PEDOMAN PENGAMBILAN SPESIMEN DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM (MERS-COV) MIDDLE EAST RESPIRATORY SYNDROME CORONA VIRUS

dokumen-dokumen yang mirip
Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor

PENGAMBILAN, PENGEMASAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN MERS-CoV dan EBOLA

RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI

PEDOMAN UMUM KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum

KESIAPSIAGAAN MENGAHADAPI MERS-CoV

PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI KASUS KONFIRMASI ATAU PROBABEL INFEKSI VIRUS

KESIAPSIAGAAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DALAM CEGAH TANGKAL MERS-COV DI PINTU MASUK NEGARA

Buletin ini dapat memantau tujuan khusus SIBI antara lain :

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9)

BAB IV ANCAMAN VIRUS MERS BAGI WARGA NEGARA INDONESIA DI ARAB SAUDI DAN UPAYA PEMERINTAH INDONESIA

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Maret 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU

PEDOMAN TATALAKSANA KLINIS INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT BERAT SUSPEK MIDDLE EAST RESPIRATORY SYNDROME-CORONA VIRUS (MERS-CoV)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN

Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) di Indonesia

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 311/MENKES/SK/V/2009 TENTANG

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae.

Upaya Indonesia dalam Perlindungan Warga Negara Indonesia dari. Penyebaran Virus Mers di Arab Saudi ( )

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/405/2014 TENTANG

Simulasi Kejadian Luar Biasa Flu Burung di Desa Dangin Tukadaya

Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kasus infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan

PANDUAN PRATIKUM KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA

Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Prosedur Khusus di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus atau biasa disingkat MERS-

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

PENGENDALIAN PENYAKIT, SURVEILANS EPIDEMIOLOGI, IMUNISASI & KESEHATAN MATRA

OVERVIEW KLB KERACUNAN PANGAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/76/2017 TENTANG

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai

PEDOMAN TATALAKSANA KLINIS INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT BERAT SUSPEK MIDDLE EAST RESPIRATORY SYNDROME-CORONA VIRUS (MERS-CoV)

Perkembangan Flu Burung pada Manusia dan Langkah-Langkah Pengendaliannya

Surveilans Respons dalam Program KIA Penyusun: dr. Sitti Noor Zaenab, M.Kes

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya.

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

PEDOMAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI PENYAKIT SARS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBONG PUSKESMAS MUARA AMAN. Jalan Lapangan Hatta No. 1 Kelurahan Pasar Muara aman

ANALISIS INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT DAN STRATEGI PENURUNAN HEALTH-CARE ASSOCIATED INFECTIONS DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah menimbulkan dampak yang sangat besar bagi

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20,

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah

PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT(KKM) DI PROVINSI SULSEL

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

13 CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT. a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per penduduk < 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

Meyakinkan Diagnosis Infeksi HIV

LAPORAN SOSIALISASI RENCANA KONTIJENSI MENGHADAPI PHEIC DI PELABUHAN BUNGUS TANGGAL 26 APRIL 2017

A. Formulir Pelacakan Kasus AFP

VISITASI KE KLOTER I. DESKRIPSI SINGKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL

Pengambilan dan Pengiriman Sampel

FORMULIR PENCATATAN LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME

BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

BUPATI KULON PROGO INSTRUKSI BUPATI KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

Middle East Respiratory Syndrome-CoV

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan fibrin. Pneumonia masih

BAB III KEMUNCULAN DAN PENYEBARAN VIRUS MERS. Middle Eastern Respiratory Syndrome yang disingkat dengan sebutan MERS

Buletin SKDR. Minggu ke: 5 Thn 2017

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

Transkripsi:

PEDOMAN PENGAMBILAN SPESIMEN DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM MIDDLE EAST RESPIRATORY SYNDROME CORONA VIRUS (MERS-COV) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN 2013 World Healtn h Organization i

DAFTAR PENYUSUN DAN EDITOR Dr. dr. Vivi Setiawaty, M.Biomed, Hana Apsari Pawestri, M.Sc, dr. Ni Ketut Susilarini, MS, dr. Krisna Nur Andriana P, MS, dr. Roselinda, Mepid, Prof. Mohammad Sudomo, PhD dr. Endang Wulandari, Ahmat Fandil, ST. ii

KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan petunjuknya, Pedoman Kesiapsiagaan menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) selesai disusun. MERS-CoV adalah suatu strain baru virus Corona yang belum pernah ditemukan menginfeksi manusia sebelumnya. Berdasarkan laporan WHO, sejak September 2012 sampai September 2013, ditemukan 130 kasus konfirmasi MERS-CoV dengan 58 kematian (CFR : 44,6%). MERS- CoV mulai berjangkit di Arab Saudi dan menyebar ke Eropa serta dapat pula menyebar ke negara lain. Walaupun belum ditemukan kasus MERS-CoV di Indonesia, namun ancaman MERS-CoV perlu diwaspadai. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan jumlah populasi umat muslim yang besar. Pada musim Haji di bulan September 2013, sekitar 200.000 orang melakukan ibadah haji di Mekah. Pada tahun 2013, sekitar 750.000 orang melakukan ibadah Umrah di Arab Saudi. Disamping itu lebih dari satu juta Tenaga Kerja Indonesia (TKI) berangkat ke Arab Saudi setiap tahunnya. Ketiga kelompok tersebut (jamaah Haji, jamaah Umrah serta TKI) dapat terinfeksi MERS-CoV dan dapat menyebarkannya di Indonesia. Menyikapi kondisi diatas, sebagai upaya kesiapsiagaan perlu disusun buku penanggulangan MERS-CoV yang meliputi Kebijakan, Surveilans, Tatalaksana, Pengendalian Infeksi maupun Laboratorium sebagai upaya untuk memberikan arahan kesiapsiagaan dan respon menghadapi MERS-CoV yang menjadi ancaman kesehatan masyarakat di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya. Buku Pedoman Pengambilan Spesimen dan Diagnostik Kesiapsiagaan Menghadapi MERS-CoV ini merupakan salah satu dari 5 (lima) buku kesiapsagaan menghadapi MERS-CoV dan bersumber dari adaptasi referensi WHO. Buku ini membahas tentang pengambilan spesimen dan diagnostik. Selain itu tersedia 4 (empat) buku pedoman yang lain yaitu : 1. Pedoman Umum Kesiapsiagaan Menghadapi MERS-CoV 2. Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi MERS-CoV 3. Pedoman Tatalaksana Klinis Kesiapsiagaan Menghadapi MERS-CoV 4. Pedoman Kewaspadaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi iii

Buku pedoman ini akan terus disempurnakan seiring dengan perkembangan situasi dan ilmu pengetahuan. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan buku ini, saya sampaikan terima kasih. Semoga buku pedoman ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat dipergunakan sebagai acuan kesiapsiagaan dan respon menghadapi MERS-CoV. iv

DAFTAR ISI Daftar Penyusun dan Editor... ii Kata Pengantar... iii Daftar isi... v Daftar Tabel... v Daftar Gambar... v Daftar Singkatan dan Satuan... vi BAB 1. Pengambilan Spesimen dan Pemeriksaan Laboratorium MERS-CoV... 1 1.1. Pengambilan dan Pengiriman Spesimen... 1 1.2. Pemeriksaan laboratorium... 4 Alamat Kontak Laboratorium... 6 Daftar Pustaka... 7 Lampiran : Surat Edaran Dirjen P2PL mengenai Peningkatan Kewaspadaan dan Penanganan Jamaah Haji Indonesia dengan Suspect MERS-CoV saat kepulangan ke tanah air... 8 Daftar Tabel Tabel 1. Jenis spesimen untuk pengujian MERS-CoV, berikut cara penanganannya 1,2... 3 Daftar Gambar Gambar 1. Algoritma pemeriksaan laboratorium untuk kasuskasus MERS-CoV 1,2,3,4... 5 v

DAFTAR SINGKATAN DAN SATUAN Balitbangkes Kemenkes Dirjen Ditjen ISO Kepmen Kepmenkes PP& PL PCV Permen Permenkes PP RI WHO cm L/org/hr m/jam mg/l mm : Badan Penelitian dan Pengenbangan Kesehatan : Kementerian Kesehatan : Direktur Jenderal : Direktorat Jenderal : International Standart Organization : Keputusan Menteri : Keputusan Menteri Kesehatan : Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan : Polyvinil Chloride : Peraturan Menteri : Peraturan Menteri Kesehatan : Peraturan Pemerintah : Republik Indonesia : World Health Organization : centi meter : liter per orang per hari : meter per jam : miligram per liter : mili meter vi

BAB I PENGAMBILAN SPESIMEN DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM MERS-COV 1.1. Pengambilan dan Pengiriman Spesimen Sebelum kegiatan pengambilan spesimen dilaksanakan, harus memperhatikan universal precaution atau kewaspadaan universal untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari pasien ke paramedis maupun lingkungan sekitar. Hal tersebut meliputi : 1. Cuci tangan dengan menggunakan sabun/desinfektan SEBELUM dan SESUDAH tindakan. 2. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), minimal yang HARUS digunakan : a. Jas laboratorium b. Sarung tangan karet c. Masker disposable 3. Alat dan bahan pengambilan spesimen : a. Virus Transport Media (VTM) b. Tongue Spatel c. Swab Dacron d. Ice pack dan Cold Box e. Label nama f. Gunting g. Alkohol 70% h. Parafilm i. Form Pengambilan Spesimen 4. Daftar nama pasien (supaya saat pengambilan tidak terjadi kesalahan). 1

Pengambilan spesimen dapat dilakukan oleh dokter, perawat atau tenaga laboratorium yang terampil dan berpengalaman atau sudah dilatih sesuai dengan kondisi dan situasi setempat. Berdasarkan informasi yang terkini (WHO pertanggal 3 Juli 2013), spesimen yang mempunyai titer virus tertinggi terdapat pada saluran pernafasan bawah. Spesimen yang baik untuk pemeriksaan virus MERS- CoV adalah spesimen yang berasal dari saluran nafas bawah seperti dahak, aspirat trakea dan bilasan bronkoalveolar (lihat Tabel 1) Spesimen saluran pernafasan atas (nasofaring dan orofaring) tetap diambil terutama bila spesimen saluran pernafasan bawah tidak memungkinkan dan pasien tidak memiliki tanda-tanda atau gejala infeksi pada saluran pernapasan bawah. Spesimen dari saluran nafas atas dan bawah sebaiknya ditempatkan terpisah karena jenis spesimen untuk saluran nafas atas dan bawah berbeda, namun dapat dikombinasikan dalam satu wadah koleksi tunggal dan diuji bersama-sama.virus MERS-CoV juga dapat ditemukan di dalam cairan tubuh lainnya seperti darah, urin, dan feses tetapi kegunaan sampel tersebut di dalam mendiagnosis infeksi MERS-CoV belum dapat dipastikan. 1,2 Pemberian label jenis spesimen yang diambil sangat penting. Jika pengujian awal dari swab nasofaring negatif pada pasien yang diduga kuat memiliki infeksi MERS-CoV, maka pasien harus diuji ulang dengan menggunakan spesimen dari saluran pernafasan bawah atau mengulangi pemeriksaan spesimen nasofaring dan spesimen orofaringeal. Untuk pengujian serologis diperlukan sera akut dan konvalesen. Sampel serum akut tersebut diambil di minggu pertama sejak mulai sakit, sedangkan serum konvalesen diambil dengan jarak waktu minimal 21 hari kemudian. Spesimen harus tiba di laboratorium segera setelah pengambilan. Penanganan spesimen dengan tepat saat pengiriman adalah hal yang teramat penting. Sangat disarankan agar pada saat pengiriman spesimen tersebut ditempatkan di dalam cool box dengan kondisi suhu 0-4 0 C atau bila diperkirakan lama pengiriman lebih dari 3 hari disarankan spesimen dikirim dengan es kering (dry ice). Tabel 1. memuat daftar spesimen yang dapat diambil berikut persyaratan penyimpanan dan pengirimannya.,2 2

Tabel 1. Jenis spesimen untuk pengujian MERSCoV, berikut cara penanganannya 1,2 Jenis spesimen Dahak yang dihasilkan secara alami * Bilasan bronkoalveolar (Bronchoalveolar lavage) Media pengiriman Tidak ada Tidak ada Pengiriman ke laboratorium Kategori bahaya pengiriman Dengan es. Zat biologis, Bila penundaan Kategori B pengujian > 24 jam, disarankan dibekukan dengan es kering Dengan es. Idem Bila penundaan pengujian > 24 jam, disarankan dibekukan dengan es kering Catatan Pastikan materi diambil dari saluran pernafasan bawah Mungkin terjadi pengenceran (dilusi) virus, namun spesimen masih dapat digunakan Aspirat trakea Tidak ada Dengan es. Bila penundaan pengujian > 24 jam, disarankan dibekukan dengan es kering Idem Aspirat nasofaring Tidak ada Dengan es. Idem Bila penundaan pengujian > 24 jam, disarankan dibekukan dengan es kering Kombinasi usap Media Dengan es Idem Virus telah hidung/tenggorokan transport virus terdeteksi pada jenis spesimen ini Swab nasofaring Jaringan yang Media diambil dari biopsi atau otopsi, termasuk dari paru-paru Serum untuk serologi atau deteksi virus Spesimen darah (whole blood) Spesimen yang harus diambil WAJIB BILA MEMUNGKINKAN BILA MEMUNGKINKAN BILA MEMUNGKINKAN WAJIB Media Dengan es Idem WAJIB transport virus transport virus atau garam fisiologis Tidak ada EDTA antikoagulan Dengan es. Idem Bila penundaan pengujian > 24 jam, disarankan dibekukan dengan es kering BILA MEMUNGKINKAN Selalu ambil sampel Dengan es atau Idem WAJIB berpasangan bila dalam keadaan memungkinkan. beku Akut-minggu pertama sakit Konvalensen-idealnya 3-4 minggu kemudian. Dengan es Idem Untuk deteksi BILA virus, sebaiknya MEMUNGKINKAN pada minggu pertama sakit 3

Pengambilan sampel sputum dengan cara induksi dapat menimbulkan risiko infeksi tambahan bagi petugas kesehatan. Pengambilan spesimen lain seperti; urin, feses, atau spesimen lainnya disesuaikan dengan kondisi pasien. 1.2. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan diagnosis laboratorium kasus infeksi MERS-CoV dilakukan dengan metoda RT-PCR dan dikonfirmasi dengan teknik sekuensing. 1,2 Pengujian ada/ tidaknya virus pada spesimen harus dilakukan di laboratorium dengan peralatan yang memadai oleh staf yang telah melalui pelatihan teknis dan prosedur keselamatan terkait. Pemeriksaan laboratorium diagnostik untuk MERS-CoV mencakup pemeriksaan pada gen protein E (upe) 3, gen ORF1b,gen ORF1a 4. Selain itu, telah teridentifikasi beberapa situs target pada genom MERS-CoV untuk sekuensing guna membantu memperoleh konfirmasi. Situs-situs tersebut ada pada gen protein RNA polymerase pada RdRp RNA dan nukleokapsid (N). 3 Bila terdapat hasil yang berbeda dari dua pengujian pada situs-situs unik pada genom MERS-CoV, harus dilakukan sekuensing dari amplikon (produk PCR) yang dihasilkan dari pengujian PCR yang sesuai guna memastikan hasil pengujian. Data sekuen tersebut, digunakan untuk konfirmasi virus MERS-CoV serta merupakan sumber informasi yang berharga untuk memahami asal virus dan apakah virus tersebut berasal dari satu atau beberapa sumber. Oleh karena itu, sekuensing terhadap nukleotida dan asam amino dari sebanyak mungkin spesimen positif sangatlah direkomendasikan. 4

Gambar 1. Algoritma pemeriksaan laboratorium untuk kasus-kasus MERS-CoV 1,2,3,4 Kasus yang sedang diinvestigasi RT-PCR spesifik gen upe Lab RujukanNasional (Badan Litbangkes) Positif Negatif Pengujian RT-PCR gen ORF 1a Negatif Sekuensing gen RdRp dan/atau gen N Lab Rujukan Nasional (Badan Litbangkes) Kasus Positif Konfirmasi MERS-CoV Negatif Keterangan: * Panah merah: pemeriksaan diagnostik RT-PCR dapat dilakukan di laboratorium pelaksana yang memadai dan laboratorium rujukan (Balitbangkes) secara paralel. * Panah hijau: pemeriksaan konfirmasi dilakukan di laboratorium rujukan (Balitbangkes) * Saat ini pemeriksaan dilakukan di laboratorium virologi Badan Litbangkes, sampai laboratorium pelaksana mampu untuk melakukan pemeriksaan sendiri. Salah satu syarat berikut harus dipenuhi untuk menyatakan sebuah kasus telah mendapatkan konfirmasi laboratorium (Gambar1): Hasil uji PCR positif untuk setidaknya DUA target spesifik berbeda pada genom MERS-CoV ATAU Satu hasil uji PCR positif untuk SATU target spesifik pada genom MERS- CoV dan HASIL SEKUENSING pada PCR produknya, yang memastikan kesamaan identitas dengan sekuen virus baru yang telah dikenal. 5

Satu hasil positif uji PCR untuk satu target spesifik tanpa uji lebih lanjut belum kuat untuk membuktikan infeksi MERS-CoV. Klasifikasi akhir kasus akan bergantung pada informasi klinis dan epidemiologis yang dikombinasikan dengan data laboratorium. Penting untuk diingat bahwa serangkaian hasil negatif tidak berarti mengeliminasi kemungkinan infeksi pada pasien yang menunjukan gejala klinis. Sejumlah faktor juga dapat menghasilkan hasil negatif yang salah, misalnya saja faktor-faktor: Kualitas spesimen yang buruk, misalnya spesimen saluran pernafasan yang terlalu banyak mengandung materi orofaringeal Spesimen yang terlalu dini/lambat Spesimen yang tidak ditangani dan dipindahkan dengan baik Faktor teknis selama pengujian, misalnya mutasi virus atau hambatan PCR Saat bukti klinis dan epidemiologi menunjukkan adanya infeksi MERS- CoV meskipun hasil PCR nya negatif, pengujian serologis dapat dilakukan untuk memastikan terjadinya infeksi.oleh karena itu sangat penting untuk mengambil sampel serum berpasangan dari kasus yang diteliti. Hasil laboratorium dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan selaku focal point IHR dan diinformasikan kepada pengirim. ALAMAT KONTAK LABORATORIUM Alamat pengiriman spesimen : Laboratorium Virologi d.a. Laboratorium Nasional Prof. Sri Oemijati Jalan Percetakan Negara 23 Jakarta 10560 Telp. 021-42887606 Kontak Person : Dr. dr. VIVI SETIAWATY, M.Biomed d.a. Laboratorium Nasional Prof. Sri Oemijati Jalan Percetakan Negara 23 Jakarta 10560 HP. 08179804571 6

DAFTAR PUSTAKA 1. WHO. 2012. Laboratory testing for novel coronavirus. Interim Recommendation.http://www.who.int/csr/disease/coronavirus_ infections/laboratorytestingnovelcoronavirus 2. WHO. 2013. Interim Surveillance recommendation for human infection with middle east respiratory syndrome coronavirus. http://www.who.int/csr/disease/coronavirus_infections/interimrevi sedsurveillancerecommendations_ncovinfection_27jun13.pdf 3. Corman VM, Eckerle I, Bleicker T, Zaki A, Landt O, Eschbach-Bludau M, van Boheemen S, Gopal R, Ballhause M, Bestebroer TM, Muth D, Müller MA, Drexler JF, Zambon M, Osterhaus AD, Fouchier RM, Drosten C (2012) Detection of a novel human coronavirus by realtime reverse- transcription polymerase chain reaction. Euro Surveill 17: pii=20285. 4. Corman VM, Müller MA, Costabel U, Timm J, Binger T, Meyer B, Kreher P, Lattwein E, Eschbach Bludau M, Nitsche A, Bleicker T, Landt O, Schweiger B, Drexler JF, Osterhaus AD, Haagmans BL, Dittmer U, Bonin F, Wolff T, Drosten C. Assays for laboratory confirmation of novel human coronavirus (hcov-emc) infections. Euro Surveill. 2012;17(49) :pii=20334. 5. Van Boheemen S, et al. 2012. Genomic characterization of a newly discovered coronavirus associated with acute respiratory distress syndrome in humans. mbio 3(6): e00473-12. doi :10.1128/ mbio.00473-12. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan. Peraturan Presiden nomor 72 Tahun 2012 tentang sistem kesehatan nasional Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan http://www.depkes.go.id http://www.pppl.depkes.go.id 7

Nomor : IR.02.02/D/III.6/1981/2013 Lampiran : - Perihal : Peningkatan Kewaspadaan dan Penanganan Jamaah Haji Indonesia dengan Suspek MERS-CoV saat kepulangan ke tanah air. 8 4 Oktober 2013 Yang terhormat, 1. Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Embarkasi/ Debarkasi Haji Seluruh Indonesia 2. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Seluruh Indonesia. Sehubungan dengan rencana kepulangan para Jamaah Haji Indonesia ke tanah air mulai tanggal 20 Oktober 2013, maka diharapkan untuk meningkatkan kewaspadaan dan penanganan Jamaah Haji terhadap kemungkinan suspek MERS-CoV dengan melakukan kegiatan sebagai berikut : 1. Koordinasi dengan TKHI (Kloter) melalui komunikasi cepat untuk mengidentifikasi dan menginformasikan bagi Jamaah Haji dari kloter yang akan masuk ke Indonesia dengan gejala Pneumonia yang memerlukan perawatan di RS antara lain : Demam ( 38oC), Batuk, Sesak napas. 2. Pemasangan Thermal Scanner pada saat pemulangan Jamaah Haji di semua Debarkasi Haji 3. Bagi Jamaah Haji yang sehat dipersilahkan untuk melanjutkan perjalanannya. 4. Bagi Jamaah Haji yang menderita demam dan batuk tetapi tidak ada gejala pneumonia, maka diberikan masker dan brosur, dicatat datanya untuk diinformasikan ke Dinkes setempat dan dipersilakan melanjutkan perjalanannya. 5. Bagi Jamaah Haji yang menderita pneumonia dan atau ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) yang membutuhkan perawatan RS, maka segera dirujuk ke RS. 6. Penatalaksanaan kasus MERS-CoV mengacu pada 5 (lima) dokumen Pedoman Penanganan MERS-CoV yang terdiri dari : 1).Pedoman Umum, 2) Surveilans, 3) Tatalaksana klinis, 4) Pengendalian infeksi, 5) Pengambilan spesimen dan diagnostik kesiapsiagaan menghadapi MERS-CoV. 7. Meningkatkan koordinasi Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota terhadap pelaksanaan K3JH dalam memberikan pelayanan kesehatan haji debarkasi; dan dalam pelaksanaan kegiatan surveilans baik menggunakan Health Alert Card maupun K3JH.

8. Koordinasi kembali dengan Lintas Sektor terkait melalui surat yang berisi himbauan atau anjuran agar petugas di Lapangan (Imigrasi, Bea Cukai, Cargo, Gapura Angkasa, dll) untuk : - Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat - Selalu mencuci tangan setelah kontak dengan Jamaah/barang bawaan Jamaah - Tidak menyentuh hidung dan mulut setelah kontak dengan Jamaah/ barang bawaan Jamaah - Menghindari kontak dengan penumpang yang diduga sakit (menutup hidung & mulut bila perlu) - Segera berobat apabila sakit 9. Melaporkan secara berkala kepada Posko KLB Ditjen PP dan PL jika ditemukan kasus dengan gejala batuk, demam serta gejala sesak napas. Demikian, untuk dapat menjadi acuan. Atas perhatian dan kerjasama Saudara disampaikan banyak terima kasih. Tembusan : 1. Menteri Kesehatan 2. Sekretaris Jenderal Kemenkes 3. Dirjen BUK Kemenkes 4. Kepala Badan Litbangkes 9

10