Ekspansi: Merger 1 BAB 12 EKSPANSI: MERGER

dokumen-dokumen yang mirip
Merger dan Akuisisi Pengertian Merger dan Akuisisi Merger Akuisisi Jenis-jenis Merger dan Akusisi a. Merger b. Konsolidasi c.

PERTEMUAN 1 & 2 PENGGABUNGAN USAHA

Manajemen Keuangan Lanjutan TIMKEN COMPANY CASE. Christian Fernando Hesti Sri Budiastuti Ketut Sonya Adnyani M. Ariffudin Muchlis

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu strategi yang dapat dilakukan perusahaan dalam. yang dapat dilakukan baik dalam bentuk ekspansi internal maupun ekspansi

Bab 5 Penganggaran Modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merger merupakan suatu kebijakan yang diambil perusahaan dalam rangka

PENGGABUNGAN BADAN USAHA (MERGER DAN AKUISISI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

MANAJEMEN MERGER PERBANKAN. /

PERTEMUAN 1 PENGGABUNGAN USAHA

Bab 9 Kebijakan Dividen

BAB VIII ASPEK KEUANGAN SYAFRIZAL HELMI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan ekspansi. Ekspansi bisnis terbagi menjadi 2 (dua) jenis,

ASPEK PERPAJAKAN DALAM RANGKA MERGER DAN AKUISISI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. di semua sektor, baik sektor yang sama maupun sektor yang berbeda. Kondisi

ANALISIS FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PT. ASTRA AGRO LESTARI, TBK UNTUK PERIODE

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT INDOSAT TBK PERIODE DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS PERUSAHAAN

Neraca Konsolidasi PT. GUDANG GARAM, Tbk.

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN

Business Combination (Penggabungan Usaha)

Penganggaran Modal 1 BAB 10 PENGANGGARAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. muncul berkaitan dengan efisiensi informasi. Hal ini dapat terjadi karena pasar

MERGER & AKUISISI. 1. Konsep merger dan akuisisi 2. Klasifikasi merger dan akuisisi 3. Pembiayaan merger dan akuisisi

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

DIVIDEN POLICY. Laba Sebelum Pajak. Laba Setelah Pajak. Pajak. Deviden. Laba yg tersedia bagi Pemegang Saham Biasa. Laba Setelah.

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan tujuan investasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : 1. Investasi jangka pendek (sudah dibahas) 2. Investasi jangka panjang

CAKUPAN PEMBAHASAN 1/23

AN INTRODUCTION TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENT (LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI-SUATU PENGANTAR)

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara dapat dilihat dan diukur melalui berbagai cara, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. CAKUPAN PEMBAHASAN

BAB V. Laporan Konsolidasi Pada Tanggal Akuisisi

BAB V PENUTUP. perbandingan kinerja perusahaan setelah merger dan akuisisi selama periode 2010

MATERI 10 ANALISIS PERUSAHAAN. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam jangka panjang, tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. hanya saja pengendaliaan operasionalnya diambil oleh perusahaan pengakuisisi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULAN. Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar modal (capital market)

ANALISA LAPORAN KEUANGAN ERDIKHA ELIT

1/45 OVERVIEW

BAB II LANDASAN TEORI

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING)

12/23/2016. Studi Kelayakan Bisnis/ RZ / UNIRA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya sebagai pedoman

Bab I PENDAHULUAN. ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR

Materi 14 MERGER DAN AKUISISI RESTRUKTURISASI, REORGANISASI, DAN LIKUIDASI

TERJEMAHAN DIKTAT AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN BAGIAN 1

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan, baik perusahaan dagang, industri,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut, salah satunya menggunakan laporan keuangan. Pengguna

MODUL KE- 12 KONSOLIDASI PERUBAHAN KEPEMI LIKAN (CONSOLIDATION CHANGE OF OWNERSHIP INTEREST)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi, alangkah baiknya apabila kita tidak hanya menempatkan

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK. Nama NPM Jurusan Pembimbing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi, investasi digolongkan menjadi dua, yaitu : menganggur, sedangkan investasi jangka panjang bertujuan untuk :

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH

PENGAKUAN DALAM NERACA

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

I PENDAHULUAN. Pada tanggal 8 Juni 2010, Bisnis Indonesia menurunkan headline Telkom siap caplok Bakrie:

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan memiliki persediaan yang dimiliki dan digunakan atau

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan ukuran besaran yang disepakati untuk mencapai tujuan jangka

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan, keberhasilan maupun kegagalan dalam mengelola sumber daya serta

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktvitas investasi yang dilakukan investor dihadapkan pada berbagai macam resiko

PERTEMUAN 7 & 8. Metode Harga Perolehan (Cost Method)

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

MERGER DAN AKUISISI INTERN. Menambah Kapasitas Pabrik Menambah Unit Produksi Menambah Divisi Baru dll. MERGER & AKUISISI EKSPANSI USAHA

BAB I PENDAHULUAN. satu pembiayaan eksternal bagi dunia usaha dan sebagai wadah investasi bagi

sejarah perusahaan. untuk melanjutkan operasi Teknik-Teknik Analisis Laporan Keuangan teknik yang lazim dipakai yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan yang berdiri dan berkembang sesuai dengan meningkatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian terdahulu oleh beberapa penulis, antara lain :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal dapat dijadikan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk

MERGER, AKUISISI, DAN RESTRUKTURISASI PERUSAHAAN

PERTEMUAN -2 PARTNERSHIP: Pembubaran. Sutaryo, SE., M.Si., Ak., CA.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dividen dan Pembelian Kembali Saham. Rita Tri Yusnita, SE., MM.

Bab 2: Analisis Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi perusahaan bahkan dapat berkembang. Perusahaan yang mampu untuk

KEBIJAKAN DEVIDEN. Kebijakan deviden yang optimal menyeimbangkan kedua hal tersebut dan memaksimalkan harga saham.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang. atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi

Capital Budgeting. adalah proses pengambilan keputusan jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:111). investasi dalam bentuk saham. Saham (stock atau share) adalah tanda

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada

Transkripsi:

Ekspansi: Merger 1 BAB 12 EKSPANSI: MERGER

Ekspansi: Merger 2 EKSPANSI Ekspansi atau perluasan usaha dapat dilakukan secara internal atau eksternal. Perusahaan dikatakan melakukan ekspansi internal jika perusahaan melakukan investasi mulai dari awal, seperti mendirikan perusahaan baru atau melakukan perluasan perusahaan yang sudah ada. Sementara itu, perusahaan dikatakan melakukan ekspansi eksternal jika perusahaan menggabungkan kegiatan operasionalnya dengan perusahaan lain yang sudah ada. Penggabungan suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sudah ada dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : a. Merger Merger adalah penggabungan dua perusahaan yang ukurannya tidak sama dan hanya satu perusahaan yang tetap survival, yaitu perusahaan yang lebih besar, sedangkan perusahaan yang lebih kecil melebur ke dalam perusahaan yang besar. Misalnya, perusahaan A ukurannya lebih besar daripada perusahaan B, melakukan merger, maka setelah merger perusahaan yang tetap survival adalah perusahaan A. b. Konsolidasi Konsolidasi adalah penggabungan dua perusahaan yang ukurannya relatif sama menjadi satu perusahaan baru. Misalnya, perusahaan A ukurannya relatif sama dengan perusahaan B melakukan konsolidasi, maka muncul perusahaan C sebagai hasil konsolidasi. c. Akuisisi Akuisisi adalah penggabungan dua perusahaan yang mana perusahaan akuisitor membeli sebagian saham perusahaan yang diakuisisi, sehingga pengendalian manajemen perusahaan yang diakuisisi berpindah kepada perusahaan akuisitor, sementara kedua perusahaan masing-masing tetap beroperasi sebagai suatu badan hukum yang berdiri sendiri. Penggunaan ketiga istilah merger, konsolidasi dan akuisisi di dalam prakteknya sering dipertukarkan satu sama lainnya. Apabila ditinjau dari keterkaitan bidang usaha perusahaan yang bergabung, maka penggabungan dua atau lebih perusahaan dapat dibedakan menjadi: a. Penggabungan vertikal, adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang berada pada tingkat proses produksi yang tidak sama. Misalnya penggabungan antara perusahaan sepatu yang memproduksi sepatu dengan pabrik kulit yang memasok bahan baku atau perusahaan sepatu bergabung dengan distributor yang memasarkan sepatu.

Ekspansi: Merger 3 b. Penggabungan horizontal, adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang berada pada tingkat proses produksi yang sama. Misalnya, perusahaan sepatu Batta bergabung dengan perusahaan sepatu Nikke. c. Penggabungan konglomerat, adalah penggabungan dua perusahaan atau lebih yang tidak memiliki kaitan bisnis sama sekali. Misalnya, perusahaan sepatu bergabung dengan perusahaan semen. CARA MELAKUKAN MERGER Suatu perusahaan dapat melakukan merger dengan jalan membeli asset atau saham dari perusahaan lain dan pembayarannya dapat dilakukan dengan tunai atau dengan saham. Apabila pembayarannya dengan tunai, maka transaksi tersebut dikenakan pajak kepada perusahaan yang menjual atau kepada pemegang sahamnya. Hal ini berarti harus ada pengakuan laba atau rugi pada saat transaksi dilakukan. Apabila pembayaran dengan mempergunakan saham, maka tidak dikenakan pajak pada saat transaksi merger dilakukan. Laba atau rugi baru diakui apabila saham tersebut dikemudian hari dijual oleh pemilknya. Dengan demikian apabila pembayaran dilakukan dengan saham, pengenaan pajaknya ditunda sampai dengan saham tersebut dijual pemiliknya. PERLAKUAN AKUNTANSI Dari sudut akuntansi, penggabungan perusahaan dapat diperlakukan sebagai transaksi pembelian (purchase) atau penggabungan kepentingan (pooling of interest). Jika diperlakukan sebagai transaksi pembelian, perusahaam pembeli memperlakukan perusahaan yang dibeli sebagai suatu investasi. Jika perusahaan yang membeli membayar premi di atas harga pasar asset atau saham, maka besarnya premi tersebut dicatat sebagai goodwill di neraca perusahaan yang membeli. Jika diperlakukan sebagai pooling of interest, maka neraca kedua perusahaan digabungkan dengan jalan menjumlahkan nilai aktiva dan utang kedua perusahaan. Sebagai contoh, perusahaan ALFA merger dengan perusahaan BETA, yang dilakukan dengan membeli saham perusahaan BETA dengan nilai Rp 2 juta. Perusahaan BETA mempunyai utang Rp 1 juta dan modal saham Rp 1,2 juta, sedangkan perusahaan ALFA mempunyai modal saham Rp 10 juta dan utang Rp 5 juta sebelum dilakukan merger.

Ekspansi: Merger 4 Jika diperlakukan sebagai transaksi pembelian, karena saham perusahaan BETA bernilai Rp 1,2 juta dibeli dengan harga Rp 2 juta, maka terjadi goodwill sebesar Rp 0,8 juta, (Rp 2 juta Rp 1,2 juta). Perlakuan akuntansinya akan tampak sebagai berikut: ------------------------------------------------------------------------------------------------------- Sebelum Merger Sesudah Merger ------------------------------------------------------------------------------------------------------- ALFA BETA ALFA BETA ------------------------------------------------------------------------------------------------------- - Aktiva bersih berwujud Rp 15 juta Rp 2,2 juta Rp 17,2 juta Rp 17,2 juta - Goodwill 0 0 0,8 juta 0 --------------- --------------- ----------------- ----------------- - Total aktiva Rp 15 juta Rp 2,2 juta Rp 18 juta Rp 17,2 juta ========= ========== ========== ========= - Utang Rp 5 juta Rp 1 juta Rp 6 juta Rp 6 juta - Modal saham 10 juta 1,2 juta 12 juta 11,2 juta --------------- ----------------- ----------------- ----------------- - Total utang dan modal Rp 15 juta Rp 2,2 juta Rp 18 juta Rp 17,2 juta ========= ========== ========= ========= ALASAN PENGGABUNGAN PERUSAHAAN Perusahaan melakukan penggabungan dengan tujuan untuk menciptakan suatu sinergi, artinya hasil yang diperoleh dari penggabungan harus lebih besar dibandingkan jika masing-masing perusahaan beroperasi sendirisendiri, atau dengan kata lain dapat diilustrasikan (2 + 2 = 5). Namun demikian secara spesifik ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan, di antaranya: a. Mencapai operasi yang ekonomis. b. Pertumbuhan. c. Diversifikasi. PENILAIAN MERGER Untuk menentukan apakah merger layak dilakukan atau tidak, ada beberapa pendekatan yang dapat dipergunakan, yaitu:

Ekspansi: Merger 5 Pendekatan Pendapatan (earnings) Pendapatan yang dimaksudkan dalam pendekatan ini dibedakan menjadi pendapatan sekarang (present earning) dan pendapatan di masa yang akan datang (future earning). a. Pendapatan sekarang (present earning) Pendapatan yang dimaksud dalam penekatan ini adalah pendapatan persaham (earning per share ) disingkat EPS. Menurut pendekatan ini merger layak dilakukan jika setelah merger EPS mengalami peningkatan dibandingkan sebelum merger. Contoh, perusahaan A merencanakan merger dengan perusahaan B yang masing-masing memiliki data keuangan sebagai berikut: Keterangan Perusahaan A Perusahaan B ----------------------------------------- -------------------- ----------------------- Pendapatan sekarang Rp 20 juta Rp 5 juta Saham yang beredar 5 juta lembar 2 juta lembar EPS Rp 4,00 Rp 2,50 Harga saham Rp 64,00 Rp 30,00 P/E ratio 16 12 ------------------------------------------------------------------------------------------------- Perusahaan B setuju menawarkan sahamnya dengan harga Rp 35,00 per lembar, dibayar dengan saham perusahaan A. Dengan demikian rasio pertukarannya adalah Rp 35,00/Rp 64,00 atau sama dengan 0,547 saham perusahaan A untuk setiap lembar saham perusahaan B. Dengan demikian untuk membeli seluruh saham perusahaan B dibutuhkan saham perusahaan A sebanyak 0,547 x 2.000.000 lembar = 1.093.750 lembar. Setelah merger EPS perusahaan A menjadi: Keterangan Perusahaan A ------------------------------------- ------------------------ Pendapatan sekarang Rp 25 juta Jumlah saham yang beredar 6.093.750 lembar EPS Rp 4,10 Karena setelah merger EPS perusahaan A meningkat dari Rp 4,00 menjadi Rp 4,10, berarti merger layak dilaksanakan.

Ekspansi: Merger 6 Bagi mantan pemegang saham perusahaan B, setelah merger mengalami penurunan EPS. Hal ini terjadi karena untuk setiap lembar saham perusahaan B, mereka menerima sebanyak 0,547 saham perusahaan A. Oleh karena itu EPS untuk setiap lembar saham perusahaan B adalah sebesar 0,547 x Rp 4,10 = Rp 2,24, dibandingkan dengan EPS sebelum merger sebesar Rp 2,50. Apabila harga yang disepakati Rp 45,00 untuk setiap lembar saham perusahaan B, maka rasio pertukaran akan menjadi Rp 45,00/Rp64,00, atau 0,703 saham perusahaan A untuk setiap lembar saham perusahaan B. Dengan demikian untuk membeli seluruh saham perusahaan B, perusahaan A harus menerbitkan saham baru sebanyak 1.406.250 lembar saham, (Rp 45,00/Rp64,00 x 2.000.000) Setelah merger EPS saham perusahaan A menjadi: Keterangan Perusahaan A -------------------------------------------- ------------------------ Pendapatan sekarang Rp 25 juta Jumlah saham yang beredar 6.406.250 lembar EPS Rp 3,90 Setelah merger dengan perusahaan B ternyata EPS perusahaan A mengalami penurunan. Penurunan EPS akan terjadi, apabila P/E ratio yang dibayar untuk perusahaan B lebih besar daripada P/E ratio perusahaan A, yaitu P/E ratio perusahaan B 18 kali, (Rp 45,00/Rp 2,50), sedangkan P/E ratio perusahaan A 16 kali, (Rp 64,00/Rp 4,00), dan jika sebaliknya akan mengakibatkan terjadi kenaikan EPS. Besarnya jumlah kenaikan atau penurunan EPS setelah merger ditentukan oleh: - Perbedaan P/E ratio, dan - Ukuran relatif perusahaan yang dinyatakan dengan perbandingan total pendapatan perusahaan A dengan perusahaan B. Semakin besar P/E ratio perusahaan yang mengakuisisi (A) dibandingkan dengan P/E ratio perusahaan yang diakuisisi (B), dan semakin besar pendapatan perusahaan yang diakuisisi (B) dibandingkan dengan pendapatan perusahaan yang mengakuisisi (A), maka semakin besar peningkatan EPS perusahaan yang mengakuisisi (A).

Ekspansi: Merger 7 Grafik: Perubahan EPS sebagai fungsi dari perbedaan P/E ratio dan pendapatan relatif. % Perubahan EPS T A /T B = 10/5 T A /T B = 10/3 T A /T B = 10/1 0-10 0,8 1,2 1,5 2,0 2,5 (P A /E A ) / (P B /E B ) b. Pendapatan yang akan datang (future earnings) Apabila keputusan merger hanya didasarkan pada pertimbangan jangka pendek, yaitu pengaruh yang segera terhadap EPS setelah merger, maka apabila terjadi penurunan EPS setelah merger, berarti merger tidak layak dilakukan. Analisis yang demikian tidak mempertimbangkan pengaruh jangka panjang merger terhadap peningkatan EPS di masa yang akan datang. Apabila synergy akibat merger baru dirasakan beberapa waktu kemudian, maka perkembangan pendapatan yang akan datang (future earning) penting untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan merger. Fenomena tersebut dapat digambarkan pada grafik berikut ini. Grafik: EPS yang diharapkan dengan dan tanpa merger. EPS yang diharapkan (Rp) Dengan merger 10 Tanpa merger 8 6 4 2 0 1 2 3 4 5 Tahun

Ekspansi: Merger 8 Pendekatan Nilai Pasar (market value) Berdasarkan nilai pasar saham, maka rasio pertukaran harga saham dihitung dengan rumus sebagai berikut; Rasio pertukaran = Harga pasar saham perusahaan Jumlah saham yang yang membeli yang ditawarkan Harga pasar saham perusahaan yang membeli Misalkan harga saham perusahaan yang membeli Rp 60,00 per lembar dan harga saham perusahaan yang dibeli Rp 30,00 per lembar. Jika perusahaan yang membeli menawarkan 0,5 sahamnya untuk 1 lembar saham perusahaan yang dibeli, maka rasio pertukarannya adalah: Rp 60,00 x 0,5 Rasio pertukaran = --------------------- = 1,00 Rp 30,00 Sebagai contoh, perusahaan A ingin merger dengan perusahaan B, yang memiliki informasi keuangan sebelum merger sebagai berikut: Keterangan Perusahaan A Perusahaan B ---------------------------------------- ------------------- -------------------- Pendapatan sekarang Rp 20 juta Rp 6 juta Jumlah saham yang beredar 6 juta lembar 2 juta lembar EPS Rp 3,33 Rp 3,00 Harga pasar saham Rp 60,00 Rp 30,00 P/E ratio 18 10 Perusahaan A setuju menawarkan 0,667 saham untuk setiap lembar saham perusahaan B. Dengan demikian rasio pertukaran harga sahamnya adalah: Rp 60,00 x 0,667 Rasio pertukaran = ----------------------- = 1,33 Rp 30,00 Dengan kata lain saham perusahaan B ditawarkan dengan harga Rp 40,00 per lembar, ( 1,33 x Rp 30,00 ). Dengan demikian untuk membeli seluruh saham perusahaan B, perusahaan A harus menerbitkan saham baru sebanyak ( 40/60 x 2.000.000 ) = 1.333.333 lembar saham. Apabila P/E ratio perusahaan A setelah merger tetap 18, maka setelah merger harga pasar saham perusahaan A menjadi :

Ekspansi: Merger 9 Keterangan Perusahaan A --------------------------------------------- -------------------- Pendapatan sekarang Rp 26 juta Jumlah saham yang beredar 7.333.333 lembar EPS Rp 3,55 P/E ratio 18 Harga pasar saham Rp 63,90 Karena setelah merger harga pasar saham naik, maka merger layak dilaksanakan. Pendekatan Pendapatan Ekonomis dan Biaya (economic gains and costs) Menurut pendekatan ini ada dua hal yang perlu dipertimbangkan dalam keputusan merger, yaitu pendapatan dan biaya. Pendapatan ekonomis terjadi jika nilai sekarang perusahaan setelah merger lebih besar daripada nilai sekarang perusahaan sebagai suatu entitas (badan usaha) sebelum merger. Misalkan perusahaan A mau merger dengan perusahaan B, pendapatan ekonomis akan terjadi jika: PV AB ( PV A + PV B ). Dengan demikian besarnya pendapatan ekonomis (gains) = PV AB ( PV A + PV B ). Biaya untuk merger dengan perusahaan B besarnya tergantung pada bagaimana cara pembelanjaan merger tersebut. Jika merger dibelanjai dengan kas, biaya untuk merger dengan perusahaan B adalah sejumlah kas yang dibayarkan dikurangi dengan nilai perusahaan B. Dengan demikian besarnya biaya (cost) = Cash - PV B. Nilai sekarang bersih atau net present value (NPV) perusahaan setelah merger adalah merupakan selisih pendapatan ekonomis dan biaya. NPV = Gains Costs = PV AB ( PV A + PV B ) ( Cash PV B ) Sebagai contoh, perusahaan A mempunyai nilai Rp 2.000.000,00 dan perusahaan B mempunyai nilai Rp 200.000,00. Apabila kedua perusahaan tersebut melakukan merger, maka akan terjadi penghematan biaya dengan nilai sekarang (PV) sebesar Rp 120.000,00. Dengan demikian:

Ekspansi: Merger 10 - PV A = Rp 2.000.000,00 - PV B = Rp 200.000,00 - Gain = Rp 120.000,00 - PV AB = Rp 2.320.000,00 Anggap perusahaan B dibayar dengan kas sebesar Rp 250.000,00, maka biaya merger bagi perusahaan A adalah: Cost = Cash - PV B = Rp 250.000,00 Rp 200.000,00 = Rp 50.000,00. Biaya bagi perusahaan A merupakan pendapatan bagi perusahaan B. Besarnya NPV dari merger tersebut adalah : NPV = PV AB - ( PV A + PV B ) ( Cash PV B ) Net gain to A s stockholders = Overall gain to merger Part of gain captured by B s stockholders = Rp 120.000,00 Rp 50.000,00 = Rp 70.000,00. Karena NPV positif, maka merger layak dilaksanakan, dan sebaliknya jika NPV negatif, maka merger tidak layak dilaksanakan. Estimasi Biaya Merger Besar kecilnya biaya merger tergantung bagaimana merger tersebut dibelanjai. a. Jika merger dibelanjai dengan kas. Apabila nilai pasar (MV) sama dengan nilai intrisik (PV), maka merger: Cost = Cash PV B biaya Apabila nilai pasar tidak sama dengan nilai intrisik, maka biaya merger: Cost = ( Cash MV B ) + ( MV B PV B ) Dengan demikian yang dimaksud biaya merger jika nilai pasar tidak sama dengan nilai intrisik adalah premi yang dibayar di atas nilai pasar ditambah dengan perbedaan antara nilai pasar dengan nilai intrisik perusahaan sebagai suatu entitas terpisah.

Ekspansi: Merger 11 Cost = Premium paid over market value of B + Difference between market value as a separate entity. Sebagai contoh, perusahaan A dan B merencanakan merger, dan sebelum merger diumumkan data keuangan kedua perusahaan tersebut tampak sebagai berikut: Keterangan Perusahaan A Perusahaan B --------------------------------------- ------------------- -------------------- Harga pasar saham per lembar Rp 75 Rp 15 Jumlah saham yang beredar 100.000 lembar 60.000 lembar Nilai pasar saham perusahaan Rp 7.500.000,00 Rp 900.000,00 Perusahaan A berkeinginan untuk membayar secara tunai saham perusahaan B dengan harga Rp 1.200.000,00. Jika harga pasar saham perusahaan B hanya mencerminkan nilai sebagai suatu entitas terrpisah (separate entity), maka biaya merger: Cost = ( Cash MV B ) + ( MV B PV B ) = Rp Rp 1.200.000,00 Rp 900.000,00 ) + 0 = Rp 300.000,00 Jika harga saham B meningkat sebasar Rp 2,00 per lembar karena ada desas desus akan ada merger yang menguntungkan, maka biaya merger: Cost = ( Cash MV B ) + ( MV B PV B ) = (Rp 1.200.000,00 Rp 900.000,00)+ (Rp 1.020.000,00 Rp 900.000,00) = Rp 300.000,00 + Rp 120.000,00 = Rp 420.000,00 Perlu diperhatikan, jika pasar salah dalam memprediksi harga saham dan nilai pasar saham perusahaan B lebih kecil dari nilai intrisik (PV) sebagai suatu separate entity, maka biayanya akan negatif. Dengan kata lain jika perusahaan B setuju merger, maka dari sudut pandang perusahaan A merger menguntungkan, namun ditinjau dari sudut pandang perusahaan B merugikan. b. Jika merger dibelanjai dengan saham. Apabila merger dibelanjai dengan saham estimasi biaya lebih sulit dibandingkan dibelanjai dengan kas.

Ekspansi: Merger 12 Sebagai contoh, jika perusahaan A menawarkan sebanyak 16.000 lembar sahamnya sebagai ganti dari kas Rp 1.200.000,00. Karena harga saham perusahaan A Rp 75,0 sebelum pengumuman merger dan saham perusahaan B mempunyai nilai pasar Rp 900.000,00, maka biaya merger: Cost = ( 16.000 x Rp 75,00 ) Rp 900.000,00 = Rp 300.000,00 Namun demikian biaya tersebut belum tentu sama dengan biaya yang sesungguhnya, hal ini karena: - Nilai saham perusahaan B sebagai separate entity mungkin tidak sama dengan Rp 900.000,00 dan - Nilai saham perusahaan A sebagai separate entity mungkin tidak sama dengan Rp 7.500.000,00.