LEVELLING 3 SIPAT DATAR MEMANJANG & MELINTANG (UNTUK MENDAPATKAN BENTUK PROFIL POT.TANAH) Salmani,, ST, MS, MT 2012

dokumen-dokumen yang mirip
Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG

PENGUKURAN WATERPASS

Contoh soal : Hitung Beda Tinggi dan Jarak Psw-Titik Horisontal apabila diketahui : TITIK A BA= 1,691 BT = 1,480 BB = 1,296 ta = 1,530 Z = 90'51'02"

P E N G U K U R A N S I P A T D A T A R

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG

5/16/2011 SIPAT DATAR. 1

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

PROFIL MEMANJANG. Program Studi D3/D4 Teknik Sipil ITS. Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR

TUJUAN INSTRUKSIONAL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pengukuran Detail Rehabilitasi Jaringan Irigasi tersier Pada UPTD. Purbolinggo

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT WATERPAS

Sipat datar / Levelling/ Waterpassing

ba - bb j Gambar Pembacaan benang jarak pada bak ukur

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

TEORI SIPAT DATAR (LEVELLING)

TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014

BAB I PEMETAAN 1. PENDAHULUAN 2. MAKSUD DAN TUJUAN 3. TEORI a. Skala

VISUALISASI 3D LAHAN RENCANA PROYEK UNTUK PERHITUNGAN VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN

METODA-METODA PENGUKURAN

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 12 : METODE PENGUKURAN VOLUME

Can be accessed on:

Gambar Penentuan sudut dalam pada poligon tertutup tak. terikat titik tetap P 3 P 2 P 5 P 6 P 7

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG STAKE OUT DAN MONITORING

Gambar 2.1. Gambar Garis Kontur Dari Suatu Permukaan Bumi

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI

LAPORAN PRAKTIKUM PEMETAAN SUMBERDAYA LAHAN (Pengukuran Beda Tinggi dengan Sipat Ukur Datar Profil Memanjang)

MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN

MAKALAH SURVEY DAN PEMETAAN

MODUL AJAR PRAKTIKUM POLIGON & TACHIMETRI DAFTAR ISI BUKU MODUL PRAKTIKUM POLIGON DAN TACHIMETRI PENYETELAN THEODOLITH DAN PEMBACAAN SUDUT

Ilmu Ukur Tanah (Plan Survaying)

PENGUKURAN POLIGOON. by Salmani, ST.,MS.,MT.

Pengukuran dan Pemetaan Hutan : PrinsipAlat Ukur Tanah

6.1. Busur Lapangan. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS Mata Kuliah: Ilmu Ukur Tanah

PENGUKURAN POLIGOON. by Salmani, ST.,MT.,MS. POLYGON

Definisi, notasi, glossary. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS. Kode Nama Mata Kuliah 1

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Ukur Tanah adalah suatu ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran yang

Metode Ilmu Ukur Tanah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PANDUAN PENYETELAN THEODOLIT DAN PEMBACAAN SUDUT (Latihan per-individu dengan pengawasan Teknisi Laboratorium)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan Khusus. Tujuan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok 2 1

Pertemuan Pengukuran dengan Menyipat Datar. Can be accessed on:

TACHIMETRI. Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil. lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip

Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

Pematokan/Stake out adalah memindahkan atau mentransfer titik-titik yang ada dipeta perencanaan kelapangan (permukaan bumi).

3.4 PEMBUATAN. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Tinjauan Umum Deformasi

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap

PENDAHULUAN Surveying : suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

MODUL PROGRAM KEAHLIAN MEKANISASI PERTANIAN KODE MODUL SMKP2K04-05MKP

KINEMATIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

Pengukuran Poligon Tertutup Terikat Koordinat

KINEMATIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud yaitu:

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN BEDA TINGGI MENGGUNAKAN ALAT THEODOLIT Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknik

Gambar 1. Skema sederhana pesawat Theodolit.

PRINSIP KERJA DAN PROSEDUR PENGGUNAAN THEODOLITE. Prinsip kerja optis theodolite

BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS

TUJUAN : INFASTRUKTUR : JARINGAN JALAN JARINGAN IRIGASI JARINGAN RAWA PEMUKIMAN

Tacheometry. System dari tacheometry Dapat dikalsifikasikan 1. Stadia system pengamatan horisontal Pengamatan miring 2.

Gambar Sket posisi sudut di sebelah kanan arah jalur ukuran polygon terbuka terikat

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum

Can be accessed on:

Polygon ialah serangkaian garis lurus yang menghubungkan titik-titik yang. gabungan beberapa garis yang bersama-sama membentuk kerangka dasar

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. Pada bab ini akan dibahas mengenai pembahasan hasil dari pelaksanaan praktik

Modul 10 Garis Kontur

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pita ukur... 2 Gambar 2. Bak ukur... 3 Gambar 3. Pembacaan rambu ukur... 4 Gambar 4. Tripod... 5 Gambar 5. Unting-unting...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan pada kerja praktek ini merupakan bagian

EVALUASI TITIK KONTROL TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DENGAN METODE PENGUKURAN KERANGKA DASAR VERTIKAL BENCH MARK (BM)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE

BAB IV METODE PENELITIAN

SURVEYING (CIV -104)

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

Sistem Proyeksi Peta. Arif Basofi PENS 2012

1.Sebagai kerangka Horizontal pada daerah pengukuran 2.Kontrol Jarak dan Sudut 3.Basik titik untuk pengukuran selanjutnya 4.

LABORATORIUM KONSTRUKSI DASAR (Sumber : Teknik Konstruksi Bangunan Gedung, AG. Thamrin, 2008)

4.1.3 PERALATAN PENDUKUNG SURVEY UKUR TANAH

TUGAS MAHASISWA TENTANG

DASAR-DASAR PENGUKURAN BEDA TINGGI DENGAN ALAT SIPAT DATAR

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

MAKALAH ILMU UKUR TANAH

II. BUMI DAN KOORDINAT

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Surabaya -Krian

BAB III LANDASAN TEORI

Transkripsi:

LEVELLING 3 SIPAT DATAR MEMANJANG & MELINTANG (UNTUK MENDAPATKAN BENTUK PROFIL POT.TANAH) Salmani,, ST, MS, MT 2012

SIPAT DATAR MEMANJANG & MELINTANG (UNTUK MENDAPATKAN BENTUK PROFIL POT.TANAH) Pengukuran Sipat Datar Memanjang Pergi Pulang Pengukuran Menyipat Datar Memanjang Pergi Pulang digunakan apabila jarak antara dua stasiun yang akan ditentukan beda tingginya sangat berjauhan (berada di luar jangkauan jarak pandang). Sedang pengukuran sipat datar memanjang pergi pulang merupakan salah satu jenis dari sekian banyak macam pengukuran sipat datar memanjang. Pengukuran sipat datar memanjang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti, karena dengan mengadakan dua kali pengukuran. 2

SIPAT DATAR MEMANJANG & MELINTANG (UNTUK MENDAPATKAN BENTUK PROFIL POT.TANAH) Gambar: Pengukuran sipat datar memanjang pergi pulang

SIPAT DATAR MEMANJANG & MELINTANG Pengukuran Sipat Datar Profil Melintang Pengukuran sipat datar profil melintang adalah pengukuran yang dilakukan untuk menentukan tinggi rendahnya tanah atau untuk mendapatkan bentuk permukaan titik sepanjang garis tertentu. Kegunaan dari pengukuran ini adalah sebagai dasar dalam menentukan volume galian dan timbunan dalam perencanaan pembuatan jalan raya, jalan kereta api, saluran irigasi, dsb. Pengukuran sipat datar profil melintang sendiri digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya tanah sepanjang garis melintang yang tegak lurus dengan garis sumbu proyek.

SIPAT DATAR MEMANJANG & MELINTANG (UNTUK MENDAPATKAN BENTUK PROFIL POT.TANAH) Gambar : Pengukuran sipat datar profil melintang

LANGKAH KERJA : Sipat Datar Memanjang Pergi Pulang & Melintang a. Pengukuran potongan memanjang pergi-pulang : 1. Siapkan catatan, daftar pengukuran dan buat sket situasi yang akan diukur. 2. Tentukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik (jarak antar titik ± 50 m). 3. Dirikan pesawat di antara titik P1 dan P2 kemudian lakukan penyetelan alat sampai di dapat kedataran. 4. Arahkan pesawat ke titik P1 (sbg rambu belakang) dan baca benang tengahnya. 5. Putar teropong searah jarum jam dan arahkan teropong pesawat ke titik P2 (sbg rambu muka), baca dan catat benang tengahnya. 6. Pindahkan teropong pesawat di antara titik P2 dan P3 dan lakukan penyetelan alat sampai datar. 7. Arahkan pesawat ke titik P2(sbg rambu belakang) dan baca benang tengahnya. 8. Putar teropong searah jarum jam dan arahkan teropong pesawat ke titik P3(sbg rambu muka), baca dan catat benang tengahnya. 9. Dengan cara yang sama, lakukan sampai titik yang terakhir. (pengukuran pergi).

10. Setelah pengukuran sampai pada titik yang terakhir, lakukan pengukuran kembali (pengukuran pulang) dari arah titik terakhir sampai ke titik awal dengan cara yang sama pada pengukuran pergi. 11. Lakukan perhitungan beda tinggi dan ketinggian masing-masing titik. 12. Gambar hasil pengukuran dan perhitungan. b. Pengukuran potongan melintang : 1. Dirikan bak ukur di beberapa titik (sepanjang garis teropong) ) yang diperlukan sebagai titik detail di sebelah kiri (tegak lurus) dengan titik P1. Kemudian baca dan catat benang tengahnya. 2. Putar pesawat searah jarum jam dengan besar sudut horizontal 180 0. 3. Dirikan bak ukur di beberapa titik (sepanjang garis teropong) ) yang diperlukan sebagai titik detail di sebelah kanan titik P1. Kemudian baca dan catat benang tengahnya. 4. Ukurlah tinggi pesawat dan jarak antar titik detail (kiri dan kanan) ). 5. Dengan cara yang sama lakukan pengukuran profil melintang di atas tiap titik pokok sampai titik yang terakhir. 6. Hitung beda tinggi dan ketinggian masing-masing titik. 7. Gambar hasil pengukuran dan perhitungan.

LANGKAH PERHITUNGAN Pengukuran Sipat Datar Memanjang Pergi Pulang 1. Beda Tinggi ( h) h P1-P2 = BTP1-BTP2 ( h1) pengukuran pergi h P1-P2 = BTP1-BTP2 ( h1 ) pengukuran pulang h P1-P2 rata-rata = ( h1+ h1 ) / 2 h P2-P3 = BTP2-BTP3 ( h2) pengukuran pergi h P2-P3 = BTP2-BTP3 ( h2 ) pengukuran pulang h P2-P3 rata-rata = ( h2+ h2 ) / 2 dst 2. Ketinggian Titik Bila tinggi titik P1 diketahui TP1 maka TP2 = TP1 + h P1-P2 rata-rata maka TP3 = TP2 + h P2-P3 rata-rata dst

LANGKAH PERHITUNGAN Pengukuran Sipat Datar Melintang 1. Beda Tinggi ( h) Pesawat berdiri di atas titik P1 h P1-a = ta Bta ta = tinggi alat di titik P1 h P1-b = ta BTb dst Pesawat berdiri di atas titik P2 h P2-a = ta Bta ta = tinggi alat di titik P2 h P2-b = ta BTb 2. Ketinggian Titik Bila tinggi titik P1 diketahui TP1 maka Ta = TP1 + h P1-a Tb = TP1 + h P2-b dst Bila tinggi titik P2 diketahui TP2 maka Ta = TP2 + h P2-a Tb = TP2 + h P2-b...dst dst

Pengukuran horisontal harus dilakukan antara semua titik yang telah diukur ketinggiannya. Hasil pengukuran dikumpulkan secara berurutan. Contoh Gambar dibawah ini, alat diletakan di atas titik O sbg as sumbu grs jalur poligoon atau dimulainya pengukuran profil melintang dgn jarak O m sampai 70 m ke samping.

Prosedur Pengukuran Umumnya diperlukan seorang pengukur dan tiga orang anggota kelompok pengukur untuk memdapatkan penampang memanjang. Pengukur bertugas melakukan pembacaan dan membuat pembukuan data ukur, satu anggota sebagai pemegang rambu dan dua anggota lainnya sebagai pengukur jarak. Pengukuran memanjang dilakukan dari patok awal dan ini menunjukan pengukuran dari jarak nol (0) dan sbg rambu belakang. Dua anggota mengukur jarak dari patok 0 ke muka sbg rambu muka, dst. Prosedur ini diulang sampai seluruh penampang selesai diukur. Buku lapangan khas utk penampang pendek memanjang (tabel berikut)

Tabel pengukuran sipat datar Memanjang BB BA BM kenaik an Penuru nan Keting gian Jarak Keter. 4.365 210.210 Pilar 1 2.150 1.045 0 grs sb A 1.580 20 grs sb 1.880 40 grs sb 1.950 2.030 60 grs sb 1.390 80 grs sb 1.500 100 grs sb 1.600 1.700 120 grs sb B 1.576 3.850 3.006 Pilar 1

Tabel Hit. Pengk. sipat datar Memanjang BB BA BM kenaik an Penuru nan Keting gian Jarak Keter. 4.365 210.210 Pilar 1 2.150 1.045 3.320 213.530 0 grs sb A 1.580 0.570 214.100 20 grs sb 1.880 0.300 213.800 40 grs sb 1.950 2.030 0.150 213.650 60 grs sb 1.390 0.560 214.210 80 grs sb 1.500 0.110 214.100 100 grs sb 1.600 1.700 0.200 213.900 120 grs sb B 1.576 3.850 2.250 211.650 3.006 1.430 210.220 Pilar 1 11.641 11.631 4.450 4.440 210.220-11.631-4.440-210.210 0.010 0.010 0.010

Hasil pengukuran dan hitungan yang menunjukan ketinggian masing-masing titik dengan jarak yang telah ditentukan, dengan perbedaannya adalah 0,010m Kesalahan penutup ini dapat diterima dan hitungan ketinggian dianggap memuaskan. Kemudian dari tabel tsb di gambarkan profil potongan penampang dengan skala horisontal dan skala vertikal dengan rasio 10 berbanding 1, artinya misalnya untuk skala horisontal 1 : 500 maka skala vertikalnya 1 : 50.

Pada gambar tersebut ketinggian titik-titik diletakan 210.000m di atas datum. Artinya ketinggian titik A = 213.350m, B=213.900m dgn jarak 120 m dari titik A. Perhitungan galian dan timbunan dilakukan jika ada rencana garis kerja. Misalnya pada gambar ada rencana jalan baru dengan ketinggian 211.000m pada titik A, dan rencana jalan tsb menanjak 1 meter dalam 100 m menuju titik B. Tinggi rencana AB=1 dalam 100 kenaikan Jadi kenaikan 20m= 20/100 x 1.000 = 0.200 m Ketinggian tereduksi titik awal A = 211.000 m Ketinggian tereduksi pd jarak 20 m = 211.200 m Ketinggian tereduksi pd jarak 40 m = 211.400 m Ketinggian tereduksi pd jarak 60 m = 211.600 m Ketinggian tereduksi pd jarak 80 m = 211.800 m Ketinggian tereduksi pd jarak 100 m = 212.000 m Ketinggian tereduksi pd jarak 120 m = 212.200 m

Beberapa soal yang perlu penyelesaian : 1. Diketahui sebuah soal sipat datar dari BM 25 sampai BM 26. elevasi BM 25=160.151 m, waterpass dipasang di tengah-tengah antara dua buah stasiun pada semua stasiun. Jarak serta bidik muka (BM)dan bidik belakang (BB)adalah sebagai berikut : Pertama A: BM25 dan TP2 = 120m Kedua B: TP2 dan TP3 = 140m Ketiga C: TP3 dan TP4 = 130m Kelima D: TP4 dan BM26 = 150m BM_A atas BM25 = 4.321 BM_C atas TP3 = 1.750 BB _A atas TP2 = 3.672 BB_C atas TP4 = 0.341 BM_B atas TP2 = 1.100 BM_D atas TP4 = 4.413 BB_B atas TP3 = 3.102 BB_D atas BM26 = 1.102 BM 26 mempunyai elevasi 163.428 m Selesaikan soal sipat datar dan masukan data dalam buku ukur?

Gambar soal nomor 1 18

Beberapa soal yang perlu penyelesaian : 2. Diketahui sebuah soal sipat datar dari BM 10 pada elevasi 145.250 sampai BM 26. elevasi BM11 pada elevasi =148.325 m, Jarak bidik muka (BM)dan bidik belakang (BB)adalah sebagai berikut : BM10 sampai alat (A): = 50 m, alat (A)sampai TP2 : = 50m. TP2 sampai alat (B): = 45 m; alat (B) sampai TP3 = 45 m. TP3 sampai alat (C): = 51 m; alat (C) sampai TP4 = 53 m. TP4 sampai alat (D): = 73 m; dan alat (D) BM11 = 75 m. BB_A atas BM10 = 4.250 BB_C atas TP3 = 1.275 BM_A atas TP2 = 3.250 BM_C atas TP4 = 0.525 BB_B atas TP2 = 1.250 BB_D atas TP4 = 4.100 BM_B atas TP3 = 2.750 BM_D atas BM11 = 1.750 Selesaikan soal sipat datar dan masukan data dalam buku ukur?

Gambar soal nomor 2

3. Diketahui sipat datar dengan empat stasiun transit. Elevasi BM.33 = 75.000 bidik belakang (BB) dan bidik muka (BM) adalah sebagai berikut : Stasiun Bidik Belakang Bidik Muka A 5.103 3.500 B 1.501 3.020 C 0.610 0.700 D 4.000 0.321 Hitung elevasi BM 34

4. Diketahui sebuah garis bidik diarahkan dari BM 10 sampai BM 11. Elevasi BM.10 = 101.325 PPD dipasang pada A, B, C dan D. Bidik belakang (BB) dan bidik muka (BM) adalah sebagai berikut : Stasiun Bidik Belakang Bidik Muka A 1.350 1.200 B 0.503 2.100 C 0.150 0.250 D 3.800 0.450 Jarak bidik belakang dan bidik muka pada semua stasiun PPD adalah sama, dengan maksud mengurangi kesalahan sampai seminimum mungkin. Selesaikan sipat datar tersebut untuk menghitung elevasi BM 11.

5. Diketahui elevasi BM 20 = 51.275, PPD dipasang pada A, B, C dan D. Bidik belakang (BB) dan bidik muka (BM) adalah sebagai berikut : Stasiun Bidik Belakang Bidik Muka A 1.400 1.310 B 0.500 2.000 C 0.175 0.300 D 3.600 0.450 Jarak bidik belakang dan bidik muka pada semua stasiun PPD adalah sama, dengan maksud mengurangi kesalahan sampai seminimum mungkin. Selesaikan sipat datar tersebut untuk menghitung elevasi BM 21. 23

6. Diketahui sebuah garis bidik diarahkan dari BM 36 sampai BM 37. Elevasi BM.36 = 81.751 PPD dipasang pada A, B, C dan D. Bidik belakang (BB) dan bidik muka (BM) adalah sebagai berikut : Stasiun Bidik Belakang Bidik Muka A 1.503 1.275 B 0.498 2.700 C 0.165 0.267 D 3.654 0.503 Selesaikan sipat datar tersebut untuk menghitung elevasi BM 37. 24

7. Diketahui sipat datar dilakukan dari BM 2 sampai BM 3. Ada empat stasiun PPD, Elevasi BM.2 = 89.123. Bidik belakang (BB) dan bidik muka (BM) adalah sebagai berikut : Stasiun Bidik Belakang Bidik Muka A 1.720 1.451 B 0.530 2.852 C 0.231 0.285 D 3.752 0.613 Selesaikan sipat datar tersebut untuk menghitung elevasi BM 3. 25

8. Sebuah sipat datar harus dilakukan dari BM 31 sampai BM 32. untuk mengontrol Elevasi BM.32. Elevasi BM31= 705.013. Bidik belakang (BB) dan bidik muka (BM) adalah sebagai berikut : Stasiun Bidik Belakang Bidik Muka A 2.001 1.666 B 0.798 3.001 C 0.210 0.479 D 3.854 0.806 Selesaikan sipat datar tersebut untuk menghitung elevasi BM 32. 26

9. Diketahui potongan profil dari satu seri sipat datar Hitung elevasi titik duga akhir dan gambarkan potongan profil nya! 27

10. Diketahui potongan profil dari satu seri sipat datar seperti gambar : Hitung elevasi titik akhir dan gambarkan potongan profil nya!