BAB II KAJIAN PUSTAKA. terarah kepada pemenuhan psikis dan rokhaniah. Menurut Mc. Donald

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN. maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi belajar terhadap

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP PGRI 3 BANDAR LAMPUNG

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Kelas VIII SMP Negeri 1 Bulawa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo ABSTRAK

BAB II KAJIAN TEORI. keinginan. Sedangkan menurut Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. belajar yang dilakukan oleh para peserta didik. Belajar merupakan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH KREATIVITAS MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 TAPA ROSNAWATY BURUDJI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran dan latihan

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu. sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar berperan sangat

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak

UPAYA MENUMBUHKAN MOTIVASI BERKREASI MELALUI PEMBELAJARAN OLAHRAGA FUTSAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 NANGA PINOH

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Latar Belakang Penelitian

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB XII PERAN PERSONEL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

Sebagai sarana untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan. pengalaman dalam melakukan studi di Universitas Negeri Yogyakarta, serta

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB II KAJIAN TEORITIS. menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

BAB II KAJIAN TEORI. pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu 8. motivation dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin motivum yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi belajar terhadap hasil

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding)

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

BAB II KAJIAN TEORI. saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II LANDASAN TEORI. Bermain sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II. Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN DISIPLIN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SMP KARYA INDAH KECAMATAN TAPUNG FITRIANI

BAB II KAJIAN TEORI. dengan harapan dan kemauan belajar motivasi itu tumbuh dalam diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas zaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menuntut guru lebih inovatif dalam merancang pembelajaran, artinya

PENGARUH MOTIVASI DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN

Pengaruh Kemampuan Awal Matematika dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

Oleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT

A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang berarti dorongan yang terarah kepada pemenuhan psikis dan rokhaniah. Menurut Mc. Donald (Oemar Hamalik, 2011: 106), motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Sardiman A. M (2010: 75) dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Menurut M. Dalyono (2009: 57) motivasi belajar adalah suatu daya penggerak atau dorongan yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan suatu pekerjaan yaitu belajar. Menurut Hamzah B. Uno (2011: 23) hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Motivasi belajar ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan pengertian motivasi belajar yaitu keseluruhan daya

10 penggerak atau dorongan di dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang ditandai perubahan energi untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. b. Ciri-ciri Motivasi Belajar Sardiman A.M (2011: 83) mengemukakan ciri-ciri motivasi yang ada pada siswa di antaranya adalah: 1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai). 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya). 3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. 4) Lebih senang bekerja mandiri. 5) Cepat bosan pada tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang efektif. 6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). 7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti seseorang itu memiliki motivasi belajar yang cukup tinggi. Ciri-ciri motivasi belajar seperti di atas akan sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran. Ciri-ciri motivasi belajar di atas yang akan digunakan dalam menyusun kisi-kisi instrumen angket untuk mengungkap salah satu variabel bebas dalam penelitian ini yaitu motivasi belajar. Hamzah B. Uno (2011: 23) menyebutkan indikator motivasi belajar yang berbeda, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

11 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3) Adanya harapan atau cita-cita masa depan 4) Adanya penghargaan dalam belajar 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik. Motivasi belajar yang tinggi dapat menggiatkan aktivitas belajar siswa. Motivasi tinggi dapat ditemukan dalam sifat perilaku siswa seperti yang dikemukakan Sugihartono dkk (2007: 78) antara lain pertama, adanya kualitas keterlibatan siswa dalam belajar yang sangat tinggi, kedua, adanya perasaan dan keterlibatan afektif siswa yang tinggi dalam belajar, dan ketiga, adanya upaya siswa untuk senantiasa memelihara atau menjaga agar senantiasa memiliki motivasi belajar tinggi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan ciri-ciri motivasi belajar yang tinggi timbul dapat dilihat dari ketekunan dalam dirinya dalam mengerjakan tugas, tidak putus asa jika menghadapi kesulitan, tertarik terhadap bermacam masalah dan memecahkannya, senang bekerja mandiri, bosan terhadap tugas rutin, dapat mempertahankan pendapat, dan tidak mudah melepaskan hal yang diyakini. Ciri-ciri motivasi belajar dapat diukur dari tekad yang kuat dalam diri siswa untuk belajar, berhasil, dan meraih cita-cita masa depan. Motivasi belajar juga dapat didorong dengan adanya penghargaan, kegiatan yang menarik, dan lingkungan yang kondusif dalam belajar. Seorang siswa yang senantiasa memiliki motivasi belajar tinggi, melibatkan diri aktif dalam kegiatan belajar, dan memiliki keterlibatan afektif yang

12 tinggi dalam belajar juga dapat dikatakan siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. c. Macam-macam Motivasi Belajar Pada dasarnya siswa memiliki bermacam-macam motivasi dalam belajar. Seperti yang dikemukakan Sugihartono dkk (2007: 78) membedakan macam-macam motivasi tersebut menjadi 4 golongan, yaitu: 1) Motivasi Instrumental Pada golongan ini, siswa belajar karena didorong oleh adanya hadiah atau untuk menghindari hukuman. 2) Motivasi Sosial Motivasi sosial berarti bahwa siswa belajar disebabkan adanya dorongan untuk penyelenggaraan tugas, dalam hal ini keterlibatan siswa pada tugas menonjol. 3) Motivasi Berprestasi Jenis motivasi ini, siswa belajar untuk meraih prestasi atau keberhasilan yang telah ditetapkannya. 4) Motivasi Instrinsik Motivasi siswa belajar karena keinginannya sendiri. Dari keempat jenis motivasi di atas sebaiknya dimiliki secara keseluruhan oleh siswa. Namun yang terpenting adalah motivasi/ keinginan yang muncul dari dalam dirinya untuk belajar, sehingga dengan adanya unsur kesengajaan dalam belajar pasti hasilnya akan lebih baik. d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Menurut Hamzah B. Uno (2011: 23) motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu pertama, hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, dan kedua, harapan akan cita-

13 cita. Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi motivasi belajar meliputi pertama adanya penghargaan, kedua, lingkungan belajar yang kondusif, dan ketiga, kegiatan belajar yang menarik. Jadi untuk meraih motivasi belajar yang tinggi bagi siswa, harus diperhatikan faktor yang mempengaruhinya baik intrinsik maupun ekstrinsik. Siswa harus menyadari dengan sengaja untuk melakukan kegiatan dan kebutuhan belajar untuk meraih tujuan (cita-cita yang hendak dicapai). Faktor ekstrinsik harus disertai penghargaan (pujian) jika siswa berprestasi, diperlukan lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Dalam hal ini peran orang tua diperlukan untuk menciptakan suasana yang kondusif dan membantu anaknya dalam belajar. e. Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar Sardiman A.M (2011: 92-95) mengungkapkan ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu: 1) Memberi Angka Angka ini berkaitan denga nilai yang diberikan guru dari kegiatan belajarnya. Siswa tentunya sangat terpikat dengan nilai-nilai ulangan atau raport yang tinggi. Nilai-nilai yang baik itu akan menjadikan motivasi yang kuat bagi para siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

14 2) Hadiah Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi bagi para siswa. Baik hadiah tersebut berasal dari sekolah kepada siswa yang berprestasi, maupun dari orang tua atau keluarga. 3) Saingan/ Kompetisi Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Baik persaingan individu maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Misalnya persaingan antara teman sebangku, jika si A mendapat nilai lebih baik dari pada si B, biasanya si B akan terdorong untuk dapat mengungguli si A. 4) Ego-involvement Bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri merupakan salah satu bentuk motivasi. Seseorang akan berusaha keras untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Para siswa akan belajar dengan keras untuk menjaga harga dirinya. 5) Memberi Ulangan Para siswa akan giat belajar jika mengetahui aka nada ulangan. Oleh karena itu, ulangan merupakan salah satu motivasi siswa untuk belajar. Jadi, guru harus terbuka memberitahukan kepada siswanya jika akan mengadakan ulangan.

15 6) Mengetahui Hasil Semakin mengetahui grafik hasi belajar, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat. 7) Pujian Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana menyenangkan dan mempertinggi semangat belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri. 8) Hukuman Hukuman sebagai reinforcement negative tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak akan dapat menjadi alat motivasi. Jadi guru harus mampu menerapkan prinsip-prinsip pemberian hukuman secara tepat. 9) Hasrat untuk Belajar Hasrat untuk belajar berarti pada diri siswa memang ada unsure kesengajaan dan maksud belajar, sehingga hasil belajar yang disertai tujuan belajar pasti hasilnya akan lebih baik. 10) Minat Proses belajar akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat terhadap pelajaran tersebut.

16 11) Tujuan yang Diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan menjadi motivasi yang penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, akan diarasa sangat berguna dan menguntungkan, sehingga akan timbul motivasi untuk terus belajar. f. Peranan Motivasi dalam Belajar Motivasi berkaitan dengan suatu tujuan. Sehubungan dengan hal tersebut Sardiman A.M (2011: 85) menyebutkan ada tiga fungsi motivasi, yaitu: 1) Mendorong manusia untuk berbuat, yang akan menjadi penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2) Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah yang hendak dicapai. 3) Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatanperbuatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai untuk mencapai tujuan, dengan mengesampingkan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada bebarapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran (Hamzah B. Uno, 2011: 27) antara lain dalam: 1) Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar 2) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai 3) Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar 4) Menentukan ketekunan dalam belajar. Dengan demikian peran motivasi dalam belajar yaitu sebagai pendorong siswa untuk berbuat ke arah tujuan yang hendak dicapai

17 dengan menyeleksi perbuatan yang bermanfaat untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga ketekunan dalam belajar akan terjadi. 2. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran Guru merupakan salah satu faktor utama yang sangat menentukan dalam proses pempelajaran. Wina Sanjaya (2008: 52) mengungkapkan, dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). Dalam pembelajaran IPS pun demikian, peran guru tidak hanya mentransfer knowledge, tetapi juga transfer of values, sehingga dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa. Menurut Sardiman A.M (2011: 144) merincikan peranan guru dalam kegiatan belajar-mengajar sebagai berikut: a. Informator Peranan guru sebagai informator dimaksudkan bahwa guru sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum kepada siswanya. Dalam proses pembelajaran guru menyampaikan informasi berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun nilai-nilai kepada siswanya. b. Organisator Sebagai organisator guru mempunyai peranan sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat

18 mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa. Peranan guru dalam mengorganisasikan materi tercermin dalam pengelolalan kelas yang mencakup tata ruang kelas dan dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan. c. Motivator Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses pembelajaran. Peranan guru sebagai motivator ini sangat penting dalam interaksi belajar-mengajar, karena menyangkut esensi guru sebagai pendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri. d. Pengarah/ direktor Peran guru sebagai pengarah/direktor harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicitacitakan seperti semboyan handayani. e. Inisiator Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Ideide tersebut merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak

19 didiknya yang termasuk dalam lingkup semboyan ing ngarso sung tulodo. f. Transmitter Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan. g. Fasilitator Guru berperan sebagai fasilitator akan memberikan fasilitas dan kemudahan dalam proses pembelajaran, misalnya dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar-mengajar akan berlangsung efektif. Hal ini bergayut dengan semboyan Tut Wuri Handayani. h. Mediator Guru sebagai mediator dapat diartikan sebeagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar tentang topik permasalahan dalam kegiatan diskusi siswa. i. Evaluator Peran sebagai evaluator, guru menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, terutama yang menyangkut perilaku dan values yang ada pada masing-masing pelajaran. Berdasarkan uraian di atas peran guru dalam proses pembelajaran adalah perilaku seorang guru dalam menjalankan hak dan kewajibannya dalam proses pembelajaran. Peran guru dalam proses pembelajaran

20 tidaklah mudah. Guru IPS yang berkualitas harus mampu menjalankan kesembilan peranan di atas dalam proses pembelajaran. 3. Prestasi Belajar IPS a. Hakekat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Trianto (2010: 171) mengemukakan IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang ilmu-ilmu sosial tersebut. Muhammad Numan Sumantri (2001: 74) memberikan penjelasan Pendidikan IPS adalah suatu synthetic discipline yang berusaha untuk mengorganisasikan dan mengembangkan substansi ilmu-ilmu sosial secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Etin Solihatin&Raharjo (2008: 15) mengungkapkan pada dasarnya tujuan pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, dijelaskan bahwa pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Dalam Permendiknas juga ditegaskan bahwa mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif,

21 dan terpadu. Makna terpadu dalam pembelajaran IPS adalah keterkaitan antar dimensi kehidupan (alam, sosial, ekonomi, budaya, politik, dan sejarah) yang tertuang dalam Standar Isi IPS, sehingga melahirkan konsep, tema atau topik pembelajaran. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, dan warga negara yang cinta damai. Selain itu, siswa diharapkan mampu menjadi problem solver terhadap masalah atau fenomena sosial di masyarakat dengan melihat dari berbagai aspek disiplin-disiplin ilmu sosial tersebut (Supardi, 2011: 183-193). Berdasarkan uraian di atas IPS merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya yang bertujuan untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. b. Pengertian Prestasi Belajar IPS Menurut Tohirin (2008: 151) prestasi belajar diperoleh dari apa yang telah dicapai oleh siswa setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Prestasi belajar berkaitan dengan nilai yang diberikan guru untuk mengetahui hasil akhir dalam waktu tertentu. Prestasi belajar juga merupakan pengukuran kemampuan siswa mata pelajaran tertentu

22 yang biasanya ditunjukkan dalam bentuk nilai atau huruf oleh guru yang bersangkutan. Menurut Oemar Hamalik (2004: 30) prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misal dari tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti. Sumadi Suryabrata (2006: 297) mengungkapkan prestasi belajar sebagai nilai yang merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh guru terkait dengan kemajuan atau prestasi belajar siswa dalam waktu tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan prestasi belajar IPS merupakan hasil akhir yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar IPS yang berbentuk nilai. Hasil tersebut akan dituliskan dalam bentuk nilai angka maupun huruf melalui evaluasi belajar. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar IPS yang dicapai oleh siswa, dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari diri individu siswa (intern) maupun dari luar dirinya (ekstern). Menurut M. Ngalim Purwanto (2006: 102) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: 1) Faktor yang ada apada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual, antara lain: faktor kematangan/ pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. 2) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial, antara lain: faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara

23 mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial. Winkel W. S. (2004: 135) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu: 1) Faktor yang berasal dari dalam siswa terdiri dari: a) Intelektual (intelegensi, kemampuan belajar, dan cara belajar) b) Non intelektual (motivasi belajar, sikap, perasaan, minat, dan persepsi). 2) Faktor yang berasal dari luar diri siswa: a) Faktor pengetahuan belajar di sekolah (kurikulum, disiplin, sekolah, guru, fasilitas belajar, dan pengelompokan siswa). b) Fasilitas sosial sekolah (sistem sosial, status sosial siswa, dan interaksi guru dan siswa). c) Fasilitas situasional (keadaan poilitik, keadaan ekonomi, keadaan waktu dan tempat). Berdasarkan uraian faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar di atas, akan diteliti faktor yang berasal dari dalam diri (intern) siswa yaitu motivasi belajar, dan faktor yang berasal dari luar diri (ekstern) siswa yaitu guru yang lebih dikerucutkan yaitu peran guru dalam proses pembelajaran. d. Mengukur Prestasi Belajar IPS Prestasi belajar siswa perlu diketahui baik oleh guru maupun siswa untuk mengetahui bagaimana hasil proses pembelajaran dari

24 guru dan bagi siswa untuk mengetahui tingkat pencapaian belajar mereka. Benjamin Bloom (Nana Sudjana, 2005: 22) secara garis besar membagi menjadi tiga ranah atau aspek yang perlu dilihat untuk menilai tingkat prestasi belajar yang dapat dicapai oleh siswa yaitu: 1) Ranah Kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pengukuran ini dapat dilaksanakan setiap saat melalui tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan. 2) Ranah Afektif Sasaran pengukuran penilaian afektif adalah sikap dan nilai siswa yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban, atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Pengukuran ranah afektif lebih sulit dibandingkan mengkur ranah kognitif, sebab guru harus memperhatikan berbagai tingkah laku siswa, misalnya kedisiplinan, sikap menghargai guru dan teman dalam kelas, kebiasaan atau cara belajar, dan sebagainya. 3) Ranah Psikomotorik Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak siswa, yang meliputi enam tingkatan keterampilan yaitu: (a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).

25 (b) Keterampilan pada gerakan-gerakan sadar. (c) Kemampuan perceptual, seperti membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain. (d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan. (e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks. (f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi seperti ekspresif dan interpretatif. Cara yang paling tepat untuk mengevaluasi aspek psikomotorik adalah melalui observasi. Di antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Namun seharusnya guru tidak hanya menilai dari aspek kognitif saja, apalagi untuk mengukur prestasi belajar IPS yang mengandung nilai-nilai dan keterampilan sosial di dalamnya. Guru harus menilai berbagai tingkah laku (afektif) dan keterampilan (psikomotorik) siswa. Dalam penelitian ini untuk mengukur prestasi belajar IPS yang diperoleh dari dari nilai rapor IPS kelas VIII semester ganjil tahun ajaran 2012/ 2013.

26 B. Penelitian yang Relevan Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, antara lain: 1. Penelitian Tesis Dewi Agustiana Wati (2011) dengan judul Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Pengelolaan Kelas, Motivasi Belajar, dan Kebiasaan Membeca dengan Prestasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas X SMA Negeri di Kecamatan Sleman Tahun Pelajaran 2010/2011, yang menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi pembelajaran bahasa Indonesia dengan nilai signifikansi 0,010 dan koefisien korelasi 0,277. Kesamaan dengan penelitian ini adalah salah satu variabel bebasnya adalah motivasi belajar dan variabel terikatnya yaitu Prestasi Belajar. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian di atas merupakan tesis, variabel bebas yang lain (Pengelolaan Kelas dan Kebiasaan Membaca), waktu dan tempat pelaksanaan, dan mata pelajaran yang berbeda. 2. Penelitian Ari Setyawati (2010) dengan judul Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Peran Guru dalam Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Godean Tahun Ajaran 2009/ 2010, yang menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Akuntansi, yang ditunjukkan dari harga r hitung lebih besar dari r table dengan N=108 pada taraf signifikansi 5% (0, 537>0, 195), terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara peran

27 guru dalam proses pembelajaran dengan Prestasi Belajar Akuntansi dengan harga r hitung lebih besar dari r tabel (0, 572>0, 195), dan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Motivasi Berprestasi dan Peran Guru dalam Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Akuntansi, yang ditunjukkan dari harga F hitung 49, 340 lebih besar dari harga F tabel 3, 09 dan besarnya koefisien korelasi ganda (R) sebesar 0, 696. Persamaan dengan penelitian ini adalah salah satu variabel bebasnya adalah yaitu Peran Guru dalam Proses Pembelajaran dan variabel terikatnya yaitu Prestasi Belajar. Perbedaannya adalah penelitian di atas hanya meneliti Hubungan antara varaibel bebas dengan variabel terikat, sedangkan penelitian ini meneliti Pengaruh antara varaibel bebas terhadap variabel terikat, variabel bebas yang lain (Motivasi Berprestasi), waktu dan tempat pelaksanaan, dan mata pelajaran yang berbeda. 3. Penelitian Atin Puji Astutik (2011) dengan judul Pengaruh Persepsi Siswa tentang Penggunaan Media Pembelajaran dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI Program IPS SMA Negeri 1 Sewon Bantul Tahun Ajaran 2010/ 2011, yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi, yang ditunjukkan dengan koefesien korelasi (r x1y ) sebesar 0, 396, koefisien determinasi (r 2 x1y) sebesar 0, 157, t hitung = 4, 024 > t tabel = 2, 000. Persamaan dengan penelitian ini ialah satu variabel bebasnya adalah motivasi belajar dan variabel terikatnya yaitu Prestasi Belajar. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian di atas

28 merupakan tesis, variabel bebas yang lain (Penggunaan Media), waktu dan tempat pelaksanaan, dan mata pelajaran yang berbeda. C. Kerangka Pikir Dari kajian teori dan penelitian yang relevan di atas, maka dalam penelitian ini digunakan kerangka pikir seperti di bawah ini: 1. Pengaruh Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar IPS Motivasi belajar merupakan salah satu faktor pendorong yang berasal dari dalam individu siswa untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi. Motivasi belajar adalah suatu daya penggerak atau dorongan yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan suatu pekerjaan yaitu belajar. Jika dorongan siswa untuk belajar IPS tinggi, akan berdampak siswa tersebut bersemangat mengikuti mata pelajaran IPS, sehingga prestasi belajar IPS pun tinggi. 2. Pengaruh Peran Guru dalam Proses Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar IPS Peranan guru dalam proses pembelajaran sangatlah penting dalam menentukan kualitas suatu pembelajaran. Jika seorang guru mampu menjalankan peranannya dalam proses pembelajaran dengan baik, maka akan menghasilkan kualitas pembelajaran yang baik. Pembelajaran yang baik dapat ditunjukkan dengan antusiasme dan motivasi siswa dalam belajar. Jika motivasi belajar siswa tinggi maka akan mempengaruhi prestasi belajar yang baik pula.

29 3. Pengaruh Motivasi Belajar dan Peran Guru dalam Proses Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar IPS Motivasi belajar yang tinggi dan didukung peran guru dalam proses pembelajaran dapat mengkatkan keberhasilan belajar siswa. Adanya motivasi belajar yang tinggi akan lebih meningkatkan prstasi belajar IPS siswa. Ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi di antaranya tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, dan senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Peranan guru dalam proses pembalajaran mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar siswa. Guru yang mampu menjalankan peranannya dalam proses pembelajaran yang baik dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Motivasi belajar dan peran guru dalam proses pembelajaran merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Seorang siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi dan didukung oleh peran guru dalam proses pembelajaran yang baik akan menghasilkan prestasi belajar IPS yang tinggi pula. Kerangka pikir di atas akan digambarkan dalam diagram alur pikir di bawah ini:

30 Motivasi Belajar Peran Guru dalam Proses Pembelajaran 1. Ketekunan dalam menghadapi tugas 2. Ulet menghadapi kesulitan 3. Keinginan yang tinggi dalam mengikuti pelajaran 4. Lebih senag bekerja mandiri 5. Berpartisipasi sebaik mungkin dalam pembelajaran. 6. Dapat mempertahankan pendapatnya. 7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini 8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal 1. Informator 2. Organisator 3. Motivator 4. Pengarah/ direktor 5. Inisiator 6. Transmitter 7. Fasilitator 8. Mediator 9. Evaluator Gambar 1. Diagram Alur Pikir D. Paradigma Penelitian Berpengaruh terhadap Prestasi Belajar IPS Penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas diberi simbol X dan variabel terikat diberi simbol Y. Dua variabel bebas yaitu motivasi belajar yang diberi simbol X 1 dan peran guru dalam proses pembelajaran yang diberi simbol X 2. Prestasi belajar IPS berkedudukan sebagai variabel terikat atau variabel tergantung yang diberi simbol Y. Hubungan variabel penelitian atau prosedur kerja penelitian untuk

31 memecahkan masalah penelitian. Paradigma penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Y Gambar 2. Paradigma Penelitian Keterangan: X 1 X 2 Y : variabel motivasi belajar : variabel peran guru dalam proses pembelajaran : variabel prestasi belajar IPS ------ : Pengaruh antara variabel bebas secara bersama-sama dengan variabel terikat : Pengaruh antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Ho: tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas VIII SMP se-kecamatan Berbah tahun ajaran 2012/ 2013.

32 Ha: terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas VIII SMP se-kecamatan Berbah tahun ajaran 2012/ 2013. 2. Ho: tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara peran guru dalam proses pembelajaran terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas VIII SMP se-kecamatan Berbah tahun ajaran 2012/ 2013. Ha: terdapat pengaruh positif dan signifikan antara peran guru dalam proses pembelajaran terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas VIII SMP se-kecamatan Berbah tahun ajaran 2012/ 2013. 3. Ho: tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi belajar dan peran guru dalam proses pembelajaran terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas VIII SMP se-kecamatan Berbah tahun ajaran 2012/ 2013. Ha: terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi belajar dan peran guru dalam proses pembelajaran terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas VIII SMP se-kecamatan Berbah tahun ajaran 2012/ 2013.