2) dan Luminer (5)) SNI 0225:2011, PUIL 2011 SNI 1922:2002, Frekuensi 50 hertz sistem tenaga listrik SNI 6659:2002, Tanda Keselamatan (Safety mark) SNI IEC 60335-1:2009, Keselamatan untuk pemanfaat tenaga listrik (appliances) SNI 04-6973.2.3-2005, Luminer Bagian 2-3 : Persyaratan Khusus Luminer untuk pencahayaan jalan ACUAN STANDAR KUALITAS PENCAHAYAAN JALAN Di Indonesia, belum ada regulasi teknis terkait kualitas pencahayaan jalan. Kementerian Pekerjaan Umum telah menyusun Standar Nasional Indonesia (SNI) 7391-2008 - Spesifikasi Penerangan Jalan di Kawasan Perkotaan. Standar ini merupakan penyempurnaan dan pengembangan dari Spesifikasi LampuPenerangan Jalan Kota No. 12/S/BNKT/1991 yang disusun oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum. Standar ini termasuk untuk penerangan jalan persimpangan jalan layang, jembatan dan jalan di bawah tanah/terowongan. Berikut adalah acuan kualitas pencahayaan dalam SNI 7391-2008: Rasio Kemerataan Pencahayaan Lokasi Penempatan Rasio Maksimum Jalur Lalu Lintas: - Daerah Pemukiman 6 : 1 - Daerah komersil/pusat kota 3 : 1 Jalur Pejalan Kaki: - Daerah Pemukiman 10 : 1 - Daerah komersil/pusat kota 4 : 1 Terowongan 4 : 1 Tempat peristirahatan (Rest 6 : 1 Area) A-1

Kualitas Pencahayaan Normal Khusus untuk penerapan teknologi lampu LED di PJU, dapat mengacu standar minimum kualitas sebagaimana dirumuskan dalam SNI 7391-2008 sesuai dengan kelas/karakteristik/penempatan jalan. Dapat juga mempertimbangkan usulan dari Asosiasi Industri Luminer dan Kelistrikan Indonesia (AILKI) bekerjasama dengan Japan Lighting Manufacturers Association (JLMA) tentang kualitas pencahayaan LED untuk PJU sebagai berikut: Kualitas Pencahayaan PJU dengan teknologi LED Jenis/Klasifikasi Jalan Kuat Pencahayaan Luminansi Batasan Silau (Iluminasi) E rata-rata Kemerataan L rata-rata Kemerataan TJ (lux) (Uniformity) (cd/m 2 G ) (Uniformity) (%) g1 VD VI National Expressway 20 1.00 0.70 10 National Highway - Major Arterial Road 20 1.00 0.50 15 - Arterial Road/ Collector Road 15 20 0.70 0.40 15 Sumber: JLMA Ref. Guidelines for LED Road Lighting Perbedaan jenis permukaan jalan juga mempengaruhi kualitas iluminasi yang dihasilkan. AILKI memberikan rekomendasi agar dapat dilakukan konversi iluminasi untuk jenis permukaan jalan yang berbeda dalam hal ini aspal dan beton sebagai berikut: A-2

Faktor Konversi Iluminasi Rata-rata (Unit: lx/cd/m2) Tipe Paving Faktor Konversi Iluminasi Rata-rata Aspal 15 Kongkret 10 Sumber: JLMA Ref. Guidelines for LED Road Lighting Acuan Standar Peralatan/Komponen Sistem PJU Acuan standar lainnya terkait sistem peralatan/komponen PJU dapat mengacu pada beberapa standar berikut ini: a. Spesifikasi Teknis Luminer Referensi Standardisasi (SNI/IEC/JIS/EN/dll.) yang memenuhi persyaratan kondisi di Indonesia untuk jenis luminer adalah SNI 6973.2.3:2005 Luminer Bagian 2-3: Persyaratan khusus Luminer untuk pencahayaan jalan umum yang telah diregulasikan wajib oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral c.q. Ditjen Ketenagalistrikan. IEC 60598-2002 Luminaires IEC 61347-1 Lamp control gear b. Struktur umum lampu LED Bentuk, dimensi, dan berat dari Luminair Tidak ada literatur spesifik yang menerangkan mengenai struktur dari Luminair. Tetapi, mengacu kepada SNI 7391:2008 mengenai bentuk dan konstruksi lampu jalan adalah sebagai berikut: Bentuk dan konstuksi lampu tanpa tiang A-3

Bentuk dan konstuksi lampu tanpa tiang Tipikal dan dimensi tiang lampu lengan tunggal A-4

Tipikal dan dimensi tiang lampu lengan tunggal c. Perlindungan terhadap debu, air, dan kelembapan Perlindungan terhadap Luminer, sesuai dengan yang tertera pada IEC 60598-1 Luminaires: Part 1 General Requirement and Tests adalah minimal memiliki IP 23 dan tidak ada efek berbahaya dikarenakan debu, air, dan kelembapan. Bagian luminer yang terdapat modul LED, plat reflektor, lensa, dan jenis lain yang tersimpan harus memiliki minimal IP 54 atau lebih tinggi, terutama untuk control gear, agar melindungi berkurangnya faktor pemeliharaan fluks cahaya yang disebabkan oleh debu atau objek lainnya. Landasan Baut (grounding bolt) Landasan baut harus sesuai dengan ukuran penguncian pada tiang. Tanda Penguncian Baut (counter mark) Tanda Penguncian ditempatkan pada bagian penyatuan antara baut dan badan tiang untuk mengindikasikan posisi kunci yang sesuai. Metode Pemasangan Luminer Pemasangan luminer disesuaikan bentuk tiang, lurus atau melengkung, dan menggunakan lebih dari satu baut sebagai pengunci. Struktur Pencegahan terhadap Jatuh Luminer dan tiang harus memiliki struktur penahan untuk pencegahan terhadap jatuh. Struktur pencegahan jatuh ini termasuk baut penahan yang menembus satu sisi tiang adaptor dengan lubang sebesar M6 atau lebih, pencegahan jatuh untuk kabel penghubung tiang dan luminer, dan baut khusus (M6 atau lebih) untuk memperbaiki kawat. A-5

d. Material dan bagian dari Luminer Perlu diperhatikan untuk material dan bagian dari Luminer antara lain: Unit utama LED Luminer Tutup kaca Plat reflektor dan Lensa Kemasan Kabel internal Blok terminal e. Kinerja (Performance) Pemeriksaan fisik dan fungsi perlu dilakukan untuk memastikan kinerja dari luminer yang terjamin. Beberapa parameter berikut dapat menjadi kunci kinerja dari luminer secara keseluruhan: Kinerja optikal Hambatan insulasi Tegangan hambat Hambatan thermal shock Properti anti-getar f. Standar penandaan di badan lampu. Dalam pemilihan lampu untuk PJU, perlu diperhatikan penandaan pada permukaan badan Luminer harus tertera jelas dan di mudah luntur sebagai salah satu metode sederhana dalam melakukan kontrol kualitas/spesifikasi teknis yang terdiri dari: Jenis Nilai tegangan input (V) Nilai konsumsi daya (W) Untuk penggunaan di luar ruangan Tahun dan Produksi bulan atau kode Produsen atau kode Nomor IP Informasi yang diperlukan lainnya g. Untuk penggunaan teknologi LED 1. Persyaratan modul LED Referensi umum untuk tipe dan standar aplikasi Spesifikasi ini diterapkan sesuai dengan modul LED untuk fasilitas penerangan jalan. - IEC 61347-1 Lamp control gear: Part 1 General and safety requirement A-6

- IEC 61347-2-13 Lamp controlgear: particular requirement for d.c or a.c supplied electronic control gear for LED modules - IEC 62031 LED Modules for general lighting safety specifications - SNI IEC/PAS 62612:2013 Lampu swa-balast LED untuk pelayanan pencahayaan umum persyaratan kinerja Kinerja modul LED Kinerja dari modul LED harus dapat memenuhi spesifikasi fluks pencahayaan untuk jangka waktu yang panjang dan memiliki ketahanan terhadap panas yang baik. - Warna LED 5000 7000 K (putih) - Rata-rata waktu hidup modul LED tipe putih adalah 50.000 jam - Color Rendering Index (CRI) 60 atau lebih 2. Kinerja keamanan dan metode uji Untuk metode pengujian keamanan dan ketahanan, sinari LED luminer terus menerus dibawah suhu ambien 30oC. Saat suhu sudah stabil, hitung suhu casing LED luminer, lalu hitung junction temperature. Konfirmasi hasil perhitungan suhu terhadap nilai manajemen dari desain hidup berdasarkan karakteristik waktu hidup dari modul LED yang diberikan oleh manufaktur pembuat LED (biasanya menggunakan arus operasi sebagai parameter). h. Referensi Lebih Lanjut Dalam perancangan sistem PJU yang efisien energi, dapat mengacu pada referensi-referensi lain yang sudah menjadi acuan standar baik secara internasional maupun nasional sebagai berikut: a) Guidelines for Introducing LED Luminaires for Road Lighting (Draft). 2011. Japan Lighting Manufacturers Association (JLMA). Japan b) IEC 60598 Luminaires c) IEC 60598-2-3:2002 - Luminaires for Public Road Lighting d) AASHTO:2001 - A Informational Guide for Roadway Lighting e) CIE 115:2010 - Lighting of Roads for Motor and Pedestrian Traffic f) SNI 0225:2011 - Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011) g) SNI 6973.2.3:2005 Luminer Bagian 2-3: Persyaratan khusus Luminer untuk pencahayaan jalan umum h) SNI 6959.2.3:2003 Perlengkapan kendali lampu Bagian 2-3: Persyaratan khusus ballas elektronik disuplai a.b. untuk lampu fluoresen i) SNI 04-0225-2000 (PUIL) Sebagai standar acuan wajib, sesuai Kepmen 2046.K/40/MEM/2001 dan Permen ESDM 008/2007 j) SNI 7391:2008 - Spesifikasi penerangan jalan di kawasan perkotaan k) SNI 04-6262-2000 - Rekomendasi untuk pencahayaan jalan bagi kendaraan bermotor dan pejalan kaki A-7