I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini pengembangan sektor pertanian di Indonesia masih tetap strategis.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

KEUNGGULAN KARET ALAM DIBANDING KARET SINTETIS. Oleh Administrator Senin, 23 September :16

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. yang prospektif. Komoditas karet alam memiliki berbagai macam kegunaan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Terjalinnya hubungan antara negara satu

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri di Indonesia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

Karet mempakan salah satu komoditi non migas yang mempunyai peranan. penting dalam perekonomian Indonesia. Peranan penting itu antara lain sebagai

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,

A. peranan Komoditas Karet Dalam Perekonomian Nasional

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

meningkatkan pembangunan ekonomi dan menyejahterakan masyarakat. dicerminkan dari adanya pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini pengembangan sektor pertanian di Indonesia masih tetap strategis. Indonesia memiliki wilayah daratan yang sangat luas ditunjang oleh iklim tropis yang sangat cocok untuk pembudidayaan berbagai komoditi pertanian. Disamping itu struktur penduduk yang bekerja dan menggantungkan hidupnya disektor pertanian masih cukup besar yaitu lebih dari 60% (BPS, 2013). Perkebunan merupakan sub sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Perkebunan adalah komoditi diluar minyak dan gas alam yang mempunyai potensi dan prospek cukup baik di pasaran dunia. Karet merupakan komoditi utama sektor perkebunan di Indonesia selain kelapa sawit dan kelapa, yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah. Prospek perkaretan dunia diperkirakan akan cerah dengan semakin kuatnya kesadaran akan lingkungan yang lebih sehat dan beberapa pabrik ban terkemuka dunia mulai memperkenalkan jenis ban green tyres yang kandungan karet alamnya lebih banyak (semula 30-40% menjadi 60-80%). Selain itu jumlah perusahaan industri polimer yang menggunakan bahan baku karet alam diperkirakan juga akan meningkat. Dengan semakin berkurangnya sumber-sumber ladang minyak bumi dan batu bara (nonrenewable natural resources) sebagai bahan baku karet sintetis, persaingan antara karet alam dengan produk substitusi ini diperkirakan akan semakin berkurang. 1

Karet alam merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat penting peranannya dalam perekonomin Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi sentrasentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet, komoditi ini juga memberikan kontribusi yang signifikan sebagai sumber devisa negara, mengingat 84% produksi karet alam Indonesia diekspor dalam bentuk karet mentah sementara konsumsi karet domestik baru mencapai 16%. Karet bersama-sama dengan kelapa sawit merupakan dua komoditas utama penghasil devisa terbesar dari subsektor perkebunan, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir karet menyumbang devisa 25% hingga 40% terhadap total ekspor produk perkebunan. Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar kedua di dunia setelah Thailand, dimana pada tahun 2012 produksi karet alam Indonesia mencapai 3,27 juta ton (Gambar 1.1) dan bersama Thailand masing-masing menguasai ± 27% dan ± 30% kebutuhan karet alam dunia. Saat ini produk karet Indonesia hampir 100% berupa produk industri hulu setengah jadi seperti karet sit RSS (Ribbed Smoked Sheet), karet remah SIR (Standard Indonesian Rubber), sit angin, latex pekat. Sedangkan produk industri hilirnya masih sangat terbatas jumlah produsennya, antara lain PT. Industri Karet Nusantara yang merupakan anak usaha PT. Perkebunan Nusantara III Medan, Sumatera Utara. Hasil kajian para pakar perkaretan memperlihatkan kecenderungan bahwa prospek konsumsi karet alam dunia kedepan sangat baik. Menurut data International Rubber Study Group (2012) konsumsi karet alam dunia terus mengalami peningkatan rata-rata 9% per tahun, disebabkan semakin 2

berkembangnya industri berbahan baku karet alam khususnya industri ban di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman dan Jepang. Peningkatan harga minyak bumi yang sangat tajam di pasaran internasional, menyebabkan permintaan terhadap karet alam naik pesat, karena karet sintetis yang bahan bakunya berasal dari fraksi minyak bumi harganya ikut meningkat tajam. Ditambah lagi dengan pertumbuhan ekonomi dikawasan Asia yang memunculkan negara industri berbasis karet alam yang baru seperti Korea Selatan, Cina dan India. Walaupun saat ini jumlah produksi dan konsumsi karet alam (43,7%) dibawah karet sintetis (56,3%), tetapi sesungguhnya karet alam tidak dapat digantikan oleh karet sintetis, mengingat untuk membuat ban tetap saja membutuhkan karet alam. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, kandungan karet alam di dalam ban tidak bisa kurang dari 35%, ini artinya tidak mungkin memproduksi ban tanpa karet alam. Sehingga saat ini hampir 70% produksi karet alam dunia dipakai untuk membuat ban, sedangkan sisanya dipakai untuk produk lainnya. 3

3.50 3.00 3.00 3.27 Produksi Karet Alam (juta ton) 2.50 2.00 1.50 1.00 2.76 2.75 2.40 2.70 0.50 0.00 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun Gambar 1.1. Produksi Karet Alam Indonesia (dalam juta ton), Tahun 2007 2012 Ditinjau dari sisi penawaran dapat dilihat bahwa karet tidak memerlukan investasi yang tinggi. Melalui ekspor karet alam, Indonesia dapat menambah devisa, mengurangi kemiskinan petani berlahan sempit, menstimulasi pembangunan agroindustri serta membantu pembangunan regional (World Bank, 1987). Pengusahaan karet alam juga sarana penyediaan lapangan kerja sebagai komoditi yang mampu menampung tenaga kerja yang relatif banyak, suatu hal yang masuk akal jika pemerintah mendorong perkembangan karet alam. Luas areal pertanaman karet pada tahun 2012 sekitar 3,48 juta hektar yang terdiri dari perkebunan rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Sedangkan produksi karet alam Indonesia pada tahun 2012 mencapai 3 juta ton. Tumpuan utama produksi karet alam Indonesia adalah perkebunan karet rakyat. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.1. 4

Tabel 1.1. Luas Areal Tanaman Karet (000 Ha) dan Produksi Karet Alam (000 ton) di Indonesia 2008 2012 Perkebunan Negara + Swasta Perkebunan Rakyat Tahun Luas areal (Ha) Produksi (ton) Luas areal (Ha) Produksi (ton) 2008 523,8 594,6 2.900,3 2.148,7 2009 482,7 522,3 2.952,6 1.918,0 2010 496,7 541,5 2.948,7 2.193,4 2011 526,3 630,4 2.931,8 2.359,8 2012 524,6 679,4 2.959,5 2.361,0 Rerata Pertumbuhan (%) 0,17 3,93 0,51 2,81 Sumber : BPS, 2013 Pada tahun 2012 luas perkebunan karet rakyat sebesar 2,95 juta hektar atau sekitar 84% dari total luas perkebunan karet Indonesia (3,48 juta hektar). Pada luas pertanaman karet tersebut perkebunan rakyat mampu berproduksi sebesar 2,36 juta ton atau sekitar 78% dari total produksi karet alam Indonesia (3 juta ton). Indonesia merupakan negara penghasil karet terbesar nomor dua didunia setelah Thailand. Pada tahun 1991 Thailand menggeser kedudukan Malaysia sebagai penghasil karet terbesar didunia. Bank Dunia memprediksi bahwa tahun 2020 negara-negara produsen utama karet dunia yaitu Thailand dan Malaysia mulai menunjukkan kecenderungan penurunan produksi karena keterbatasan lahan sehingga Indonesia mempunyai potensi untuk menguasai pangsa terbesar pasar karet alam dunia. Semakin meningkatnya permintaan dunia terhadap karet menjadi peluang bagi Indonesia untuk menempatkan diri menjadi produsen utama karet dunia. Bukan saja intensifikasi yang dapat dilakukan oleh Indonesia, tetapi juga ekstensifikasi. Hal ini jelas tidak mungkin dilakukan Thailand maupun Malaysia karena keterbatasan lahan yang tersedia. Indonesia masih dapat mengembangkan 5

perkebunan karet lebih luas lagi karena masih banyaknya lahan kosong seperti hutan yang gundul, semak belukar, dan padang alang-alang yang seharusnya cepat ditanam pohon karet yang memiliki kemampuan tumbuh dengan baik di lahan apa saja. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh tidak hanya dari produksi karet alam Indonesia saja yang semakin meningkat, tetapi juga mampu merehabilitasi lahan gundul dan lahan marginal lainnya sehingga juga dapat memperpaiki kondisi lingkungan. Sebagai komoditi ekspor, perkembangan volume ekspor karet alam Indonesia cukup baik, dalam Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa volume ekspor karet Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Tabel 1.2. Ekspor Karet Alam Indonesia ke Negara Tujuan 2008 2012 (dalam metric ton) Negara Tahun Pert. 2008 2009 2010 2011 2012 (%) Jepang 400.693 272.878 313.242 387.655 389.234-3,58 Republik Korea 106.240 99.548 91.810 120.059 142.691 6,06 RRC 318.841 457.118 418.098 409.377 437.750 6,32 Singapura 151.260 100.165 117.592 104.262 63.460-28,32 Amerika Serikat 622.167 394.307 546.548 607.870 572.278-6,52 Kanada 59.163 51.210 69.546 77.262 76.701 5,02 Brasil 77.066 58.507 110.079 94.426 71.086-8,57 Perancis 46.380 30.083 47.779 65.642 49.062-5,93 Jerman 57.705 36.639 57.492 60.757 59.764-4,38 Spanyol 41.885 25.299 43.061 59.065 39.562-11,63 Jumlah 1.881.346 1.525.754 1.815.247 1.986.375 1.901.588-0,80 Sumber: Gapkindo, 2013 Negara tujuan utama ekspor karet Indonesia adalah Amerika Serikat, Jepang dan RRC. Selain ketiga negara tersebut, Indonesia juga melakukan ekspor ke negara korea dan Singapura serta negara-negara Eropa. Ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang digunakan untuk industri ban terutama 6

ban radial dimana semakin besar ukuran ban yang diproduksi maka kebutuhan karet alam semakin besar pula, karena karet alam mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap keretakan serta letusan dan mempunyai daya tahan terhadap suhu yang tinggi. Selain Jepang, pangsa pasar karet alam Indonesia adalah cina. Menurut berita dari Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN). Konsumsi karet cina akan naik pada tahun 2020. Sementara permintaan dari negara lainnya akan stabil atau menurun. Hal ini karena cina dipastikan akan menggeser posisi Amerika Serikat sebagai konsumen karet paling besar didunia pada tahun 2020. Permintaan karet yang tinggi oleh cina karena pasar kendaraan di cina merupakan pasar dengan pertumbuhan paling pesat. B. Perumusan Masalah Perkembangan ekonomi karet alam dunia baik produksi karet alam dunia maupun konsumsi karet alam dunia relatif terus mengalami peningkatan. Perkembangan ekspor impor karet alam dunia untuk kurun waktu 1989-2012 menunjukkan bahwa pasokan karet alam tidak mencukupi kebutuhan. Untuk mengatasi kekurangan penawaran karet alam ini, INRO berusaha mengeluarkan cadangan karet alam. Namun hal ini belum dapat memenuhi semua kebutuhan karet sehingga kondisi ekspor-impor tetap dalam keadaan kekurangan penawaran (Anonim, 2012). Menurut data International Rubber Study Groups (IRSG) tahun 2013, supply karet alam turun sebesar 3,5% karena kemampuan produksi negara-negara 7

produsen karet alam dunia menurun. Konsumsi karet alam dunia meningkat sebesar 24,93% selama periode 2005-2013. Peningkatan konsumsi karet alam dunia lebih besar dibandingkan peningkatan produksi karet alam dunia sehingga terjadi peningkatan permintaan karet alam dunia. Peningkatan konsumsi karet alam dunia terjadi karena perkembangan industri-industri barang jadi karet dunia. Permintaan karet alam dunia yang tinggi memberi pengaruh pada perkembangan pasar karet alam dunia. Perkembangan pasar karet alam dunia ditunjukkan dengan tingkat harga yang relatif tinggi. Kebutuhan atas bahan dasar karet alami yang meningkat dan tingginya harga minyak mentah sebagai bahan baku karet sintesis, menyebabkan harga karet alam terus bergerak naik. Ini juga didukung oleh adanya ramalan volume konsumsi karet alam akan naik menjadi sekitar 10 juta ton pada tahun 2020, sementara produksi karet alam dunia akan mengalami kekurangan pasokan sekitar 3 juta ton (IRSG, 2013). Bagi Indonesia, kecenderungan menguatnya tuntutan ekspor sebagai penghela kemajuan ekonomi, telah memacu Indonesia untuk menjadikan basis ekspornya, terutama industri karet alam sebagai andalan penghasil devisa. Selama 2013 sektor perkebunan mampu menyumbang devisa dari perolehan ekspor senilai 21,4 miliar US$ dengan volume sebanyak 23,3 juta ton. Dari perolehan tersebut subsektor perkebunan dari segi volume terhadap total ekspor pertanian memberikan kontribusi 97,7% dan dari segi nilai sebanyak 96,3% dengan total ekspor komoditas pertanian mencapai 23,89 juta ton dengan nilai 22,2 miliar US$. Perolehan devisa hasil ekspor subsektor perkebunan tersebut terutama ditopang dari komoditi sawit sebesar 11,5 miliar US$, karet 5,27 miliar US$, kakao 780 8

juta US$, dan kopi 920 juta US$. Akan tetapi industri karet alam Indonesia masih menghadapi berbagai masalah baik yang timbul dari dalam maupun akibat faktor eksternal (Kementan, 2013). Fluktuasi volume ekspor dapat menjadi indikasi bahwa devisa yang diharapkan dari karet alam mungkin tidak bisa diandalkan lagi. Dari fakta di atas, maka pertanyaan yang perlu dijawab adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi permintaan ekspor karet alam Indonesia. Sementara itu fluktuasi harga karet alam di pasar internasional, cenderung menimbulkan pesimisme ekspor, terutama karena andalan ekspor adalah komoditi primer yang dalam realitas selalu dirongrong oleh ketidakstabilan harga pasar terutama dalam jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang, komoditi primer menghadapi trend sirkuler harga yang cenderung menurun. Padahal dalam persaingan komoditi yang sama di pasar internasional, Indonesia harus berkompetisi dengan sesama negara produsen karet alam yang memiliki keunggulan komparatif sama. Keadaan perkaretan dunia beberapa tahun terakhir ini mengalami berbagai perubahan struktural, baik dalam industri barang jadinya (otomotif) maupun dalam pasar dan industri karet itu sendiri. Perkembangan industri barang jadi, teknologi radialisasi dan optimalisasi dalam industri ban akan meningkatkan konsumsi serta menghendaki kualitas bahan baku karet alam yang lebih baik dan konsisten. Selain hal di atas, peningkatan investasi dalam industri otomotif di negara maju seperti Jepang dan eropa, juga akan meningkatkan konsumsi karet alam di masa datang. Semua keadaan di atas akan membawa perubahan struktur 9

permintaan terhadap karet alam, yang juga diduga akan mempengaruhi harga karet alam di pasar internasional. Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan tingginya permintaan karet utamanya karet alam Indonesia. Salah satunya adalah semakin pesatnya pertumbuhan industri dunia yang membutuhkan ban sebagai penyempurna produk jadi. Semakin tingginya permintaan karet dunia akan menguntungkan posisi Indonesia yang merupakan negara penghasil karet alam terbesar kedua didunia setelah Thailand. Dari skala produksi Indonesia yang ada selama ini, sekitar 90% produksi karet Indonesia di ekspor dan sisanya digunakan didalam negeri. Perkembangan pasar karet alam dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir relatif kondusif bagi produsen, yang ditujukan oleh tingkat harga yang relatif tinggi. Hal tersebut dikarenakan permintaan yang terus meningkat, terutama dari China, India, Brazil, dan negara-negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Asia Pasifik. Melihat perkembangan karet baik dari segi konsumsi maupun produksi karet dunia, dalam tahun-tahun mendatang yang terus meningkat memberikan peluang bagi Indonesia karena ketersediaan lahan yang masih luas memberikan peluang untuk menghasilkan karet alam yang lebih besar lagi dengan menambah areal perkebunan karet. Namun yang terpenting, produksi karet alam bisa ditingkatkan dengan meningkatkan teknologi pengolahan karet untuk meningkatkan efisiensi, yaitu latex yang dihasilkan dari getah bisa lebih banyak dan menghasilkan material sisa yang semakin sedikit. Kebijakan ekonomi yang berkaitan dengan sektor pertanian dan komoditas perkebunan yang dapat diekspor telah banyak dilakukan dan terus dilakukan 10

penyesuaian oleh pemerintah, terutama kebijakan yang sifatnya dapat menghambat ekspor karet. Oleh karena itu, kebijakan ekonomi perlu dilakukan untuk mendukung ekspor khususnya dalam kaitannya dengan perkembangan atau pertumbuhan ekspor hasil perkebunan. Untuk meningkatkan ekspor suatu negara tidak hanya pada peningkatan kapasitas produksi tetapi juga dilihat pada tingkat permintaan dan persaingan dengan negara-negara lainnya. Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap ekspor karet alam Indonesia antara lain adalah pemantapan sistem jaminan mutu yang efektif diterapkan tahun 1997, kerjasama yang lebih erat dengan negara-negara pengimpor, peningkatan peranan asosiasi, dan sertifikasi. Ekspor karet alam Indonesia sebagai negara berkembang sekaligus sebagai produsen terbesar kedua didunia lebih ditentukan oleh negara pengimpor yaitu negara maju. Dalam hal ini Indonesia sebagai price taker dimana harga komoditi ditentukan di pasar dunia. Keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia harus dapat dimunculkan untuk mengantisipasi perkembangan pasar termasuk kekuatankekuatan yang mempongaruhinya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekspor karet alam Indonesia mempunyai peluang dan tantangan yang harus dihadapi. Peluangnya adalah permintaan industri ban dunia yang terus meningkat sehingga produksi dapat lebih ditingkatkan, potensi sumberdaya alam dan lahan yang mendukung sehingga lebih kompetitif, harga yang terus meningkat, iklim yang ideal, dan bahkan biaya tenaga kerja yang rendah, pertumbuhan penduduk, serta kemajuan teknologi budidaya. Tantangannya adalah adanya hambatan 11

non-tarif antara lain persaingan dengan. negara-negara produsen lainnya dan pemenuhan standar mutu internasional terhadap karet alam yang di ekspor. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka fokus kajian ini adalah menunjukkan bahwa Indonesia berpotensi menjadi produsen karet terbesar dunia dan sekaligus sebagai eksportir terbesar dunia. Secara lebih spesifik, penelitian ini bermaksud untuk menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana pertumbuhan dan percepatan pertumbuhan ekspor karet alam Indonesia menurut negara tujuan ekspor utama Indonesia? 2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi permintaan ekspor karet alam Indonesia pada masing-masing negara tujuan ekspor (negara importir)? 3. Seberapa besar tingkat keterpaduan harga karet alam Indonesia di pasar negara importir utama Indonesia? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis pertumbuhan ekspor, percepatan pertumbuhan ekspor dan pangsa pasar karet Indonesia. 2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi permintaan ekspor karet alam Indonesia pada masing-masing negara tujuan ekspor (negara importir). 3. Menganalisis derajat keterpaduan harga karet alam Indonesia dengan pasar negara importir utama Indonesia. 12

D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini dapat menjadi pengembangan ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan khususnya yang berkaitan dengan bidang perkaretan dan ekspor karet Indonesia yang memiliki peluang/potensi di pasar dunia dan belum digarap maksimal oleh masyarakat di Indonesia 2. Berbagai keterbatasan dalam penelitian ini menyisakan masalah yang dapat mendorong dan memotivasi peneliti lain untuk mendalami dan mengembangkannya di masa mendatang. 3. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah dan bahan pertimbangan bagi badan pengembangan ekspor nasional dalam pengembangan program kebijakan ekspor karet Indonesia sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi pemerintah dan berguna bagi penciptaan lapangan kerja dibidang perkaretan. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terkait keterpaduan pasar komoditas pertanian pada umumnya telah dilakukan, diantaranya dapat dilihat pada Tabel 1.3. Sedangkan penelitian dibidang ekonomi pertanian untuk komoditas karet alam, khususnya perdagangan internasional masih sedikit. Untuk menjelaskan posisi keaslian dari penelitian ini, pada Tabel 1.4 akan melihat beberapa penelitian terkait. Penelitian yang terkait dengan keterpaduan pasar dan permintaan ekspor untuk berbagai 13

komoditas pertanian telah banyak dilakukan, namun untuk komoditas karet alam masih kurang (Tabel 1.4). Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian ini, maka berikut disampaikan beberapa aspek yang menunjukkan kebaharuan penelitian. Pada Tabel 1.3 menunjukkan bahwa penelitian terdahulu mengarah pada struktur pasar vertikal atau horizontal saja, demikian pula untuk penelitian transmisi harga. Pada penelitian yang akan dilaksanakan ini diteliti analisis keterpaduan pasar dan transmisi harga pada kasus pasar internasional. Selain itu dalam penelitian ini juga akan dilakukan analisis perkembangan permintaan pasar, sehingga dari hasil penelitian ini nantinya dapat diterapkan arah dan struktur pemasaran ekspor karet alam Indonesia yang efektif dan efisien di pasar internasional. 14

Tabel 1.3. Beberapa Penelitian Mengenai Analisis Permintaan Ekspor Komoditas Pertanian. No Nama Judul Metode Hasil 1. Suharto, 1989 Analisis Analisis Variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan teh adalah Permintaan dan permintaan harga teh, harga kopi, pendapatan perkapita dan perkembangan Ekspor Teh penduduk Indonesia variabel yang paling berpengaruh terhadap ekspor teh Indonesia adalah variabel ekspor dunia, ekspor India, ekspor Srilanka dan ekspor Cina dalam memproyeksi ekspor teh Indonesia tahun 2000 hanya dipergunakan variabel ekspor teh dunia. Hasil proyeksi ekspor teh Indonesia menunjukkan hasil pertumbuhan rata-rata tiap tahunnya 3,82 persen. 2. Ramlan, 1991 Analisis Analisis Masih terdapat dn terbuka peluang yang besar untuk meningkatkan Permintaan Luar permintaan ekspor kopi ke negara-negara tersebut dipandang relatif Negeri Terhadap menguntungkan dari segi ekonomi dan geografis Kopi Indonesia saluran pemasaran kopi robusta Indonesia baik dalam maupun luar negeri relatif panjang dan belum efisien. Disamping itu banyak faktor yang menyebabkan biaya tinggi dalam tataniaga kopi dalam negeri. 3. Karyanto, 2000 Analisis Analisis Volume permintaan ekspor ikan palagis kaleng Indonesia oleh Permintaan Ekspor permintaan Amerika,Inggris dan Belanda dipengaruhi oleh harga ikan palagis Ikan Palagis kaleng,harga udang kaleng,harga kerupuk udang, dan produksi ikan Kaleng Indonesia palagis Indonesia, harga ikan palagis segar, GNP negara pengimpor kenaikan volume ekspor ekspor ikan palagis kaleng Indonesia cenderung meningkat dan kerupuk udang sebagai produk pelengkap 15

Lanjutan.. 4. Asymunir, 2006 Analisis Permintaan Ekspor Udang Indonesia 6. Turukay, 2008 Analisis Permintaan Ekspor Kopra dan Coconut Oil Indonesia di Pasar Dunia Analisis permintaan Analisis permintaan harga ekspor udang merupakan faktor yang berpengaruh secara signifikan untuk semua negara. Dinegara Belanda, Amerika, dan Jepang, harga ekspor udang berpengaruh negatif terhadap volume ekspor. Sedangkan di China harga ekspor berpengaruh positif terhadap volume ekspor harga domestik berpengaruh positif di Amerika, tetapi di china adanya kenaikan harga domestik akan menurunkan volume ekspor Indonesia. Selanjutnya harga udang dunia berpengaruh positif di Belanda, Amerika, Jepang. kecuali Cina harga dunia tidak berpengaruh nyata. faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan crude coconut oil Indonesia adalah harga ekspor minyak crude coconut oil di pasar dunia,harga minyak kedelai, harga domestik crude coconut oil, populasi negara pengimpor,rca, exchange rate, dan variabel dummy faktor-faktor yang tidak mempengaruhi adalah harga ekspor minyak kelapa sawit. 16

Lanjutan. 7. Rubandiah, 2008 Analisis Permintaan Ekspor Kakao Indonesia Analisis Permintaan Trend jumlah ekspor Kakao Indonesia (1977-2006) ke USA, Malaysia, dan Sinagpura menunjukkan trend yang sama, yaitu hasil yang meningkat seiring bertambahnya waktu permintaan ekspor kakao Indonesia ke USA, Malaysia, dan Singapura dipengaruhi oleh exchange rate, jumlah produksi kakao negara pesaing, GNP negara pengimpor kakao Indonesia dan harga dunia. 8. Kahfi, 2010 Analisis Permintaan Minyak Kelapa Sawit (CPO) Indonesia Analisis permintaan Permintaan ekspor CPO Indonesia secara bersama-sama dipengaruhi oleh harga ekspor CPO, harga CPO dunia, harga CPO domestik, harga minyak kedelai dunia dan pajak ekspor permintaan CPO domestik secara bersama-sama dipengaruhi oleh harga CPO domestik, penduduk dan pajak ekspor. 17

9. Asriani,2010 Analisis Integrasi Pasar dan Permintaan Ubikayu di Pasar Dunia 10. Nuraini, 2012 Analisis Integrasi Pasar dan Permintaan Lada Indonesia di Pasar Dunia Analisis integrasi Analisis integrasi Perkembangan harga ekspor dan impor ubikayu di pasar domestik lebih fluktuatif dibandingkan dengan pasar dunia terjadi integrasi jangka panjang antara harga ekspor ubikayu Indonesia terhadap harga impor di Uni Eropa, China, Korea, Malaysia, Kore dan Jepang. Antara harga ekspor ubikayu Indonesia terhadap harga ekspor di Thailand, China, Uni Eropa, Malaysia, dan Jepang prilaku ubikayu Indonesia terhadap harga di negara importir ubikayu dunia menunjukkan hubungan kausalitas. Adanya integrasi jangka panjang dan jangka pendek antara pasar lada Indonesia dengan pasar eksportir maupun importir Indonesia sebagai price leadership pada pasar Amerika dan Belanda (importir) serta Malaysia (importir) posisi Indonesia adalah nomor satu diikiti Brazil, Malaysia dan India sebagai eksportir lada dunia permintaan ekspor lada Indonesia ke Amerika dipengaruhi secara positif oleh harga riil internasional, harga riil impor amerika dan produksi Indonesia. 18

Tabel 1.4. Beberapa Penelitian Bidang Ekonomi Pertanian dengan Objek penelitian Komoditas Karet alam Indonesia dalam Perdagangan Internasional. No. Nama Judul Metode Hasil 1. Wilantari/2001 Analisis Permintaan Ekspor Karet Alam Indonesia dari Jepang dan Amerika Serikat (1969-1998) 2. Pramusintho/2009 Analisis Daya Saing Karet Alam Indonesia 3. Verawaty/2008 Faktor-faktor yang mempengaruhi Ekspor Karet Indonesia Analisis permintaan Analisis daya saing Analisis Statistik karet sintetis merupakan barang substitusi bagi karet alam Indonesia dan harga karet sintetis bersifat inelastis terhadap permintaan karet alam Indonesia karet alam merupakan barang mewah, hal tersebut disebabkan karena karet alam di Amerika Serikat digunakan untuk memproduksi ban radial yang berukuran besar dan ban pesawat terbang harga karet sintetis dan karet alam di pasar dunia tidak mempengaruhi permintaan karet alam Indonesia ke Jepang. karet alam Indonesia dan Thailand memiliki tingkat daya saing yang tinggi, sedangkan Malaysia cenderung semakin menurun Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif atas komoditas karet alam komoditas karet alam Indonesia dan Thailand berada dalam tahap kemandirian Faktor- faktor yang berpengaruh nyata terhadap ekspor karet Indonesia adalah produksi karet Indonesia, nilai tukar dollar terhadap rupiah, konsumsi karet alam dunia, dan GDP Amerika. Sedangkan faktor harga karet alam dan karet sintetis berpengaruh tidak nyata terhadap ekspor karet Indonesia. 19

Tabel 1.4 (Lanjutan) 4. Sidauruk/2011 Analisis Daya Saing dan Perubahan Struktural Karet Indonesia 2000-2010 Analisis RCA dan RSCA sebagian mata rantai ekspor karet di Indonesia di atur oleh Gapkindo dengan prasyarat apabila harga dibawah standar yang ditentukan, maka kuota ekspor karet Indonesia akan dikurangi sebagaimana kesepakatan tripartite antara Indonesia, Malaysia, dan Thailand dari 16 komoditas non migas utama Indonesia, hanya 3 komoditas yang memiliki keunggulan komparatif (karet mentah, sintetis, dan pugaran), pulp dan kertas, serat tekstil dan sisanya kecenderungan transformasi struktural dari industri primer ke sekunder untuk produksi ekspor karet Indonesia sampai saat ini masih dalam bentuk bantalan-bantalan mentah, bukan produk olahan karet. 20