METODOLOGI. Langkah-langkah Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
PENGECORAN SENTRIFUGAL (CENTRIFUGAL CASTING) dimana : N = Kecepatan putar (rpm) G factor = Faktor gaya normal gravitasi selama berputar

PENGARUH BARIUM DALAM INOKULAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO CYLINDER LINER BM-06 PADA PROSES PENGECORAN SENTRIFUGAL

PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENGECORAN MATERIAL KUNINGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN ANALISA

ANALISA KETAHANAN AUS, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA CYLINDER LINER FC 25 DENGAN PENAMBAHAN 0,25% TEMBAGA (Cu)

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310 S. Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA

Karakterisasi Material Sprocket

PENGEMBANGAN MATERIAL BAJA COR TAHAN PANAS SCH 22 DENGAN MODIFIKASI MOLYBDENUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

ANALISA KEGAGALAN PADA KASUS LIP REPLACEABLE DAN PENGARUH DEOKSIDASI AL PADA MATERIAL BAJA COR TAHAN PANAS SCH 22

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KETEBALAN BENDA TERHADAP KEKERASAN BESI COR KELABU DENGAN PENGECORAN LOST FOAM

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Tahap Persiapan. Hasil Nitridasi. Pengukuran Ketebalan

Gambar 3.1 Blok Diagram Metodologi Penelitian

Bab III Metode Penelitian

STUDI UKURAN GRAFIT BESI COR KELABU TERHADAP LAJU KEAUSAN PADA PRODUK BLOK REM METALIK KERETA API

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH PENAMBAHAN BUBUK KAYU MERANTI TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KETEBALAN BENDA TERHADAP KEKERASAN BESI COR KELABU DENGAN PENGECORAN LOST FOAM

BAB 3 METODE PENELITIAN

TUGAS METALURGI II PENGUJIAN METALOGRAFI BAJA 1020

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian

Stainless steel memiliki sifat tahan korosi karena mempunyai lapisan oksida protektif dipermukaan. Pada industri modern komponen mesin bekerja pada

III. METODOLOGI. ini dibentuk menjadi spesimen kekerasan, spesimen uji tarik dan struktur mikro.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN Alur Penelitian Secara garis besar metode penelitian dapat digambarkan pada diagram alir dibawah ini : Mulai

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

1. Pengertian Perubahan Materi

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A

BAB I PENDAHULUAN. cairan logam tersebut dicorkan ke dalam rongga cetakan dan didinginkan

BAB IV METODE PENELITIAN. Start


ANALISIS PENGARUH FOSFOR PADA MATERIAL BESI COR FC 250 TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Jumlah TDCR 5 Terhadap Sifat Mekanik dan Struktur Mikro Pada Pembuatan Besi Cor Nodular FCD 450 (Produk Elastic Shoulder)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

PENGARUH WAKTU TAHAN POURING TERHADAP STRUKTUR MIKRO PLAT TWDI 1 mm

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

ANALISA KEGAGALAN RETAK MATERIAL BESI COR KELABU UNTUK APLIKASI CYLINDER BLOCK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) B-80

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

REDUKSI PASIR BESI PANTAI SIGANDU KABUPATEN BATANG MENJADI SPONGE IRON MENGGUNAKAN BURNER GAS ASETILIN

STUDI SIMULASI DAN EKSPERIMEN PENGARUH KETEBALAN DINDING EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 METODE SAND CASTING

ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BESI COR NODULAR (FCD 60)

Bab IV Hasil Eksperimen dan Analisis

SEMINAR NASIONAL ke-8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061

PENGARUH SILIKON (Si) TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN DARI BAJA TUANG PERKAKAS YANG MENGALAMI FLAME HARDENING SKRIPSI

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat dicor dalam cetakan yang rumit dengan mudah. kali memproduksi komponen alat pertanian. Pada tahun 1850 di Inggris

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

STUDI KEKUATAN IMPAK DAN STRUKTUR MIKRO BALL MILL DENGAN PERLAKUAN PANAS QUENCHING

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) F-266

ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

PENGARUH TEMPERATUR DAN NITROGEN HASIL HOT ROLLING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN Co-Cr- Mo UNTUK APLIKASI BIOMEDIS

PENGARUH MODEL SALURAN TUANG PADA CETAKAN PASIR TERHADAP HASIL COR LOGAM

Transkripsi:

METODOLOGI Langkah-langkah Penelitian 7. Centrifugal Casting Proses centrifugal casting yang dilakukan adalah pengecoran sentrifugal horisontal dengan spesifikasi sebagai berikut : Tabung Cetakan Diameter dalam : ± 116 mm Diameter luar : ± 162 mm Panjang : ± 1025 mm Kecepatan putar ± 1500 rpm. 8. Visualisasi cacat setelah produk melewati proses machining. Produk cylinder liner yang telah mengalami proses produksi sampai pada proses machining, kemudian secara visual dapat dilihat ada tidaknya cacat khususnya pada diameter dalam produk.

METODOLOGI Langkah-langkah Penelitian 2) Pengujian metallography dengan mikroskop optik Tujuan : Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui bentuk, tipe dan ukuran grafit serta tipe dari matriks. Standar Pengujian : Metals Handbook Vol. 9- American Society for Metals (ASM) Prinsip pengujian : Untuk menampilkan struktur mikro dari suatu material diperlukan teknik metallografi yang benar. Karakteristik grafit pada material cast iron yang rapuh memerlukan proses preparasi yang benar sehingga didapat tampilan bentuk grafit yang sebenarnya. Sampel uji diambil dari bagian produk yang akan diperiksa struktur mikronya. Proses preparasi dimulai dari pemotongan sampel, proses grinding dan proses polishing sehinga didapat bidang uji yang rata, tidak ada goresan dan tidak berkarat.

METODOLOGI Langkah-langkah Penelitian Prosedur pengamatan struktur mikro : Spesimen digosok dengan kertas gosok grid 220, 400, 800 dan 1200. Proses polishing dilakukan dengan menggunakan serbuk poles chromium oxide sampai spesimen mengkilap, rata dan halus seperti cermin. Setelah itu dapat diamati tipe, ukuran serta prosentase grafit dengan menggunakan perbesaran 100x pada mikroskop optik. Dilakukan pengambilan foto struktur mikro tersebut. Kemudian spesimen diambil kembali dan dilakukan proses etsa dengan cairan nital 2 % selama 2 3 detik. Pengamatan struktur mikro dilakukan dengan perbesaran 400x, lalu diamati prosentase ferrit, karbida dan matriks. Dilakukan pengambilan foto struktur mikro (etsa) tersebut. Hasil pengujian dibandingkan dengan standar.

METODOLOGI Langkah-langkah Penelitian 3) Karakterisasi dengan SEM-EDX Tujuan : Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui bentuk dan jenis cacat serta mengetahui kandungan unsur Standar Pengujian : Metals Handbook Vol. 9- American Society for Metals (ASM)

Identifikasi Cacat Cacat porositas yang diteliti terjadi pada permukaan diameter bagian dalam tengah cylinder liner FC 250, seperti terlihat pada gambar Porositas ini dapat terlihat dengan pengamatan visual pada saat proses machining. Jumlah porositas terbanyak terjadi pada pouring pertama dan semakin berkurang pada pouringpouring selanjutnya.

Identifikasi Cacat Porositas tampak seperti bintik-bintik hitam yang mengelompok

Identifikasi Cacat Permukaan Porositas Porositas Grafit Non-etsa, 100x

Identifikasi Cacat Perlit Ferrit Porositas Grafit Etsa, 1000x

Identifikasi Cacat

Identifikasi Cacat 640 001 560 480 CKa FeKa 001 Counts 400 320 240 160 80 OKa FeLl FeLa FeKesc FeKb 0,3 mm 0 0.00 3.00 6.00 9.00 12.00 15.00 18.00 21.00 ZAF Method Standardless Quantitative Analysis Fitting Coefficient : 0.4941 Element (kev) Mass% Error% Atom% K C K 0.277 49.01 0.21 74.62 27.3617 O K 0.525 10.65 0.59 12.17 9.1654 Fe K 6.398 40.34 0.67 13.21 63.4730 Total 100.00 100.00 kev

Identifikasi Cacat 5000 002 Counts 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 CKa OKa CrLl CrLa FeLl FeLa SiKa FeKesc CrKa CrKb FeKa FeKb 002 0,3 mm 0 0.00 3.00 6.00 9.00 12.00 15.00 18.00 21.00 kev ZAF Method Standardless Quantitative Analysis Fitting Coefficient : 0.3990 Element (kev) Mass% Error% Atom% K C K 0.277 14.14 0.35 39.59 3.6036 O K 0.525 5.18 0.33 10.89 5.9045 Si K 1.739 1.58 0.32 1.89 1.0777 Cr K 5.411 0.52 0.46 0.34 0.7160 Fe K 6.398 78.58 0.70 47.30 88.6982 Total 100.00 100.00

Identifikasi Cacat 3000 001 2700 2400 2100 FeLl FeLa FeKa 001 Counts 1800 1500 1200 900 600 CKa OKa CrLl CrLa SiKa FeKesc CrKa CrKb FeKb 300 0,2 mm 0 0.00 3.00 6.00 9.00 12.00 15.00 18.00 21.00 ZAF Method Standardless Quantitative Analysis Fitting Coefficient : 0.3839 Element (kev) Mass% Error% Atom% K C K 0.277 6.41 0.35 20.88 1.4782 O K 0.525 7.23 0.28 17.69 8.9522 Si K 1.739 1.27 0.33 1.77 0.7807 Cr K 5.411 0.56 0.45 0.42 0.7131 Fe K 6.398 84.53 0.69 59.23 88.0758 Total 100.00 100.00 kev

Analisa Proses Faktor-faktor yang dapat dianalisa pada proses antara lain: Cetakan Logam cair Kecepatan putar pengecoran sentrifugal horisontal Coating cetakan

Analisa Proses Cetakan Terbuat dari besi tuang kelabu FC 250 Preheat ± 150 o C (ASM Metal Handbook Vol. 15) Real condition: preheat 150 o C-200 o C

Analisa Proses Logam cair Temperatur penuangan Tapping -> max 1550 o C Pouring -> 1410-1450 o C (ASM Metal Handbook Vol. 15) Pada aplikasinya: Tapping -> 1550-1580 o C Pouring -> 1350-1450 o C

Analisa Proses Kecepatan putar pengecoran sentrifugal horisontal G factor = 80 160 N = 42,3 G factor D 1254 rpm < N < 1774 rpm pada aplikasinya, kecepatan putaran yang digunakan adalah 1500 rpm 1 2

Analisa Proses Coating cetakan Sebelum dituang logam cair, cetakan pengecoran sentrifugal harus dilapisi dengan coating. Ini bertujuan untuk menghindari menyatunya produk cor dengan cetakan. Coating yang digunakan berupa pasta dengan pelarut tertentu. Dengan adanya preheat cetakan, maka diharapkan pelarut yang terkandung dalam coating telah menguap sempurna sehingga tidak timbul gelembung gas saat logam cair dituang. Jika tidak maka pelarut yang masih tersisa akan bereaksi dengan logam cair, menghasilkan gelembung gas yang dapat menjadi cacat porositas.

Dari analisa proses tersebut di atas ada beberapa hal yang diduga dapat menjadi penyebab utama terjadinya cacat porositas pada produk tabung panjang, antara lain: 1. Jumlah gas yang terlarut dalam besi tuang saat cair melebihi batas kelarutan pada saat padat dan gas tersebut terperangkap di permukaan casting pada diameter dalam saat proses solidifikasi. Kelebihan kandungan gas tersebut dapat berasal dari charging material, proses melting, dan kelembaban udara 2. Reaksi antara besi tuang cair dengan uap air. Uap air ini berasal dari pelarut coating yang belum sepenuhnya menguap saat cetakan dipanaskan Fe + H 2 O FeO + H 2

OKSIDA Banyak kasus porositas pada besi tuang bukan disebabkan oleh tekanan udara berlebih yang mengakibatkan blowholes atau kelebihan gas terlarut yang menyebabkan terbentuknya pinholes, melainkan disebabkan oleh terbentuknya oksida. Mengatasi porositas adalah permasalahan dalam mengontrol pembentukan dan eliminasi oksida dalam casting. Besi tuang memiliki kadar karbon yang cukup besar sehingga lebih cenderung terbentuk karbon monoksida dibandingkan dengan oksida yang lain, pada permukaan logam cair pada temperatur tapping dan pouring standar. Terbentuknya porositas berasosiasi dengan slag atau dross yang mungkin disebabkan oleh reaksi antara oksida besi dengan karbon membentuk karbon monoksida. FeO + C CO + Fe

Dross terbentuk saat pendinginan di bawah temperatur 1350 o C dan oksida silikon akan menggantikan karbon monoksida yang telah banyak terbentuk. Pembentukan dross hasil reoksidasi ini yang menjadi penyebab utama porositas besi cor. Jadi mengeliminasi reaksi dengan udara atau sumber oksigen lain selama pouring adalah hal penting yang harus dilakukan untuk menghindari masalah porositas ini, yaitu dengan memastikan pelarut pada coating telah menguap seluruhnya pada saat logam cair dituang.

Pada bahasan identifikasi cacat sebelumnya telah dijelaskan bahwa cacat porositas terbanyak terjadi pada pouring pertama dan berkurang pada pouring-pouring selanjutnya. Ini berkaitan dengan temperatur cetakan atau pre heat cetakan sebelum pouring. Sebelum pouring pertama, cetakan dipanaskan hingga temperatur 150-200 o C. Kemungkinan temperatur tersebut belum cukup untuk menguapkan pelarut pada coating sehingga memungkinkan logam cair bereaksi dengan pelarut coating yang masih tersisa, membentuk oksida, dan menghasilkan gelembung gas karbon monoksida. Perbedaan temperatur yang jauh antara cetakan dengan logam cair juga menyebabkan penurunan temperatur yang drastis sehingga proses solidifikasi berjalan lebih cepat dan gelembung gas yang terbentuk tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk keluar, terperangkap membentuk rongga udara.

KESIMPULAN 1. Cacat rongga udara (porositas) yang menjadi masalah dalam produksi tabung panjang FC 250 pada proses pengecoran sentrifugal tanpa core diduga kuat terjadi karena dua faktor berikut: a) Oksida besi yang bereaksi dengan karbon. Coating yang melapisi cetakan belum kering seluruhnya, dalam artian pelarut belum menguap sempurna meskipun sebelum pouring telah dilakukan preheat cetakan. Kondisi lembab pada cetakan ini menjadi sumber oksigen sehingga pada saat pouring logam cair bereaksi dengan pelarut yang mengandung oksigen, membentuk oksida, dan menghasilkan karbon monoksida dalam bentuk gelembung gas dengan reaksi : FeO + C CO + Fe

KESIMPULAN b) Perbedaan (gradien) temperatur yang terlalu jauh antara cetakan dan logam cair, sehingga penurunan temperatur yang terjadi lebih cepat dan proses solidifikasi berjalan lebih cepat. Ini menyebabkan gelembung-gelembung gas yang terbentuk tidak mendapatkan kesempatan yang cukup untuk lepas ke udara sehingga terperangkap dalam casting membentuk rongga-rongga udara.

KESIMPULAN 2) Usaha pencegahan yang dapat dilakukan adalah mengontrol temperatur cetakan dengan cara: a) Menaikkan temperatur preheat cetakan agar pelarut dalam coating menguap seluruhnya dan cetakan dalam kondisi benar-benar kering saat logam cair dituang sehingga tidak menimbulkan gelembung gas karbon monoksida

KESIMPULAN b) Mengurangi gradien temperatur antara logam cair dengan cetakan agar penurunan temperatur tidak terlalu drastis dan proses solidifikasi berjalan lebih lambat sehingga gelembung gas mempunyai kesempatan untuk bergerak ke permukaan dan lepas ke udara, tidak terperangkap dalam casting dalam bentuk rongga-rongga udara. c) Menambahkan deoxidizer pada ladle untuk mencegah terjadinya oksidasi oleh logam cair sebelum pouring, Namun hasil dari pengikatan oksigen oleh deoksidizer ini kemungkinan besar akan menjadi slag. Oleh karena itu harus disertai penambahan penahan slag pada ladle agar slag yang terbentuk tidak ikut dituang.

SARAN Berdasarkan penelitian dan kesimpulan, ada beberapa saran yang dapat diperhatikan, antara lain: 1. Dilakukan penelitian mengenai pengaruh temperatur cetakan terhadap coating cetakan dan terhadap cacat porositas produk tabung panjang FC 250 dengan pengecoran sentrifugal tanpa core sehingga dapat diperoleh range temperatur cetakan yang dipenuhi agar menghasilkan produk tanpa cacat 2. Dilakukan penelitian mengenai komposisi coating yang tepat agar tidak menjadi sumber oksigen yang dapat menyebabkan reaksi oksidasi. 3. Dilakukan penelitian mengenai deoksidizer yang paling tepat untuk digunakan.

Terimakasih..