Pertemuan IX : SAMBUNGAN BAUT (Bolt Connection)

dokumen-dokumen yang mirip
a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 12

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tarik Pertemuan - 2

STRUKTUR BAJA 1 KONSTRUKSI BAJA 1

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

Komponen Struktur Tarik

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Baut.

Sambungan diperlukan jika

III. BATANG TARIK. A. Elemen Batang Tarik Batang tarik adalah elemen batang pada struktur yang menerima gaya aksial tarik murni.

Pertemuan XI : SAMBUNGAN BAUT

MODUL 3 STRUKTUR BAJA 1. Batang Tarik (Tension Member)

ELEMEN STRUKTUR TARIK

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 1:

STUDI EKSPERIMENTAL DAN ANALITIS KAPASITAS SAMBUNGAN BAJA BATANG TARIK DENGAN TIPE KEGAGALAN GESER BAUT

MODUL 3 STRUKTUR BAJA 1. Batang Tarik (Tension Member) Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

BAHAN KULIAH STRUKTUR BAJA 1. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Informatika Undiknas University

MODUL PERKULIAHAN. Struktur Baja 1. Batang Tarik #1

STUDI EKSPERIMENTAL VARIASI PRETENSION SAMBUNGAN BAUT BAJA TIPE SLIP CRITICAL

harus memberikan keamanan dan menyediakan cadangan kekuatan yang kemampuan terhadap kemungkinan kelebihan beban (overload) atau kekurangan

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penyelesaian : Penentuan beban kerja (Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983) : Penutup atap (genteng) = 50 kg/m2

Materi Pembelajaran : 10. WORKSHOP/PELATIHAN II PERENCANAAN DAN EVALUASI STRUKTUR.

ANALISA SAMBUNGAN BATANG TARIK STRUKTUR BAJA DENGAN METODE ASD DAN METODE LRFD

KAJIAN KEKUATAN SAMBUNGAN STRUKTUR PELENGKUNG RANGKA BAJA MENERUS PADA JEMBATAN UTAMA TAYAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

ANALISA SAMBUNGAN BALOK DENGAN KOLOM MENGGUNAKAN SAMBUNGAN BAUT BERDASARKAN SNI DIBANDINGKAN DENGAN PPBBI 1983.

ANALISIS SAMBUNGAN PAKU

P ndahuluan alat sambung

STUDI EKSPERIMENTAL GESER BLOK PADA BATANG TARIK KAYU INDONESIA

ANALISIS SAMBUNGAN PORTAL BAJA ANTARA BALOK DAN KOLOM DENGAN MENGGUNAKAN SAMBUNGAN BAUT MUTU TINGGI (HTB) (Studi Literatur) TUGAS AKHIR

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

Struktur Baja 2. Kolom

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Jenis-Jenis Material Baja Yang Ada di Pasaran. Jenis material baja yang ada di pasaran saat ini terdiri dari Hot Rolled Steel

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) 1. DATA TUMPUAN. M u = Nmm BASE PLATE DAN ANGKUR ht a L J

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

ANALISIS SAMBUNGAN KOLOM BAJA DENGAN PONDASI BETON YANG MENERIMA BEBAN AXIAL, GESER, DAN MOMEN

BAB 2 SAMBUNGAN (JOINT ) 2.1. Sambungan Keling (Rivet)

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

Jenis las Jenis las yang ditentukan dalam peraturan ini adalah las tumpul, sudut, pengisi, atau tersusun.

BAB I PENDAHULUAN. Konstruksi bangunan tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok dan

Bab II STUDI PUSTAKA

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangka (framed structure), di mana elemen elemennya kemungkinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. baja yang dipakai adalah Baja Karbon (Carbon Steel) dengan sebutan Baja ASTM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

MODUL STRUKTUR BAJA II 4 BATANG TEKAN METODE ASD

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG SAMBUNGAN SEDERHANA PENDAHULUAN

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

TUGAS AKHIR PERANCANGAN BANGUNAN KUBAH (DOME) MENGGUNAKAN SISTEM STRUKTUR RANGKA BATANG BAJA (TRUSS STRUCTURE)

Dinding Penahan Tanah

X. TEGANGAN GESER Pengertian Tegangan Geser Prinsip Tegangan Geser. [Tegangan Geser]

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

Perilaku Material Baja dan Konsep Perencanaan Struktur Baja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN BIAYA STRUKTUR BAJA NON-PRISMATIS, CASTELLATED BEAM, DAN RANGKA BATANG

PERENCANAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN BERDASARKAN SNI 7971 : 2013 IMMANIAR F. SINAGA. Ir. Sanci Barus, M.T.

BAB III LANDASAN TEORI. ur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor N u harus memenuhi : N u. N n... (3-1)

DESAIN BATANG TEKAN PROFIL C GANDA BERPELAT KOPEL

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Las Pertemuan - 14

I. Perencanaan batang tarik

BAB IV ANALISA & HASIL PERANCANGAN. Bab ini menjelaskan mengenai Perancangan dan Perhitungan struktur atas

Nessa Valiantine Diredja 1 dan Yosafat Aji Pranata 2

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3.

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 5

STUDI NUMERIK: PERILAKU PELAT BERLUBANG AKIBAT PROOF LOAD BAUT MUTU TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS KONTAK

PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

UJI SAMBUNGAN BAUT PADA SAYAP BATANG TEKAN MENGGUNAKAN PROFIL DOUBLE CANAL UNP. Oleh : Gatot Amrih Susilo I

SAMBUNGAN DALAM STRUKTUR BAJA

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. 3.1 Diagram Alir Perancangan Struktur Atas Bangunan. Skematik struktur

PERENCANAAN ELEMEN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN SNI 1729:2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

ANALISIS DIMENSI PELAT DASAR (BASE PLATE) PADA KOLOM STRUKTUR BAJA YANG MAMPU TAHAN TERHADAP EFEK PRAY

TM. IV : STRUKTUR RANGKA BATANG

Konstruksi Baja. AR-2221 Struktur, Konstruksi dan Material

PERBANDINGAN STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN STRUKTUR BAJA DARI ELEMEN BALOK KOLOM DITINJAU DARI SEGI BIAYA PADA BANGUNAN RUMAH TOKO 3 LANTAI

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

STUDI EKSPERIMENTAL PERILAKU SAMBUNGAN DENGAN ALAT SAMBUNG SEKRUP PADA ELEMEN STRUKTUR BAJA RINGAN

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4

PERHITUNGAN IKATAN ANGIN (TIE ROD BRACING )

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci : Gedung Parkir, Struktur Baja, Dek Baja Gelombang

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SAMBUNGAN ANTARA RIGID CONNECTION DAN SEMI-RIGID CONNECTION PADA SAMBUNGAN BALOK DAN KOLOM PORTAL BAJA

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

A. Struktur Balok. a. Tunjangan lateral dari balok

Transkripsi:

Pertemuan IX : SAMBUNGAN BAUT (Bolt Connection) Mata Kuliah : Struktur Baja Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Pendahuluan Dalam konstruksi baja, setiap bagian elemen dari strukturnya dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan alat pengikat (fastener)/penyambung. Pada struktur rangka baik atap maupun jembatan baja, juga pada struktur portal, tempat berkumpulnya batang-batang, yang disebut titik buhul, menggunakan pelat penyambung yang dinamakan pelat buhul, dimana batang-batang tadi diikat dengan menggunakan alat pengikat pada pelat buhul tersebut. Jenis-jenis alat pengikat yang sering digunakan adalah paku keling (rivet), baut (bolt), dan las (welded) seperti pada Gambar 1. 1

Pendahuluan (lanjutan) a. Paku Keling b. Baut c. Las Gambar 1. Tipe alat sambung Baut Mutu Tinggi Baut Mutu Tinggi (High Strength Bolt) Ada dua jenis baut mutu tinggi yang ditetapkan ASTM yaitu A325 dan A490. Baut A325 terbuat dari baja karbon sedang dengan kekuatan leleh (yield strength) dari 560 sampai dengan 630 MPa, sedangkan baut A490 terbuat dari baja alloy yang mempunyai kekuatan leleh mendekati 790 sampai dengan 900 MPa (Catatan : tergantung juga ukuran diameter). Gambar 2. Kode Baut 2

Baut Mutu Tinggi (lanjutan) Ukuran diameter baut berkekuatan tinggi berkisar ½ sampai dengan 1 ½ khusus baut A449 sampai dengan 3. Ukuran baut yang sering digunakan pada struktur bangunan adalah ¾ dan 7/8, sedangkan untuk struktur jembatan 7/8 sampai dengan 1. Baut kekuatan tinggi dikencangkan untuk menimbulkan tegangan tarik yang ditetapkan pada baut sehingga terjadi gaya jepit (clamping force) pada sambungan. Oleh karena itu beban kerja sesungguhnya dipikul oleh gaya gesekan antara pelat atau batang yang disambung. Gaya ini disebut Proof Load. Kekuatan Sambungan SNI 03-1729-2002 pasal 13.2.2. menyatakan, suatu baut yang memikul gaya terfaktor, R u harus memenuhi syarat berikut, R u R n (1) dengan : = faktor reduksi kekuatan = 0,75 R n = kuat nominal baut. Sesuai dengan cara bekerjanya baut maka baut dibedakan dalam dua type yaitu tipe friksi (friction type) dan tipe tumpu (bearing type). 3

Baut Tipe Friksi Pada baut tipe friksi (friction type), kekuatan baut didapat dari gesekan (friction) yang terjadi antar pelat atau batang yang disambung. Baut tipe ini sering dikenal dengan istilah slip-critical connections, yaitu baut yang mengandalkan kekuatan slip antara permukaan batang yang disambung. Agar baut tipe ini bekerja maka diperlukan suatu alat yang dapat mengencangkan baut atau memberikan momen torsi pada baut sedemikian hingga baut mengalami prategang tarik. Pada sambungan tipe friksi yang mengunakan baut mutu tinggi yang slipnya dibatasi, satu baut yang hanya memikul gaya geser terfaktor, dalam bidang permukaan friksi harus memenuhi Pers. (1). Baut Tipe Friksi (lanjutan) Kuat geser nominal satu baut dalam sambungan tipe friksi yang ditentukan sebagai berikut : R n = 1,13... m. T b (2) dengan : = 0,35 koefisien gesek untuk bidang kontak dalam keadaan bersih. m adalah jumlah bidang geser. T b adalah gaya tarik baut minimum (proof load) = 1,0 untuk lubang standar. = 0,85 untuk lubang selot pendek dan lubang besar. = 0,70 untuk lubang selot panjang tegak lurus arah kerja gaya. = 0,60 untuk lubang selot panjang sejajar arah kerja gaya. 4

Baut Tipe Friksi (lanjutan) Baut pada sambungan yang slipnya dibatasi dan memikul gaya tarik terfaktor, T u harus memenuhi Pers. (1) dengan kuat rencana slip R u direduksi dengan faktor : 1 T u 1,13T b (3) Gambar 3. Gaya tension pada baut, T b Baut Tipe Tumpu Pada baut tipe tumpu (bearing tipe), kekuatan baut didapat dari adanya gaya tumpu pada bidang kontak antara baut dan pelat yang disambung, atau kemampuan menahan geseran pada penampang baut. Pada baut tipe tumpu, keruntuhan sambungan dapat terjadi karena keruntuhan geser pada baut atau keruntuhan tumpu pada elemen yang disambung seperti plat/batang. 5

Baut Tipe Tumpu (lanjutan) 1. Kuat Geser Nominal Baut Kuat geser nominal yang diberikan oleh satu buah baut yang mengalami geser pada penampangnya adalah : R n = m.r 1.f ub.a b (4) dengan : m = jumlah bidang geser (lihat Gambar 4). r 1 = 0,5 untuk bidang geser baut tak berulir. = 0,4 untuk bidang geser baut berulir. f b u = kuat tarik putus baut (MPa). A b = luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir (mm 2 ). Baut Tipe Tumpu (lanjutan) a. r 1 = 0,5 b. r 1 = 0,4 Gambar 4. Bidang geser baut 6

Baut Tipe Tumpu (lanjutan) 2. Kuat Tumpu Nominal Baut Kuat tumpu nominal tergantung kepada kondisi terlemah antara baut dan pelat/batang yang disambung, dihitung dengan cara sebagai berikut : R n = n. d b. tp. f u (5) dengan : n = 2,4 berlaku untuk semua jenis lobang baut. = 2,0 untuk lobang selot panjang tegak lurus arah kerja gaya. d b = diameter baut bagian tidak berulir (mm). t p = tebal pelat/batang terkecil (mm). = tegangan tarik putus baut/pelat/batang (MPa). f u Kuat Tarik Nominal Baut Baut yang memikul gaya tarik, kuat nominalnya dihitung sebagai berikut : R n = f ub.a b (6) dengan : f u = kuat tarik putus baut (MPa). A b = luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir (mm 2 ). 7

Kegagalan Sambungan Kekuatan sambungan dengan baut atau paku keling dievaluasi dengan meninjau beberapa kemungkinan kegagalan (failure). Kekuatan biasanya dihitung dengan mempertimbangkan jumlah lapis pelat/batang yang disambung. Ada 6 (enam) tipe kegagalan yang mungkin terjadi pada sambungan, yaitu : 1. Pelat robek pada daerah sambungan (tearing failure of plates). 2. Keruntuhan geser pada baut/paku keling (shear failure of bolts/ rivets). 3. Keruntuhan geser pada pelat yang disambung (shear failure of plate). 4. Keruntuhan tumpu pada pelat (bearing failure of plate). 5. Keruntuhan blok geser pada pelat (shear block failure of plate). 6. Keruntuhan tumpu pada baut (bearing failure of bolt). Kegagalan Sambungan (lanjutan) 1. Pelat robek pada daerah sambungan (tearing failure of plates) Sambungan pelat. Sambungan pada struktur rangka, profil siku. 8

Kegagalan Sambungan (lanjutan) 2. Keruntuhan geser pada baut/paku keling (shear failure of bolts / rivets). Keruntuhan geser pada baut/paku dengan berbagai lapis pelat. Tipe fraktur antara tarik geser. Kegagalan Sambungan (lanjutan) 3. Keruntuhan geser pada pelat yang disambung (shear failure of plate). Tipe fraktur geser pada pelat. 9

Kegagalan Sambungan (lanjutan) 4. Keruntuhan tumpu pada pelat (bearing failure of plate). Tipe fraktur bidang tumpu pada pelat. Tipe fraktur dan leleh bidang tumpu pada pelat. Kegagalan Sambungan (lanjutan) 5. Keruntuhan blok geser pada pelat (shear block failure of plate). Tipe fraktur blok geser pada pelat. 10

Kegagalan Sambungan (lanjutan) 6. Keruntuhan tumpu pada baut (bearing failure of bolt). Tipe keruntuhan tumpu pada baut. Soal Latihan : Sebuah sambungan terdiri dari dua buah pelat 5 x 200 mm disambung dengan satu buah pelat 8 x 200 mm, mutu baja BJ-37, seperti pada gambar dibawah mengalami gaya tarik sentris, yang terdiri dari muatan mati D = 10 ton, muatan hidup L = 7 ton. Sambungan menggunakan baut biasa dengan mutu BJ-37. Rencanakan sambungan tersebut! 11

Perencanaan : a. Tegangan Ijin Baja BJ-37 : Baut, f y = 240 MPa f u = 370 MPa Pelat, f y = 240 MPa f u = 370 MPa b. Beban Tarik Terfaktor : R u = 1,2D + 1,6L = 1,2(10) + 1,6(7) = 23,2 ton = 232,0 kn c. Rencana Baut : Dicoba baut diameter d = 12 mm, diameter lobang d 1 = 12 mm + 2 mm = 14 mm. Perencanaan (lanjutan) c.1. Tinjauan terhadap kuat geser : R n = m. r 1. f ub. A b dengan : m = 2 bidang geser r 1 = 0,4 untuk bidang geser baut berulir f u b = 370 MPa A b = ¼..d 2 = ¼.3,14.12 2 = 113,04 mm 2 maka : R n = (2).(0,4).(370).(113,04) = 33459,8 N = 33,46 kn R n = 0,75.(33,46) = 25,09 kn 12

Perencanaan (lanjutan) c.2. Tinjauan terhadap kuat tumpu : Tebal pelat terkecil t p = 8 mm R n = n. d b. t p. f u dengan : n = 2,4 berlaku untuk semua jenis lubang baut d b = 12 mm t p = 8 mm f u = 370 MPa maka : R n = (2,4).(12).(8).(370) = 85248,0 N = 85,52 kn R n = 0,75.(85,25) = 63,94 kn Perencanaan (lanjutan) c.3. Jumlah baut : Yang menentukan adalah akibat geser, maka jumlah baut : n b = R u = 232,0 = 9,2 buah φr n 25,09 diambil jumlah baut, n b = 10 buah. 13

Perencanaan (lanjutan) c.4. Susunan baut : Sambungan pelat dengan pengikat baut Keterangan : S1 = 2d = 24 mm, diambil 30 mm S = 3d = 36 mm, diambil 40 mm U = 140 mm Evaluasi a. Baut Jumlah daya dukung 10 buah baut : R u = 10. R n = 10.(25,09) = 250,9 kn = 25,09 ton > 23,2 ton (memenuhi) 14

Evaluasi (lanjutan) b. Pelat b.1. Cek luas penampang minimum dan shear leg. Luas penampang bruto : A b = (8).(200) = 1600 mm 2 Syarat luas penampang minimum : A min = 85% A b = (0,85).(1600) = 1360 mm 2 Luas penampang netto : A netto = A b 2.d 1.t p = 1600 2.(14).(8) = 1376 mm 2 > 1360 mm 2 (memenuhi) Evaluasi (lanjutan) Shear leg : x = 5/2 = 2,5 mm L = 4S = 4.(40) = 160 mm Koefisien reduksi : U = 1 x/l = 1 2,5/160 = 0,98 > 0,9 U = 1,0 (SNI 03-1729-2002, Psl. 10.2.5) Maka : A e = A netto = 1376 mm 2 15

Evaluasi (lanjutan) b.2. Cek daya dukung pelat pada daerah sambungan. R u =.A netto.f u = (0,75).(1376).(370) = 381840,0 N = 381,84 kn = 38,2 ton > 23,2 ton (memenuhi) b.3. Cek terhadap geser blok. Kondisi geser blok diperiksa untuk pelat sambungan dengan nilai tebal terkecil, t p = 8 mm. Evaluasi (lanjutan) Daerah geser blok pada sambungan : Luas : A gv = 2.(190).(8) = 3040 mm 2 A nv = 3040-2.(4,5).(14).(8) = 2032 mm 2 A gt = 2.(30).(8) = 480 mm 2 A nt = 480-2.(0,5).(14).(8) = 368 mm 2 16

Evaluasi (lanjutan) f u.a nt = (370).(368) = 136160 N 0,6.f u.a nv = 0,6.(370).(2032) = 451104 N f u.a nt < 0,6.f u.a nv, maka kondisi geser blok adalah geser fraktur dengan tarik leleh. N nt = 0,6.f u.a nv + f y.a gt = 0,6.(370).(2032) +(240).(480) = 566304 N = 566,3 kn = 56,6 ton > 23,2 ton (memenuhi) TERIMA KASIH DAN SEMOGA LANCAR STUDINYA! 17