DISTRIBUSI SUBSTRAT DI DALAM FIXED BED REACTOR (FBR)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH BEBAN ORGANIK TERHADAP EFISIENSI ANAEROBIC FIXED BED REACTOR DENGAN SISTEM ALIRAN CATU UP-FLOW

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

DEGRADASI BAHAN ORGANIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN DENGAN VARIASI WAKTU TINGGAL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN. bioetanol berbasis tebu, baik yang berbahan baku dari ampas tebu (baggase), nira

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk

Seeding dan Aklimatisasi pada Proses Anaerob Two Stage System menggunakan Reaktor Fixed Bed

PENGARUH HRT DAN BEBAN COD TERHADAP PEMBENTUKAN GAS METHAN PADA PROSES ANAEROBIC DIGESTION MENGGUNAKAN LIMBAH PADAT TEPUNG TAPIOKA

REAKTOR TIPE FIXED BED DAN PENERAPANNYA PADA INDUSTRI TAHU

BAB I. PENDAHULUAN. Statistik (2015), penduduk Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,4 %

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI BIOETANOL MELALUI PROSES ANAEROB (FERMENTASI)

Studi Atas Kinerja Biopan dalam Reduksi Bahan Organik: Kasus Aliran Sirkulasi dan Proses Sinambung

PROSES PEMBENIHAN (SEEDING) DAN AKLIMATISASI PADA REAKTOR TIPE FIXED BED

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH SIRKULASI TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI DENGAN BIOREAKTOR LITER

DISUSUN OLEH TIKA INDRIANI ( ) DOSEN PEMBIMBING WELLY HERUMURTI, ST, MSc.

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

Keywords : Anaerobic process, biogas, tofu wastewater, cow dung, inoculum

PADA DEGRADASI SAMPAH KOTA SECARA ANAEROBIK AKIBAT PENGARUH KELEMBABAN DAN UMUR SAMPAH TES1S MAGISTER. Oleh. Tina Mulya Gantina

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAPIOKA MENGGUNAKAN KOTORAN SAPI PERAH DENGAN SISTEM ANAEROBIK SKRIPSI DIPA ALAM VEGANTARA

ANALISA KINETIKA PERTUMBUHAN BAKTERI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI MOLASES PADA CONTINUOUS REACTOR 3000 L

PRAKATA. Semarang, Januari Penyusun. iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

LAMPIRAN A DATA HASIL ANALISA

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB

Muhammad Ilham Kurniawan 1, M. Ramdlan Kirom 2, Asep Suhendi 3 Prodi S1 Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

UNJUK KERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAHU SECARA BIOLOGI

Penyisihan Kandungan Padatan Limbah Cair Pabrik Sagu Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Pada Kondisi Start-up

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

DAFTAR ISI. PERNYATAAN KATA PENGANTAR...

Pengaruh Laju Alir Umpan Serta Waktu Tinggal Dalam Pemanfaatan Air Limbah Industri Tahu Menjadi Biogas Melalui Fermentasi Anaerob Dengan Sistem Batch

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tembalang, Semarang

Kinerja Bioreaktor Hibrid Anaerob dengan Media Batu untuk Pengolahan Air Buangan yang Mengandung Molase

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

Adrianto Ahmad, Bahruddin, dan Nurhalim

PROSIDING SNTK TOPI 2012 ISSN Pekanbaru, 11 Juli 2012

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber energi fosil yang semakin menipis, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi Perah Terhadap Nilai ph

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Kata kunci: Anaerob; Bioreaktor hibrid; Penyisihan COD; Waktu tinggal hidrolik

PERBANDINGAN SISTEM DIGESTER ANAEROB TERMOFILIK SATU DAN DUA FASE

Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik

PENGGUNAAN PERALATAN DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN

Macam macam mikroba pada biogas

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

Degradasi Substrat Volatile Solid pada Produksi Biogas dari Limbah Pembuatan Tahu dan Kotoran Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

LAMPIRAN A PROSEDUR PENELITIAN

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

EFFISIENSI COOLING POND UNTUK PENURUNAN KONSENTRASI PHENOL PADA SISTEM PENGOLAHAN AIR BUANGAN

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI SECARA AEROBIC DAN ANOXIC DENGAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

PROSIDING SNTK TOPI 2012 ISSN Pekanbaru, 11 Juli 2012

ASIDOGENESIS LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT PADA KONDISI AMBIENT

BATAM, 9 MEI 2014 SUPRAPTONO

KESTABILAN BIOREAKTOR HIBRID ANAEROB BERMEDIA BATU PADA KONDISI START-UP DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK SAGU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure

Pengaruh Variasi Sirkulasi Substrat terhadap Penyisihan Senyawa Organik pada Reaktor Metanogenesis

SNTMUT ISBN:

SKRIPSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK DENGAN MENGGUNAKAN ROTARY BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC)

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SKRIPSI PERFORMANSI DIGESTER BIOGAS DENGAN CO SUBSTRAT LIMBAH KELAPA MUDA DAN INOKULUM KOTORAN SAPI. Oleh : Kadek Leo Adi Guna

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Pengolahan Limbah Cair Tahu secara Anaerob menggunakan Sistem Batch

Nurandani Hardyanti *), Sudarno *), Fikroh Amali *) Keywords : ammonia, THMs, biofilter, bioreactor, honey tube, ultrafiltration, hollow fiber

Pengaruh Laju Pembebanan Organik terhadap Produksi Biogas dari Limbah Cair Sagu Menggunakan Bioreaktor Hibrid Anaerob

KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah Nya

kompartemen 1, kompartemen 2, kompartemen 3 dan outlet, sedangkan untuk E.Coli

STUDI KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DARI RUMAH MAKAN SEBAGAI PRODUKSI ENERGI DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

Irawati, M. D. F., Sudarno )*, Hadiwidodo, M )* * Dosen Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

J. Tek.Ling Vol.8 No.1 Hal. 29-33 Jakarta, Januari 2007 ISSN 1441-318 DISTRIBUSI SUBSTRAT DI DALAM FIXED BED REACTOR (FBR) Djoko Padmono Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Abstract Fixed Bed Reactor was the biological wastewater treatment reactor that was one of the Cakung Slaughterhouse (RPH Cakung) wastewater treatment. Biological wastewater treatment process in principle was process use of the microorganism to degrade the wastewater pollutant, where the wastewater will be changed into gas and the particle bio-solid that enabled to be sediment. The capability of the microorganism degrading this pollutant was influenced by various factor, some among them were the distribution of the substrate (microorganism group) in the reactor. The distribution of this substrate could be known by measuring the value of ph and organic content as Chemical Oxygen Demand (COD) or Total Solid (TTS). Considering the importance of the parameter then must be keep so that both of them, did not exceed limits that were allowed in the FBR operation. This paper was discussed by the condition for the distribution of the substrate in various hydraulic retention time (HRT). Analysis was held for the operation with the upflow system. Results of the research could be known that the value of the ph and TS in various HRT relatively constant, that is between 6.93 7.15 (for the ph) and 0.32% - 0.56% (for TS). This value is still in limits that were allowed. This showed that the FBR reactor had the good performance was inspected from the condition for the distribution of the substrate inside. Key words : Fixed Bed Reaktor, biological wastewater, substrats distribution I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan air bersih dan masalah pelestarian lingkungan pada saat ini, mengharuskan kita untuk segera melakukan antisipasi yaitu dengan berusaha semaksimal mungkin melindungi sumber daya air yang ada dari pencemaran. Antisipasi dalam hal ini adalah mengupayakan untuk mengolah air limbah/ buangan sebelum dibuang ke badan sungai, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada, termasuk didalamnya adalah bioteknologi. Bioteknologi merupakan aplikasi teknologi yang terjadi tumpuan dalam pengolahan air buangan yang bersifat biodegradable. Dengan menggunakan kemampuan mikroorganisme, senyawa-senyawa organik yang terlarut dalam air buangan dikonversikan ke bentuk yang lebih stabil seperti gas dan partikel biosolid yang mudah untuk diendapkan. Kemampuan mikro-organisme dalam menguraikan limbah ini pada dasarnya dipengaruhi berbagai faktor (1) seperti waktu tinggal hidrolis, laju 29

pembebanan, temperatur, asam lemak organik, alkalinitas dan sebagainya. Disamping itu terdapat juga faktor dominan yang mempengaruhi kemampuan mikroorga-nisme ini yaitu distribusi substrat. Dalam percobaan ini dikaji kondisi distribusi substrat dalam reaktor pada berbagai nilai waktu tinggal hidrolis atau hydraulic Retention Time (HRT). Pengamatan dilakukan dengan mengukur nilai Total Solid (TS) dan ph pada titik dari Anaerobic Fixed Bed Reactor (FBR), dengan menggunakan subtrat limbah isi rumen yang dihasilkan dari rumah potong hewan. I.2 Tinjauan Pustaka Prinsip dasar dari penolahan limbah secara biologis adalah penggunaan kemampuan mikroorganisme dalam mendegradasi/menguraikan bahan orga-nik suatu limbah. Pengolahan limbah dengan menggunakan Fixed Bed Reactor (FBR) merupakan salah satu dari jenis pengolah limbah biologis ini. Proses bilogis yang terjadi didalamnya adalah terurainya bahan organik limbah oleh mikroorganisma anaerobic yang tumbuh dengan melekat pada suatu media (dalam percobaan ini digunakan media fabricated ). Proses penguraian bahan dalam FBR berlangsung dalam 4 (empat) tahap, yaitu : proses hidrolisis dan fermentasi, proses pembentukan asam lemak, proses pembentukan Asetat, dan terakhir proses pembentukan gas metana. Di dalam keempat proses tersebut berperan berbagai jenis bakteri yang kemampuan kerjanya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan reaktor sebagaimana terlihat dalam Gambar-1. Kondisi ini ditentukan oleh beberapa faktor (1) antara lain: 1. Waktu tinggal hidrolis (Hydraulic Retention Time - HRT) 2. Laju pembebanan organik (organic Loading Rate) 3. Asam lemak organik 4. Temperatur 5. Alkalinitas 6. C/N ratio 7. Senyawa racun dan penghambat (Toxic dan Inhibitor) 8. Distribusi substrat yang ditunjukkan dengan nilai parameter sebagai berikut: - ph - Total Solid (TS) Dalam makalah ini dikaji kondisi distribusi substrat pada berbagai macam harga HRT untuk menentukan performasi reaktor. Seperti telah dijelaskan di atas, distribusi substrat dalam reaktor dapat diukur dengan nilai ph dan TS, sedang Gambar-1. Konversi biomasa menjadi Biogas (3) 30 Susanto, J.P dan D. Padmono. 2007

pengaruh ke-2 parameter ini pada performasi reaktor tersebut adalah: Pengaruh ph : Pada harga ph yang rendah diakibatkan oleh proses dari tahap ke dua terbentuknya asam lemak volatil. Pada kondisi yang sangat asam, bakteri acetogenic (bakteri pembentukan asam asetat) mungkin masih bisa bertahan hidup, tetapi bakteri methanogenic (bakteri pembentuk gas methan) sama sekali tidak bisa bertahan hidup. Harga ph optimum yang dibutuhkan dalam proses Anaerobic FBR ini adalah 6,0 8,5 (2,3). Proses akan berlangsung sangat baik pada ph 7, karena pada ph netral ini akan didapatkan proses yang optimum (4). Pada ph 5,5 proses masih bisa berjalan dan bila ph turun sampai 4 maka proses akan terhenti sama sekali (1). Total Solid (TS) : Kandungan total solid dari air limbah yang diumpankan, merupakan parameter yang perlu diperhatikan dalam pengo-perasian FBR. Kandungan solid yang terlalu besar akan mengganggu kelangsungan proses dalam FBR, yaitu akan terjadinya penyumbatan aliran pada reaktor FBR. Kandungan total solid yang baik untuk FBR ini adalah kurang dari 5% (3). 1.3 Tujuan Dalam makalah ini dikajikan kondisi distribusi subtrat pada berbagai macam harga HRT untuk menentukan performasi reaktor FBR. 2. METODOLOGI Reaktor yang digunakan pada peneliti ini adalah Fixed Bed Rector dengan volume 900 m 3 dan volume kerja 600 m 3. Media yang digunakan sebagai material support adalah fabricated material seperti terlihat dalam Gambar-2. dengan luas permukaan spesifik media tumbuh pervolume reaktor mencapai 100 m 2 /m 3 dan porositasnya 80%. Gambar -2. Media tumbuh Mikroorganisme Reaktor dioperasikan dengan menerap-kan sistem up-flow. Setelah melalui periode start-up yang dimaksudkan untuk membiakkan bakteri selama 22 hari, dilakukan pembebanan dengan memompakan limbah rumah potong hewan Cakung ke dalam reaktor yang besarnya ditingkatkan secara berangsur-angsur. Pada setiap nilai pembebanan, diadakan pengamatan terhadap nilai Total Solid (TS) dan ph pada 3 titik pada reaktor yang terletak pada bagian atas, tengah dan bawah. Selain itu juga diadakan pengamatan terhadap parameter-parameter lain seperti COD dari influent dan effluent (untuk menentukan efisiensi), serta produksi gas dan persentasi CH 4. Dari data-data selanjutnya dilakukan analisa untuk mengetahui distribusi subtrat dalam reaktor, hubungan distribusi subtrat terhadap efisinsi reaktor dan produksi gas. Hal ini dilaksanakan dalam rangka untuk mencoba mengetahui keterkaitan parameter-parameter tersebut. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagaimana diuraikan di atas, untuk mengetahui sifat distribusi substrat dapat dilihat dari hasil pengukuran ph dan TS pada berbagai ketinggian (3 titik). Pengama-tan ditinjau berdasarkan kinerja reaktor sebagaimana ditunjukan hubungan HRT dengan efisiensi reaktor dalam Tabel-1. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi 31

reaktor pada efisiensi yang optimal. Sedangkan hasil pengukuran terhadap perilaku distribusi mikroorganisme di dalam reaktor adalah seperti ditunjukkan oleh Tabel-2 dan Tabel-3. Tabel-1. Nilai rata-rata efisiensi Reaktor FBR terhadap HRT. HRT Debit OLR Efisiensi Hari m 3 /day Kg COD/m 3.hr % 7.27 63 1.17 65.1 5.88 68 1.48 75.3 4.34 92 2.02 73.2 3.36 119 2.52 74.8 2.87 139 3.05 78.7 Dari Tabel-1 di atas dapat diketahui bahwa kondisi relatif stabil hingga mencapai HRT termasuk 3 hari. Terlihat dari efisiensi degredasi bahan organik di atas 65%, bahwa dapat mencapai 78,7%. Hal ini disebabkan karena pertambahan pembakaran masih dapat mengikuti prilaku pertumbuhan bakteri sehingga keseimbangan lingkungan masing-masing terdapat menggangu tahap lainnya. Tabel-2. Nilai rata-rata ph menurut ketinggian reaktor pada berbagai HRT Nilai rata-rata ph HRT Debit Titik 1 Titik 2 Titik 3 (hari) m 3 /hr Bawah tengah atas 7.27 63 7.14 7.14 7.14 5.88 68 7.11 7.12 7.12 4.34 92 7.15 7.15 7.15 3.36 119 7.09 7.09 7.08 2.87 139 7.06 7.05 7.05 Dari hasil pengamatan di atas, terlihat bahwa pada HRT konstan, distrbusi nilai ph pada berbagai ketinggian reaktor menunjukkan nilai yang relatif homogen. Keadaan yang homogen ini disebabkan oleh adanya material support, dalam hal ini adalah fabricated material sehingga substrat dapat terdegradasi sesuai tahapannya terdistribusi secara merata pada seluruh ketinggian reaktor. Nilai ph cenderung menurun searah dengan pembebanan yang semakin bertambah. Pada HRT 3 hari nilai ph masih berada pada ph netral (ph = 7), hal ini mengindikasikan bahwa reaktor tidak teracuni dengan proses tahap esidogenik dan asetogenik yang banyak menghasilkan asam lemak volatil dan asam asetat. Tabel-3. Nilai rata-rata total solid (TTS) menurut ketinggian reaktor pada berbagai HRT (dalam %). Nilai rata-rata ph HRT Debit Titik 1 Titik 2 Titik 3 (hari) m 3 /hr bawah tengah atas 7.27 63 0.32 0.32 0.32 5.88 68 0.36 0.36 0.35 4.34 92 0.42 0.42 0.42 3.36 119 0.45 0.45 0.45 2.87 139 0.50 0.50 0.50 Secara keseluruhan nilai ph yang terukur selama pengoperasian adalah cukup baik, karena mendekati harga ph netral (4). Sebagai gambaran bahwa proses berjalan dengan baik dapat dilihat pula dari produktivitas gas dalam Tabel-4. Table-4. Produksi gas Methane/Biogas HRT Debit Biogas CH4% Metan (hari) m3/hr m3/hr m3/hr 7.27 63 58 81 47.0 5.88 68 69 82 56.6 4.34 92 60 80 48.0 3.36 119 65 83 54.0 2.87 139 70 78 54.6 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai TS pada berbagai ketinggian pada reaktor adalah homogen untuk setiap harga HRT. Keadaan yang homogen ini disebabkan oleh adanya aliran dan pembentukan lapisan mikroorganisma yang melekat pada material support (fixed film) yang konstan dan merata pada seluruh ketinggian reaktor. Nilai TS yang selalu bertambah seiring dengan berkurangnya 32 Susanto, J.P dan D. Padmono. 2007

nilai HRT adalah hal yang logis karena semakin bertambahnya beban. Dari keseluruhan nilai TS yang terukur dapat disimpulkan pula bahwa kreteria pengoperasian FBR yang menetapkan nilai ideal TS dalam pengoperasian kurang dari 5% telah terpenuhi (1). Oleh karena itu FBR dapat dinyatakan sangat cocok untuk mengolah limbah cair. Tabel-1 menunjukkan kemampuan optimal dari reaktor adalah pada HRT 3 hari, dimana rata-rata pembebanan adalah 140 m 3 /hr. dengan nilai efisiensi : 78.7%. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh Tabel 4 memperlihatkan bahwa biogas dan gas CH 4 yang dihasilkan dalam setiap peningkatan HRT, berkurang seiring dengan pertambahan debit yang diolah. Pada HRT 3 hari reaktor belum mencapai titik batas kemampuannya yang ditandai dengan adanya lonjakan biogas dan CH 4 yang dihasilkan. Dari hasil pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa pada HRT 3 hari reaktor masih pada kondisi normal dan masih dapat ditingkatkan kembali efektivitasnya. Dari studi perbandingan terhadap ke 4 tabel di atas, dapat diketahui bahwa keempat tabel mengindikasikan hal yang sama berkaitan dengan performansi reaktor, yaitu bahwa batas kemampuan reaktor belum mencapai kondisi minimum. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa datadata pada keempat tabel di atas, khususnya data untuk Tabel-1dan-2 adalah cukup representative. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan analisa diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : - Distribusi substrat dalam reaktor yang ditunjukkan oleh nilai ph dan TS adalah faktor yang cukup dominan dalam melihat kinerja pengoperasian reaktor FBR. - Untuk HRT pada kondisi reaktor stabil, nilai ph dan TS terukur, pada berbagai ketinggian adalah relatif homogen. Hal ini karena adanya fabricated material sebagai material support yang membuat aliran dan lapisan mikroorganisma pada berbagai ketinggian menjadi konstan dan merata. - Nilai ph dan TS terukur masing-masing 6.93 7.15 (untuk ph), dan 0.38% - 0.56% (untuk TS). Nilai masih dalam batas-batas yang diperkenankan dalam pengoperasian FBR. Dengan demikian, ditinjau dari distribusi substrat dalam reaktor, performasi FBR adalah baik. 4.2 Saran Anaerobik Fixed bed Reaktor dengan material penyangga berupa fabricated material masih dapat dioperasikan lebih pendek lagi. Hal ini dapat dilakukan pengkajain berikutnya untuk mengetahui batas kemampuan bawah dari jenis eraktor ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Stanfford, David A., et. All.1981. Methane Production from Waste Organic Matter. CRC Press, Inc., Boca Raton, Florida. 2. Stuckey, David C.1982. Anaerobic Treatment of Industrial in The Developing Nationals. Management of Industrial Wastewater in Developing Nations, Editor : D. Stuckey and A Hamza, Pergamon Press, Oxford. 3. Tchobanoglous, George and Schroeder, Edward D.1987. Water Zuality Characteristicx Modelling, Modification. Addison Wesley publishing Company, Reading, Massachusetts, 1987. 4. Graddy, C.P.L, and Lim, C.H. 1980. Biological Wastewater Treatment Therory and Applications. Marcel Dekker, Inc., New York. 33