PERANCANGAN MESIN PEMOTONG PIPA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

MATERI PEMBEKALAN/DRILLING LKS SMK SE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2007

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB II LANDASAN TEORI

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

PENGARUH KEDALAMAN POTONG, KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP GAYA PEMOTONGAN PADA MESIN BUBUT

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB I. PENDAHULUAN. keseluruhan juga akan berkurang, sehingga akan menghemat pemakaian bahan

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

BAB III METODE PELAKSANAAN. Metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan tahapan

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

LAPORAN TUGAS AKHIR STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT (DESAIN DYNAMOMETER SEDERHANA)

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

MESIN BOR. Gambar Chamfer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

RANCANG (BAGIAN. commit to user. Diajukan. Ahli Madya

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

Perancangan Extruder Mesin Rapid Prototyping Berbasis Fused Deposition Modeling (FDM) Untuk Material Filament Polylactic Acid (PLA) Diameter 1,75 mm

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB III PROSES PERANCANGAN TRIBOMETER

Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness

BAB III METODE PERANCANGAN VDI 2222

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris

BAB III. Metode Rancang Bangun

PERANCANGAN ALAT BANTU PEMBUATAN BENDA TIRUS PADA MESIN BUBUT DENGAN PENDEKATAN METODE DFMA UNTUK MENGOPTIMALKAN WAKTU PROSES.

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG PAHAT HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN ORTHOGONAL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

Studi Pengaruh Sudut Potong Pahat Hss Pada Proses Bubut Dengan Tipe Pemotongan Orthogonal Terhadap Kekasaran Permukaan

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

Optimasi Pembuatan Produk Support Melalui Analisis Proses Single Tool Menjadi Progressive Hybrid Tool

(Sumber :

Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 PERANCANGAN PROSES PENGERJAAN KOMPONEN PROTOTYPE V PISTON MAGNETIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT, PENGARUH RAKE ANGLE DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP TENAGA YANG DIPERLUKAN UNTUK PEMOTONGAN

OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI Jl. Jend. Sudirman Km 3 Cilegon,

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

ANALISA KEGAGALAN ALAT POTONG PADA MESIN GERGAJI PUTAR

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KEMIRINGAN SISI POTONG PAHAT DAN KECEPATAN POTONG TERHADAP KUALITAS KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL PADA SHAPING MACHINE

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK

METODE PENELITIAN. 1. Perancangan dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai januari 2017

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

ANALISIS MESIN PEMOTONG BAGIAN ATAS GELAS PLASTIK

PERBANDINGAN TINGKAT KEKASARAN DAN GETARAN PAHAT PADA PEMOTONGAN ORTHOGONAL DAN OBLIQUE AKIBAT SUDUT POTONG PAHAT

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PENELITIAN

TURBO Vol. 6 No p-issn: , e-issn: X

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

PERBANDINGAN PROSES PEMESINAN SILINDER SLEEVE DENGAN CNC TIGA OPERATION PLAN DAN EMPAT OPERATION PLAN ABSTRACT

RANCANG BANGUN MESIN PENGADUK SERBUK KAYU DENGAN RESIN POLIMER MENGGUNAKAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

Materi Kuliah PROSES GERINDA. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang

PENGARUH PARAMETER PROSES TERHADAP KUALITAS GEOMETRIK HASIL PEMBUBUTAN POROS IDLER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1)

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

PERANCANGAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN GERGAJI RADIAL 4 ARAH

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri

Jumlah Halaman : 20 Kode Training Nama Modul` Simulation FRAIS VERTIKAL

MODIFIKASI MESIN BUBUT DENGAN PENAMBAHAN ALAT BANTU CEKAM UNTUK MEMBUAT KOMPONEN YANG MEMBUTUHKAN PROSES FREIS

Transkripsi:

PERANCANGAN MESIN PEMOTONG PIPA Ahmad Badru Jaman 1, Adies Rahman Hakim 2 (1) Mahasiswa D4 Polman Jur. Teknik Rekayasa dan Pengembangan Produk email: bdrujaman@gmail.com (2) Dosen Jur. Teknik Perancangan Manufaktur, Politeknik Manufaktur Negeri Bandung, Jl. Kanayakan 21 Bandung 40135, email: adies@polman-bandung.ac.id Abstrak PT. Stalion adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur khususnya di bidang pembuatan komponen-komponen otomotif. Dalam menjalankan perannya sebagai perusahaan yang memproduksi produkproduk otomotif, perusahaan ini membutuhkan peralatan mesin khusus untuk membantu produksi. Seperti contoh, pada saat ini PT. Stalion membutuhkan sebuah mesin khusus untuk memotong pipa (raw material) dengan hasil potong halus, dan memenuhi toleransi ketegak lurusan penampang. Artinya, dalam memotong pipa tidak bisa di lakukan dengan gerinda potong biasa (karena hasil potong dari gerinda silinder kurang baik).mesin pemotong pipa adalah sebuah mesin khusus yang di proyeksikan dapat membantu proses produksi yang dilakukan di PT. Stalion dalam melakukan proses pemotongan dengan lebih efektif dan efisien (dibandingkan dengan mengunakan mesin konvensional untuk proses pemotongan). Mesin pemotong pipa yang penulis rancang, dapat memotong pipa dengan diameter 1½ panjang awal 6 meter menjadi panjang 200 mm - 250 mm. Hasil potong mesin tersebut memiliki ketegaklurusan dan kesatusumbuan terhadap sumbu pipa. Mesin-pun tetap menyala pada saat pemotongan terjadi (akibatnya penggunaan daya relatif stabil / tidak terjadi daya harmonik), selain itu mesin ini juga dapat melakukan proses chamfer sesaat setelah pemotongan selesai. Dari segi cycle time proses produksi, dengan mesin baru mampu menurunkan cycle time proses hampir 4 kali-nya (25 detik) dibandingkan dengan menggunakan mesin konvensional (90 detik).dengan demikian dengan menggunakan mesin baru yang penulis rancang, perusahaan dapat meningkatkan produktivitasnya dalam memproduksi produknya (Pipe Frame Head). Artinya, perusahaan dapat menekan biaya produksi dan mendapatkan keuntungan yang meningkat. Perancangan mesin ini akan dibuat sebagai sarana yang berguna untuk keperluan pemotongan pipa pada proses pembuatan pipe frame head ataupun produk lain yang memiliki kemiripan geometri dengan produk yang menjadi sumber acuan sekaligus dimaksudkan untuk prasyarat tugas akhir program pendidikan diploma 4. Kata kunci : Mesin Khusus, Mesin Pemotong Pipa, Cycle time. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang PT. Stalion adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur khususnya di bidang pembuatan komponen-komponen otomotif. Dalam menjalankan perannya sebagai perusahaan yang memproduksi produk-produk otomotif, perusahaan ini membutuhkan peralatan mesin khusus untuk membantu produksi. Seperti contoh, pada saat ini PT. Stalion membutuhkan sebuah mesin khusus untuk memotong pipa (raw material) dengan hasil potong halus, dan memenuhi toleransi ketegak lurusan penampang. Artinya, dalam memotong pipa tidak bisa di lakukan dengan gerinda potong biasa (karena hasil potong dari gerinda silinder kurang baik). Produk bernama PPFRHP (nama produk berupa inisial demi menjamin ke rahasiaan dokumen perusahaan) berfungsi sebagai leher/housing bearing pada stang sepeda motor. Material pipa adalah STKM 11A (setara dengan ST50 dengan Rm=510 N/mm2) dengan dimensi produk jadi setelah pemotongan (data produk) dengan panjang raw material 6 meter adalah sebagai berikut: Diameter Luar : 1 ½ 48,3 mm Tebal : 3 mm Panjang : 200 mm 250 mm Chamfer : 1 mm x 45 Gambar 1 Gambar produk hasil pemotongan Proses saat ini pemotongan pipa dilakukan dengan proses bubut (material berputar dan

pahat/cutter diam), namun dalam proses tersebut cycle time yang di butuhkan cukup lama dan memakan energi yang cukup besar dikarenakan ada proses lepas pasang material dan ON/OFF mesin yang mengakibatkan pemakain energi listrik yang besar (pada saat dihidupkan/on energi yang di pakai besar, sebelum pada akhirnya stabil kembali). Pada saat ini untuk menghasilkan satu produk, sebuah mesin membutuhkan waktu ±90 detik. Dapat di bayangkan biaya produksi akan semakin tinggi apabila proses pemotongan pipa tersebut menggunakan mesin bubut. Dari uraian diatas penulis diminta merancang sebuah mesin khusus berupa Mesin Pemotong Pipa yang dapat mengakomodir semua permasalahan yang terjadi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan, maka rumusan masalah yang ditekankan dalam pembuatan dan penulisan karya tulis ini adalah melakukan perancangan Mesin Pemotong Pipa dengan berbagai alternatif fungsi. Adapun uraian permasalahan tersebut yang harus diselesaikan yaitu: 1. Bagaimana konstruksi Mesin Pemotong Pipa untuk memotong pipa dengan panjang awal 6 meter dan mampu me-reduce cycle time proses dari proses pemotongan sebelumnya (memakai mesin konvensional)? 2. Bagaimana perhitungan beban potongnya? 3. Bagaimana mekanisme pemotongan dan chamfer pipa? 1.3 Ruang Lingkup Kajian Kajian yang akan dilakukan meliputi: 1. Merancang konstruksi Mesin Pemotong Pipa dengan berbagai alternatif fungsi. 2. Merancang mekanisme pemotongan pipa dengan menggunakan pahat HSS tebal 3 mm juga merancang mekanisme chamfer pipa pada waktu sesaat setelah proses pemotongan. 3. Menghitung pembebanan dan menentukan dimensi pada setiap komponen Pipe Cutting Machine tanpa menghitung dimensi sambungan pengelasan dan menghitung dimensi rangkar/frame mesin. 4. Menghitung gaya potong yang harus diberikan untuk memotong pipa diameter 1 ½ dengan tebal 3 mm dan menghitung putaran yang di ijinkan pada spindel utama. 5. Hasil akhir berupa dokumentasi teknik berupa gambar draft. 1.4 Tujuan Penulisan Berdasarkan latar belakang serta perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis memiliki tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut: 2. Proses Perancangan Metoda perancangan merupakan langkahlangkah pendekatan yang sistematis dalam proses berfikir untuk mencapai sasaran yang diinginkan yaitu mewujudkan ide atau gagasan dan menjembatani antara ide atau gagasan dengan produk. Berdasarkan VDI 2222 bahwa metode perancangan dilakukan dengan urutan kegiatan sebagai berikut: Gb. 2. 1 Metode perancangan VDI 2222 2.1 Merencana Merupakan tahapan awal atau pendahuluan pada perancangan, VDI 2222. Pada tahap ini, merupakan tahapan pengumpulan data; identifikasi 2.1 Konsep mesin yang ada Mesin yang ada dan digunakan pada saat ini di perusahaan tersebut adalah sebagai berikut: a. Gergaji pita Gergaji pita adalah sebuat mesin/alat potong yang sangat umum digunakan di industri manufaktur dalam proses pemotongan material. permukaan hasil potong tidak rata, miring, dan harus dilakukan proses pembubutan untuk menyelesaikan permasalahannya. Gambar 2. 1 Gergaji Pita

b. Gerinda potong silinder : permukaan hasil potong tidak rata, miring, harus dilakukan proses pembubutan untuk menyelesaikan permasalahan nya, tapi cepat dalam proses pemotongannya, namun resiko alat potongnya pecah sangat besar dan berbahaya. Gambar 2. 2 Gerinda Potong Silinder c. Mesin bubut : permukaan hasil potong halus dan rata, namun cycle time lebih lama karena proses setting mesin setiap skali pemotongan juga material pipa dengan panjang 6 meter tidak bisa langsung di pasang pada mesin bubut (bed mesin bubut terbatas, material pipa yang panjang tidak mungkin untuk di cekam dan diputarkan pada mesin bubut karena akan terjadi kebisingan akibat dari pipa yang terdefleksi) Gambar 2. 3 Mesin Bubut Konvensional Dari penjelasan cara-cara pemotongan pipa diatas, semua proses pemotongan tidak optimal dikarenakan ada proses lanjutan (secondery process ) yang relatif memakan waktu yang amat banyak. Oleh karena itu, penulis akan merancang sebuah konstruksi mesin dengan mempertimbangkan/mengurangi proses lanjutan setelah proses pemotongan. Tentunya dengan hasil potong yang halus, rata, memiliki ketagaklurusan penampang potong terhadap subu dari pipa, serta selain melakukan proses pemotongan konstruksi mesin yang akan penulis rancang adalah dengan penambahan proses chamfer pada saat yang relatif bersamaan. 2.2 pelanggan Dalam wawancara dengan wakil direktur di perusahaan yang mempunyai masalah dalam proses produksinya (pemotongan pipa), didapatkan beberapa kebutuhan untuk mesin yang baru. Tabel 2. 1 Pelanggan No Penjelasan Pelanggan 1 Proses pemotongan memiliki hasil permukaan yang bagus Kekasaran permukaan yang dihasilkan rata pada permukaan potong memiliki nilai kekasaran antara 3,2 12,5 µm (N8 - N10). 2 Proses pemotongan pipa bisa langsung dari material pipa 1 ½ dengan tebal 3 mm sepanjang 6 meter 3 Proses pemotongan memiliki hasil ketegak lurusan permukaan yang standar 4 Selain bisa memotong, bisa melakukan proses chamfer sekaligus 2.2 Mengkonsep Pada tahapan ini dilakukan penentuan prinsip solusi (konsep) dari mesin yang akan dirancang. Prinsip solusi ini didapat dari penentuan fungsi utama mesin, penentuan subfungsi dan konstruksinya, serta penggabungan konstruksi sub-fungsi yang ada pada mesin. Hasil dari perancangan konsep ini adalah spesifikasi prinsip solusi (konsep) yang berupa konstruksi fungsi bagian dan struktur fungsi utama mesin. 2.2.1 Membuat Daftar Tuntutan Dari hasil survei diatas dapat disimpulkan tuntutan pelanggan sebagai berikut: Tabel 2. 2 Daftar tuntutan No. Pelanggan 1 Dapat memotong pipa dengan panjang 6 meter 2 Kekasaran permukaan 3 Ketegak lurusan permukaan kontak 4 Penambahan Pemotongan pipa dilakukan langsung dari material pipa 1 ½ dengan panjang 6 meter kemudian di potong sesuai dengan kebutuhan Ketegak lurusan permukaan yang dihasilkan dengan sumbu pipa memiliki toleransi 0,5mm. Pada waktu yang relatif bersamaan dapat dilakukan proses chamfer pada mesin yang sama Justifikasi Proses Pipa 1 ½ dengan panjang 6 meter 3,2 12,5 µm (N8 - N10) yang merata pada seluruh permukaan pelanggan ke-1 pelanggan ke-3 0,5 mm pelanggan ke-2 Cutter chamfer proses chamfer 5 Mesin ON terus Mesin tidak perlu dimatikan pada saat penggantian material pelanggan ke-6 pelanggan ke-4

6 Stoper panjangnya pemotongan 200 250 mm pelanggan ke-5 2.2.2 Penguraian fungsi Pada tahapan ini dilakukan pembagian fungsi keseluruhan menjadi fungsi bagian dengan menggunakan black box. Pada tahap ini digambarkan aliran masukan atau input suatu proses dan keluaran atau output. Berikut ini merupakan bagan penjelasannya. Gambar 2.5 adalah gambar fungsi utama mesin pipe cutting machine yang tertuang pada bagan. Gambar 2.7 Konsep Mesin Adapun daftar bagian mesin ini seperti ditunjukan gambar 2.8 Mesin Pemotong Pipa Gb. 2. 2 Gambar Fungsi Utama Pada bagan tersebut, menunjukkan fungsi utama mesin ialah memotong pipa panjang 6 meter dengan input energi yang berbentuk motor dan pipa itu sendiri. Kemudian dilakukan proses pemotongan dan chamfer sehingga output yang dihasilkan ialah putaran, panas, suara, benda kerja yang telah terpotong dan chip/bram hasil pemotongan. Sub-fungsi mesin ini dapat dilihat pada gambar 2.6 Gb. 2. 3 Sub Fungsi Mesin Gambar 2.6, menunjukkan sub-fungsi mesin yang tersusun untuk mendukung tercapainya fungsi utama mesin. Sub-fungsi mesin ini terdiri dari sistem penggerak yang akan mengolah input energi udara, kemudian sistem transmisi untuk penerus putaran dari motor ke spindel, dan sistem pemegang pahat. Selain itu terdapat sistem pencekam yang berhubungan dengan input benda kerja dan sistem rangka yang menopang seluruh sistem yang ada. Sehingga bagan konsep mesin yang akan dibuat ditunjukan gambar 2.7 Penggerak Transmisi Pemegang Pahat Pencekam Gambar 2.8 Daftar Bagian Mesin Rangka a. penggerak Bagian yang berfungsi sebagai sumber putaran pada spindel utama. b. transmisi transmisi merupakan sistem yang berfungsi untuk meneruskan putaran yang dihasilkan sistem penggerak menuju sistem pemegang pahat yang didalamnya ada gerakan rotasi dan gerak translasi untuk feeding pahat. c. pemegang pahat Bagian ini merupakan bagian yang memastikan pahat berotasi untuk proses pemotongan pipa dan pahat bergerak translasi untuk feeding pemotongan pipa. Sehingga sistem ini terbagi menjadi dua sub-sistem lagi, yaitu sistem eretan untuk pergerakan translasi pahat dan sistem pemegang pahat yang berfungsi sebagai dudukan pahat ketika bergerak. d. pencekam pencekam merupakan sistem yang berfungsi sebagai penepat raw material pipa yang akan dipotong. ini mencekam bagian luar pipa dan berfungsi juga sebagai loading unloading produk. e. rangka Rangka merupakan bagian penghubung semua fungsi bagian. Rangka pada alat ini

dapat didefinisikan sebagai frame, yang berfungsi menompang semua sistem bagian. 2.2.3 Alternatif konsep konstruksi mesin Tabel 2.3 Tabel Kombinasi Fungsi Bagian Fungsi Bagian Penggerak Transmisi Eretan Pencekam Rangka Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Motor AC Konstruksi Dovetail Baja Cor Pulley V Motor DC Konstruksi Guideway Collet Baja Pejal Motor Servo Sproket Slider Pin Baja profil Dari pengkombinasian alternatif fungsi bagian, maka diperoleh tiga alternatif konsep, yang ditunjukan pada tabel 2.4 Tabel 2.4 Alternatif Terpilih Fungsi Bagian Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Penggerak Motor AC Motor DC Motor Servo Transmisi Pulley V Puley V Rantai Sproket Eretan Slider Pin Konstruksi Dovetail Konstruksi Guideway Pencekam Collet Collet Collet Rangka Baja Profil Baja cor Baja Pejal Berdasarkan penilaian dari aspek teknis dan ekonomis, maka variasi konsep yang dipilih ialah variasi ke-1, dengan konstruksi fungsi bagian sebagai berikut : 1. Penggerak : Motor AC 2. Transmisi : Pulley 3. Eretan : Konstruksi Slider Pin 4. Pencekam : Konstruksi Collet 5. Rangka : Baja Profil Keuntungan - Konstruksi mudah di rakit; - Konstruksi rangka cukup ringan dan kokoh; - Pemasangan dengan komponen lain cukup mudah; - Terjadi slip apabila terjadi hentakan; - Harga keseluruhan komponen relatif murah; - Gaya gesek pada eretan melintang relatif kecil. Kerugian - Perlu menggunakan High Anchor untuk mengunci rangka pada lantai agar dapat meredam getaran; - Pada slider pin, rawan aus dikarenakan hanya terjadi kontak garis; - Harga produksi menjadi mahal apabila di produksi dalam jumlah banyak. 2.3 Merancang Merancang merupakan tahap ketiga dari metoda perancangan sistematis. Setelah konsep pemecahan selesai, maka bagian-bagian dari pemecahan konsep tersebut dijadikan acuan atau dasar dalam merancang. 2.3.1 Draft rancangan Pada tahapan ini hasil kombinasi yang telah didapat dibuatkan draft rancangan dan spesifikasi beberapa part kemudian diberikan optimasi rancangan jika memang diperlukan. Gambar draft disajikan pada lampiran. 2.4 Penyelesaian Tahapan penyelesaian akhir yang harus dilakukan adalah melakukan penggambaran gambar kerja dan gambar susunan, yang nantinya akan digunakan sebagai informasi pada proses manufaktur. Tahapan ini tidak dilakukan oleh penulis. 3. Perhitungan Rancangan 3.1 Perhitungan Daya Menentukan daya potong dimana, Pc = daya potong [ kw ] Fc = gaya potong [ N ] Vc = kecepatan potong [ m/min ] Menentukan gaya potong Dimana, Fc = gaya potong [ N ] f = kedalaman potong [ mm ] ap = tebal pemotongan [ mm/putaran] Kc = specific cutting force [ N/mm 2 ] Menentukan Besar Gaya Pemakanan (gaya radial) Dimana, Ff = gaya makan (gaya radial) [ N ] Fc= gaya potong [ N ] Menentukan Besar Gaya Sentrifugal

Dimana, Fs = gaya sentrifugal [ N ] m = masa eretan [ Kg ] v = kecepatan tangensial (Vc) [ m/min ] r = jari-jari benda terhadap sumbu putar [ mm ] Menentukan daya motor Dimana, Pc = daya potong [ kw ] efisiensi = efisiensi transmisi [% ] 3.2 Perhitungan Waktu Proses (Facing) t h = Waktu Proses permesinan de = Diameter Pengganti L = Panjang langkah i = Jumlah pemotongan f = Besar pemakanan d = Diameter Luar d1 = Diameter dalam la = langkah sebelum memotong 4. Kesimpulan [s] Secara teknis terdapat banyak hal yang harus diperhatikan dalam perancangan mesin pemotong pipa, namun yang menjadi acuan keberhasilan adalah tuntutan costumer. Berdasarkan hal tersebut, perancangan mesin pemotong pipa ini dapat memenuhi tuntutan yang diharapkan dari segi teknis dan ekonomis. baru mampu menurunkan cycle time proses hampir 4 kali-nya (25 detik). Mesin memiliki spesifikasi sebagai berikut: 1. Ukuran = 2558 mm (panjang) x 1140 mm (lebar) x 1523 mm (tinggi) 2. Diameter pipa yang = 1½ (48mm) dapat di proses 3. Panjang pipa = 6 meter 4. Penggerak = Motor AC (MEZ = 2 kw) 5. Speed (spindel) = 290 rpm 6. Waktu proses/produk = 25 detik 7. Jenis Pahat = HSS 8. Maks. Kedalaman pemakanan = 0,2 mm Daftar Pustaka (1) Gerling, Heinrich.1974. All about Machine Tools. New Delhi : Wiley Eastern Private Limited (2) Holowenko, A.R.1955. Dynamics of Machinery. New york :John Wiley and Sons, Inc. (3) Rochim, Taufiq. 2007. Klasifikasi Proses, Gaya, dan Daya Permesinan. Bandung : ITB. (4) Muhs, Dieter, dkk. Roloff/Matek Maschinen Elemente. (5) Muhs, Dieter, dkk. Roloff/Matek Maschinen Elemente Tabelen. (6) P.H. Joshi, 2007. Machine Tool Handbook Design and Operation. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi (7) Fischer, Ulrich.2006.Verlag Europa- Lehrmittel. (8) Tschatsch, Heinz. 2009. Applied Machining Technology. Germany : Dresden Berdasarkan hasil perancangan yang telah dilakukan pada kajian karya tulis ini, dapat disimpulkan bahwa rancangan mesin pemotong pipa layak untuk dikonstruksikan. Mesin dapat memotong pipa dengan diameter 1½ panjang awal 6 meter menjadi panjang 200 mm - 250 mm. Hasil potong mesin tersebut memiliki ketegaklurusan dan kesatusumbuan terhadap sumbu pipa. Mesin-pun tetap menyala pada saat pemotongan terjadi (akibatnya penggunaan daya relatif stabil / tidak terjadi daya harmonik), selain itu mesin ini juga dapat melakukan proses chamfer sesaat setelah pemotongan selesai. Dari segi cycle time proses produksi, dengan mesin