KARAKTER PERTUMBUHAN POTENSI HASIL POPULASI JAGUNG QPM DI LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT. BPTP Nusa Tenggara Barat 2) BPTP Nusa Tenggara Timur 3)

dokumen-dokumen yang mirip
DAYA ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

Adaptasi Beberapa Varietas Jagung Hibrida di Lahan Sawah

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg =

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH ABSTRAK

UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

Blok I Blok II Blok III. c 3 P 0 V 1 P 1 V 5 P 0 V 1 P 1

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Umur 50% keluar rambut : ± 60 hari setelah tanam (HST) : Menutup tongkol dengan cukup baik. Kedudukan tongkol : Kurang lebih di tengah-tengah batang

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

Kajian Teknologi Spesifik Lokasi Budidaya Jagung Untuk Pakan dan Pangan Mendukung Program PIJAR di Kabupaten Lombok Barat NTB

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau

PRODUKSI JAGUNG ORIENTASI TONGKOL MUDA MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK. ) Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik

PEMURNIAN GENETIK DAN PRODUKSI BENIH JAGUNG MANADO KUNING. Oleh: Semuel D. Runtunuwu, Yefta Pamandungan, dan Selvie Tumbelaka

KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI KALIMANTAN SELATAN. Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

PEMBINAAN PRODUKSI DAN DISTRIBUSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

EVALUASI PRODUKSI DAN PERCEPATAN DISTRIBUSI BENIH JAGUNG (Studi Kasus di Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT)

ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG DI LAHAN KERING DATARAN TINGGI BERIKLIM BASAH

INTRODUKSI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI LAMPUNG. Dewi Rumbaina Mustikawati dan Yulia Pujiharti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK SAPI PADA LAHAN SUB OPTIMAL. Ballitsereal Maros 2) BPTP Nusa Tenggara Timur ABSTRAK

Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus meningkat,

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

PENGARUH HUMIC ACID TERHADAP EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PUPUK NPK SUPER PADA TANAMAN JAGUNG. Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007.

PERAN PTT JAGUNG DALAM PENINGKATAN PRODUKSI DAN FINANSIAL: KASUS DI DESA DONGGOBOLO KECAMATAN WOHA KABUPATEN BIMA NTB

USAHATANI JAGUNG PULUT MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI. Syuryawati dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

KERAGAAN AGRONOMI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LOKASI SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN TAKALAR

Universitas Sumatera Utara

IDENTIFIKASI KINERJA USAHATANI DAN PEMASARAN JAGUNG DI NUSA TENGGARA BARAT. Hadijah A.D. Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

Fauziah Yulia Andriyani dan Kiswanto: Produktivitas dan Komponen Hasil

Universitas Sumatera Utara

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

TANGGAP PERTUMBUHAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG TERHADAP SISTEM TANAM LURUS DAN ZIGZAG DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN BARAT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro

Perbaikan Populasi Jagung QPM MSQ-K1(S1)C0 dan MSQ-P1(S1)C0

INTERAKSI TAKARAN PUPUK NITROGEN DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG. Oom Komalasari dan Fauziah Koes Balai Penelitian Tanaman Serealia

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG

PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT (BERSARI BEBAS)

PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT (BERSARI BEBAS) Penyusun Zubachtirodin Syuryawati Constance Rapar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DENGAN SISTEM TANAM DI LAHAN KERING

Lampiran 1. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm) Lampiran 2. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST (cm)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEUBAH PERTUMBUHAN KUALITATIF. Bentuk Ujung Daun Pertama, Bentuk Batang, dan Warna Batang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

Pemahaman Petani terhadap Mutu Benih Jagung (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Selatan)

METODOLOGI PENELITIAN

POTENSI HASIL BEBERAPA JAGUNG LOKAL KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA DENGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

Kata kunci: pendapatan, usahatani, jagung, hibrida Keywords: income, farm, maize, hybrid

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

KAJIAN PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH SEBAGAI TANAMAN MT III DI SULAWESI TENGGARA

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

KERAGAAN KARAKTER AGRONOMIS GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA

RINGKASAN Maspeke, S. P dan Nurdin

RESPON PETANI TERHADAP BEBERAPA JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BIMA MELALUI PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia

UPAYA PENYEDIAAN BENIH DASAR JAGUNG KOMPOSIT MELALUI PEMBINAAN PENANGKAR BENIH DI TINGKAT PETANI. Muhammad Yasin Balai Penelitian Tanaman Serealia

Sebagai bahan pangan dan pakan, jenis jagung. Penampilan Jagung Protein Tinggi di Dua Lingkungan Tumbuh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BENIH DAN PRODUKTIVITAS JAGUNG. Fauziah Koes dan Rahmawati Balai Penelitian Tanaman Serealia

Transkripsi:

KARAKTER PERTUMBUHAN POTENSI HASIL POPULASI JAGUNG QPM DI LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT Awaludin Hipi 1), B. Tri Ratna Erawati 2), Nelson H. Kario 1) dan M. Yasin HG 3) 1) BPTP Nusa Tenggara Barat 2) BPTP Nusa Tenggara Timur 3) Balitsereal Maros Sul-Sel ABSTRAK Quality Protein Maize (QPM) pada dasarnya sama dengan jagung biasa, namun kandungan protein (lysin dan triptopan) lebih tinggi, sehingga sangat cocok untuk pangan dan pakan. Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui karakter pertumbuhan dan potensi hasil dari jagung QPM. Kajian dilaksanakan di Sambelia, Kabupaten Lombok Timur pada MK.2004. Pengkajian ini menggunakan rancangan acak kelompok, dimana jenis jagung yang diuji sebagai perlakuan dan diulang masing-masing 4 kali. Terdapat 10 populasi jagung QPM putih dan 10 populasi jagung QPM kuning yang diuji. Sebagai pembanding QPM putih adalah Maros Sintetik-2 dan Pulut serta Lamuru dan Bisma sebagai pembanding QPM kuning. Semua populasi QPM yang diuji dan varietas pembanding dari jenis bersari bebas. Hasil kajian menunjukkan bahwa terdapat 9 populasi yang hasilnya melebihi varietas pembanding untuk QPM putih. Sedangkan dari QPM kuning terdapat 6 populasi memberikan hasil relatif sama dengan varietas pembanding Bisma, namun masih lebih rendah jika dibanding varietas Lamuru. Hasil rata-rata tertinggi QPM putih Poza Rica 8563 (7,54 t/ha) dan QPM kuning populasi S99TLYQ (6,75 t/ha). Beberapa populasi QPM putih yang berpotensi untuk dikembangkan di NTB populasi Poza Riza (7,54 t/ha), S00TLWQ-AB (7,40 t/ha), Pop.63.C2QPMTLWD (7,33 t/ha), Obatampa (7,22 t/ha), dan S99TLWQ-B (7,11 t/ha), sedangkan dari QPM kuning adalah S99TLYQ (6,75 t/ha), Poza Rica 8365 (6,63 t/ha), Acros 8765 (6,54 t/ha), Poza Rica 8666 (6,32 t/ha), dan Acros 8365 (6,29 t/ha). Diperlukan pengujian pada beberapa lokasi untuk mendapatkan stabilitas hasil. Kata kunci : QPM, potensi hasil, NTB PENDAHULUAN Diantara komponen teknologi produksi jagung yang dihasilkan dari kegiatan penelitian peran varietas unggul adalah sangat strategis untuk : (a) peningkatan hasil persatuan luas tanam, (b) ketahanan terhadap hama dan penyakit tertentu, (c) daya adaptasi atau kesesuaian pada wilayah atau ekosistem spesifik, dan (d) merupakan komponen teknologi yang relatif paling mudah/cepat diadopsi oleh petani (Subandi, 2003). Varietas jagung unggul introduksi, baik bersari bebas ataupun hibrida telah berkontribusi secara nyata terhadap peningkatan produktivitas ataupun produksi jagung nasional. Namun demikian, distribusi dari varietas-varietas introduksi tersebut berjalan lambat, dimana pada tahun 1997 pangsa varietas introduksi terhadap penyebaran benih baru mencapai 44% (CIMMYT, 1994). Pada kondisi terakhir, pangsa varietas introduksi telah mencapai 80% yang terdiri dari 24% hibrida dan 56% varietas bersari bebas (Pingali, 2001), sementara data yang dikutip Kasryno (2002) menunjukkan bahwa adopsi jagung hibrida di Indonesia baru mencapai 10%. Di lain pihak, survey yang dilakukan oleh Nugraha dan Subandi (2002), menunjukkan bahwa dari 19 propinsi yang telah disurvey, jumlah varietas unggul yang digunakan petani baru mencapai 75% yang terdiri dari 48% bersari bebas dan 27% hibrida. Peran jagung akan semakin strategis baik untuk ketahanan pangan maupun agribisnis. Sebagai bahan pangan maupun pakan, jagung akan berkontribusi dalam pemenuhan karbohidrat dan protein. Sebagai bahan pangan dan pakan, jenis jagung yang ada di Indonesia adalah jagung biasa yang memiliki kelemahan dilihat dari nilai nutrisinya. Kandungan protein biji jagung biasa, sekitar 8 11 % tetapi kekurangan dua asam amino esensial (lysin dan triftofan) masing masing hanya 0,05 dan 0,225 % dari total protein biji. Nilai ini kurang separuh dari konsentrasi

yang disarankan FAO. Jika jagung ini digunakan sebagai bahan pangan dan pakan ternak, maka diperlukan tambahan lysin dan triftofan dari sumber lain (Kasim, 2003). Keuntungan dari jagung QPM adalah : 1) meningkatkan nilai nutrisi pangan; 2) Mencegah penyakit kwashiorkor (busung lapar) pd anak balita; 3) menurunkan tingkat mortalitas bayi; 4) meningkatkan nilai nutrisi pakan ternak dan 5) meningkatkan bobot badan pada ternak. Dari hasil pengujian di beberapa daerah menunjukkan bahwa jagung QPM dapat beradaptasi dengan baik dan berpotensi hasil tinggi di banding jagung normal yang ada. Hasil penelitian di Sulsel menunjukkan bahwa sebagian besar populasi jagung jagung QPM dari jenis hibrida produktivitasnya lebih tinggi (7,34 8,65 t/ha) dari varietas pembanding (Semar 8 dan Semar 9). Demikian pula untuk QPM jenis bersari bebas, QPM putih mampu berproduksi tinggi (6,9 7,5 t/ha) dibanding varietas Bayu (5,69 t/ha), sementara untuk QPM kuning dapat mencapai (7,04 7,98 t/ha) dan tidak berbeda nyata dengan pembanding varietas Bisma (7,77 t/ ha) (Salam Wahid, 2002). Kajian tahun sebelumnya di lahan kering jagung QPM putih mampu berproduksi dengan kisaran 4,7 6,2 t/ha, sedang QPM kuning mampu berproduksi 5,75 t/ha (Hipi, et al, 2004). Dalam rangka menunjang gerakan 1 juta ton jagung yang dicanangkan di NTB, pengembangan varietas unggul baru sangat di butuhkan. Salah satu strategi sosialisasi dan pengembangan jagung QPM (promunggi) ini dapat dilakukan dengan cara membentuk jagung QPM (promunggi) yang stabil, hasil tinggi, dan tahan penyakit untuk berbagai target lingkungan dan menguji secara luas sebagai On farm maupun petakan demonstrasi. Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mengetahui karakter pertumbuhan dan potensi hasil dari beberapa populasi jagung QPM di NTB. METODOLOGI Kajian dilaksanakan di Sambelia Kabupaten Lombok Timur pada MK II. 2004. Lokasi kajian adalah lahan sawah dengan irigasi terbatas (2-3 minggu sekali) serta merupakan salah satu daerah sentra produksi jagung di kabupaten Lombok Timur. Pengkajian menggunakan rancangan acak kelompok, dimana jenis jagung yang diuji sebagai perlakuan dan diulang masing-masing 4 kali. Terdapat 10 populasi jagung QPM putih bersari bebas yang diuji dan 2 varietas (Maros Sintetik-2 dan Pulut), dan 10 populasi jagung QPM kuning bersari bebas yang diuji dan 2 varietas (Bisma dan Lamuru). Setiap entri ditanam empat baris pada petakan dengan ukuran panjang 5 meter. Penanaman dengan jarak tanam 75 x 25 cm, 2 biji per lubang tanam. Pada umur 2 minggu setelah tumbuh (MST) dilakukan penjarangan menjadi 1 tanaman/rumpun, jika ada lubang yang kosong/tidak tumbuh maka rumpun sebelahnya tidak perlu dijarangkan. Tanaman diberi pupuk 138 kg N, 36 kg P 2O 5 dan 60 kg K 2O. Pemupukan dasar dilakukan pada saat jagung berumur 7 HST dengan menggunakan pupuk 1/3 bagian N serta seluruh pupuk P 2O 5 dan K 2O, ditugal pada jarak 5 cm disamping tanaman. Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan setelah tanam (BST) dengan menggunakan 2/3 bagian N dengan cara ditugal disamping tanaman pada jarak 10 15 cm. Sumber pupuk berasal dari Urea, SP-36 dan KCl. Penyiangan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat tanaman berumur 2 MST dan 4 MST sekaligus untuk pembumbunan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan memberikan carbofuran pada saat bersamaan tanam. Pengairan berasal dari irigasi terbatas dengan pola giliran air 2-3 minggu sekali. Panen dilakukan pada saat masak fisiologis dimana kelobot jagung berwarna kuning kecoklatan. Panen dalam setiap plot dilakukan pada 2 baris tanaman tengah. Parameter agronomis yang diamati adalah tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, umur berbunga jantan dan betina, jumlah tanaman panen, jumlah tongkol panen, aspek tanaman, aspek kelobot dan aspek tongkol dengan cara, dan produktivitas. Penampilan tanaman dan tongkol diberi skor 1 5, dimana skor 1 = sangat baik, 3 = sedang dan skor 5 = sangat jelek. Sedangkan aspek kelobot menggunakan skor 1 5 dimana : Skor 1 = Kelobot menutup rapat dengan baik, sehingga beberapa tongkol dapat diikat menjadi satu pada ujung tongkol; Skor 2 = Kelobot menutup ketat hanya sampai ujung tongkol saja; Skor 3 = Kelobot menutup agak longgar diujung tongkol; Skor 4 = Kelobot menutup tongkol kurang baik, ujung tongkol terlihat; Skor 5 = Kelobot menutup tongkol sangat jelek, sebahagian

biji nampak tidak dilindungi kelobot. Data yang terkumpul dianalisis dengan sidik ragam (Anova), dan dilanjutkan dengan uji BNT 5 %. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 dan 2 menyajikan rata-rata umur berbunga, tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, dan produktivitas jagung QPM putih dan kuning. Hasil analisis terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tinggi tanaman antar populasi/varietas jagung yang diuji, dimana tanaman tertinggi dicapai pada populasi S98TLWQ AB yaitu 223 cm, sedang letak tongkol tertinggi dicapai pada populasi ACROS 8763 yaitu 118,3 cm. Kisaran umur berbunga jantan dan betina dari populasi QPM yang diuji masing-masing 56-61 hari dan 57 61 hari. Jarak antara umur berbunga jantan dan betina terpaut 1 2 hari, sehingga sangat memungkinkan sinkronisasi pembungaan. Umur berbunga tergolong normal dan tidak ada dari populasi yang di uji yang berumur genjah dari varietas Bayu. Dari semua populasi QPM putih yang diuji, semua populasi memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding populasi/varietas pembanding. Analisis terhadap produktivitas menunjukkan bahwa populasi POZA RIZA 8563 memberikan hasil yang lebih tinggi (7,54 t/ha) dibanding populasi lainnya. Dari rata-rata hasil yang diperoleh di lokasi pengujian menunjukkan bahwa terdapat beberapa populasi QPM yang berpotensi hasil tinggi dan dapat dikembangkan di NTB yaitu POZA RIZA 8563 (7,54 t/ha), S 00TLWQ AB (7,40 t/ha), Pop 63 C2 QPM TLWD (7,33 t/ ha), OBATAMPA (7,22 t/ha) dan S 99TLWQ - B (7,11 t/ha). Tabel 1. Rata-rata umur berbunga, tinggi tanaman, tinggi tongkol, dan produktivitas pada kajian adaptasi jagung QPM Putih di Sambelia. Lombok Timur. MK. 2004 Entry Populasi Umur berbunga Tinggi Tinggi Produktivitas (hari) tanaman tongkol (t/ha) Jantan Betina (cm) (cm) S 99TLWQ B 59,6 60,7 211,6 106,6 7,11 S 99TLWQ AB 58,3 60,3 223,3 108,6 6,78 S 00TLWQ B 61,0 61,6 219,6 108,3 6,12 S 00TLWQ AB 59,6 60,0 198,0 86,6 7,40 OBATAMPA 58,0 59,7 220,0 110,0 7,22 POZA RIZA 8563 59,3 58,3 206,6 108,3 7,54 ACROS 8763 59,6 61,0 208,3 118,3 5,54 S 98TLWQ (F/D) 59,6 60,3 220,0 110,0 6,59 Pop 62 C6 QPM 56,3 57,6 214,0 102,6 6,65 Pop 63 C2 QPM TLWD 58,0 59,0 208,3 116,6 7,33 Maros sintetik -2 60,0 61,0 191,6 91,3 5,84 Pulut 51,0 51,0 208,3 117,6 2,38 KK (%) 1,7 1,9 8,1 12,4 9,05 BNT 5 % 2,1 2,3 35,3 27,4 1,20 Rata-rata jumlah tanaman panen per plot pada 2 baris tengah berkisar 34,3-38,3 tanaman (Tabel 2) atau kurang lebih 95% dari jumlah tanaman. Dari jumlah tanaman panen tersebut dihasilkan tongkol panen yang berkisar 36,6 39,0, hal ini berarti bahwa terdapat beberapa tanaman yang dapat menghasilkan 2 tongkol. Sementara untuk jagung QPM kuning, hasil pengamatan tinggi tanaman menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tinggi tanaman antar populasi/varietas jagung yang diuji dengan kisaran 182,6 228,6 cm, dimana tanaman tertinggi dicapai pada populasi POZA RIZA 8365 yaitu 228,6 cm, sedang yang terendah adalah populasi IBOBERENDRA yaitu 182,6 cm, konsisten dengan tinggi letak tongkol dimana yang tertinggi POZA RIZA 8365 119,0 cm dan terendah letak tongkolnya populasi IBOBERENDRA 93,3 cm Tabel 2).

Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman, tinggi tongkol, umur berbunga dan jumlah tanaman panen pada pengujian beberapa populasi jagung QPM Kuning di Sambelia. Lombok Timur. MK. 2004 Nama Entry Populasi Tinggi tan. Tinggi Tkl Umur berbunga (hari) Produktivita (cm) (cm) Jantan Betina s (t/ha) S00TLYQ AB 211,0 108,3 58,3 58,6 6,75 ACROS 8365 191,3 94,0 55,6 56,6 6,29 POZA RIZA 8365 228,6 119,0 58,6 60,6 6,63 TOMEGUIN 8565 190,6 100,6 58,3 60,3 5,51 POZA RIZA 8765 191,0 110,6 59,6 60,3 5,79 ACROSS 8765 208,3 103,6 56,0 56,6 6,54 GUIANIA 8765 205,0 98,3 57,6 59,3 6,27 IBOBERENDRA 182,6 93,3 60,0 61,3 5,67 ACROSS 8666 206,3 100,6 60,0 60,6 6,27 POZA RIZA 8666 195,6 97,6 59,6 60,6 6,32 Bisma 224,3 147,6 60,6 61,0 6,79 Lamuru 208,3 113,3 58,3 59,7 7,24 KK (%) 9,2 15,5 1,8 1,8 9,4 BNT 5 % 38,6 34,1 1,2 2,2 1,2 Dari pengamatan terhadap umur berbunga dari setiap populasi QPM kuning yang diuji menunjukkan bahwa selisih umur keluar bunga jantan dan betina adalah 1 2 hari, hal ini berarti bahwa keberhasilan perkawinan sangat tinggi. Kisaran umur berbunga jantan masing-masing 55,6 60,0 hari, sedang betina berkisar 56,6 61,3 hari. Umur berbunga tergolong normal dan dari semua populasi yang di uji, berumur relatif sama dengan varietas Lamuru dan Bisma. Rata-rata jumlah tanaman panen dalam dua baris tengah berkisar antara 34,6 40,0. Hal ini menunjukkan bahwa dari total jumlah tanaman, yang dapat di panen berkisar antara 86,5 100 %. Tabel 3 dan 4 menyajikan penilaian terhadap aspek tanaman, aspek tongkol, aspek kelobot, jumlah tanaman panen dan jumlah tongkol panen.

Tabel 3. Rata-rata jumlah tanaman panen, jumlah tongkol panen, aspek tanaman, aspek kelobot, dan aspek tongkol pada beberapa populasi jagung QPM putih di Sambelia Lombok Timur. MK. 2004 Nama Entry Populasi Jlh Tan Jlh Tkl Aspek Aspek Aspek panen panen tanaman kelobot tongkol S 99TLWQ B 37,3 37,3 1,3 2,0 1,0 S 99TLWQ AB 37,3 38,3 1,3 1,3 1,3 S 00TLWQ B 36,0 38,0 1,6 1,3 1,0 S 00TLWQ AB 36,3 36,6 1,3 1,0 1,0 OBATAMPA 35,6 37,6 1,3 1,0 1,3 POZA RIZA 8563 36,3 38,3 1,0 1,3 2,0 ACROS 8763 34,0 36,3 2,0 2,6 2,3 S 98TLWQ (F/D) 38,3 39,0 1,6 1,3 1,3 Pop 62 C6 QPM 38,3 39,0 1,0 1,6 1,0 Pop 63 C2 QPM TLWD 34,3 37,3 1,0 1,3 1,0 Maros sintetik -2 33,0 34,3 1,6 2,6 1,6 Pulut 36,3 38,3 2,3 1,3 2,0 KK (%) 5,9 4,7 32,2 39,8 34,2 BNT 5 % 4,4 3,6 tn tn tn Penilaian terhadap aspek tanaman menunjukkan bahwa dari populasi jagung QPM putih yang diuji, penampilan tanaman cukup baik yang ditandai dengan tanaman tegap, tanaman relatif seragam dan serangan hama dan penyakit tergolong rendah. Penilaian terhadap aspek tongkol menunjukkan bahwa rata-rata dari populasi jagung yang diuji tergolong baik yang ditandai dengan panjang dan lingkar tongkol yang relatif seragam dan kerusakan hama dan penyakit hampir tidak ditemukan. Sedangkan penilaian terhadap aspek kelobot menunjukkan bahwa semua populasi yang diuji tergolong mempunyai kelobot yang dapat menutup rapat dengan baik. Dari rata-rata jumlah tanaman yang dipanen dapat menghasilkan tongkol berkisar 35,3 42,3. Hal ini berarti terdapat beberapa tanaman yang dapat menghasilkan tongkol lebih dari 1 (Tabel 2). Penilaian terhadap aspek tanaman menunjukkan bahwa dari populasi jagung QPM kuning yang diuji, penampilan tanaman relatif baik yang ditandai dengan tanaman tegap, relatif seragam, dan serangan hama dan penyakit tergolong rendah. Sementara penilaian terhadap aspek tongkol menunjukkan bahwa rata-rata dari populasi jagung yang diuji tergolong baik yang ditandai dengan panjang dan lingkar tongkol yang relatif seragam dan kerusakan hama dan penyakit hampir tidak ditemukan. Sedangkan penilaian terhadap aspek kelobot menunjukkan bahwa semua populasi yang diuji tergolong mempunayi kelobot yang relatif baik, dimana sebagian besar kelobot dapat menutup rapat dengan baik. Hasil pengamatan visual terhadap serangan penyakit di dua lokasi pengujian, didapatkan 2 jenis penyakit yang dominan yaitu karat daun (Pucinia sp) dan hawar daun (Helminthosporium maydiz), namun intensitas serangan tergolong rendah. Sedang hama yang banyak menyerang adalah penggerek batang (Ostrinia furnacalis), dengan tingkat serangan tergolong rendah.

Tabel 4. Rata-rata jumlah tongkol panen, aspek tanaman, aspek kelobot, aspek tongkol dan produktivitas pada beberapa populasi jagung QPM di Sambelia Kec. Sambelia. Lombok Timur. MK. 2004 Nama Entry Populasi Jlh Tkl Aspek Aspek Aspek Jlh Tan. panen tanaman kelobot tongkol Panen S00TLYQ AB 38,6 1,0 1,0 2,3 34,6 ACROS 8365 38,6 1,3 2,0 2,0 37,3 POZA RIZA 8365 40,6 1,0 2,0 2,0 39,7 TOMEGUIN 8565 37,3 1,3 1,3 1,6 36,7 POZA RIZA 8765 39,0 1,6 1,6 2,0 37,0 ACROSS 8765 39,3 1,3 1,6 1,3 40,0 GUIANIA 8765 39,6 1,3 1,3 1,6 38,3 IBOBERENDRA 35,3 1,0 1,6 1,6 37,7 ACROSS 8666 42,3 1,0 1,0 1,6 38,0 POZA RIZA 8666 36,3 1,6 1,3 1,6 38,0 Bisma 37,0 1,3 1,0 1,0 34,0 Lamuru 39,0 1,0 1,0 1,6 38,6 KK (%) 5,1 36,1 38,3 37,0 5,8 BNT 5 % 4,1 tn tn tn 4,5 KESIMPULAN Semua populasi QPM putih yang diuji memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding varietas pembanding (Maros Sintetik dan Pulut), sedang untuk QPM kuning, terdapat 5 populasi yang memberikan hasil yang relatif sama dengan varietas pembanding. Hasil tertinggi dicapai pada QPM putih adalah populasi POZA RIZA 8563 sebesar 7,54 t/ha, sedang untuk QPM kuning adalah populasi S89TLYQ (F/D) sebesar 6,75 t/ha. Beberapa populasi jagung QPM yang prospektif untuk diuji lanjut dan dikembangkan di NTB yaitu dari QPM putih : POZA RIZA 8563 (7,54 t/ha), S 00TLWQ AB (7,40 t/ha), Pop 63 C2 QPM TLWD (7,33 t/ha), OBATAMPA (7,22 t/ha) dan S 99TLWQ- B (7,11 t/ha), sedang dari QPM kuning adalah S00TLYQ AB (6,75 t/ha), POZA RIZA 8365 (6,63 t/ha), ACROSS 8765 (6,54 t/ha), POZA RIZA 8666 (6,32 t/ha) dan ACROS 8365 (6,29 t/ha). Untuk melihat konsistensi hasil dari jagung yang diuji, perlu kajian lebih lanjut agar populasi QPM putih yang berpotensi hasil tinggi dan mampu beradaptasi dengan baik dapat di rilis menjadi varietas unggul baru. DAFTAR PUSTAKA CIMMYT. 1994. World Maize Facts and Trends. Maize Seed Industries. Emerging Roles of the Publics and Private Sectors. Hipi A, Kunto Kumoro, B. Tri Ratna Erawati, M. Yasin HG, dan Firdaus Kasim. 2003. Kajian Adaptasi Jagung Bermutu Protein Tinggi (Promunggi) Di Lahan Kering Nusa Tenggara Barat. Prosiding Seminar Nasional Revitalisasi Teknologi Kreatif dalam Mendukung Agribisnis dan Otonomi Daerah. Denpasar, 7 Oktober 2003. Kasim, F. 2003. Jagung bermutu protein tinggi Langkah awal penelitian dan prospek pengembangan. Makalah disampaikan pada Seminar Review Ilmiah sebagai salah satu syarat untuk pengusulan kenaikan pangkat PNS dari IV b ke IV c, di Balitsereal. Maros, 21 Maret 2003.

Kasryno, F. 2002. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Jagung Dunia selama Empat dekade yang lalu dan Implikasinya bagi Indonesia. Makalah disampaikan paada Diskusi Nasional Agribisnis Jagung. Di Bogor, 24 Juni 2002. Badan Libang Pertanian. Nugraha, U.S., Sunbandi, dan A. Hasanuddin. 2002. Perkembangan teknologi budidaya dan industri benih jagung. dalam Kasryno et al., (eds) Ekonomi Jagung Indonesia. Badan Litbang Pertanian. Deptan. p. 37 72. Salam Wahid, A., Dj. Baco, S. Saenong, O. Suherman dan Firdaus Kasim. 2002. Uji Adaptasi Jagung QPM Hibrida dan Populasi Bersari Bebas asal CIMMYT. Laporan Penelitian. Disajikan sebagai seminar mingguan di Balit Sereal. Maros. Sulsel. Subandi. 2003. Peranan Benih Berkualitas Varietas Unggul Dalam Meningkatkan Produksi Jagung Makalah Disampaikan Pada Acara Sosialisasi Produksi Benih Jagung Unggul Nasional Dan Distribusinya. Maros, 15-21 Desember 2003