BAB I PENDAHULUAN. kepada Muhammad S.A.W. sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN BIAYA PEMELIHARAAN BARANG GADAI MENURUT FATWA DSN MUI NO 26 TAHUN 2002 ( STUDI KASUS PEGADAIAN SYARIAH CABANG KOTA LANGSA) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan saling tolong menolong diantara mereka. berupa pemberian dan bisa berupa pinjaman. 1 Allah berfirman dalam surat al-

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

BAB V PENUTUP. kepada Kospin Jasa Syariah sebagai agunan atas pembiayaan yang di terima

A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gadai. emas BSM adalah penyerahan hak penguasaan secara fisik atas

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian, seperti perkembangan dalam sistim perbankan. Bank

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN GADAI EMAS DI KOSPIN JASA SYARIAH DIPANDANG FATWA DSN NOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN EMAS.

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan

BAB I PENDAHULUAN. menolong, orang yang kaya harus menolong orang yang miskin, orang yang. itu bisa berupa pemberian maupun pinjaman dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dan bagi manusia pada umumnya tanpa harus meninggalkan. prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan horizontal antar makhluk (mu amalah). Manusia memiliki kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pinjam meminjam menjadi salah satu cara terbaik untuk

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini

Analisis Pelaksanaan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomer : 26/DSN- MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cimahi

BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah pembiayaan yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syari ah baik

BAB IV ANALISIS APLIKASI RAHN PADA PRODUK GADAI EMAS DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam ibadah dan juga mu amalah (hubungan antar makhluk). Di antara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. peneliti menemukan beberapa hal penting yang bisa dicermati dan dijadikan acuan penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

ANALISIS PELAKSANAAN FATWA DSN-MUI NO. 25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN (STUDI PELAKSANAAN GADAI SYARI AH DI BTN SYARI AH SEMARANG) SKRIPSI

BAB IV TINJAUAN FATWA NO /DSN-MUI/III/2002 TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD IJA>RAH PADA SEWA TEMPAT PRODUK GADAI EMAS BANK BRI SYARIAH KC SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berinteraksi antara satu dengan yang lain. Masing- masing

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, perekonomian yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam

BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan pinjam-meminjam. Kegiatan pinjam-meminjam terdapat produk yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. barang yang digadaikan tersebut masih sayang untuk dijual. Pengertian gadai

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Implementasi gadai di PT. Bank BNI Syariah Cabang Dharmawangsa Surabaya

BAB IV ANALISA A. PELAKSANAAN IB RAHN EMAS DI BANK JATENG SYARIAH KANTOR CABANG SEMARANG

BAB IV ANALISIS HYBRID CONTRACT PADA PRODUK GADAI ib EMAS DI PT. BRI SYARIAH KCP GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar

PELAKSANAAN AKAD RAHN DALAM LAYANAN GADAI DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG KALIGARANG-SEMARANG (TINJAUAN MANAJEMEN DAKWAH)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Gadai Emas Syariah Pada PT Bank Syariah Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dalam memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya. Oleh sebab

BAB IV PENUTUP. maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Substansi dari jaminan fidusia menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Akuntansi Pendapatan, Pegadaian Konvensional, Pegadaian Syariah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan umum usaha agribisnis di Indonesia, terutama yang berkaitan

BAB IV ANALISIS BESARAN UJRAH DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang sempurna dengan Al-Qur an sebagai sumber

BAB IV ANALISIS PENERAPAN MULTI AKAD DALAM PEMBIAYAAN ARRUM (USAHA MIKRO KECIL) PEGADAIAN SYARIAH (STUDI KASUS DI PEGADAIAN SYARIAH PONOLAWEN KOTA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan. Gadai

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Akad pada produk Gadai Emas di bank Syariah

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara mengenai pinjam-meminjam ini, Islam membolehkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengalami peningkatan yang cukup pesat tidak hanya pada negaranegara

IMPLEMENTASI AKAD AL-QARD WAL MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MIKRO DI BANK SYARIAH MANDIRI KC. BANYUMANIK SEMARANG

ANALISIS PENENTUAN TARIF POTONGAN IJARAH DAN PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PEMBIAYAAN IJARAH OLEH PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG MALANG.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU nomor 25 tahun 1992, koperasi adalah suatu bentuk. badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi

HILMAN FAJRI ( )

NASKAH PUBLIKASI. PELAKSANAAN GADAI EMAS DENGAN SISTEM SYARIAH (Studi di Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

ANALISIS PELAKSANAAN FATWA DSN-MUI NO. 25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN (STUDI PELAKSANAAN GADAI SYARI AH DI BTN SYARI AH SEMARANG) SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas generasi mendatang, termasuk perannya sebagai pemantapan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG-PIUTANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MULTIJASA DI PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG KANTOR CABANG MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa lain dalam lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari dan. menyalurkannya kedalam masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan atau lembaga keuangan lainnya. Bagi nasabah yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan jaminan, hal ini demi keamanan pemberian kredit tersebut dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia menerima dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dunia modern, peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

BAB II KAJIAN TEORI. Pelaksanaan Gadai dengan Sistem Syariah di Perum Pegadaian. penjagaan dan penaksiran serta dilakukan hanya sekali pembayaran.

BAB I PENDAHULUAN. sekundernya, contohnya keinginan memiliki mobil, motor, HP dan lain-lain, hal pokok yang melekat pada setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai banyak fungsi seperti dapat melakukan jual beli (murabahah),

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keimanan dan ketakwaan melahirkan krisis politik sehingga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Agama Islam adalah risalah (pesan-pesan) yang diturunkan Tuhan kepada Muhammad S.A.W. sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan dalam menyelenggarakan tata cara kehidupan manusia, yaitu mengatur hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan khaliqnya. Syari at Islam memerintahkan umatnya supaya tolong-menolong yang kaya harus menolong yang miskin, yang mampu harus menolong yang tidak mampu. Salah satu bentuk yang disyari atkan dalam Islam adalah gadai (rahn). 1 Gadai merupakan salah satu katagori dari perjanjian utang-piutang, yang mana untuk suatu kepercayaan dari orang yang berpiutang, maka orang yang berutang menggadaikan barangnya sebagai jaminan terhadap utangnya itu. Barang jaminan tetap menjadi milik orang yang menggadaikan (orang yang berhutang) tetapi dikuasai oleh penerima gadai (yang berpiutang). Praktik ini telah ada sejak zaman Rasululloh SAW, dan Rasululloh sendiri pernah melakukannya. Gadai mempunyai nilai sosial yang sangat tinggi dan dilakukan secara suka rela atas dasar tolong menolong. 2 1 Chuzaimah T. Yanggo, Hafiz Anshary AZ, Problematika Hukum Islam Kontemporer, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004, hlm. 78 2 Muhammad Sholikul Hadi, Pegadaian Syariah, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, hlm. 3 1

2 Gadai dalam bahasa Arab disebut dengan Rahn. Secara etimologi berarti tetap, kekal, dan jaminan. Gadai dalam istilah hukum positif di Indonesia adalah apa yang disebut dengan barang jaminan, agunan, rungguhan, cagar atau cagaran dan tanggungan. Gadai merupakan perjanjian penyerahan barang untuk menjadi agunan dari fasilitas pembiayaan yang diberikan. Pengertian gadai atau ar-rahn seperti yang telah diuraikan adalah menyimpan sementara harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman uang yang diberikan oleh yang meminjamkan. Berarti barang yang dititipkan pada si peminjam uang dapat diambil kembali dalam jangka waktu tertentu. Dalam QS.Al-Baqarah ayat 283. 3 "#$%! -./012345 () *+, Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). 4 Pengertian ayat tersebut, secara ekplisit menyebutkan barang tanggungan yang dipegang oleh orang yang berpiutang. Dalam dunia finansial dan perbankan, barang tanggungan biasa dikenal sebagai objek gadai atau jaminan ( kolateral ). Selain itu, istilah ar-rahnu juga disebut dalam salah satu hadist Nabi Muhammad saw. Yang artinya: apabila ada ternak digadaikan, punggungnya boleh dinaiki (oleh orang yang menerima gadai) karena ia telah 71 3 Zainudin Ali, Hukum Gadai Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 18 4 Departemen Agama RI, Alqur an Dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1989, hlm.

3 mengeluarkan biaya (menjaga) Nya Kepada orang yang naik ia harus mengeluarkan biaya perawatannya. (HR. Al-Jamaah kecuali Muslim dan An- Nasa I, Al-Bukhari no.2329, kitab Ar-Rahn). 5 Rahn adalah pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain (bank) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Atas jasanya, maka penerima kekuasaan dapat menerima imbalan tertentu dari pemberi amanah. Dalam gadai secara syari ah, tidak ada pembungaan uang pinjaman, melainkan biaya penitipan barang. Dalam perbankan syariah kontrak rahn di gunakan pada 2 (dua) hal sebagai berikut. 1. Rahn dipakai sebagai produk pelengkap, artinya sebagai akad tambahan ( jaminan/ collateral) terhadap produk lain seperti dalam pembiayaan bai al murabahah. Bank dapat menahan barang nasabah sebagai konsekuensi akad tersebut. 2. Sebagai produk tersendiri, bedanya dengan pegadaian biasa, dalam rahn, nasabah tidak dikenakan bunga, yang dipungut dari nasabah adalah biaya penitipan, pemeliharaan penjagaan, serta penaksiran. Perbedaan utama antara biaya rahn dan bunga pegadaian adalah dari sifat bunga yang bisa berakumulasi dan berlipat ganda, sedangkan biya rahn hanya sekali dan ditetapkan dimuka. 6 5 Zainudin Ali, op.cit, hlm 18 6 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani, 2001, hlm. 130

4 Dengan adanya fatwa DSN-MUI tersebut, maka BTN Syari ah Semarang mengeluarkan produk pembiayaan Gadai Syari ah untuk membantu nasabah dalam menggadaikan barangnya untuk memperoleh pinjaman. Dalam memberikan pembiayaan gadai kepada nasabah, BTN Syari ah Semarang menggunakan prinsip qard yang diberikan oleh Bank kepada nasabah berdasarkan kesepakatan yang disertakan dengan Surat Gadai sebagai penyerahan barang jaminan (marhun) untuk jaminan pengembalian seluruh atau sebagian penyerahan barang jaminan (marhun) untuk jaminan pengembalian seluruh atau sebagian hutang nasabah kepada Bank (murtahin). Untuk memperoleh pinjaman dari BTN Syari ah Semarang nasabah bisa datang langsung ke BTN Syari ah Semarang dengan membawa persyaratan sebagai berikut: a. Warga Negara Indonesia. b. Berusia minimal 17 tahun atau telah menikah. c. Mengisi formulir pembukaan rekening yang telah disediakan. d. Melampirkan fotokopy KTP atau identitas diri lainnya. e. Menyerahkan fotocopy NPWP pribadi untuk nasabah dengan jumlah pembiayaan 100 juta keatas. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap pelaksanaan fatwa DSN-MUI NO. 25/DSN- MUI/III/2002 tentang Rahn studi lapangan pelaksanaan Gadai Syari ah di BTN Syari ah Semarang.

5 B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan gadai syari ah di Bank Tabungan Negara Syari ah Semarang? 2. Apakah pelaksanaan gadai syari ah sesuai dengan fatwa DSN-MUI NO.25/DSN-MUI/III/2002? C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan gadai syari ah di Bank Tabungan Negara Syari ah Semarang. b. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan gadai syari ah sesuai dengan fatwa DSN-MUI NO.25/DSN-MUI/III/2002. 2. Manfaat penelitian a. Manfaat bagi penulis Dengan melakukan penelitian tentang gadai ( Rahn ) di Bank Tabungan Negara Syari ah Semarang maka penulis akan mengetahui bagaimana pelaksanaan gadai syari ah di Bank Tabungan Negara Syari ah Semarang secara komprehensif. b. Manfaat bagi pihak lain Penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan baik secara teori maupun praktis dan

6 bisa dijadikan sebagai salah satu bahan referensi dan rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. D. KAJIAN PUSTAKA Untuk menghindari terjadinya duplikasi dan penelitian terhadap objek yang sama serta menghindari anggapan plagiasi terhadap karya tertentu, maka perlu pengkajian terhadap karya-karya yang telah ada. Penelitian yang berkaitan dengan gadai (rahn) memang bukan untuk yang pertama kali, sebelumnya sudah ada penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut, diantara penelitian yang sudah pernah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Pemanfaatan Barang Gadai Oleh Pemberi Gadai (Rahn) Dalam Perspekif Hukum Islam Dan KUH Perdata. Oleh Nur asyah, Nim 2101171. Mahasiswi Fakultas Syari ah/muamalah lulus tahun 2006. Hasil temuan dalam penelitian ini adalah pertama mengenai pemanfaatan barang gadai, bahwa dalam KUH Perdata, pemegang gadai tidak boleh mengambil manfaat dari barang gadai demikian pula dalam hukum Islam. Pemegang gadai tidak boleh mengambil manfaat dari barang gadai, inilah persamaannya. Akan tetapi, dalam hukum Islam ditentukan bahwa pemegang gadai dapat mengambil manfaat terhadap barang gadai apabila barang gadainya berupa binatang ternak yang tentunya memerlukan pembiayaan. Maka sekedar mengambil manfaat untuk membiayai perawatan dan pemeliharaan terhadap barang gadai itu diperkenankan. Kedua gadai (pand) dalam KUH Perdata hanya menyangkut benda bergerak, sedangkan dalam Hukum Islam, gadai itu meliputi benda

7 bergerak dan benda tidak bergerak. Dengan demikian, gadai dalam hukum Islam merupakan kombinasi dari gadai dalam KUH Perdata dan Hukum Adat. 7 2. Tinjauan Hukum Islam Pemanfaatan Barang Gadai Sepeda Motor (Studi Kasus Di Desa Karangmulyo Pegandon Kendal), oleh Nur Rif ati mahasiswa angkatan 2002 jurusan muamalah Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang. Dalam skripsi tersebut membidik pada pemanfaatan barang gadai ditinjau dari segi hukum Islam. 8 3. Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Fatwa DSN NOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas (Studi Di Bank Syari ah Mandiri Semarang) oleh minikmatin lutfiah, nim 062311037 mahasiswi angkatan 2006 Jurusan Muamalah Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang. Hasil temuan dalam peneliatian ini adalah pertama secara teori hukum Islam yang tertera dalam Fatwa DSN-MUI NO: 26/DSN- MUI/III/2002 tentang rahn emas yaitu: rahn emas di perbolehkan berdasarkan prinsip rahin, bahwa murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan marhun (barang) sampai semua utang (rahin) dilunasi. Besarnya biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan besarnya jumlah pinjaman. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahin). Besarnya ongkos didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata 7 Nur asyah, Pemanfaatan Barang Gadai Oleh pemberi Gadai (Rahn) Dalam Perspektif Hukum Islam Dan KUH Perdata, S1 Mualah IAIN Walisongo Semarang 2006 8 Nur Rif ati, Analisis Hukum Islam Pemanfaatan Barang Gadai Sepeda Motor (Studi Kasus Di Desa Karangmulyo Pegandon Kendal) SI Muamalah IAIN Walisongo Semarang, 2006

8 diperlukan. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad ijarah. Kedua, Pelaksanaan praktek gadai emas di Bank Syari ah Mandiri Cabang Karangayu Semarang menggunakan dua akad yaitu akad Qardh dalam rangka rahn artinya akad pemberian pinjaman dari Bank kepada Nasabah yang disertai dengan pnyerahan tugas agar Bank menjaga barang jaminan yang telah diserahkan oleh nasabah. dimana akad ini digunakan sebagai akad dalam pemberian pembiayaan kepada nasabah yang memberikan jaminan barang berupa emas. dan akad ijarah digunakan pada biaya pemeliharaan dan penyimpanan barang gadai berupa emas. Dengan akad ijarah dalam pemeliharaan atau penyimpanan barang gadai, maka bank dapat memperoleh pendapatan yang sah dan halal. 9 Adapun yang penulis lakukan dalam penelitian ini yaitu gadai syari ah dalam produk pembiayaan di Bank Tabungan Negara Syari ah Semarang kaitannya dengan Fatwa DSN-MUI NO. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn. Dan sepengetahuan penulis, belum ada tulisan yang membahas masalah tersebut. Sehingga penelitian ini benar-benar berbeda dari penelitian- penelitian sebelumnya seperti yang penulis paparkan di atas. 9 Minikmatin Lutfiah, Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Fatwa DSN NO. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas (Studi Di Bank Syariah Mandiri Semarang), SI Muamalah IAIN Walisongo Semarang, 2011

9 E. METODE PENELITIAN 1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini dilihat dari objeknya termasuk penelitian lapangan atau field research yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan di lingkungan masyarakat tertentu baik di lembaga-lembaga organisasi masyarakat (sosial) maupun lembaga pemerintahan. 10 Dalam penelitian ini penulis meneliti, mengkaji dan melakukan wawancara langsung ke Bank Tabungan Negara Syari ah Semarang. 2. Metode pengumpulan data Sesuai dengan keperluan dalam penulisan ini, pengumpulan data akan dilakukan dengan cara dokumentasi dan wawancara. a. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, dan sebagainya. 11 Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data melalui dokumentasi dari dokumen-dokumen di Bank Tabungan Negara Syari ah Semarang, kitab, buku-buku, internet dan lain-lain yang berkaitan dengan gadai di Bank Tabungan Negara Syar iah Semarang. 10 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. ke-ii, 1998 hlm. 22 11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006 hlm 231

10 b. Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dengan responden. 12 Dengan penelitian ini penulis melakukan wawancara langsung dengan kepala cabang, karyawan, dan customer di Bank Tabungan Negara Syari ah Semarang, mengenai hal-hal yang berkaitan dengan gadai di Bank Tabungan Negara Syari ah Semarang. 3. Sumber data Dalam penelitian ini ada dua sumber data yang penulis gunakan yaitu sumber data primer dan sekunder. a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama. 13 Sumber data primer yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari wawancara langsung dengan kepala cabang, karyawan, dan customer Bank Tabungan Negara Syari ah Semarang. b. Data sekunder yaitu sumber yang dapat memberikan informasi atau data tambahan yang dapat memperkuat data pokok baik yang berupa manusia atau benda (majalah, buku, Koran dll). 14 Dalam penelitian ini yang menjadi data sekunder adalah dokumen-dokumen, buku-buku dan data-data lain yang berkaitan dengan gadai. 12 W. Gulo, Metode Penelitian, Jakarta: Grasindo, 2002 hlm.119 13 Amirudin Dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Dan Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003 hlm.30 14 Sumardi Suryabrata, Op.Cit hlm 85

11 4. Metode analisis Setelah data-data terkumpul maka penulis akan melakukan analisis dengan menggunakan metode deskriftif dan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. 15 Dalam penelitian ini penulis akan menggambarkan bagaimana analisis pelaksanaan fatwa DSN-MUI NO.25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn (studi pelaksanaan gadai syariah di Bank Tabungan Negara Syari ah Semarang). F. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk mempermudah dalam memahami tulisan ini, maka penulis akan membagi dalam lima bab yaitu: BAB I : PENDAHULUAN, pada bab ini memuat Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II : FATWA DSN-MUI NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN terdiri atas: Profil DSN-MUI, Dasar Pemikiran Pembentukan DSN, Visi Misi MUI, Orientasi Dan Peran MUI, Prosedur Penetapan Fatwa MUI, Tugas Dan Wewenang DSN, Fatwa DSN-MUI No.25/DSN-MUI/III/2002, Kedudukan DSN. 57 15 Beni Akhmad Saebani, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Pustaka Setia, 2009 hlm

12 BAB III : PELAKSANAAN GADAI SYARI AH DI BANK TABUNGAN NEGARA SYARI AH SEMARANG, meliputi: Profil Bank Tabungan Negara Syari ah Semarang, Visi Misi Bank Tabungan Negara Syari ah Semarang, Produk-Produk Bank Tabungan Negara Syari ah Semarang, Pelaksanaan Gadai syari ah Di Bank Tabungan Negara Syari ah Semarang. BAB IV : ANALISIS, pada bab ini berisi: Analisis pelaksanaan gadai syari ah di Bank Tabungan Negara Syariah Semarang, Analisis Kesesuaian gadai syari ah dengan fatwa DSN-MUI NO.25/DSN- MUI/III/2002. BAB V : PENUTUP, meliputi Kesimpulan dan Saran-Saran.