BAB I PENDAHULUAN. Hambatan Pendidikan Pesantren di Masa Depan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm 25.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Noviyanto, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I ini dipaparkan tentang : a. Konteks Penelitian, b. Fokus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengertian. Tesis ini berjudul Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam. Peserta Didik Kelas VII Di SMP Negeri 2 Adiluwih yaitu:

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Pondok Pesantren bertugas untuk mencetak manusia yang benarbenar

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

Idiologi Pendidikan, Pustaka Rizki Putra, Semarang, Cet Pertama. 2007, hal. 11.

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

BAB I PENDAHULUAN. agama. 1 Di sekolah umum (SD, SMP, SMA) pengajaran agama dipandang

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB VIII PENUTUP. sebelumnya tentang PENGEMBANGAN EKONOMI SANTRI PADA KOPERASI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL INSAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keterbatasan dari teori awal adalah ambiguitas tentang proses pengaruh. Sedangkan

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. bawaan dari lahir tetapi berkembang dari beribu-ribu pengalaman secara

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. keinginannya, sehingga hal yang tidak dapat ditinggalkan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan-kegiatan dan peraturan yang berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian bimbingan pertama kali dikemukakan dalam Years Book of

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada diri peserta didik

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perancang pengajaran, pengelola pengajaran, penilai hasil pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. santri yang dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati kedudukan yang sangat penting. Guru sebagai subjek pendidik. sangat menentukan keberhasilan pendidikan.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Tahun 2003, yaitu: Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun karakter, character building is never ending process

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Orang tua pun tentunya ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya dan

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. Ibtidaiyah (MI) Sekecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu tujuan pendidikan, sebagaimana dalam Undang-Undang RI

BAB I PENDAHULUAN. non-formal, dan informal (ayat 3) (Kresnawan, 2010:20).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pesantren adalah tempat para santri (Dhofier, 2011). Pesantren sendiri berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. potensi kreatif dan tanggung jawab kehidupan, termasuk tujuan pribadinya. 1

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MUSLIM DI PONDOK PESANTREN PUTRI AL-IKHSAN BEJI KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. mengalir begitu cepat ini memberikan pengaruh terhadap perilaku peserta

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB I PENDAHULUAN. maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu. diantara sifat beliau adalah benar, jujur, adil, dan dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini ditandai dengan ilmu teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia yang berkualitas. Dalam undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

K UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai rahmat bagi seluruh alam. Islam dapat menjamin

STUDI TENTANG PENDIDIKAN ORANG TUATERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK DI SMP NEGERI 1 PALASA KECAMATAN PALASA KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Munir, 2009, Metode Dakwah, Kencana, Jakarta, hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (citacita)

BAB I PENDAHULUAN. dan tanpa manusia, organisasi tidak akan berfungsi. Sumber daya manusia

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tertuang dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan anak melalui bimbingan, mendidik, dan latihan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam, yang penyelenggaraan pendidikannya pada umumnya dengan cara non klasikal, yaitu seorang kyai mengajarkan ilmu agama islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa arab oleh ulama-ulama arab abad pertengahan. Para santri biasanya tinggal d pondok (asrama) dalam pesantren tersebut. Kiai sebagai ahli agama islam, mengajarkan ilmu-ilmu kepada santri sekaligus pemimpin dan pemilik pesantren tersebut. Selama ini memang belum pernah ada rumusanrumusan tertulis mengenai tujuan pendidikan pesantren. Minimal para kyai mempersiapkan para santrinya sebagai tenaga kerja siap pakai tanpa harus bercita-cita jadi pegawai negeri. Namun lebih jauh para santri sebagian besar menjadi pemuka agama yang ditunggu oleh masyarakat. 1 Tujuan pondok pesantren menurut mastuhu adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmad masyarakat dengan jalan kawula atau abdi masyarakat tetapi rasul, yaitu menjadi pelayan 1 Binti Maunah, Tradisi Intelektual Santri, dalam tantangan dan Hambatan Pendidikan Pesantren di Masa Depan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm 25. 1

2 masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammmad SAW (mengikuti sunnah Nabi), mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh kepribadian, menyebarkan agama atau mengembangkan kepribadian manusia. 2 Untuk mencapai tujuan seperti yang diharapkan diatas, maka diperlukan adanya motivasi atau dorongan. Motivasi merupakan satu hal yang penting di dalam segala kegiatan atau aktivitas manusia sehari-hari. Setiap tindakan apa saja atau apapun yang dilakukan dan yang dikehendaki oleh manusia, baik itu bersifat penting maupun yang kurang penting yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya. Kemudian yang dimaksud motivasi adalah keseluruhan daya penggerak yang kompleks di dalam organisme yang mengarah kepada tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). 3 Demikian juga dalam kegiatan belajar, Santri yang belajar di dalam pondok pesantren mempunyai motivasi yang berbeda-beda yang mana motivasi itu berdampak pada aktivitas belajar di pesantren. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan 2 Mujamil Qamar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratis Institusi, (Jakarta: Erlangga, tth ), hlm. 4. 3 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996), hlm. 61

belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Motivasi ini tumbuh karena ada keinginan untuk bisa mengetahuai dan memahami sesuaatu dan mendorong serta mengarahkan minat belajar dan termotivasi untuk mencapai prestasi. Setiap anak mempunyai motif atau dorongan yang berhubungan dengan kebutuhan biologis dan psikologis juga memiliki sikap, minat, hasrat dan cita-cita tertentu. Semua itu akan mendorongnya untuk berbuat sesuatu dengan tujuan mencapai sesuatu. 4 Akan tetapi kadang-kadang dorongan atau motif dari masing-masing anak atau siswa yang satu dengan yang lainnya, tidaklah sama dan terkadang tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini tergantung dari faktor yang memotivasinya. Motivasi belajar bisa timbul karena faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik, faktor instrinsik yaitu faktor dari dalam diri sendiri yang disebabkan oleh dorongan atau keinginan akan kebutuhan belajar, harapan dan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsik juga mempengaruhi dalam motivasi belajar yakni berupa adanya penghargaan, ligkungan belajar yang menyenangkan, dan kegiatan belajar yang menarik. Dalam motivasi instrinsik itu juga diartikan sebagai motivasi yang pendorongnya ada kaitan langsung dengan nilai- 4 SumadiSuryabrata, PsikologiPendidikan, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 1998), hlm. 70 3

nilai yang terkandung di dalam tujuan pekerjaan sendiri. Maka dari itu, terdapat kecenderungan bahwa santri yang memiliki mortivasi instrinsik lebih giat dalam melakukan aktivitas belajar di dalam pondok pesantren karena mereka melakukan kegiatan tersebut atas dasar diri sendiri. Fenomena yang terjadi di lingkungan pondok Pesantren Darus Salam Mijen Demak, mengenai motivasi siswa terdapat bermacam macam aktivitas belajar diantaranya; sebagian santri yang memiliki motivasi instrinsik mempunyai kecenderungan lebih giat melaksanakan kegiatan belajar Sedangkan santri yang memiliki motivasi ekstrinsik mempunyai kecenderungan lebih malas melaksanakan kegiatan belajar di pondok pesantren. Untuk membuktikan hal tersebut maka perlu adanya penelitian lebih lanjut. Dari uraian tersebut di atas timbul keinginan penulis untuk mengkaji lebih dalam tentang Studi Komparasi Aktivitas Belajar Antara Santri yang Memiliki Motivasi Instrinsik dan Ekstrinsik di Pondok Pesantren Darus Salam Mijen Demak. Dalam rangka usaha untuk memberikan informasi tentang bagaimana motivasi masuk pondok pesantren sehubungan dengan aktivitas belajar santri di Pondok Pesantren Darus Salam Mijen Demak. 4

B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka proses penelitian di lapangan ini peneliti memfokuskan pada permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana aktivitas belajar santri yang memiliki motivasi instrinsik di Pondok Pesantren Darus Salam Mijen Demak? 2. Bagaimana aktivitas belajar santri yang memiliki motivasi ekstrinsik di Pondok Pesantren Darus Salam Mijen Demak? 3. Adakah perbedaan aktivitas belajar santri yang memiliki motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik di Pondok Pesantren Darus Salam Mijen Demak? C. TUJUAN DAN MANFAAT 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin di capai peneliti, diantaranya adalah: a. Untuk memperoleh data empirik tentang aktivitas belajar santri yang memiliki motivasi instrinsik di Pondok Pesantren Darus Salam Mijen Demak b. Untuk memperoleh data empirik tentang aktivitas belajar santri yang memiliki motivasi ekstrinsik di Pondok Pesantren Darus SalamMijenDemak c. Untuk mengetahui perbandingan aktivitas belajar santri yang memiliki motivasi ekstrinsik dengan 5

instrinsik di Pondok PesantrenDarus Salam Mijen Demak 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat terhadap: a. Lembaga Pesantren Bagi Pesantren, penelitian ini berguna sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan di pesantren guna untuk meningkatkan aktivitas belajar santri. b. Pengasuh dan guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan yang lebih tinggi dan luas bagi para pengasuh dalam meningkatkan aktivitas belajar dengan lebih memperhatikan jadwal kegiatan di pondok pesantren. c. Santri Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi motivasi dan membantu siswa dalam meningkatkan kesadarannya untuk lebih meningkatkan aktivitas belajar dalam kehidupan sehari-hari. d. Bagi peneliti lain Diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya. 6