BAB I PENDAHULUAN. yang menjalankan sebagian besar sistem operasional perbankan syariah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Fondasi perekonomian suatu negara berada didalam dunia lembaga

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU nomor 25 tahun 1992, koperasi adalah suatu bentuk. badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi

BAB I PENDAHULUAN. berbuat baik sedangkan menurut istilah adalah suatu pekerjaan atau

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari dan. menyalurkannya kedalam masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN. atau angket serta dari data yang dimiliki oleh pihak perusahaan. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini setiap Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) serta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. 2014, hlm.viii. 2 Nurul Ichsan Hasan, Pengantar Perbankan Syariah, Gaung Persada Pers Group, Cet ke-1, Jakarta, 2014, hlm.100.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal. kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syari ah 1. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sesama dalam persaingannya didunia ekonomi. Hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Umum terdiri dari Bank milik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mikro ini tampil dalam bentuk Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Lembaga ini secara

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perdagangan. Bila ditelusuri asal mula timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya di dunia, termasuk dalam bidang perekonomian. Semua ketentuanketentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan. Perusahaan yang berada dalam lingkungan bisnis tertentu harus

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan lembaga keuangan syariah non-bank yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

BAB I PENDAHULUAN adalah Bank Muamalat (BMI). Walaupun perkembangannya agak. terlambat bila dibandingkan dengan Negara-negara muslim lainnya,

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang yang masing-masing

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

University Press, 2009), hlm Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, dan Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Semakin berkembangnya perbankan di Indonesia semakin maju pula

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Sebagai badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Bank pembiayaan rakyat syari ah atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Salah satu lembaga moneter ini adalah Lembaga

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

1 Khotibul Umam, Dasar-dasar dan Dinamika Perkembangannnya di Indonesia, Jakarta: Rajawali

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I PENDAHULUAN. dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia), Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1999, hlm. 1. Pustaka Utama, hlm. 10

BAB I PENDAHULUAN. yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. tingkat teknologi yang umum digunakan (Ascarya, dkk 2009: 11). Dalam

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. yang berada di Jl. Wolter Monginsidi Genuk Semarang. BMT Mitra

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB III METODE PENELITIAN. yang berkaitan dengan tujuan penelitian. 1 Sumber data adalah subjek dari

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan dorongan fitrah yang mutlak dan tidak bisa dihilangkan dari

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Pengertian dan Landasan Hukum Asuransi Syariah

BAB 1 PENDAHULUAN menjadi 11 bank umum syariah di tahun Bank Syariah

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MULTI JASA DENGAN AKAD IJARAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARI'AH (BPRS) MITRA HARMONI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan dimunculkannya sistem perbankan syari ah pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam dunia perbankan, terutama perbankan syari ah tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit pula hambatan yang harus dihadapi, terutama dalam hal. Adanya perkembangan dalam industri perbankan serta terbukanya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi syari ah di Indonesia boleh dikatakan mengalami

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah negara,

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan Bermotor ialah kendaraan yang digerakkan oleh motor

BAB I PENDAHULUAN. Sistem bank mana yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari praktik

BAB I PENDAHULUAN. 2015, h Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta: Salemba. Empat, 2013, h. 103.

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia menerima dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang diselenggarakan pemerintah orde baru selama

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian suatu Negara. Posisi lembaga keuangan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Islam, Yogyakarta, Darma Bakti Wakaf, 1992, h Karnaen Perwata Atmaja dan Muhamad Syafii Antonio, Apa Dan Bagaimana Bank

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lembaga yang memiliki kemampuan gabungan dari kemampuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. instrumen penting dalam sistem ekonomi telah berkembang pesat dalam dua

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta: Ekonomi, 2005, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari ah, Cet. III, 2 Ibid. h. 96.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BMT pada dasarnya merupakan lembaga keuangan mikro syariah yang menjalankan sebagian besar sistem operasional perbankan syariah. Baitul maal wat Tamwil (BMT) terdiri atas dua istilah, yaitu Baitul Maal dan Baitut Tamwil. Baitul Maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti zakat, infaq, dan shadaqoh. Sedangkan Baitut Tamwil sebagai usaha pengumpulan dana dan penyaluran dana komersial. 1 Sesuai dengan namanya Baitul Maal memiliki kesetaraan dengan Baitul Tamwil. Artinya, bidang sosial dan bisnis harus dapat berjalan secara seimbang. Kehadiran BMT juga dapat menjadi antithesis dari ungkapan bahwa bisnis dan sosial tidak dapat digabung. Mengelola bisnis dengan sistem sosial memang akan berdampak negatif bagi lembaga bisnis. Sebaliknya mengelola kegiatan sosial dengan pendekatan bisnis dapat mengurangi makna 2004, hlm. 186 1 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII Press, 1

2 sosialnya. Namun BMT dengan memadukan keduanya bukan berarti mencampuradukkan antara sosial dan bisnis. 2 Peran Baitul Maal Wattamwil (BMT) cukup besar dalam membantu kalangan usaha kecil dan menengah. Peranan BMT tersebut sangat penting dalam membangun kembali iklim usaha yang sehat di Indonesia. BMT juga melakukan strategi yang tepat bagi pemberdayaan usaha kecil dan menengah. Strategi itu diharapkan menjadi salah satu alat untuk membangun kembali kekuatan ekonomi rakyat yang berakar pada masyarakat dan mampu memperkokoh sistem perekonomian nasional. Sehingga problem kemiskinan dan tuntutan ekonomi dimasyarakat secara berangsur-angsur dapat teratasi. 3 Kelebihan BMT dibanding perbankan adalah keluwesannya dan kecepatannya dalam melayani masyarakat. Persyaratan dan prosedur dibuat sesederhana mungkin dengan tetap memperhatikan resiko dan keamanan. 4 Lembaga keuangan mikro syari ah (BMT) merupakan rumah besar yang setidaknya terdiri dari tiga ruang, yaitu yang pertama, adanya Baitul Maal yang berhubungan dengan penyaluran dana-dana sosial, kedua, Baituttamwil yang merupakan lembaga bisnis yang bertugas meningkatkan usaha dari usaha mikro dan kecil menjadi usaha menengah hingga menjadi 2 Ibid, hlm. 187. 3 Ahmad Hasan Ridwan, BMT & Bank Islam (Instrumen Lembaga Keuangan Syariah), Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004, hlm. 27. 4 Majalah Tamaddun Edisi XXIX/th.VI/Maret-April 2011, hlm. 17.

3 usaha yang besar. Ketiga, Baitutta awun yang mengurusi masalah tolongmenolong dan penjaminan. 5 Dalam asuransi syari ah baitutta awun dikenal dengan Takaful, yang berarti saling menanggung antar umat manusia merupakan dasar pijakan kegiatan manusia sebagai makhluk sosial. Asuransi syari ah juga menerangkan bahwa agar kehidupan bersama dapat terselenggara, sesama umat manusia harus tolong menolong, saling bertanggung jawab, dan saling menanggung atau saling menjamin ini dilakukan oleh masing-masing individu dengan cara setiap individu memberikan iuran kebajikan (tabarru ). 6 Penerapan sistem mudharabah yang merupakan perjanjian dengan sistem profit and loss sharing, shahibul maal memperoleh bagian tertentu dari keuntungan bisa juga dari kerugian proyek yang telah dibiayai. Dalam hal tersebut prinsip keadilan dan kejujuran diterapkan. 7 Islam mengajarkan aspek keadilan dalam berbisnis, suka sama suka dan kebersamaan di dalam menghadapi resiko dalam setiap usaha dan investasi yang dilakukan. Sehingga dibutuhkan adanya penjaminan atas resiko-resiko yang ada, salah satunya 5 Majalah Tamaddun Edisi XXVI/th. V/Juni-Juli 2010, hlm. 2. 6 Amrin Abdullah, Asuransi Syariah (Keberadaan dan Kelebihan di Tengah Asuransi Konvensional), Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006, hlm. 3. 7 Ibid, hlm. 134.

4 dengan konsep ta awun maupun takaful (tolong-menolong dan saling melindungi). 8 Untuk mengatasi resiko yang dialami mudharib, pada bulan Oktober 2007 Baituttamwil mengembangkan penjaminan mikro syari ah yaitu pengelolaan dana bersama untuk tolong-menolong (ta awun) ketika anggota mendapat musibah. Dalam Baitutta awun atau dalam Baituttamwil TAMZIS dikenal sebagai Divisi Penjaminan. Dengan adanya Divisi Penjaminan tersebut, tentunya akan membuat masyarakat merasa aman bekerja sama dengan TAMZIS. Melalui Divsi Penjaminan (baitutta awun), Baituttamwil TAMZIS membebaskan sisa pembiayaan mudharabah bagi anggota pembiayaan mudharabah yang mengalami musibah, berupa kecelakaan yang mengakibatkan cacat tetap, kebakaran, bencana alam dan anggota pembiayaan mudharabah yang meninggal dunia. Dari uraian latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih lanjut tentang prosedur pengajuan pembebasan pengembalian modal pembiayaan mudharabah hingga realisasi di Baituttamwil TAMZIS di dalam penulisan Tugas Akhir yang berjudul PEMBEBASAN PENGEMBALIAN MODAL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BAITUTTAMWIL TAMZIS. 8 Majalah Tamaddun Edisi XXVI, op. cit, hlm. 41.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uaraian dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana Prosedur Pengajuan Pembebasan Pengembalian Modal Pembiayaan Mudharabah di Baituttamwil TAMZIS? 2. Bagaimana Realisasi Pembebasan Pengembalian Modal Pembiayaan Mudharabah di Bituttamwil TAMZIS? C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penulisan Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan Tugas Akhir ini antara lain sebagai berikut: a. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pengajuan pembebasan pengembalian modal pembiayaan mudharabah di Baituttamwil TAMZIS b. Untuk mengetahui bagaimana realisasi pembebasan pengembalian modal pembiayaan mudharabah di Baituttamwil TAMZIS 2. Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penulisan Tugas Akhir ini, diantaranya:

6 a. Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan informasi yang tepat dan jelas mengenai prosedur pengajuan pembebasan pengembalian modal pembiayaan mudharabah hingga realisasi di Baituttamwil TAMZIS. b. Sebagai sarana untuk mempromosikan Baituttamwil TAMZIS itu sendiri. D. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran atau tujuan penelitian. Adapun metode penelitian yang digunakan penulis, diantaranya: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis/lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 9 2. Sumber Data a. Data Primer Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik individu maupun perorangan, seperti wawancara atau hasil 2009, hlm. 4. 9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Roda Karya,

7 penelitian kuesioner. 10 Dalam hal ini, penulis memperoleh data dari dokumentasi dan wawancara dengan manager Divisi Penjaminan yang berkaitan dengan pembebasan pengembalian modal pembiayaan mudharabah di Baituttamwil TAMZIS. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data primer yang diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data sekunder disajikan antara lain dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. 11 Dengan metode ini penulis mendapatkan data lampiran tentang anggota yang sudah mendapatkan pembebasan pengembalian modal pembiayaan mudharabah di Baituttamwil TAMZIS. 3. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpula tugas akhir, data merupakan bagian yang sangat penting. Oleh karena itu, data yang dikumpulkan harus akurat, komprehensif dan relevan bagi persoalan yang diteliti. Dalam Metodologi Pengumpulan data ini terdapat berbagai cara yang digunakan sebagai berikut: a. Observasi 10 Husein Umar, Research Methods in Finance And Banking, Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2002, Cet. Ke-2, hlm. 82. 11 Ibid. hlm. 127

8 Metode ini merupakan metode pengamatan dari peneliti secara langsung maupun tidak langsung terhadap obyek penelitian. Pengumpulan-pengumpulan data dengan cara mengamati secara tidak langsung terhadap obyek tertentu yang menjadi fokus penelitian dan mengetahui suasana kerja di Baituttamwil TAMZIS serta mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan pembebasan pengembalian modal pembiayaan mudharabah di Baituttamwil TAMZIS. b. Dokumentasi Yaitu dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Dengan metode ini penulis mendapatkan data mengenai anggota pembebasan pembiayaan mudharabah di Baituttamwil TAMZIS. 12 c. Wawancara Metode yang pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang diwawancarai. Penulis melakukan wawancara dengan karyawan untuk memperoleh data dan keterangan tentang pembebasan pengembalian modal pembiayaan mudharabah. Dalam metode ini, penulis mewawancarai Manager Divisi Penjaminan yaitu Bp. Tri Wuryanto, serta narasumber lain. Wawancara dilakukan 12 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta: Rineka Cipta, Cet. Ke-13, 2006, hlm. 231.

9 dengan cara tanya jawab kepada bagian-bagian yang terkait dengan tema yang diangkat di Baituttamwil TAMZIS. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan atau salah pengertian mengenai permasalahan yang diangkat. 4. Analisis Data Dari data-data yang terkumpul, penulis berusaha menganalisis data tersebut. Dalam menganalisa data, penulis menggunakan tekhnik analisa Deskriptif. Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan prosedur pembebasan pengembalian modal pembiayaan mudharabah di Baituttamwil TAMZIS dan realisasi di Baituttamwil TAMZIS. Data-data yang telah diperoleh kemudian penulis analisa dengan mengaitkan antara pelaksanaan program penjaminan dengan teori dan konsep yang ada. E. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pemahaman isi Tugas Akhir ini, penulis akan menjelaskan sistematika penulisan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: Bab I : PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

10 Bab II : GAMBARAN UMUM BAITUTTAMWIL TAMZIS Berisi tentang sejarah berdirinya Baituttamwil TAMZIS, visi dan misi Baituttamwi TAMZIS, struktur organisasi, produk-produk Baituttamwil TAMZIS, dan kebijakan serta strategi usaha. Bab III : PEMBAHASAN Berisi tentang pengertian dan landasan hukum asuransi syariah, pengertian dan landasan hukum pembiayaan mudharabah, prosedur pengajuan pembebasan (pengembalian modal) pembiayaan mudharabah, realisasi pembebasan (pengembalian modal) pembiayaan mudharabah. Bab IV : PENUTUP Berisi tentang kesimpulan, saran-saran dan penutup.