BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) bertujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya ini cenderung menurun bersamaan dengan terus membaiknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemorrhagic fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

BAB I PENDAHULUAN. umum dari kalimat tersebut jelas bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Penyakit demam berdarah adalah penyakit menular yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay

Fajarina Lathu INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit bermunculan. Selain Demam Berdarah (DB) juga muncul penyakit. bagian persendian (arthralgia) (Arini, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Acuan Pembangunan kesehatan pada saat ini adalah konsep Paradigma

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

BAB I PENDAHULUAN juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program kesehatan di Indonesia adalah pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular. Penyakit menular tidak mengenal batas batas daerah administratif, sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan kerja sama antar daerah (Suroso, T, 2003). Salah satu penyakit menular adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian yang besar. Selama periode Januari 9 Februari 2007 di seluruh Indonesia terdapat 15.005 kasus dan menyebabkan 252 orang meninggal dunia. Kasus terbanyak pada Januari 2007 adalah Jawa Barat, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Banten dan DI Yogyakarta (Dinkes DI Yogyakarta, 2007). Jumlah penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi D.I Yogyakarta pada tahun 2007 sebanyak 2.400 penderita dengan jumlah penderita yang meninggal sebanyak 26 orang, sedangkan pada periode Januari -

November tahun 2008 sebanyak 1.898 penderita DBD dengan jumlah penderita yang meninggal sebanyak 18 orang. Kasus terbanyak ditemukan di Kabupaten Kota Yogyakarta sebesar 688 kasus, terbesar kedua di temukan di Kabupaten Sleman sebanyak 566 penderita dan terbesar ketiga ditemukan di Kabupaten Bantul dengan jumlah kasus sebesar 372 kasus dengan angka kematian 4 orang. Kabupaten Gunung Kidul sebanyak 182 kasu. Kabupaten Kulon Progo sebanyak 90 kasus. Diketahui pula Angka Bebas Jentik (ABJ) di Bantul juga hanya 75%, jauh dari angka ideal 95%. Rendahnya ABJ adalah indikator program PSN belum optimal (Dinkes Bantul, 2008). Dalam QS. An-Nahl : 80, Al Muddatsir : 4 Rasulullah bersabda : Jika kamu mendengar ada wabah penyakit dari suatu daerah, maka jangan kamu masuki daerah itu, jika kamu berada didalamnya maka jangan keluar (HR Saud). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1986 oleh Dr. Kho Lien Keng di Jakarta dan oleh Dr. Linda Partana di Surabaya. Pada tahun 1971 ditemukan di daerah Bandung dan mulai sejak saat itulah penyakit DBD menjadi masalah kesehatan yang selalu dialami oleh masyarakat Indonesia (Soegijanto,2006). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit DBD dapat menyerang semua umur atau orang. Sampai saat ini penyakit DBD lebih banyak menyerang anak anak, tetapi dalam dekade terakhir ini

terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi penderita penyakit DBD pada orang dewasa. Tanda dan gejala penderita penyakit DBD yang sering terjadi adalah demam, adanya pendarahan, hepatomegali (pembesaran hati), renjatan (shock), trombositopeni, hemokonsentrasi (meningkatnya jumlah hematokrit) juga ditemukan gejala anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi dan kejang (Suroso, T, dkk, 2003) Upaya yang telah dilakukan Pemerintah terhadap pencegahan telah banyak dilakukan, seperti pada peringatan hari kesehatan pada tanggal 19 April 1998 Menteri Kesehatan mencanangkan Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dimana Pemerintah mensosialisasikan Gerakan 3M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur barang yang bisa menampung air, sebagai upaya untuk menghilangkan sarang nyamuk. Usaha yang dilakukan pemerintah nampaknya belum berhasil bila melihat angka kejadian pada tahun 2007 yang relatife tinggi. Hal ini kemungkinan pelaksanaan Gerakan 3M dilakukan secara individual, temporer dan kurangnya kemitraan pemerintah dengan masyarakat dalam menyikapi upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk. Penanganan masalah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) saat ini adalah dengan memberantas sarang nyamuk penularnya (PSN DBD), namun belum optimal dan memerlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu partisipasi tersebut perlu lebih ditingkatkan melalui strategi yang lebih bersifat akomodatif, fasilitatif / bottom up, kemitraan dimana masyarakat termasuk lembaga swadaya masyarakat termasuk swasta dan lain-lain mempunyai

peran yang lebih besar, terfokus (prioritas, local specific, bertahap), lebih mengoptimalkan kerjasama lintas sektor, didukung data (evidence base) terutama data sosial-budaya serta diprogramkannya PSN DBD secara luas di propinsi, kabupaten/kota dan puskesmas (Depkes RI, 2005). Peningkatan partisipasi masyarakat adalah suatu proses dimana individu, keluarga, dan masyarakat dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan pemberantasan vektor nyamuk Aedes Aegypti di wilayahnya. Kegiatan PSN dimaksudkan untuk meyakinkan masyarakat bahwa program PSN perlu dilaksanakan oleh masyarakat untuk mengatasi masalah yang ada dilingkungannya (Suroso,T,dkk, 2003) Seluruh masyarakat harus secara serentak dan berkelanjutan ikut serta memberantas sarang nyamuk. Keserentakan dan keberlanjutan inilah kunci keberhasilannya. Selain itu kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat juga sangat penting. Selama ini upaya yang dilakukan pemerintah melalui penyediaan prasarana kota seperti saluran pembuangan air limbah dan regulasi yang mengatur berbagai bidang pembangunan agar tidak menimbulkan dampak terhadap masalah kesehatan, sering menjadi sia-sia karena sikap masyarakat yang kurang positif mendukung kesehatan khususnya dalam memberantas sarang nyamuk. Masyarakat sering membuang sampah sembarangan sehingga saluran air jadi tersumbat dan menimbulkan genangan yang menjadi tempat bersarangnya nyamuk. Untuk mengendalikan populasi nyamuk diperlukan usaha yang sungguhsungguh dari semua pihak agar tidak terjadi dampak yang mengakibatkan air

tergenang, terkumpul seperti pembuangan botol bekas, vas bunga, minuman burung dan saluran air yang tidak lancar yang memungkinkan nyamuk dapat melakukan reproduksi. Untuk memutuskan rantai kembang biak nyamuk perlu adanya perubahan sikap hidup dan perilaku masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk Aedes Aegypti. Masyarakat perlu mempunyai sikap positif dengan menumbuhkan kesadaran bahwa kebersihan merupakan kebutuhan, bukan sekedar kewajiban. Salah satu faktor yang menimbulkan kejadian kasus DBD yang selama ini terjadi dapat merupakan manifestasi dari keteledoran dan perbuatan manusia yang kurang peduli dengan kebersihan lingkungan. Pemberantasan sarang nyamuk Aedes Aegypti perlu dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan sehingga dapat menghambat proses tumbuh kembang nyamuk tersebut. Hal ini memerlukan perilaku masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk yang baik. Menurut Notoatmojo (2003), agar perilaku menjadi baik diperlukan adanya pengetahuan individu yang memadai mengenai pemberantasan sarang nyamuk. Pengetahuan tentang penyakit DBD bagi masyarakat memungkinkan mengubah gambaran lama yang salah pada masyarakat menjadi yang baru termasuk keuntungan dan kerugiannya bila terjangkit penyakit DBD, sehingga memungkinkan masyarakat mengubah sikap negatifnya dalam pemberantasan sarang nyamuk Aedes Aegypty yang pada gilirannya dapat secara aktif memberikan kontribusi dalam gerakan tersebut.

Menurut data yang diperoleh dari Puskesmas Kasihan II Bantul pada tahun 2008 di wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul tepatnya di Desa Ngestiharjo ditemui penderita penyakit demam berdarah dengue sebanyak 46 penderita dan 2 penderita meninggal dunia selama perawatan di rumah sakit. Angka ini menunjukkan bahwa penyebaran penyakit demam berdarah di wilayah Desa Ngestiharjo masih meningkat. Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap terhadap Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) oleh Masyarakat di Kelurahan Ngestiharjo Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta" B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan penelitian ini adalah apakah ada hubungan pengetahuan penyakit demam berdarah dan sikap masyarakat terhadap pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk di Kelurahan Ngestiharjo wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) oleh Masyarakat di Kelurahan Ngestiharjo wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul.

2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit demam berdarah dengue di Kelurahan Ngestiharjo wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta. b. Mengetahui sikap masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di Kelurahan Ngestiharjo wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta. c. Mengetahui tingkat pelaksanaan PSN oleh masyarakat di Kelurahan Ngestiharjo wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Keperawatan Memberikan tambahan pustaka dan memberikan pengembangan Ilmu Keperawatan khususnya mengenai penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). 2. Bagi Masyarakat Memberikan informasi tambahan dalam meningkatkan program penanganan dan pencegahan penyakit DBD khususnya dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk Aedes Aegypty dengan meningkatkan kesadaran masyarakat. 3. Bagi Puskesmas Kasihan II Bantul Memberikan informasi mengenai pengetahuan dan sikap masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk di wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul

yang dapat dipergunakan sebagai bahan penentuan langkah menurunkan kejadian DBD. 4. Bagi Peneliti Sebagai tambahan pengalaman, pengetahuan dan wawasan ilmiah dalam pelaksanaan tugas-tugas di lapangan. E. Penelitian Terkait Penelitian yang terkait dengan penelitian ini diantaranya adalah : Studi Indeks Larva Nyamuk Aedes Aegypti Dan Hubungannya Dengan PSP Masyarakat Tentang Penyakit DBD Di Kota Palembang Sumatera Selatan, peneliti adalah Budiyanto,A (2005). Metode penelitian pada judul ini adalah studi cross-sectional dengan metode observasional (survey), dengan hasil penelitian ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden dengan PSN DBD, ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden dengan perilaku responden dengan kaitannya dengan PSN DBD, ada hubungan yang signifikan antara sikap responden dengan perilaku responden kaitannya dengan PSN DBD, tidak ada hubungan yang signifikan antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku responden dengan ada/tidaknya jentik yang ditemukan dirumah responden. Perbedaan dengan penelitian sekarang adalah: variabel penelitian yaitu pengetahuan, sikap, dan perilaku serta indeks larva nyamuk. Sedangkan penelitian sekarang variabelnya adalah tingkat pengetahuan penyakit DBD dan sikap pemberantasan sarang nyamuk oleh masyarakat, tidak melakukan penelitian tentang variabel perilaku. Tempat penelitian di kota Palembang Sumatera Selatan

pada tahun 2005 sedangkan penelitian sekarang di Desa Ngestiharjo wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul pada tahun 2009. Penelitian yang terkait dengan penelitian ini diantaranya adalah: Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram, peneliti adalah Fathi, Soedjajadi (2005). Metode penelitian pada judul ini adalah penelitian observasional komparatif di lapangan, dilakukan secara cross sectional, dengan hasil penelitian bahwa terdapat hubungan bermakna antara variabel lingkungan dengan penularan demam berdarah, dan variabel perilaku yang ada hubungannya dengan penularan demam berdarah adalah variabel sikap dan tidak ada pemberantasan sarang nyamuk. Sedangkan variabel pengetahuan tidak ada hubungannya dengan penularan demam berdarah. Perbedaan dengan penelitian sekarang adalah: Variabel penelitian yaitu lingkungan, perilaku pemberantasan sarang nyamuk. Sedangkan penelitian sekarang variabelnya adalah tingkat pengetahuan penyakit DBD dan sikap pemberantasan sarang nyamuk oleh masyarakat. Tempat penelitian di Kota Mataram, sedangkan penelitian sekarang di Desa Ngestiharjo wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul. Waktu penelitian pada tahun 2005 sedangkan penelitian sekarang pada tahun 2009. Penelitian yang terkait dengan penelitian ini diantaranya adalah: Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Masyarakat Di Kelurahan Muja-Muju Yogyakarta Terhadap Insiden Demam Berdarah Dengue, peneliti adalah Risanti, A (2008) Dengan hasil penelitian terdapat hubungan antara pengetahuan dengan

insiden DBD di kelurahan Muja-Muju Yogyakarta. Tidak ada hubungan antara sikap dan perilaku dengan insiden DBD di kelurahan Muja-Muju Yogyakarta. Perbedaan dengan penelitian sekarang adalah : variabel penelitian yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap insiden DBD sedangkan penelitiam sekarang variabelnya adalah tingkat pengetahuan penyakit DBD dan sikap pemberantasan sarang nyamuk oleh masyarakat. Tempat penelitian di Kelurahan Muja-Muju yogyakarta pada tahun 2008 sedangkan penelitian sekarang di Desa Ngestiharjo wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul pada tahun 2009.