Risiko Underweight pada balita terakhir di Rumah Tangga. The risk of underweight in the youngest children under five of a household

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN PENGELUARAN ROKOK RUMAH TANGGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI INDONESIA (ANALISIS DATA RISKESDAS 2010)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

Risk Factors of Moderate and Severe Malnutrition in Under Five Children at East Nusa Tenggara

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

ABSTRAK GAMBARAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SD SUKASARI I BANDUNG PERIODE

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Henrika Hetti Gulo 1, Evawany 2, Jumirah 3. Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, ABSTRACT

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri. (Hadi, 2012).

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN NUTRITIONAL STATUS OF POOR AND NON-POOR HOUSEHOLDS

FAKTOR RESIKO KEJADIAN KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) PADA BALITA (>2-5 TAHUN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI AUR KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2012

ANALISIS PENGARUH PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERBEDAAN SOSIAL EKONOMI DAN PENGETAHUAN GIZI IBU BALITA GIZI KURANG DAN GIZI NORMAL

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

PENDIDIKAN ORANG TUA, PENGETAHUAN IBU, PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN TAROADA KABUPATEN MAROS

PERAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEJADIAN BALITA PENDEK DI INDONESIA (THE CONTEXTUAL ROLE OF OCCURRENCE STUNTED ON CHILDREN UNDER FIVE IN INDONESIA)

PGM 2011, 34(2): Faktor-faktor penyimpangan positif status gizi balita E. Luciasari; dkk

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

Indoor Pollution Factors which have Relationship with ISPA on Balita in Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 Universitas Indonesia

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA (UMUR 7-24 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODEL REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK MENENTUKAN FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DI SULAWESI TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Tri Kurniasih, FE UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Visi pembangunan bidang kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010, diharapkan

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB III METODE PENELITIAN

FREKUENSI KONSELING GIZI, PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PERUBAHAN BERAT ENERGI PROTEIN (KEP) DI KLINIK GIZI PUSKESMAS KUNCIRAN, KOTA TANGERANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI ANAK UMUR 6-36 BULAN SEBELUM DAN SAAT KRISIS EKONOMI DI JAWA TENGAH. Ingan Ukur Tarigan 1

Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

PREVALENSI BALITA DENGAN BERAT BADAN RENDAH DI SULAWESI UTARA PADA TAHUN 2009 Marsella Dervina Amisi*, Ester Candrawati Musa*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

POLA PEMBERIAN ASI DAN STUNTING BAYI USIA ENAM SAMPAI SEBELAS BULAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

Statistika ITS Surabaya

Oleh: Dian Cahyawati S. Jurusan Matematika FMIPA Universitas Sriwijaya ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI TERJADINYA ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS JETIS I BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2013

BAB II LANDASAN TEORI

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

Determinant Analysis Nutritional Status Children under Five Years in Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. MDGs lainnya, seperti angka kematian anak dan akses terhadap pendidikan

Penel Gizi Makan 2012, 35(1): Analisa determinan stunting anak 0-23 bulan BC. Rosha; dkk

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Status Gizi pada Anak Usia Bawah Dua Tahun yang Diberi Susu Formula Di Daerah Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir 2015

PERAN IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENINGKATAN STATUS GIZI BALITA (Studi di Wilayah Puskesmas II Sumbang Kabupaten Banyumas)

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009

ABSTRAK GAMBARAN PENCAPAIAN PROGRAM KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PADA BALITA DI KOTA KUPANG PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI IBU SAAT HAMIL, PANJANG BADAN LAHIR, BERAT BADAN LAHIR DAN UMUR AWAL PEMBERIAN MP-ASI DENGAN KEADAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

EFEKTIVITAS PROGRAM PMT PEMULIHAN TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN PADA BALITA STATUS GIZI BURUK DI KABUPATEN BANYUMAS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

FAKTOR RISIKO KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA USIA BULAN DI KELURAHAN TAIPA KOTA PALU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO STUNTING PADA BALITA 2-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PETANG II, KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PENGARUH ASPEK HUKUM, PERAN BIDAN DAN HAK ANAK TERHADAP PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KABUPATEN KLATEN

Transkripsi:

Risiko Underweight pada balita terakhir di Rumah Tangga The risk of underweight in the youngest children under five of a household Sri Muljati dan Basuki Budiman Centre for Nutrition Research and Development, Ministry of Health, RI KEYWORDS ABSTRACT underweight; under five children Household health survey and covering all 30 provinces had assessed child nutritional status (underweight) for age 1-59 months, with cut-off point <-2.00 SD. A total sample of 1714 children aged 1-59 months was included in the assessment. The objective of this study was to analyze child nutritional status and factors related to the status. The study revealed that the prevalence of underweight in Indonesia was higher than those of Malaysia or China. Multivariate analysis identified various factors that associated with the prevalence of underweight. Children aged 1-59 months with higher risk of underweight were those head of family age, birth order of children and head of family education. Odd Ratio (OR=1.35), those whose head of family age 25 year and had education less than senior high school (OR=1.25), and birth order of children (OR=1.18). Strategies to improve nutritional status of children should include accelerate nutrition intervention programs, improving carrying knowledge/ practice for children and community development. Status gizi balita merupakan salah satu indikator kesehatan penting yang digunakan dalam penilaian status kesehatan masyarakat. Pentingnya indikator status gizi bukan hanya di tingkat nasional tetapi juga terdapat dalam berbagai komitmen global. Lima dari sembilan tujuan Millenium Development Goals (MDGs) berkaitan dengan masalah gizi kurang. Indikator status gizi (underweight) juga merupakan salah satu komponen untuk menghitung Human Development Index (HDI) dan Human Poverty Index (HPI). Pada tahun 2003, HDI Indonesia 68.2 menempati urutan 112 dari 175 negara, dan HPI 17.9 menempati urutan ke-33 dari 94 negara (Human Development Report 2006). Masalah gizi merupakan masalah yang multi dimensi, dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk ekonomi, pendidikan, sosial budaya, pertanian, kesehatan dan lain-lain. Bagan penyebab kurang gizi yang dikembangkan UNICEF 1990 menunjukkan bahwa krisis ekonomi, politik dan sosial merupakan akar masalah terjadinya kurang gizi. Status gizi anak usia balita berdampak pada kualitas sumberdaya manusia, hal ini dikemukakan Jalal (2007) bahwa balita gizi kurang rentan terhadap infeksi dan mengakibatkan terjadinya gangguan pertumbuhan serta perkembangan yang bersifat permanen tak terpulihkan. Kurang gizi pada anak balita akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan panjang badan sekitar 10 cm, berat badan 2 kg dan hambatan mental berpotensi turun sampai 10 poin serta meningkatkan anemia dan kematian anak (woodhouse, 1999). Menurut Caulfield dan Black (2002) menyatakan bahwa status gizi kurang pada balita menyumbang 60.0 persen kematian anak merupakan underlying causes terhadap penyakit infeksi sebagai penyebab langsung kematian Peningkatan status gizi balita akan berdampak terhadap penurunan morbiditas dan mortalitas anak, pada akhirnya bukan hanya berdampak pada dimensi kesehatan, tetapi juga pada kualitas sumber daya manusia, kecerdasan, prestasi belajar dan ketenagakerjaan Menurut Depkes, (2005) prevalensi underweight pada balita di Indonesia masih 27.5 persen suatu indikasi bahwa Indonesia menghadapi masalah gangguan pertumbuhan yang sangat serius. Tulisan ini merupakan analisis lanjut dari data survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004 dan bertujuan mengkaji faktor-faktor yang berperan terhadap underweight pada balita. Informasi ini diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan prioritas intervensi dalam upaya perbaikan status gizi balita. Correspondence: Sri Muljati, SKM, M.Kes., Jalan Kamojang No. 24 Laladon Indah, Ciomas, Bogor

BAHAN DAN CARA KERJA Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004 merupakan survei kesehatan di masyarakat yang diselenggarakan terintegrasi dengan Susenas 2004 yang dilaksanakan di 30 provinsi di Indonesia menggunakan desain potong lintang, metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, pengukuran dan pemeriksaan darah dengan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah. Sampel SKRT merupakan sub-sampel dari Susenas modul yang diselenggarakan oleh BPS (Biro Pusat Statistik) dengan ukuran 10.000 rumah-tangga yang dipilih secara sistimatik. Sedangkan ukuran susenas modul yaitu 67.072 rumah-tangga. SKRT mampu memberikan gambaran nasional dan kawasan(skrt, 2004). Subyek dalam analisis ini adalah balita terakhir dari rumah-tangga yang menjadi sampel dalam Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004. Populasi dalam analisis ini adalah seluruh balita terakhir dari setiap rumah tangga sampel dalam Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004. Kriteria inklusi subyek yang menjadi sampel dalam analisis ini yaitu subyek memiliki hubungan ayah dengan kepala keluarga dan memiliki hubungan ibu dengan pasangan kepala keluarga. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh sebanyak 1728 anak balita, namun yang dapat disertakan dalam analisis sebanyak 1714 balita yaitu yang memiliki data umur dan berat badan secara lengkap. Penentuan status gizi dengan katagori underweight dan tidak underweight menggunakan indeks BB/U yaitu berat badan menurut umur sesuai dengan pedoman WHO NCHS tahun (2003). Termasuk katagori underweight bila subyek memiliki (nilai Z-skore BB/U < -2 SD) dan tidak underweight bila (nilai Z-skore BB/U -2 SD). Setelah dipilah berdasarkan katagori status gizi tersebut, dari 1714 balita diperoleh sebanyak 1278 balita (74.8%) yang termasuk katagori tidak underweight dan sebanyak 436 balita (25.4%) yang ternasuk katagori underweight. Dalam analisis ini variabel status gizi merupakan variabel terikat yang terdiri dari dua katagori yaitu katagori nilai 0 untuk subyek yang tidak underweight dan katagori nilai 1 untuk subyek yang underweight. Penyakit infeksi dan status gizi saling mempengaruhi, namun karena keterbatasan data, informasi penyakit infeksi dan konsumsi tidak disertakan dalam analisis ini. Pendidikan, pekerjaan dan umur orang tua, jumlah anggota rumah tangga, jumlah balita, nomor urut anak, jenis kelamin, umur anak serta pendapatan keluarga per bulan secara tidak langsung dapat mempengaruhi status gizi balita merupakan variabel bebas dalam analisis ini. Penentuan katagori miskin menggunakan batas kemiskinan Rp.108.725,- untuk pedesaan dan Rp.143.455,- perkotaan dari pendapatan perkapita per bulan sesuai ketentuan Biro Pusat Statistik 2004. Analisis dilakukan dalam tiga tahap yaitu analisis univariat, bivariat, multivariat. Analisis univariat ditujukan untuk mengetahui sebaran nilai setiap variabel, sebagai bahan untuk melakukan pengelompokan dalam analisis selanjutnya. Analsis bivariate diperlukan untuk menilai hubungan status gizi balita (underweight) dengan variabel independen yang sesuai. Uji yang digunakan untuk menilai hubungan adalah Chi-square test. Analisis multivariate dilakukan untuk menilai hubungan status gizi (underweight) dengan beberapa variabel independen secara sekaligus melalui Regresi logistik ganda HASIL Subyek umumnya berasal dari rumah-tangga dengan jumlah anggota keluarga sebanyak empat orang (Tabel 1) dan jumlah orang dewasa sebanyak dua orang. Subyek umumnya berasal dari rumahtangga yang memiliki satu orang balita namun masih ditemukan rumah-tangga dengan jumlah balita sebanyak tiga orang. Umur subyek dihitung berdasarkan bulan, rerata berumur 29 bulan, termuda berumur satu bulan dan tertua 59 bulan, subyek laki-laki 53.0 persen dan 47.0 persen perempuan. Subyek berasal dari rumah tangga dengan median pengeluaran per kapita per bulan sebesar Rp.159349,-. Umur kepala keluarga rerata 35 tahun sedangkan rerata umur pasangannya/istri adalah 30 tahun. Berdasarkan pekerjaan kepala keluarga sebanyak 52.2 persen memiliki usaha sendiri, 36.4 persen bekerja sebagai buruh/karyawan. Sedangkan yang lainnya sebanyak 9.0 persen sebagai pekerja bebas dan 2.5 persen tidak memiliki pekerjaan. Sebahagian besar ibu subyek 66.3 persen tidak bekerja, 11.0 persen melakukan usaha sendiri, 7.9 persen sebagai buruh/karyawan dan 14.8 persen pekerja bebas. Pendidikan formal sebagian besar kepala keluarga 49.5% memiliki pendidikan SD dan SMP, 33.6 persen SMA atau lebih tinggi dan 16.9 persen tidak sekolah/tidak tamat SD. Hal yang sama ditemukan pada pendidikan pasangannya, SD dan SMP yaitu 56.3 persen. pendidikan SMA atau lebih

tinggi sebanyak 25.6 persen. Lokasi tempat tinggal 45.3 persen di perkotaan dan 54.7 persen di pedesaaan. Berdasarkan status ekonomi, 34.8 persen subyek termasuk katagori kaya dan 65.2 persen termasuk katagori miskin dan 82.0 persen keluarga miskin berada di pedesaan. Bila dipilah menurut status gizi sebanyak 74.6 persen subyek termasuk katagori tidak underweight dan 25.4 persen termasuk katagori underweight. (Tabel 2). Bila dipilah menurut umur,distribusi balita terbanyak berada pada kelompok 24 bulan atau lebih yaitu sebanyak 64.5%. Sedangkan pada kelompok umur kurang dari satu tahun ditemukan sebanyak 13.8% dan pada kelompok 12-23 bulan sebanyak 21.8% (Tabel 3). Hasil analisis menunjukkan bahwa setelah dipilah menurut umur dan status gizi ternyata underweight telah dialami balita sejak umur yang sangat dini kemudian meningkat sejalan dengan bertambahnya umur anak. Terlihat dalam Gambar.1 bahwa underweight terjadi pada umur kurang dari enam bulan dan proporsi undetweight terbanyak setelah umur enam bulan hal ini dapat difahami bahwa pada umur tersebut anak sudah diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) karena kebutuhan anak sudah meningkat sehingga tidak cukup bila hanya mengandalkan ASI. Namun setelah umur di atas 24 bulan tampak penurunan keadaan ini karena anak sudah dapat mengkonsumsi makanan yang lebih bervariasi. Disajikan dalam Tabel 4, hasil uji bivariat beberapa variabel yang diidentifikasi berhubungan dengan status gizi balita. Hasil menunjukkan bahwa pendidikan kepala kelurga dalam hal ini ayah serta pendidikan istri kepala keluarga yaitu ibu berhubungan dengan status gizi (underweight). Balita dari rumah tangga dengan pendidikan kepala keluarga atau istri kepala keluarga SMA tdk tamat atau lebih rendah masing-masing memiliki risiko untuk menderita underweight sebesar 1.7 kali dan 1.64 kali lebih besar dibandingkan dengan kepala keluarga atau ibu yang berpendidikan setingkat SMA atau lebih tinggi. Kemudian umur kepala keluarga dan istri kepala keluarga serta urutan kelahiran anak juga berhubungan dengan kejadian underweight pada balita. Hal ini ditunjukkan oleh masing-masing odd ratio (OR) yaitu umur kepala keluarga 25 tahun atau lebih muda 1.86, umur istri kepala keluarga 21 tahun atau lebih muda 1.33 dan urutan kelahiran lima atau lebih 1.54 kali lebih besar untuk menderita underweight. Dikemukakan oleh Lemeshow (1998), bahwa variabel yang secara bivariat memilki nilai p 0.25 merupakan kandidat yang bisa disertakan dalam uji multivariat. Maka variabel yang disertakan dalam logistik regresi yaitu pendidikan dan umur kepala keluarga (ayah) dan istri kepala keluarga (ibu), umur kepala keluarga serta no urut kelahiran anak. Disajikan dalam Tabel.5 bahwa berdasarkan hasil uji multivariat dengan logistik regresi ganda, ternyata umur kepala keluarga, dan pendidikan kepala keluarga berhubungan dengan terjadinya underweight pada balita. Subyek yang memiliki ayah umur 25 tahun atau lebih muda berisiko underweight 1.80 kali lebih besar dibanding subyek yang ayahnya berumur lebih dari 25 tahun. Subyek dengan pendidikan ayah SMU tidak tamat atau lebih rendah berisiko underweight 1.67 kali lebih besar dibandingkan yang ayahnya berpendidikan SMU tamat atau lebih tinggi. Tabel 1. Gambaran umum balita dan keluarga No Nama variabel Mean Median SD Modus Minimum Maximum 1 Anggota rumah tangga 4,6 4 ± 1.49 4 2 13 2 Anggota rumah tangga 2.28 2 ±0.64 2 1 7 dewasa 3 Urutan kelahiran 2.38 2 ±1.35 2 1 12 4 Jumlah balita 1.2 1 ±0.53 1 1 3 5 Umur balita (bulan) 29.43 29 ±13.7 36 1 59 6 Pendapan perkapita/bulan 192216,3 159349 ±129.9 77811,6 27585,1 2622261* 7 Umur kepala keluarga (th) 35.56 35.0 ±7.3 35.0 18 69 8 Umur pasangan/istri (th) 30.72 30.0 ±6.4 30 15 64 *Satuan dalam rupiah

Tabel 2. Proporsi subyek menurut status gizi No Nama variable 1 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 2 Pekerjaan kepala keluarga Tidak bekerja Usaha sendiri Buruh/ karyawan/pegawai Pekerja bebas 3 Pekerjaan pasangan (istri) Tidak bekerja Usaha sendiri Buruh/ karyawan/pegawai Pekerja bebas 4 Pendidikan kepala keluaga Tdk sekolah/tdk tamat SD SD-SMP SMA + 5 No urutan kelahiran 4 >5 6 Jumlah Anggota rumah-tangga 1-4 5 7 Tempat tinggal Perkotaan Pedesaan 8 Status ekonomi Kaya Miskin 9 Umur kepala keluarga >25 tahun 25tahun 10 Umur pasangan (istri) > 21 tahun 21 tahun -2 SD( tdk.underweight) N=1278 < -2 SD( underweight) N=436 N % N % 679 599 27 663 470 118 864 142 104 168 201 611 466 1080 198 688 590 584 694 445 833 1195 83 1195 83 53.1 46.9 2.1 51.9 36.8 9.2 67.6 11.1 8.1 13.1 15.7 47.8 36.5 84.5 15.5 53.8 46.2 45.7 54.3 34.8 65.2 93.5 6.5 93.5 6.5 230 206 15 23 154 36 273 46 31 86 88 238 110 340 96 232 204 193 243 151 285 386 50 394 42 52.8 47.2 3.4 53.0 35.3 8.3 62.6 10.6 7.1 19.7 20.2 54.6 25.2 70.8 22.0 53.2 46.8 44.3 55.7 34.6 65.4 88.5 11.5 90.4 9.6 Tabel 3. Distribusi balita menurut umur Kelompok Umur Jumlah N % 1-5 bl 6-11 bl 12-17 bl 18-23 bl 24-59bl 108 128 189 184 24-59bl (6.3) (7.5) (11.0) (10.7) (64.5) Jumlah 1714 (100)

GAMBAR.1.PROPORSI SUBYEK MENURUT UMUR & STATUS GIZI 80.0 60.0 40.0 20.0 Tdk Underw eight uderw eight 0.0 1_5 6_11 12_17 18_23 24 Umur anak (bulan) Tabel 4. Hasil uji bivariat berbagai faktor terhadap status gizi balita (underweight/tidak underweight ) Nama variable (faktor) Nilai p Odd Ratio (OR) Pekerjaan ayah Memiliki pekerjaan tetap Tidak bekerja/bekerja tdk tetap 0.842 1.05 Pekerjaan ibu Memiliki pekerjaan tetap Tidak bekerja/bekerja tdk tetap 0.464 1.11 95% CI 0.73_1.45 0.83_1.47 Pendidikan ayah SMA tamat atau lebih tinggi SMA tdk tamat atau lebih rendah Pendidikan ibu SMA tamat atau lebih tinggi SMA tdk tamat atau lebih rendah Tempat tinggal Kota/desa Status ekonomi Kaya/miskin Jumlah anggota rumah tangga 3 orang/ 4 orang Nomor urut kelahiran 4 / 5 Umur balita (1-24) bulan/(>24-59)bulan Umur kepala keluarga 25 th/>25 th Umur ibu 21 th/>21 th 0.000 0.000 0.604 0.944 0.285 0.002 0.311 0.001 0.031 1.70 1.64 1.06 1.00 1.16 1.54 0.88 1.86 1.33 1.33_2.17 1.25_2.14 0.85_1.31 0.80_1.25 0.88_1.53 1.17_2.02 0.70_1.11 1.29_2.70 1.04_2.26

Tabel 5. Hasil uji multivariat berbagai faktor terhadap status gizi balita (underweight/tidak underweight) Nama Variabel β p OR 95%_CI Umur Kepala keluarga (0) >25 th (1) 25 th Pendidikan Kepala keluarga (0) SMU tamat atau lebih tinggi (1) SMU tdk tamat atau lebih rendah Constant Overoll: 74.6% 0.588 0.514-1.484 0.002 0.000 0.000 1.80 1.67 1.242_2.610 1.308_2.136 PEMBAHASAN Ditemukan dalam analisis ini bahwa prevalensi underweigt pada balita terakhir ditemukan sebanyak 25.4% lebih tinggi bila dibandingkan dengan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004 bahwa prevalensi underweight pada balita secara keseluruhan sebesar 22.1%. Data prevalensi underweigt menurut Susenas tahun 1992 2001 menunjukkan adanya penurunan yaitu sebesar 35.57% (1992), 31.58% (1995), 29.51% (1998), dan 26.1% pada tahun (2001). Namun demikian masih tetap tinggi bila dibandingkan dengan Malaysia dan China yang pada tahun 2000 telah mampu menurunkan hingga di bawah 20%. Berdasarkan hasil multivariat pendidikan kepala keluarga behubungan dengan terjadinya underweight pada subyek hal ini ditunjukkan dengan nilai (OR: 1.25; CI: 1.25-2.05). Sebanyak 74.8% dari 436 subyek underweight memiliki kepala keluarga dengan tingkat pendidikan SMU tdk tamat atau lebih rendah yaitu 20.2% tidak sekolah/tidak tamat SD dan 54.6% SD atau SMP tamat. Bila dilihat dari aspek pekerjaan 88.3% kepala keluarga dari subyek underweight memiliki penghasilan tetap atau termasuk katagori bekerja sedangkan yang lainnya sebanyak 3.4% tidak bekerja dan 8.3% tidak memiliki pekerjaan tetap. Sebanyak 65.4% subyek underweight berasal dari keluarga miskin, walaupun 88.3% kepala keluarga dari subyek underweight termasuk katagori memiliki pekerjaan tetap. Artinya penghasilan kepala keluarga setiap bulan tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga. Subyek underweight berasal dari rumah tangga dengan rerata jumlah anggota keluarga lebih dari empat orang dan sebanyak 19.2% subyek underweight berasal dari rumah tangga yang memiliki balita lebih dari satu orang. Subyek yang memiliki urutan kelahiran lebih dari empat berisiko menderita underweight dengan (OR 1.54; CI: 1.17-2.02) kali lebih besar dibandingkan subyek dengan nomor urut kelahiran empat atau lebih rendah. Subyek yang memiliki kepala keluarga berumur 25 tahun atau lebih muda berisiko underweight dengan (OR: 1.86; 1.29-2.70) kali lebih besar dibandingkan subyek dengan umur kepala keluarga lebih dari 25 tahun. Sebanyak 11.5% subyek underweight memiliki kepala keluarga berumur 25 tahun atau lebih muda, dan sebanyak 63.4% subyek underweight yang memiliki kepala keluarga berumur 25 tahun atau lebih muda juga memiliki ibu berumur 21 tahun atau lebih muda. Keadaan tersebut dapat memperjelas peran faktor umur kepala keluarga, jumlah anak yang dilahirkan dan pendidikan kepala keluarga terhadap kejadian underweight pada balita terakhir dalam rumah tangga. Setelah dilakukan pengecekan terhadap model yang dihasilkan ternyata ditemukan adanya colinearitas antara umur kepala kekuarga (ayah) dengan pendidikan kepala keluarga nilai p 0.035 (OR:1.54; CI 1.03-2.30). Dalam hal ini kedua faktor tersebut tidak independen namun saling berhubungan, suatu hal yang logis terjadi dalam fenomena ini yaitu bila kepala keluarga berumur 25 tahun atau lebih muda bersifat protektif terhadap jumlah anak yang dilahirkan, pendidikan kepala keluarga merupakan proxi terhadap pendapatan dan sebanyak 66.3% ibu (istri kepala keluarga) termasuk katagori tidak bekerja, 14.8% sebagai pekerja bebas atau tidak memiliki pekerjaan tetap. Rumah tangga dengan umur kepala keluarga 25 tahun atau lebih muda suatu indikasi bahwa keluarga tersebut merupakan pasangan yang belum banyak pengalaman dalam hal memberikan

pengasuhan kepada anaknya diperberat oleh penghasilan kepala rumah tangga yang belum dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga. Terbukti dalam analisis ini bahwa underweight pada subyek mulai terjadi sejak umur satu bulan, proporsi underweight mulai meningkat pada umur enam bulan dan pada kelompok umur 12-23 bulan proporsi subyek yang underweight tampak lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak underweight. Keadaan ini diduga karena masalah pemberian MP- ASI yang tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi anak sedangkan produksi ASI sudah mulai berkurang. Diungkapkan oleh (Hartoyo et al., 2001) bahwa semakin baik praktek pengasuhan anak maka kondisi kesehatan anak menjadi semakin baik yang dicerminkan dari semakin sedikitnya jumlah hari sakit. (Jahari et al., 2000) menyatakan bahwa growth faltering anak balita di Indonesia sudah mulai muncul pada usia antara 1-6 bulan, masalah gangguan pertumbuhan pada usia dini yang terjadi di Indonesia diduga kuat berhubungan dengan banyaknya bayi yang sudah diberi makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak usia satu bulan, bahkan sebelum usia satu bulan. Temuan (Husaini et al., 1997) menunjukkan bahwa proporsi bayi yang sudah mulai diberi MP-ASI sebelum usia 1 bulan adalah 22.0%. Hal senada diungkapkan (Widodo, 2004) di kabupaten Wonosobo bahwa pemberian MP-ASI kepada bayi sebelum usia satu bulan mencapai 32.4%. Dari 125 ibu yang berumur 21 tahun atau lebih muda, ditemukan sebanyak 77.2% berpendidikan Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama, 14.9% tidak sekolah atau Sekolah Dasar tidak tamat dan 7.9% Sekolah Menengah Atas atau lebih tinggi (Tabel 2) Berbekal pendidikan SMA tidak tamat atau lebih rendah tidak mudah untuk mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang memadai untuk hidup layak. Akibatnya balita terakhir dari rumah tangga tersebut berisiko mengalami underweight. Dikemukakan (Hardinsyah, 1996) bahwa pekerjaan ibu dan pendapatan keluarga berhubungan dengan mutu gizi keluarga. (Paknawin et al., 2000) menyatakan bahwa pendidikan, pendapatan, berat badan lahir dan paritas merupakan informasi yang berkaitan dengan kesehatan anak. Oleh karena itu upaya perbaikan gizi tidak cukup bila hanya melakukan intervensi pada balitanya saja atau peningkatan pengetahuan tentang pengasuhan tanpa disertai dengan pemberdayaan ekonomi keluarga, karena akar masalah terjadinya underweight pada balita bermuara pada kemiskinan dan kualitas pengasuhan. KESIMPULAN 1. Ditemukan dalam analisis ini, sebanyak 25,4 persen balita umur (1-59) bulan termasuk katagori underweight. 2. Underweight mulai terjadi pada umur kurang dari enam bulan 3. Kejadian underweight pada anak umur (1-59) bulan berhubungan dengan faktor umur dan pendidikan kepala keluarga (ayah). SARAN Pemberdayaan masyarakat miskin dan Revitalisasi posyandu sangat penting mengingat kemiskinan dan kualitas pengasuhan berperan terhadap asupan makanan pada balita, oleh karena itu pemantauan pertumbuhan secara berkala melalui posyandu dan peningkatan upaya promosi ASI dan MP-ASI sangat diperlukan agar penyimpangan pertumbuhan dapat dikendalikan sejak awal. Bagi remaja yang akan menjadi calon pengantin selain perlu kesiapan dalam hal kematangan organ reproduksi juga perlu dibekali informasi/pengetahuan mengenai kesiapan dalam pengasuhan anak. KEPUSTAKAAN Badan Litbang Kesehatan. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004. Status Kesehatan Masyarakat Indonesia. Jakarta, vol.1.2005 Caulfield LE, Black RE (tanpa tahun). Malnutrition and the global burden of disease: Underweight and cause-specific mortality. EIP/WHO. Departemen Kesehatan 2005. Gizi dalam Angka Sampai Dengan Tahun 2003. Jakarta, Depkes. Hosmer, Lemeshow 1989. Applied Logistic Regression. New York: John Wiley & Son. Hartoyo et al. 2001. Identifikasi faktor yang Berpengaruh Terhadap Efektifitas Pemberian Makanan Tambahan Anak Balita KEP di Kota Bogor. Media Gizi dan Kelurga (1):11-18 Husaini MA, Stevenhuysen GP, Husaini YK, Widodo Y dan Triwinarto A 1997. Gizi ibu dan bayi. Puslitbang Gizi. laporan yang tidak dipublikasikan Hardinsyah et al. 1996. Status pekerjaan dan pendapatan dalam hubungannya dengan mutu gizi makanan keluarga di daerah perkotaan. Media Gizi Keluarga, xx.2: IPB.86-91. Jahari AB, Sandjaya, Jus at I, Soekirman et al. 2000. Nutritional Status of underfives in Indonesia before and during the crisis. An analysis on anthropometric data from SUSENAS 1989 to 1999, Paper presented at Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII: 29 Februari 2 Maret, LIPI, Jakarta. Jalal, Fasli 2007. Gizi dan Kecerdasan. Disampaikan dalam Seminar PERSAGI, 25 Januari. Paknawin J-Mock et al. 2000. Community Level determinants of child growth in an Indonesian tea plantation. European Journal of Clinical Nutrition.2000. vol 54. supplement 2.S28

UNDP Human Development Report 2006. UNICEF 1990. Strategy for Improved Nutrition of Children and Women in Developing Countries. UNICEF, New York, NY. Woodhouse 1999. dalam Kartika V, et al. Pola Pemberian Makanan Anak (6-18) bulan dan Hubungannya dengan pertumbuhan dan Perkembangan Anak pada Keluarga miskin dan Tidak Miskin. PGM.2000, 23:37-47. Widodo Y 2005. Pertumbuhan bayi 0-4 bulan yang mendapat ASI ekslusif dan ASI tidak Ekslusif. Sain Kesehatan. Majalah berkala penelitian pasca sarjana ilmu-ilmu kesehatan UGM;18(3):427-441