BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki sumber daya alam yang sangat potensial. Lahan pertanian yang subur merupakan media berbagai tanaman pangan yang dapat dikembangkan. Potensi keragaman pangan yang ada di Indonesia sebenarnya dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah pangan yang pada masa mendatang permintaan bahan pangan sumber kalori akan meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk (Himagizi, 2009 dan Damayanti, 2009). Salah satu tanaman pangan yang dapat digunakan untuk diversifikasi pangan adalah talas (Colocasia esculenta (L). Schott). Pemanfaatan talas sebagai bahan pangan baik sebagai makanan pokok maupun makanan tambahan telah dikenal secara luas oleh masyarakat terutama di wilayah Asia dan Oceania (Paiki dkk., 1998). Di Indonesia, talas sebagai bahan makanan cukup populer dan produksinya cukup tinggi di daerah Papua dan Jawa (Prana dkk., 1999). Tanaman talas merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang memiliki peranan cukup strategis sebagai sumber karbohidrat alternatif yang potensial untuk diversifikasi makanan pokok (Damayanti, 2009). Tanaman talas memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena hampir sebagian besar bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsi manusia. Talas mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan karena berbagai manfaat dan dapat dibudidayakan dengan mudah (Hartati dan Prana, 2003). Kebanyakan 1
2 talas dikonsumsi dalam bentuk umbi rebus, goreng, dan makanan kecil lainnya. Umbi dimasak dengan cara dibakar, direbus atau digoreng. Pemanasan diperlukan untuk menghilangkan rasa gatal yang terdapat dalam umbi talas mentah yang mengandung kalsium oksalat (Setyowati dkk., 2007). Umbi talas mengandung 23,78% karbohidrat lebih sedikit dibanding dengan ubi kayu (37,87%) dan ubi jalar (27,97%). Tetapi, umbi talas mengandung 1,9% protein lebih tinggi dibandingkan dengan ubi kayu (0,8%) dan ubi jalar (1,8%) (Rukmana, 1998). Selain umbi yang dapat dikonsumsi, pelepah dan daunnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan sayur. Tanaman talas dapat juga dijadikan sebagai obat, bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai obat adalah umbi, daun dan tangkai daun. Umbi digunakan untuk pengobatan: berak darah, keseleo, ketombe, bisul, tersiram air panas, dan luka bakar. Tangkai daun digunakan untuk pengobatan : gatalgatal, diare, pembalut luka baru. Dan daunnya digunakan untuk pengobatan: disengat lebah, bisul, diare dan berkeringat malam hari (Dalimartha, 2006). Saat ini talas belum banyak mendapat perhatian dari masyarakat dan selama ini masih menjadi tanaman liar. Tanaman ini memiliki potensi sebagai bahan pangan dan bahan baku obat. Oleh karena itu, upaya pemuliaan tanaman talas perlu dilakukan untuk memperoleh bibit dengan kualitas unggul sehingga menghasilkan produktivitas maksimal. Untuk melakukan upaya pemuliaan tanaman, dapat dilakukan studi pendahuluan berupa identifikasi tanaman. Identifikasi tanaman dapat menunjukkan keragaman berupa persamaan dan perbedaan karakter suatu tanaman dengan tanaman lain. Dari keragaman yang
3 didapatkan, akan dapat diketahui hubungan kekerabatannya, sehingga dapat dilakukan persilangan untuk memperoleh bibit unggul. Upaya untuk mengetahui keragaman suatu tanaman dapat dilakukan berdasarkan karakter morfologi, anatomi serta penanda molekuler. Pendekatan berdasarkan karakter morfologi memberikan cara tercepat memperagakan keragaman, namun karakter morfologi ini memiliki kerterbatasan yaitu penampilan karakternya sering rancu karena dipengaruhi faktor lingkungan (Trimanto dkk., 2010). Selain pendekatan dengan karakter morfologi diperlukan juga pendekatan lain seperti karakter anatomi dan penanda molekuler. Penanda anatomi dilakukan untuk memperkuat hasil identifikasi secara morfologi, khususnya untuk data morfologi yang masih diragukan status taksonominya (Rahayu dan Handayani, 2008). Karakter anatomi cenderung bersifat konstan dibandingkan karakter morfologi dan tidak memerlukan peralatan yang rumit serta cepat diselesaikan (Sulistiarini, 1989). Penanda molekuler merupakan teknik efektif dalam analisis genetik suatu varietas tanaman. Penanda molekuler yang sering digunakan untuk karakter keragaman tanaman adalah penanda isozim dan penanda DNA. Kedua penanda tersebut mempunyai prinsip yang sama. Perbedaannya terletak pada pita polimorfisme, jika isozim berupa protein atau ekspresi gen, sedangkan pada marka DNA berupa fragmen DNA. Isozim sering digunakan dalam penelitian karena biayanya yang relatif murah (Trimanto dkk., 2010). Esterase dan peroksidase merupakan enzim yang dapat membantu dalam mengidentifikasi tanaman karena mampu menghasilkan pola pita isozim yang jelas dan polimorfis
4 serta telah banyak digunakan unutk mengidentifikasi tanaman seperti nanas (Hadiati dan Sukmadjaja, 2003), pinus (Munawar, 2003), kedelai (Cahyarini, 2004), jarak pagar (Yunus, 2007) dan ganyong (Ashary, 2010). Wilayah eks-karesidenan Surakarta meliputi Kotamadya Surakarta, Kabupaten Wonogiri, Klaten, Boyolali, Sukoharjo, Sragen, dan Karanganyar. Wilayah ini memiliki tanah yang subur karena akibat dari aktivitas vulkanik Gunung Merapi di sebelah barat dan Gunung Lawu di sebelah timur. Komposisi ini, ditambah dengan ketersediaan air yang cukup melimpah karena adanya aliran sungai Bengawan Solo sehingga wilayah ini sangat baik untuk budidaya tanaman pangan, sayuran, dan industri (Haryo, 2009). Studi analisis variasi karakter morfologi, anatomi dan pola pita isozim talas khususnya di wilayah ekskaresidenan Surakarta belum pernah dilakukan, terlebih mengenai status keragaman populasi talas yang ada di wilayah tersebut sehingga penelitian ini perlu untuk dilakukan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan: 1. Bagaimanakah keragaman talas di wilayah eks-karesidenan Surakarta berdasarkan karakter morfologi, anatomi, dan pola pita isozim? 2. Bagaimanakah jauh dekatnya hubungan kekerabatan talas di wilayah ekskaresidenan Surakarta berdasarkan karakter morfologi, anatomi dan pola pita isozim?
5 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui keragaman talas di wilayah eks-karesidenan Surakarta berdasarkan karakter morfologi, anatomi dan pola pita isozim. 2. Mengetahui jauh dekatnya hubungan kekerabatan talas di wilayah ekskaresidenan Surakarta berdasarkan karakter morfologi, anatomi dan pola pita isozim. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai keragaman dan hubungan kekerabatan talas di wilayah eks-karesidenan Surakarta berdasarkan karakter morfologi, anatomi dan pola pita isozim sehingga dapat dijadikan sebagai dasar untuk pemuliaan tanaman. Dari pemuliaan tanaman ini diharapkan mendapat bibit tanaman talas yang unggul, sehingga dapat digunakan dalam upaya pemenuhan kebutuhan manusia terutama dalam hal bahan baku pangan dan obat.