II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ristono (2009) persediaan adalah barang-barang yang disimpan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

Bab 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

INVENTORY. (Manajemen Persediaan)

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II BAHAN RUJUKAN. dagang maupun manufaktur. Bagi perusahaan manufaktur, persediaan menjadi. berpengaruh pada kegiatan produksi dan penjualan.

TINJAUAN PUSTAKA. (2000), persediaan merupakan sebuah aktiva yang meliputi barang-barang milik

ANALISIS PERHITUNGAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: Vol.4, No.5, Desember 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA WAROENG JEANS CABANG P. ANTASARI SAMARINDA

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persediaan (inventory) merupakan barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DAN BAHAN PENOLONG DENGAN METODE ECONOMICAL ORDER QUANTITY (EOQ) PADA PT. SUKOREJO INDAH TEXTILE BATANG

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Manajemen Persediaan INVENTORY

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang

Pengelolaan Persediaan

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tauco di Perusahaan Kecap Manalagi Kota Denpasar Provinsi Bali

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB II LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Asti Widayanti S.Si M.T

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DALAM MENGEFISIENKAN BIAYA PERSEDIAAN PADA UMKM KUE NIKMAT RASA ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada

BAB II KERANGKA TEORITIS

INVENTORY Klasifikasi Bahan Baku :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

MENGENAL MODEL PERSEDIAAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EOQ PADA UD. ADI MABEL

BAB II LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis

INVENTORY. Bambang Shofari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

MANAJEMEN PERSEDIAAN

Prosiding Manajemen ISSN:

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Manajemen Produksi dan Operasi. Inventory M-4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

(2004) dengan penelitian yang diiakukan oleh penulis adalah metode pemecahan

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan

Proudly present. Manajemen Persediaan. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK.

I. PENDAHULUAN. perusahaan jasa boga dan perusahaan pertanian maupun peternakan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. a. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Persediaan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORETIS

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Menurut Ristono (2009) persediaan adalah barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi, dan persediaan barang jadi. Menurut Alexandri (2009) persediaan adalah suatu aktiva yang melipiti barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Persediaan merupakan suatu model yang umum digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan usaha pengendalian bahan baku maupun barang jadi dalam suatu aktifitas perusahaan. Ciri khas dari model persediaan adalah solusi optimalnya difokuskan untuk menjamin persediaan dengan biaya yang serendah rendahnya, Ristono (2009). Menurut Assauri (1999) pengertian persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang barang milik perusahaan dengan maksud untuk di jual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Pada dasarnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus dilakukan 6

7 secara berturut turut untuk memproduksi barang serta selanjutnya menyampaikan pada konsumen. Adapun alasan diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan sebagai berikut. 1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan yang dibutuhkan perusahaan, 2. Untuk menumpuk bahan bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran, 3. Memberikan pelayanan kepada pelanggan sebaik baiknya dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapa dipenuhi atau memberikan jaminan tetap ter 4. sediannya barang tersebut. 2.1.1 Fungsi-fungsi persediaan Menurut Rangkuti (2007) fungsi-fungsi persediaan sebagai berikut. 1. Fungsi Decouping Fungsi decouping adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada pemasok. Persediaan ini diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut (Fluktuation stock). 2. Fungsi Economic Lot Sizing Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dengan frekuensi pemesanan yang lebih sedikit, dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan

8 dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko dan sebagainya). 3. Fungsi Antisipasi Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (sensasional inventories). Di samping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman (safety stock/ inventories). 2.1.2 Alasan timbulnya persediaan Menurut Schroeder (1995) empat alasan untuk mengadakan persediaan. 1. Untuk berlindung dari ketidakpastian. Dalam sistem sediaan, terdapat ketidakpastian dalam pemasokan, permintaan dan tenggang waktu pesanan. Stok pengaman dipertahankan dalam sediaan untuk berlindung dari ketidakpastian tersebut. 2. Untuk memungkinkan produksi dan pembelian ekonomis. Sering lebih ekonomis untuk memproduksi bahan dalam jumlah besar. Dalam kasus ini, sejumlah besar barang dapat diproduksi dalam periode waktu yang pendek, dan kemudian tidak ada produksi selanjutnya yang dilakukan sampai jumlah tersebut hampir habis. 3. Untuk mengatasi perubahan yang diantisipasi dalam permintaan dan penawaran. Ada beberapa tipe situasi dimana perubahan dalam permintaan atau penawaran

9 dapat diantisipasi. salah satu kasus adalah dimana harga atau ketersediaan bahan baku diperkirakan untuk berubah. Sumber lain antisipasi adalah promosi pasar yang direncanakan dimana sejumlah besar barang jadi dapat disediakan sebelum dijual. Akhirnya perusahaan-perusahaan dalam usaha musiman sering mengantisipasi permintaan untuk memperlancar pekerjaan. 4. Menyediakan untuk transit. Sediaan dalam perjalanan (transit inventories) terdiri dari bahan yang berada dalam perjalanan dari satu titik ke titik yang lainnya. Sediaan-sediaan ini dipengaruhi oleh keputusan lokasi pabrik dan pilihan alat angkut. Secara teknis, sediaan yang bergerak antara tahap-tahap produksi, walaupun didalam satu pabrik, juga dapat digolongkan sebagai sediaan dalam perjalanan. Kadang-kadang, sediaan dalam perjalanan disebut sediaan pipa saluran karena ini berada dalam pipa saluran distribusi. 2.1.3 Peran persediaan Menurut Rangkuti (2007) persediaan yang diadakan mulai dari bahan baku sampai barang jadi, memiliki peran sebagai berikut. 1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang. 2. Menghilangkan resiko barang yang rusak. 3. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan 4. Mencapai penggunaan mesin yang optimal. 5. Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya bagi konsumen. 2.1.4 Biaya-biaya persediaan Menurut Syamsuddin (2002) yang termasuk dalam biaya persediaan pada adalah sebagai berikut.

10 1. Biaya pemesanan (ordering cost) Biaya-biaya pemesanan ini akan semakin kecil dengan semakin besarnya kuantitas barang yang dipesan dalam setiap kali pemesanan karena hal ini berarti semakin sedikitnya frekuensi pemesanan. Adapun yang termasuk dalam biaya pemesanan ini adalah. a. Biaya-biaya administrasi dan pembuatan surat pemesanan, b. Biaya-biaya pembuatan laporan penerimaan barang, c. Biaya-biaya pengiriman dan pembuatan check untuk pembayaran d. Biaya-biaya auditing dari pembayaran dilakukan. 2. Biaya penyimpanan (carrying cost) Biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang berubah sesuai dengan perubahan nilai persediaan dimana perhitungannya dinyatakan dalam persentase dari nilai rata-rata persediaan. Biaya ini akan semakin besar dengan bertambah besarnya nilai persediaan. Adapun biaya-biaya yang termasuk dalam kategori biaya penyimpanan adalah sebagai berikut. a. Biaya sewa gudang b. Biaya asuransi c. Biaya perawatan gudang Menurut Rangkuti (2007) biaya-biaya persediaan yang harus dipertimbangkan adalah sebagai berikut. 1. Biaya Penyimpanan (Holding Cost/Carring cost) Holding cost terdiri dari biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan, biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila

11 kuantitas bahan yang dipesan semangkin banyak atau rata-rata persediaan semangkin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan antara lain. a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,pendingin ruangan, dan sebagainya). b. Biaya modal (Opportunity cost of capital), yaitu alternatif pendapatan atas dana yang di investasikan dalam persediaan. c. Biaya keusangan. d. Biaya perhitungan fisik e. Biaya asuransi persediaan f. Biaya pajak persediaan g. Biaya pencuriaan, pengerusakan atau perampokan h. Biaya penanganan persediaan dan sebagainya. 2. Biaya pemesanan atau pembeliaan (ordering cost atau procrunement cost). Biaya biaya ini meliputi. a. Pemroresan pesanan dan biaya ekspedisi b. Upah c. Biaya telpon d. Pengeluaran surat-menyurat e. Biaya pengepakan dan penimbangan f. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan g. Biaya pengiriman ke gudang h. Biaya utang lancar dan sebagainya.

12 Pada umumnya, biaya per pesanan (di luar biaya bahan dan potongan kuantitas) tidak naik bila kuantitas pesanan bertambah besar, tetapi apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun, maka biaya pemesanan total akan turun. Biaya pemesanan total per periode (tahunan) sama dengan jumlah pesananan yang dilakukan tiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan. 3. Biaya penyiapan (manufacturing) atau set-up cost. Hal ini terjadi apabila bahanbahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri dalam pabrik perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapan (set-up cost) untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya- biaya ini terdiri dari. a. Biaya mesin menganggur b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung c. Biaya penjadwalan d. Biaya ekspedisi 4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs), adalah biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya- biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut. a. Kehilangan penjualan b. Kehilangan pelanggan c. Biaya pemesanan khusus d. Biaya ekspedisi e. Selisih harga f. Terganggunya operasi

13 g. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial Biaya kekurangan bahan sulit diukur, terutama karena kenyataannya biaya ini merupakan oppurtunity cost yang sulit diperkirakan secara objektif. 2.1.5 Faktor faktor yang mempengaruhi persediaan Menurut Ahyari (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku ada beberapa macam. Dalam hal ini faktor-faktor tersebut akan saling berkaitan, sehingga secara bersama-sama akan mempengaruhi persediaan bahan baku. Adapun faktor-faktor yang dimaksud sebagai berikut. 1. Perkiraan Pemakaian Perkiraan kebutuhan bahan baku ini merupakan perkiraan tentang berapa besar/jumlahnya bahan baku yang akan dipergunakan oleh perusahaan untuk keperluan proses produksi pada periode yang akan datang. 2. Harga bahan baku Harga bahan baku ini merupakan penyusunan perhitungan barapa besar danaperusahaan yang harus disediakan untuk investasi dalam persediaan bahan baku ini. 3. Biaya-biaya persediaan Di dalam perhitungan biaya persediaan ini dikenal ada dua tipe biaya, yaitu biaya- biaya yang semakin besar dengan semakin besarnya rata-rata persediaan, serta biaya yang justru semakin kecil dengan semakin besarnya rata-rata persediaan.

14 4. Kebijakan pembelian Seberapa besar persediaan bahan baku akan mendapatkan dana dari perusahaan akan tergantung kepada kebijaksanaan pembelanjaan dari dalam perusahaan tersebut, dan juga apakah dana yang disediakan tersebut cukup untuk pembayaran semua bahan yang diperlukan perusahaan, ataukah hanya sebagian saja. 5. Pemakaian senyatanya Seberapa besar penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta bagaimana hubungannya dengan perkiraan pemakaiannya yang telah disusun harus senantiasa dianalisa. Dengan demikian maka akan dapat disusun perkiraan kebutuhan bahan baku mendekati kepada kenyataan. 6. Waktu tunggu Waktu tunggu (lead time) adalah merupakan tenggang waktu yang diperlukan (yang terjadi) antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu ini sangat perlu untuk diperhatikan oleh karena hal ini sangat erat hubungannya dengan penentuan saat pemesanan kembali (re order). 2.2 Pengawasan Pengawasan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengendalian atas kegiatan yang telah dan sedang dilakukan, agar kegiatan kegiatan tersebut dapat sesuai dengan apa yang diharapkan atau yang telah di rencanakan. Pengawasan juga dimaksudkan untuk memastikan apakah pekerjaan produksi akan mencapai hasil yang memuaskan dengan tujuan perusahaan yang telah ditentukan semula, Assauri (1999). Adapun penerapan pengawasan dengan cara pengawasan fisik terhadap persediaan barang menurut Ahyari (1999) adalah sebagai berikut.

15 a. setelah bahan baku diterima, pada umumnya segera dimasukkan kedalam gudang fasilitas penyimpanan bahan baku b. penulisan identitas yang jelas bagi masing-masing gudang dan isinya untuk mencegah terjadinya kekeliruan atau pencampuran bahan baku c. pembungkusan/pengepakan yang cukup baik agar tidak terjadi kerusakan selama masa tunggu d. pengadaan bahan untuk mencegah terjadinya penungguan yang tidak merata e. mengadakan pemeriksaan gudang atau perhitungan fisik (stock opname) secara berkala, misalnya sebulan sekali atau akhir periode. 2.3 Pentingnya pengawasan persediaan Pengertian Pengawasan persediaan menurut assauri (1999) adalah suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan parts, bahan baku, dan barang hasil atau produk, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjulan serta kebutuhan kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien. Menurut Assauri (1999) untuk dapat mengatur suatu tingkat persediaan yang optimum yang dapat memenuhi kebutuhan dalam jumlah, mutu, dan pada waktu yang tepat serta jumlah biaya yang rendah seperti yang diharapkan, maka diperlukan suatu sistem pengawasan persediaan yang harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut. 1. Terdapatnya gudang yang cukup luas dan teratur 2. Sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang yang dapat dipercaya, terutama penjaga gudang

16 3. Suatu sistem pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan bahan/barang. 4. Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan/barang. 5. Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukan jumlah yang dipesan, yang dibagikan/dikeluarkan dan yang tersedia dalam gudang. 6. Pemeriksaan fisik barang/jasa secara langsung 7. Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang telah dikeluarkan. 8. Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin. 2.4 Pengertian Bahan Baku Menurut Mulyadi (2005) bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Dalam sebuah perusahaan bahan baku dan bahan penolong memiliki arti yang sangat penting, karena menjadi modal terjadinya proses produksi sampai hasil produksi. Pengelompokan bahan baku dan bahan penolong bertujuan untuk pengendalian bahan dan pembebanan biaya ke harga pokok produksi. Pengendalian bahan diprioritaskan pada bahan yang nilainya relatif tinggi yaitu bahan baku. 2.5 Tanaman Koro Pedang Tanaman koro pedang (Canavalia ensiformis) mempunyai bentuk daun trifoliat dengan panjang tangkai daun tujuh sampai dengan sepuluh cm, dengan lebar daun sekitar sepuluh cm, tinggi tanaman dapat mencapai satu meter. Bunga berwarna kuning, tumbuh pada ketiak/buku cabang. Bunga termasuk bunga majemuk dan berbunga mulai umur dua hingga tiga bulan. Polong dalam satu tangkai berkisar satu sampai tiga polong. Panjang polong 30 cm dan lebarnya 3,5 cm, polong muda berwarna hijau dan polong tua berwarna kuning jerami. Biji berwarna putih dan

17 tanaman koro dapat dipanen pada sembilan sampai duabelas bulan, namun terdapat varietas berumur genjah umur empat sampai enam bulan (Anonim, 2008). Tanaman koro pedang dapat tumbuh hingga ketinggian 2000 mdpl, tumbuh baik pada suhu rata rata antara 14 27 derajat celcius di lahan tadah hujan atau 12 32 derajat celcius di daerah tropic dataran rendah. Koro pedang dapat tumbuh dan berbiji dengan baik pada lahan kering di musim kemarau karena tanaman ini memiliki sistem perakaran yang kuat. Pertumbuhan koro pedang akan optimal jika mendapatkan sinar matahari penuh, namun pada kondisi ternaungi masih mampu menghasilkan biji dengan baik (Anonim, 2008). Kacang koro pedang (Canavalia ensiformis) memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan produk pangan atau sebagai sumber protein nabati karena mengandung karbohidrat sebesar 55% dan protein sebesar 24% (Augustine, 2010). 2.6 Kebijakan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Menurut Prawirosentono (2001) arti dari perencanaan dan pengendalian bahan baku adalah suatu kegiatan memperkirakan kebutuhan persediaan bahan baku, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara keseluruhan diartikan sebagai upaya menentukan besarnya tingkat persediaan dan mengendalikannya dengan efisien dan efektif. Untuk menentukan pengendalian persediaan bahan baku yang efektif maka diperlukan tujuan perencanaan yang efektif pula dan merupakan kegiatan pengendalian (Controlling). Adapun tujuan perencanaan bahan baku adalah. 1. Agar jumlah persediaan bahan yang tersedia tidak terlalu banyak, artinya dalam jumlah yang cukup efesiensi dan efektif.

18 2. Operasi perusahaan khususnya proses produksi dapat berjalan secara efesiensi dan efektif. 3. Implikasi penyediaan bahan yang efesiensi demi untuk kelancaran proses produksi, berarti harus disediakan investasi sejumlah modal dalam jumlah yang memadai. Untuk mengatur tingkat persediaan dalam jumlah, mutu dan waktu yang tepat. Maka diperlukan pengendalian persediaan bahan yang efektif dan efesien. 2.6.1 Metode economic order quantitiy (EOQ) Menurut Riyanto (2001) economic order quantitiy (EOQ) adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal. Dari pengertian diatas dapat ditegaskan bahwa EOQ bertujuan untuk mengetahui berapa jumlah yang paling ekonomis dalam setiap kali pemesanan sehingga biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan tersebut adalah yang paling rendah. Dalam model ini mempertimbangkan biaya-biaya operasi maupun biaya-biaya finansial serta menentukan kuantitas pemesanan yang akan meminimumkan biaya-biaya persediaan secara keseluruhan (Syamsuddin, 2002). Menurut Riyanto (2001) besarnya EOQ dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut. Dimana : EOQ R S = Jumlah pemesanan bahan baku yang ekonomis(kg) = Jumlah kebutuhan bahan baku (kg) per periode = Biaya pemesanan tiap kali pesan (Rp)

19 P I = Harga bahan baku per kg (Rp) = Biaya penyimpanan yang dinyatakan sebagai suatu persentase dari persediaan rata rata Metode EOQ dapat digunakan apabila asumsi di bawah ini dipenuhi. Adapun asumsi tersebut sebagai berikut (Rangkuti, 2007). 1. Tingkat permintaan adalah konstan, berulang ulang dan diketahui 2. Tenggang waktu pemesanan konstan dan diketahui 3. Tidak diperbolehkan adanya kehabisan persediaan 4. Biaya pemesanan setiap unit adalah konstan 5. Biaya satuan unit adalah konstan Apabila asumsi asumsi diatas terpenuhi maka metode EOQ akan dapat membantu perusahaan dalam menentukan jumlah pemesanan yang paling ekonomis. 2.6.2 Menentukan persediaan penyelamat (safety stock) Menurut Assauri (1999) yang dimaksud dengan persediaan penyelamat (safety stock) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out). Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (Rangkuti, 2007). Oleh karena itu persediaan penyelamat dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan kekurangan bahan maka persediaan penyelamat merupakan perkiraan cadangan untuk menjamin kelancaran produksi perusahaan. 2.6.3 Menentukan titik pemesanan kembali (reorder point) Menurut Assauri (1999) ROP adalah suatu titik dimana perusahaan harus melakukan pemesanan kembali apabila persediaan bahan yang terdapat didalam

20 perusahaan telah mencapai titik tertentu. ROP dapat terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat dalam stok berkurang terus. Dengan demikian perusahaan harus menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan. Sedangkan menurut Riyanto (2001) Dalam ROP jarak waktu pemesanan antara satu pesanan dengan pesanan lain tidaklah sama, tergantung pada fluktuasi penggunaan persediaan dan fluktuasi waktu antara kapan perusahaan melakukan pemesanan sampai bahan-bahan yang dipesan diterima digudang perusahaan(yang disebut lead time). Titik pemesanan kembali sering juga disebut dengan reorder point dengan demikian Reorder Point ialah saat atau titik dimana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan itu tepat pada waktu dimana persediaan diatas safety stock sama dengan nol. 2.6.4 Menentukan jumlah persediaan maksimum (maximum inventory) Persediaan maksimum merupakan jumlah persediaan yang paling besar yang harus dimiliki oleh perusahaan. Batas maksimum ini terkadang tidak didasarkan atas pertimbangan efisiensi dan efektifitas kegiatan perusahaan. Menurut Assauri (1999) dalam menentukan jumlah persediaan dari persediaan maksimum (maximum inventory) yaitu dengan cara menjumlahkan antara EOQ dengan persediaan penyelamat. 2.6.5 Total biaya persediaan (total inventory cost) Dalam mengadakan persediaan bahan baku, perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk keperluan persediaan bahan baku tersebut. Adapun biaya persediaan bahan baku tersebut terdiri atas.

21 Biaya persediaan untuk pembelian bahan baku yang terdiri atas total biaya pemesanan dan total biaya penyimpanan. Untuk menentukan biaya ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Ahyari, 1999) TIC = c T q 2 + R o q Di mana: TIC = Total Inventory Cost R = Jumlah kebutuhan bahan baku selama satu Periode (Kg) o = Biaya pesan untuk setiap pemesanan (Rp) c = Tarif biaya penyimpanan per unit tiap periode (Rp) T = Periode penyimpanan (1 tahun) q = Jumlah pemesanan setiap kali pesan (Kg) 2.7 Kerangka Pemikiran Teoritis Bagi perusahaan, khususnya perusahaan industri mengadakan persediaan bahan baku secara terencana merupakan hal yang sangat penting guna menghadapi persaingan yang ketat. Bermasalahnya persediaan bahan baku akan berdampak pada kelancaran proses produksi dan tujuan perusahaan untuk mencapai kentungan yang salah satunya ditentukan oleh persediaan bahan baku, oleh karena itu perusahaan memerlukan pengendaliaan persediaan bahan baku yang diharapkan dapat meminimalkan permasalahan mengenai bahan baku yang berlebih ataupun kekurangan sehingga pada tahap produksi perusahaan dapat melakukan proses produksi dengan efektif. Bahan baku merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan jalannya proses produksi suatu perusahaan. Jika jumlah bahan baku tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan maka akan menyebabkan ketidaklancaran

22 proses produksi, sehingga output yang diperoleh tidak maksimal. Jumlah bahan baku yang terlalu banyak akan menyebabkan biaya persediaan yang terlalu besar, begitu pula dengan jumlah bahan baku yang terlalu sedikit tidak dapat mencukupi kebutuhan untuk proses produksi. Setiap perusahaan selalu dihadapkan pada persoalan tentang bagaimana mengefisiensikan biaya produksinya agar dapat tercapai jumlah produksi yang maksimal. Biaya pengelolaan bahan baku atau biaya persediaan merupakan salah satu dari jenis biaya produksi yang jumlahnya cukup besar, sehingga diperlukan adanya pengendalian persediaan bahan baku (Veronica, 2013). Analisis persediaan bahan baku pada penelitian ini dilakukan pada UD Arjuna Bali, selanjutnya akan diketahui identifikasi sistem persediaan bahan baku yang terdiri dari tiga variabel diantaranya pemakaian bahan baku (perkiraan dan senyatanya), biaya persediaan (biaya simpan dan biaya pesan) dan Lead time, setelah tiga variabel tersebut diketahui maka total biaya aktual dan total biaya normatif dapat dihitung. Total biaya aktual adalah total biaya yang dikeluarkan perusahaan sebelum melakukan analisis, sedangkan total biaya normatif adalah total biaya yang dikeluarkan perusahaan setelah dilakukan sebuah analisis persediaan bahan baku. Adapun penghitungan total biaya normatif terhadap persediaan bahan baku meliputi, penghitungan jumlah pemesanan ekonomis, menentukan persediaan penyelamat, menentukan titik pemesanan kembali, menentukan jumlah persediaan maksimal dan menentukan besarnya biaya dalam persediaan. Kemudian setelah total biaya aktual dan normatif diketahui maka akan dihitung selisih antara total biaya aktual dan total biaya normatif yang hasilnya merupakan efisiensi biaya yang dapat

23 direkomendasikan untuk UD Arjuna Bali apabila menerapkan analisis EOQ dalam penyediaan bahan baku. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis persediaan bahan baku kacang koro pada UD Arjuna Bali dan hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi perusahaan dalam efisiensi pengeluaran biaya persediaan, untuk lebih memperjelas gambaran mengenai penelitian yang akan dilakukan, dapat dilihat bagan alur pemikiran penelitian yang akan dilakukan pada Gambar 2.1.

24 UD Arjuna Bali Identifikasi Sistem Persediaan Bahan Baku Pemakaian bahan baku (perkiraan dan senyatanya) Biaya Persediaan Biaya Simpan Biaya Pesan Lead Time Analisis Persediaan Bahan Baku Total Biaya Aktual Perhitungan terhadap persediaan bahan baku: 1. Economic Order quantity (EOQ) 2. Safety Stock (SS) 3. Reorder Point (ROP) 4. Maximum Inventory (MI) 5. Total Inventory Cost (TIC) Biaya Normatif. Efisiensi Biaya Rekomendasi Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Analisis Persediaan Bahan Baku Kacang Koro Pedang Pada UD Arjuna Bali