Kajian Pengawasan Indikator Kinerja Keselamatan Radiasi Lingkungan Pada Reaktor Nuklir

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

KAJIAN PENERAPAN INDIKATOR KINERJA KESELAMATAN PADA REAKTOR RISET DI INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2012

KAJIAN BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN UNTUK CALON PLTN AP1000

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PE E TUA SOURCE-TERM TAHU A DI REAKTOR GA. SIWABESSY

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TINGKAT KLIERENS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS DEBU DI UDARA DAERAH KERJA PPGN TAHUN 2011

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET

Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012 ISSN

2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGENDALIAN PERSONEL DI PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG TAHUN 2005

ANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI RSG GAS

PEMANTAUAN DOSIS RADIASI INTERNAL DENGAN WBC UNTUK PEKERJA PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF SERPONG TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI LINGKUNGAN DI PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR TAHUN 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SISTEM PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT, CAIR DAN GAS. Arifin Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

KAJIAN PROTEKSI RADIASI DALAM PENGOPERASIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) BERDASARKAN NS-G-2.7

PEMANTAUAN RADIOEKOLOGI KELAUTAN DI SEMENANJUNG LEMAHABANG, JEPARA TAHUN 2005

PEMANTAUAN TERPUSAT KONTINYU PAPARAN RADIASI UDARA AMBIEN KAWASAN NUKLIR SERPONG

KAJIAN PERPANJANGAN UMUR OPERASI REAKTOR RISET DI INDONESIA

FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

EVALUASI KINERJA SISTEM KESELAMATAN REAKTOR RSG-GAS SELAMA BEROPERASI 25 TAHUN

PELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI

PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DARI PENIMBUL KE INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Arifin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif -BATAN

EVALUASI KESELAMATAN RADIASI PENGUNJUNG DI TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH RADIOAKTIF

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

Paparan radiasi dari pekerja radiasi sejak tahun berdasarkan kriteria dan lama kerja

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

2015, No Tenaga Nuklir tentang Penatalaksanaan Tanggap Darurat Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 te

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten

EVALUASI LEGALISASI KEGIATAN PENGENDALIAN DAERAH KERJA RADIASI DI LINGKUNGAN RSG-GAS

KAJIAN DAMPAK PENERAPAN BSS-115 DI FASILITAS RADIOTERAPI DAN INDUSTRI DI INDONESIA

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGENDALIAN PAPARAN RADIASI NEUTRON DI KANAL HUBUNG PRSG PSTBM PADA SAAT REAKTOR RSG-GAS BEROPERASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGEMBANGAN PENGENDALIAN PROTEKSI RADIASI DAERAH KERJA, PERSONIL DAN LINGKUNGAN DI PTLR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PEMANTAUAN LlNGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2006

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

TINJAUAN PROGRAM PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM FRZR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN PENGAWASAN TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN PENGAWASAN PLTN

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT TINGGI DAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS DI PTNBR

DEKONTAMINASI MIKROSKOP OPTIK HOTCELL 107 INSTALASI RADIOMETALURGI DENGAN CARA KERING

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

FORMAT DAN ISI LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN DEKOMISIONING. A. Kerangka Format Laporan Pelaksanaan Kegiatan Dekomisioning URAIAN INSTALASI

HUKUM KETENAGANUKLIRAN; Tinjauan dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja, oleh Eri Hiswara Hak Cipta 2014 pada penulis

SISTEM PELAPORAN KEJADIAN DI RSG GAS

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan ISSN 1693 4393 Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia Yogyakarta, 26 Januari 2010 Kajian Pengawasan Indikator Kinerja Keselamatan Radiasi Lingkungan Pada Reaktor Nuklir Yusri Heni N.A. 1, Dedi Hermawan 1, Slamet Suprianto 2, Rini Heroe 3 1 P2STPIBN - Badan Pengawas Tenaga Nuklir 2 PRSG Badan Tenaga Nuklir Nasional 3 PTNBR Badan Tenaga Nuklir Nasional Abstrak Keselamatan radiasi lingkungan merupakan salah satu indikator kinerja keselamatan pada reaktor nuklir yang ditujukan untuk memantau keselamatan publik dan menjaga agar pelepasan efluen radiologis di sekitar tapak reaktor nuklir tidak melebihi nilai batas dosis yang ditetapkan. Setiap pemegang izin pengoperasian reaktor nuklir setiap tiga bulan diwajibkan untuk melakukan pemantauan radioaktivitas lingkungan termasuk jumlah dan aktivitas efluent udara, cair dan padat akibat pengoperasian reaktor nuklir tersebut kepada Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), kemudian diverifikasi melalui inspeksi yang dilakukan oleh inspektur BAPETEN. Kajian pengawasan indikator kinerja keselamatan radiasi lingkungan ini ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan obyektivitas proses pengawasan sehingga sumber daya pengawasan memiliki kaitan yang jelas dengan kinerja keselamatan pemegang ijin dan lebih difokuskan pada kinerja keselamatan yang mempunyai dampak lebih besar. Kajian ini menghasilkan indikator strategis yaitu jumlah kejadian efluen radiologis dari reaktor nuklir yang melibatkan dosis melebihi ketentuan yang telah ditetapkan. Indikator spesifik yg merupakan parameter penilaian yang langsung dapat terukur terdiri dari Noble gas yang terlepas dari reaktor ke atmosfir (GBq); Iodine yang terlepas ke atmosfer (MBq); Limbah radioaktif cair yang dibuang (m 3 ); Limbah radioaktif padat yang dihasilkan (m 3 ); hasil pemantauan radioaktivitas di lingkungan reaktor nuklir tidak melebihi ketentuan. Penilaian indikator kinerja keselamatan radiasi lingkungan secara kualitatif dihasilkan lima tingkat. Dari hasil analisis terhadap data indikator spesifik yang terukur pada tahun 2007, 2008, 2009 maka dapat disimpulkan bahwa indikator kinerja keselamatan radiasi lingkungan reaktor nuklir RSG-GAS masuk pada peringkat B atau Hijau atau IV. Hal ini menunjukkan tidak ada kejadian yang menunjukkan kondisi aman bagi publik tidak ada nilai dosis yang melebihi ketentuan, namun masih perlu ditingkatkan. Kata Kunci : Reaktor Nuklir, Keselamatan Radiasi Lingkungan Abstract Environmental radiation safety is one of safety performance indicator at nuclear reactors are intended to monitor safety of public and keeping the radiological effluent discharge site around nuclear reactor does not exceed the value specified dose limits. Each nuclear reactor operation, every three months are required for monitoring environmental radioactivity, including the number and activity effluent air, liquid and solid due to the operation of nuclear reactors to the Nuclear Energy Regulatory Agency (BAPETEN), and then verified through inspections conducted by inspectors BAPETEN. Regulatory assessment of performance indicators in environmental radiation safety is intended to enhance the effectiveness and objectivity of regulatory processes, so that regulatory resources have a clear connection with the safety performance of permit holders and to be more focused on safety performance that has a greater impact to the worker, public and environment. The result of this assesment is stratejik indicator of the number of event radiological effluents from nuclear reactor involving doses exceeding the requirement. The specific indicators is a direct parameters that can be measured consist s of the noble gases released from the reactor into the atmosphere (GBq); Iodine released into the atmosphere (Mbq); liquid radioactive waste discharged (m 3 ); solid radioactive waste produced (m 3 ); results of environmental monitoring of radioactivity in a nuclear reactor does not exceed the requirements. The result of assessment of environmental radiation safety performance indicators has qualitative five levels. From the analysis of data specific indicators measured in 2007, 2008, 2009 it can be concluded that indicators of environmental radiation safety performance of nuclear reactors in RSG-GAS at the rank B or Green. This shows there is no event that indicates a safe condition for the public there is no dose values that exceed from requirement but still needs to be improved. Keywords: Nuclear Reactor, Environmental Radiation Safety. I02-1

1. PENDAHULUAN Setiap pengoperasian reaktor nuklir diwajibkan untuk melakukan pemantauan keselamatan radiasi dan radioaktivitas lingkungan sebagai salah satu upaya untuk mendeteksi secara dini dan mengendalikan dampak radiologi pengoperasian reaktor nuklir terhadap masyarakat dan kualitas lingkunganhidup. Hasil pemantauan radiasi lingkungan ini sebagai bukti dalam menilai ketaatan pemegang ijin pengoperasian reaktor nuklir terhadap peraturan-perundang-undangan. Badan Pengawas Tenaga Nuklir ( BAPETEN ) melakukan inspeksi terhadap indikator kinerja keselamatan radiasi lingkungan ini untuk memastikan bahwa ketentuan keselamatan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan telah dipatuhi. Pengawasan dilakukan untuk memberikan proteksi yang memadai bagi kesehatan dan keselamatan bagi pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup. Dari hasil laporan pemantauan keselamatan radiasi lingkungan dari pemegang ijin reaktor nuklir serta hasil verifikasi yg dilakukan melalui inspeksi maka proses pengawasan BAPETEN akan difokuskan pada reaktor nuklir yang mempunyai kinerja keselamatan radiasi lingkungan yang menunjukkan resiko yang lebih tinggi atau melebihi batas ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan. Pengawasan indikator kinerja keselamatan radiasi lingkungan ini telah dilakukan oleh badan pengawas beberapa negara sepeti USNRC-USA, CNSC-Canada, Swiss Nuclear Inspektorat, dll. Kajian pengawasan indikator kinerja keselamatan radiasi lingkungan ini ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan obyektivitas proses pengawasan sehingga sumber daya pengawas memiliki kaitan yang jelas dengan kinerja keselamatan pemegang ijin dan lebih difokuskan pada kinerja keselamatan yang mempunyai dampak lebih besar. Indikator kinerja keselamatan radiasi lingkungan ini akan memberikan informasi yang berharga dalam pengelolaan kinerja keselamatan radiasi lingkungan reaktor nuklir yang efektif, serta meningkatkan citra baik pemegang ijin reaktor nuklir di kalangan pemerintah dan badan pengawas, konsumen, mitra kerja dan masyarakat. 2. TEORI 2.1. Ketentuan Keselamatan Radiasi Lingkungan Setiap kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus berwawasan lingkungan untuk menjaga keserasian hubungan yang dinamis antara berbagai kegiatan pemanfaatan tersebut dengan fungsi lingkungan hidup, oleh karenanya setiap pemegang ijin terutama reaktor nuklir harus melakukan pemantauan lingkungan. Pemantauan lingkungan disekitar tapak reaktor nuklir yang penting adalah pemantauan kualitas efluen atau limbah radioaktif dan pemantauan kualitas ambien. Ambien adalah komponen lingkungan seperti air, udara, tanah, flora dan fauna. Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya semua makhluk hidup membutuhkan kualitas lingkungan hidup yang memadai. Limbah yang akan dilepas harus diolah terlebih dahulu untuk menjaga kualitas lingkungan hidup agar tetap berada pada batas toleransi baku mutu radioaktivitas lingkungan. Baku Tingkat Radioaktivitas adalah nilai batas yang dinyatakan dalam Kadar Tertinggi yang Diizinkan (KTD) yaitu batas kadar radionuklida yang diperbolehkan terdapat di lingkungan, namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan, dan atau benda. Sedangkan Pengawasan adalah tindakan yang bertujuan agar dalam pemanfaatan zat radioaktif dapat mencapai prinsip keselamatan radiasi yaitu manfaat yang sebesar-besarnya dan risiko yang sekecil-kecilnya. Berdasarkan program proteksi radiasi yang tercantum dalam Peraturan Kepala BAPETEN No. 10 Th '99 tentang Pengoperasian Reaktor Penelitian, organisasi pengoperasi harus bertanggung-jawab atas pengendalian yang memadai terhadap jumlah zat radioaktif yang terlepas ke lingkungan dari reaktor penelitian dan terhadap tingkat dosis radiasi di luar tapak. Program proteksi radiasi harus memuat upaya yang memadai untuk membatasi paparan personil tapak dan masyarakat umum, menjamin dilakukan survei dan pemantauan radiologi, melengkapi pengawasan radiologi lingkungan, serta mendeteksi dan mencatat pelepasan bahan radioaktif. Reaktor nuklir dioperasikan sedemikian sehingga memperkecil produksi limbah radioaktif dalam segala jenis, mengurangi pelepasan dan mempermudah penanganan dan penyimpanan limbah. Pelepasan efluen radioaktif harus dipantau dan dicatat dalam rangka memverifikasi kesesuaiannya dengan kondisi dan batasan peraturan yang berlaku dan dilaporkan secara berkala ke BAPETEN. Berdasarkan IAEA WSG 2.3. Regulatory Control of Radioactive Discharges to the Environment yang kemudian diadopsi dalam SK Ka.BAPETEN Nilai batas dosis untuk anggota masyarakat untuk penyinaran seluruh I02-2

tubuh ditetapkan dengan ketentuan dosis efektif sebesar 1 msv pertahun. Sedangkan untuk penyinaran terhadap organ atau jaringan tubuh tertentu ditetapkan dengan ketentuan dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 msv pertahun dan untuk kulit sebesar 50 msv pertahun. Pemegang Izin dalam melakukan pemantauan radioaktivitas lingkungan di luar fasilitas atau instalasi dilaksanakan secara terus menerus, berkala, dan/atau sewaktu waktu sesuai dengan jenis Sumber yang digunakan. Pembatas Dosis radioaktivitas lingkungan wajib ditetapkan oleh Pemegang Izin pada seluruh tahap Pemanfaatan Tenaga Nuklir untuk anggota masyarakat dan pekerja radiasi. Kriteria yang digunakan untuk mengendalikan efluen cair dan airbone ke lingkungan menggunakan Pembatasan Dosis efektif individu ditetapkan sebesar 0.3 msv pertahun. Untuk efluent padat, kriteria klierens ditetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa dosis efektif individu yang ditimbulkan terhadap kelompok kritis tidak melebihi 10 µsv/th. Untuk memastikan bahwa ketentuan keselamatan radiasi lingkungan ini dilaksanakan dengan benar, seksama dan penuh tanggungjawab oleh pemegang ijin reaktor nuklir, maka dilakukan Pengawasan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Model Pengawasan terhadap kinerja keselamatan radiasi lingkungan akan memberikan informasi yang berharga dalam pengelolaan kinerja keselamatan reactor nuklir yang efektif, dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pengawasan keselamatan radiasi lingkungan. Dalam hal ini fokus pengawasan pada reactor nuklir yg mempunyai bahaya lebih besar dan lebih dominan ke reactor yg sedang bermasalah dengan kinerjanya dengan menggunakan pengukuran yang obyektif, secara tepat waktu dan mudah dipahami. Dengan demikian maka respon terhadap pelanggaran mudah diprediksi mencerminkan dampak pelanggaran keselamatan yg potensial. Indikator kinerja keselamatan radiasi lingkungan ini juga digunakan sebagai dasar bagi pemegang ijin untuk melakukan peningkatan kinerja keselamatan selaras dengan hasil pelaksanaan pengawasan yang berbasis pada penerapan kinerja keselamatan reaktor riset. 2.2. Indikator Kinerja Keselamatan Radiasi Lingkungan di Beberapa Negara Badan Pengawas Tenaga Nuklir Amerika Serikat USNRC, menetapkan salah satu indikator kinerja keselamatan reaktor nuklir adalah Keselamata radiasi publik, dalam hal ini pemegang ijin diwajibkan untuk melaporkan pelepasan zat radioaktif ke lingkungan kepada USNRC menurut ketentuan peraturan yang berlaku dan kondisi ijin. Sedangkan Badan Pengawas Tenaga Nuklir Canada CNSC menetapkan indicator kinerja perlindungan lingkungan melalui penerapan system manajemen lingkungan yang mencakup : Sistem perlindungan lingkungan; Pengurangan emisi/ buangan; Pencegahan polusi. Berdasarkan program IAEA Integrated Safety Evaluation atau ISE, aspek keselamatan radiasi lingkungan ini termasuk dalam program proteksi radiasi, dalam hal ini program proteksi radiasi memberikan penekanan pada pencapaian prinsip ALARA diterapkan terhadap pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan. Atribut yang dikehendaki termasuk: Terdapat Sebuah program proteksi radiasi dan diterapkan secara memadai; dan Terdapat Pemantauan radiologis dan program pengendalian yang memadai dan diterapkan. Indikator Kinerja Keselamatan Radiasi Lingkungan yang ditetapkan oleh program Integrated Review Safety of Research Reactor (IRSRR-IAEA ) adalah : - Noble gas yang terlepas dari reaktor ke atmosfir (GBq) - Iodine yang terlepas ke atmosfer (MBq) - Limbah radioaktif cair yang dibuang (m 3 ) - Limbah radioaktif padat yang dihasilkan (m 3 ) 3. TATA KERJA / METODOLOGI Metodologi dari kajian indikator kinerja keselamatan pada reaktor nuklir ditinjau dari aspek keselamatan radiasi lingkungan ini adalah sebagai berikut : a. Melakukan kajian terhadap Tecdoc 1141 IAEA, kemudian belajar dari pengalaman beberapa negara Amerika, Canada, Korea, Australia, Swiss dan WANO dalam menerapkan indikator kinerja keselamatan reaktor nuklir. b. Melakukan kajian terhadap penerapan penilaian kinerja keselamatan pada berbagai bidang industri yang beresiko tinggi yaitu penilaian berdasarkan Health safety and Environment (HSE), Penilaian indikator kinerja keselamatan dari aspek lingkungan yang dilakukan oleh PROPER KLH, penilaian kinerja berdasarkan BSC, Malcom betrich, dan program expert choise. c. Melakukan kajian terhadap implemetasi pelaksanaan inspeksi keselamatan terhadap reaktor nuklir dari aspek keselamatan I02-3

radiasi lingkungan. d. Melakukan kajian terhadap semua peraturan terkait dengan keselamatan reaktor nuklir yang saat ini diberlakukan oleh BAPETEN. e. Melakukan identifikasi terhadap parameter indikator kinerja keselamatan reaktor nuklir pada ketiga reaktor riset di Indonesia. f. Melakukan survey terhadap penerapan penilaian indikator kinerja keselamatan. g. Melakukan hasil analisis dan pembahasan baik dengan nara sumber maupun inspektur keselamatan nuklir BAPETEN. h. Kesimpulan dan rekomendasi tindak lanjut hasil kajian untuk mendukung efektifitas pelaksanaan pengawasan reaktor nuklir dari aspek keselamatan radiasi lingkungan. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Identifikasi Indikator Stratejik dan Indikator Spesifik Berdasarkan kajian terhadap penerapan indikator kinerja keselamatan terhadap reaktor nuklir dibeberapa negara serta indikator kinerja keselamatan dari IAEA, dan setelah dilakukan kajian dan identifikasi penerapan indikator kiinerja keselamatan reaktor riset di ketiga reaktor riset di Indonesia (Triga 2000, Reaktor Kartini, RSG-GAS ) kemudian disesuaikan dengan lingkup pengawasan, maka dihasilkan indikator kinerja keselamatan keseluruhan untuk keselamatan radiasi lingkungan. Indikator kinerja keselamatan radiasi lingkungan ini memantau keselamatan publik dan menjaga agar pelepasan efluen radiologis di sekitar tapak reaktor nuklir agar tidak melebihi nilai batas dosis yang ditetapkan. Indikator stratejiknya adalah Jumlah kejadian efluen radiologis dari reaktor nuklir yang melibatkan dosis melebihi nilai efluen indikator. Sedangkan indikator spesifik yang dapat terukur meliputi : - Noble gas yang terlepas dari reaktor ke atmosfir (GBq) - Iodine yang terlepas ke atmosfer (MBq) - Limbah radioaktif cair yang dibuang (m 3 ) - Limbah radioaktif padat yang dihasilkan (m 3 ) - Hasil pemantauan radioaktivitas lingkungan yang melebihi ketentuan 4.2. Hasil Kajian Kriteria Penilaian dan Pemeringkatan Secara Kualitatif Dengan mempelajari kriteria penilaian kinerja keselamatan dan keamanan yang telah diterapkan oleh CNSC, USNRC, ISE-IAEA, HSE, PROPER maupun Malcom Beatrich, disusunlah kriteria pemeringkatan penilaian kinerja secara kualitatif yang dapat dipilih/ditentukan berdasarkan Huruf Warna - Tingkat beserta kesetaraannya yang dikelompokkan seperti tabel berikut ini : Tabel 1. Penilaian Kinerja berdasarkan Huruf- Warna-Tingkat No. HURUF WARNA TINGKAT /ISE 1. A Emas V 2. B Hijau IV 3. C Biru III 4. D Kuning II 5. E Merah I Penilaian kinerja keselamatan dan keamanan reaktor riset secara kualitatif dilakukan untuk masing-masing stratejik indikator yang ditetapkan. Kriteria untuk pemeringkatan berdasarkan alphabet dan warna serta tingkat untuk stratejik indikator. Sedangkan penilaian spesifik indikator yang langsung dapat terukur sesuai dengan parameter yang ada merupakan bagian dari penilaian stratejik indikator. Peringkat A ~ Emas ~ Tk V Pada peringkat ini kondisi Keselamatan Radiasi Lingkungan diatas ketentuan yang disyaratkan. Laporan hasil inspeksi menunjukkan bahwa hasil pengelolaan dan pemantauan Keselamatan Radiasi Lingkungan telah dilaksanakan secara konsisten dan melampaui ekspektasi peraturan BAPETEN. Pada kondisi ini setiap permasalahan yang timbul dari pengelolaan radiasi lingkungan dapat diselesaikan dengan segera tanpa mengakibatkan dampak negatif kepada pekerja radiasi, masyarakat dan lingkungan disekitar instalasi. Alat pemantau radioaktivitas udara kontinyu bekerja dengan sangat baik dan terkalibrasi. Pemegang ijin telah berhasil dengan sangat baik mengelola efluen limbah baik limbah radioaktif padat cair, gas maupun gas sehingga seluruh jenis lepasan efluen radioaktif ke lingkungan tetap berada dibawah standar setempat yang berlaku dan sangat memenuhi persyaratan BAPETEN. Kondisi ini sangat memungkinkan untuk menjadi contoh bagi pengelolaan keselamatan radiasi lingkungan di instalasi sejenis. I02-4

Peringkat B~ Hijau ~ Tk IV Pada peringkat ini kondisi Keselamatan Radiasi Lingkungan sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan. Laporan hasil inspeksi menunjukkan bahwa hasil pengelolaan dan pemantauan Keselamatan Radiasi Lingkungan telah dilaksanakan secara konsisten dan menuhi ketentuan BAPETEN. Permasalahan yang timbul dari pengelolaan radiasi lingkungan dapat diselesaikan dengan memenuhi ketentuan persayaratan ada sehingga keselamatan pekerja radiasi, masyarakat dan lingkungan disekitar instalasi tetap terjaga. Volume limbah radioaktif padat pada umumnya naik namun paparan masih terjaga pada batas aman. Pemegang ijin telah berhasil dengan sangat baik mengelola efluen limbah gas sesuai dengan persayaratan BAPETEN, sedangkan pengelolaan limbah padat dan cair lepasan efluen radioaktif ke lingkungan tetap berada dibawah standar setempat yang berlaku dan telah memenuhi persyaratan minimal BAPETEN..Kondisi ini sangat baik karena upaya meminimalkan dampak negatif dari pengelolaan keselamatan radiasi lingkungan berjalan bagaimana semestinya. maupun persyaratan BAPETEN. Pada tahap ini pemegang ijin telah mengupayakan pengelolaan keselamatan radiasi lingkungan dengan cukup baik dengan hasil memenuhi persyaratan BAPETEN yang minimal. Peringkat D ~ Kuning ~ Tk II Pada peringkat ini kondisi keselamatan radiasi lingkungan berada dibawah persyaratan keselamatan yang ditentukan oleh BAPETEN atau dari bukti di lapangan kinerja keselamatannya rendah. Temuan berulang berkaitan dg keselamatan radiasi lingkungan. Bila tidak ada tindakan perbaikan, maka kemungkinan besar akan menimbulkan ketidakefisienan yg berlanjut menimbulkan resiko terhadap kesehatan, keselamatan radiasi lingkungan. Berdasarkan kajian ISE instalasi berada pada situasi menengah, beberapa tindakan terhadap rekomendasi dan saran tidak diselesaikan, diperlukan perhatian lanjutan. Pada tahap ini pemegang izin telah mengupayakan pengolaan keselamatan radiasi lingkungan sesuai dengan persyaratan minimal Peringkat C~ Biru ~ Tk III Pada peringkat ini kondisi Keselamatan Radiasi Lingkungan secara umum sesuai dengan syarat ketentuan yang disyaratkan. Laporan hasil inspeksi menunjukkan bahwa hasil pengelolaan dan pemantauan Keselamatan Radiasi Lingkungan menunjukkan adanya inkonsistensi kinerja sedemikian sehingga ada potensi tidak terpenuhinya lebih dari satu indikator kinerja yang sesuai dengan ketentuan BAPETEN. Permasalahan yang timbul dari pengelolaan radiasi lingkungan tidak dapat diselesaikan dengan segera sehingga dimungkinkan adanya peluang terjadinya dampak negatif kepada pekerja tetapi tidak mempengaruhi keselamatan masyarakat dan lingkungan. Indikator kinerja lainnya memenuhi persyaratan standard setempat 4.3. Data Indikator Kinerja Keselamatan Radiasi lingkungan Pada Reaktor Riset 4.3.1. Indikator Stratejik Jumlah kejadian efluen radiologis dari reaktor nuklir yang melibatkan dosis melebihi nilai efluen dan radioaktivitas lingkungan. 4.3.2. Indikator Spesifik Tabel 2. Data indikator spesifik Reaktor RSG-GAS Serpong No. Spesifik Indikator 2006 2007 2008 1. Noble gas yang terlepas dari reaktor ke atmosfir (GBq) 2x10-7 3x10-7 1,1 10-6 2. Iodine yg terlepas ke atmosfer (MBq) 0 0 0 3. Limbah radioaktif cair yg dihasilkan (m 3 ) 895 820 645 4. Limbah radioaktif padat yg dihasilkan (m 3 ) 0.5 0 0 5. Hasil pemantauan radioaktivitas lingkungan yg melebihi ketentuan ( kejadian ) 0 0 0 I02-5

Tabel 3. Data indikator spesifik Reaktor Triga Bandung No. Spesifik Indikator 2006 2007 2008 1. Noble gas yang terlepas dari reaktor ke atmosfir (GBq) 4.76523 NA NA 2. Iodine yg terlepas ke atmosfer (MBq) 0 NA NA 3. Limbah radioaktif cair yg dihasilkan (m 3 ) 0.02 0 0 4. Limbah radioaktif padat yg dihasilkan (m 3 ) 84 0 0 5. Hasil pemantauan radioaktivitas lingkungan yg melebihi ketentuan ( kejadian ) 0 0 0 Teras Ke Periode (TW) 56 I/2006 Vol. air (m3) 280 57 II/2006 415 58 III/2006 180 59 IV/2006 60 I/2007 220 220 61 II/2007 240 62 III/2007 200 63 IV/2007 200 64 I/2008 200 Tabel 4. Data Limbah cair di Reaktor RSG 2006 2008 Konsentrasi aktivasi air (Bq/L) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 65 II/2008 165 18.67 46.7 16.81 16.81 41.59 41.59 14.3 14.3 47.22 14.22 38.89 66 III/2008 140 51.16 48.1 48.1 48.1 71.2 71.2 71.2 0 0 0 58.44 67 IV/2008 140 88.49 65.18 63.14 62.72 62.72 58.31 69.04 0 0 0 67.09 Kons. Akt ratarata Grafik limbah cair 500 400 300 Volume air limbah 200 Volume air (m3) Kons. Akt rata-rata 100 0 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 Te ras Gambar 1. Volume Limbah Cair RSG-GAS tahun 2006-2008 I02-6

Tabel 5. Data konsentrasi dan laju alir udara dari Reaktor RSG-GAS Serpong Teras Ke Periode (TW) 56 I/2006 57 II/2006 58 III/2006 59 IV/2006 60 I/2007 61 II/2007 62 III/2007 63 IV/2007 64 I/2008 65 II/2008 66 III/2008 67 IV/2008 Konsentrasi udara (Bq/L) Laju alir udara (m3/jam) Rata-rata (10-7 ) Maksimum (10-7 ) Minimum Maksimum 2.4 3 20000 20000 2.4 3 18000 20000 2.4 3 17500 18000 2.5 3 15000 16000 1.5 2 15500 17000 2 3 22500 22500 2 3 22500 22500 2 3 20500 22500 2 3 18000 22500 2 3 16000 18000 2 2 16500 18500 7,4 11 16000 20000 Grafik konsentrasi udara dan Laju alir udara 3.5 3 2.5 2 konsentrasi udara 1.5 Konsentrasi udara (Bq/L) Laju alir udara (m3/jam) 1 0.5 0 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 Teras Gambar 2. Konsentrasi Udara dan Laju Alir Udara RSG-GAS tahun 2006-2008 Tabel 6. Data Radioaktivitas Lingkungan RSG Tahun 2007 Parameter yg Diamati Spek.tek Ci / m 3 Hasil Pengukuran pd Operasi 15 MW (Ci/m 3 ) Tw I /07 Tw II/07 Tw III/07 Tw IV/07 α Aerosol lt.13,5 1,9 x 10-8 3,26x 10-10 8,77 x 10-12 7,1 x 10-12 3,11x 10-10 β Aerosol Lt. 13,5 1,9 x 10-8 3,95x 10-10 1,62 x 10-9 1,62 x 10-9 3,95x 10-10 Noble gas dr Stack CR02 5 x 10-4 2 x 10-4 1,0 x 10-4 1,0 x 10-4 2 x 10-4 Noble gas dr Stack CR01 5 x 10-4 2 x 10-7 3,0 x 10-4 3,0 x 10-4 2 x 10-7 Tingkat konsentrasi radionuklida gros betta, lt 13 I-131 - - - - 1,9 x 10-8 I02-7

Tabel 7. Data Radioaktivitas Lingkungan RSG Tahun 2008 3 Hasil Pengukuran pd Operasi 15 MW (Ci/m ) Parameter yg Diamati Spek.tek Ci / Tw I/08 Tw II/08 Tw III/08 Tw IV/08 m 3 α Aerosol lt.13,5 1,9 x 10-8 2,58 x 10-9 2,4 x 10-9 3 x 10-10 1 x 10-9 β Aerosol Lt. 13,5 1,9 x 10-8 4,20 x 10-9 4,12 x 10-9 3 x 10-13 6 x 10-13 Noble gas dr Stack CR02 5 x 10-4 2 x 10-4 1 x 10-4 1 x 10-4 1 x 10-4 Noble gas dr Stack CR01 5 x 10-4 3 x 10-4 3 x 10-7 1 x 10-7 1 x 10-7 Tingkat konsentrasi radionuklida gros betta Lt 13 I-131 8,3 x 10-10 1,9 x 10-8 6 x 10-7 7,4 x 10-10 6,8 x 10-9 Tabel 8. Data Radioaktivitas Lingkungan RSG Tahun 2009 3 Hasil Pengukuran pd Operasi 15 MW (Ci/m ) Parameter yg Diamati Spek.tek Ci / Tw I /09 Tw II/09 Tw III/09 Tw IV/09 m 3 α Aerosol lt.13,5 1,9 x 10-8 1 x 10-9 1 x 10-9 1 x 10-10 β Aerosol Lt. 13,5 1,9 x 10-8 6 x 10-13 5,1 x 10-13 1,5 x 10-11 Noble gas dr Stack CR02 5 x 10-4 1 x 10-4 1 x 10-4 2 x 10-4 Noble gas dr Stack CR01 5 x 10-4 1 x 10-7 2,9 x 10-7 5,9 x 10-6 Tingkat konsentrasi radionuklida gros betta, lt 13 I-131 6,8 x 10-9 1,9 x 10-8 5,4 x 10-9 8,1 x 10-10 Tabel 9. Data Rona Lingkungan di PPTN Serpong Tahun 2007 Parameter yg diamati Tw I/07 TwII/07 TwIII/07 Tw IV/07 Baku mutu 1. Udara Laju dosis sesaat, μsv/jam 0,15 + 0,05 0,14 + 0,02 0,21 + 0,04 0,21 + 0,04 2,5 Dosis Kumulatif, msv/3 bln 0,13 + 0,02 0,14 + 0,01 0,14 + 0,03 0,12 + 0,01 1,25 2. Aktivitas jenis air permukaan, Bq/l ( X + σ ) Gross α ttd 0,20 + 0,01 ttd 0,00 0,1 Gross β 0,10 + 0,02 0,80 + 0,01 0,10 + 0,02 0,00 1,0 40K 77,33 + 8,59 54,00 + 3,16 69,05 + 7,56 66,85 + 5,65 226Ra 34,95 + 6,50 12,33 + 2,98 7,65 + 1,42 5,51 + 2,86 228Ac 9,30 + 0,04 0 + 0 0 + 0 0 + 0 228Th 10,70 + 0,18 1,94 + 0,70 3,30 + 1,60 3,30 + 1,60 Tabel 10. Data Rona Lingkungan di PPTN Serpong Tahun 2008 Parameter yg diamati Tw I/08 Tw II/08 Tw III/08 Tw IV/08 Baku mutu 1. Udara Laju dosis sesaat, μsv/jam 0,22 + 0,03 0,17 + 0,01 0,15 + 0,01 0,16 + 0,02 2,5 Dosis Kumulatif, msv/3 bln 0,15 + 0,02 0,15 + 0,02 0,18 + 0,02 0,13 + 0,02 1,25 2. Aktivitas jenis air permukaan, Bq/l ( X + σ ) Gross α 0,10 + 0,01 0,03 + 0,01 0,00 + 0,00 0,00 + 0,00 0,1 Gross β 0,11 + 0,01 0,14 + 0,06 0,00 + 0,00 0,00 + 0,00 1,0 40K 61,95 + 3,74 78,38 + 7,13 41,42 + 6,19 127 + 8,35 226Ra 5,90 + 1,64 0,00 + 0,00 0,00 + 0,00-228Ac 6,21 + 1,24 0,00 + 0,00 0,00 + 0,00 3,06 + 0,79 228Th 5,57 + 0,88 8,66 + 1,62 0,00 + 0,00 1,84 + 0,46 I02-8

Tabel 11. Data Rona Lingkungan di PPTN Serpong Tahun 2009 tiap Triwulan Parameter yg diamati Tw I/09 Tw II/09 Tw III/09 Tw IV/09 Baku mutu 1. Udara Laju dosis sesaat, μsv/jam 0,17 0,18 2,5 Dosis Kumulatif, msv/3 bln 0,22 0,16 1,25 Partikulat, Bq/l 2,19x 10-5 9,94x 10-6 2. Aktivitas jenis air permukaan, Bq/l Gross α 0 0 0,1 Gross β 0 0 1,0 40K 43,94 97,6 228Ac 0 0 228Th 0 0,53 Dari hasil pengukuran terhadap keselamatan radiasi lingkungan selama tahun 2007 dan 2008 serta Triwulan I-III 2009 adalah sebagai berikut : Dari laporan keselamatan operasi RSG-GAS dan Laporan pemantauan radioaktivitas lingkungan, dapat diketahui bahwa tidak ada kejadian yang menunjukkan adanya kondisi yang melebihi atau melanggar ketentuan yang disyaratkan. Dari laporan inspeksi keselamatan radiasi lingkungan di RSG-GAS menunjukkan bahwa hasil pengelolaan dan pemantauan keselamatan radiasi lingkungan telah dilaksanakan secara konsisten dan memenuhi ketentuan BAPETEN. Terdapat peralatan pendukung pemantauan keselamatan radiasi lingkungan yang rusak dan belum diperbaiki atau diganti yang baru, namun demikian data-data dari parameter penting masih cukup memdai. Pihak manajemen BATAN diharapkan segera memperbaiki atau mengganti peralatan pemantauan lingkungan yg rusak Volume limbah radioaktif gas, cair dan padat umumnya meningkat namun paparan masih terjaga pada batas yang aman sesuai dengan ketentuan dari BAPETEN. Berdasarkan hasil kajian terhadap kriteria penilaian kualitatif indikator strategis keselamatan radiasi lingkungan ini menunjukkan bahwa Reaktor RSG berada pada peringkat B atau Hijau atau IV berdasarkan kriteria ISE IAEA. 5. KESIMPULAN Kajian pengawasan indikator kinerja keselamatan radiasi lingkungan pada reaktor riset telah dilakukan dengan menggunakan data utama dari reaktor RSG-GAS. Data yang digunakan sebagai bahan penilaian pemeringkatan berdasarkan laporan operasi reaktor RSG-GAS dan laporan pemantauan radioaktivitas lingkungan PPTN Serpong pada periode Tahun 2007, 2008 dan Triwulan I-III Tahun 2009. Hasil kajian terhadap indikator kinerja keselamatan radiasi lingkungan ini diperoleh indikator stratejik Jumlah kejadian radiologis dari reaktor nuklir yang melibatkan dosis melebihi nilai radiologis dan radioaktivitas lingkungan ketentuan. Dihasilkan 5 ( lima ) indikator spesifik yang digunakan sebagai parameter yang dapat langsung diukur sebagai bagian dari penilaian indikator stratejik yaitu Noble gas yang terlepas dari reaktor ke atmosfir (GBq); Iodine yang terlepas ke atmosfer (MBq); Limbah radioaktif cair yang dibuang (m 3 ); Limbah radioaktif padat yang dihasilkan (m 3 ); hasil pemantauan radioaktivitas di lingkungan reaktor nuklir tidak melebihi ketentuan. Berdasarkan hasil kajian terhadap kriteria penilaian kualitatif indikator strategis keselamatan radiasi lingkungan ini menunjukkan bahwa Reaktor RSG berada pada peringkat B atau Hijau atau IV berdasarkan kriteria ISE IAEA. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran 2. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 3. PP No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun 4. PP No. 27 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif 5. PP No. 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan I02-9

Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif 6. PP 43 Tahun 2006 tentang Perizinan reaktor nuklir 7. Keputusan Ka. BAPETEN No. 03/Ka.BAPETEN/V-99 tentang keselamatan untuk pengelolaan limbah radioaktif 8. Keputusan Ka. BAPETEN No. 02/Ka.BAPETEN/V-99 tentang Baku Tingkat Radioaktivitas lingkungan 9. IAEA, TECDOC 1091 Protection of the Environment from the Effect of Ionizing Radiation, Vienna, 1999 10. IAEA, WSG 2.3. Regulatory Control of Radioactive Discharges to the Environment, Vienna, 2000 11. INFO-0761, Annual CNSC Staff Report for 2006 on the Safety Performance of the Canadian Nuclear Power Industry, Canadian Nuclear Safety Commission, June 2007 12. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Operating Safety Performance Indicators for Nuclear Power Plants, IAEA TECDOC-1141, - Vienna, 2000 13. USNRC, Reactor Oversight Process (ROP), NUREG-1649, Rev. 3, July 2000 14. http://www.nrc.gov/nrr/oversight/as SESS/ 15. http://www.nrc.gov/nrr/oversight/as SESS/cornerstone.html 16. NEA/CNRA, Joint CSNI/CNRA Report On Regulatory Uses Of Safety Performance Indicators, March 2006. 17. GAO, Nuclear Regulatory Commission Oversight of Nuclear Power Plant Safety Has Improved, but Refinements Are Needed, September 2006. I02-10