Pemberantasan Korupsi di Sektor Kehutanan dan Perkebunan

dokumen-dokumen yang mirip
KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA

Trend Pemberantasan Korupsi 2013

TREN PENANGANAN KASUS KORUPSI SEMESTER I 2017

Tren Korupsi Semester 1 Tahun Korupsi Daerah Makin Mengkhawatirkan-

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER. Jakarta, 9 Juli 2013

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia

Komite Advokasi Nasional & Daerah

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

Peran ORI dalam penyelesaian laporan/pengaduan dan pengawasan implementasi UU Pelayanan Publik

Korupsi Sumber Daya Alam Bakoel Coffee, 25 Mei Tama S. Langkun Koordinator Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan

MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN

KERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR PERTAMBANGAN MINERBA

Kajian Sistem Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sektor Kehutanan 2015

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

INDIKASI KERUGIAN NEGARA AKIBAT DEFORESTASI HUTAN. Tim Penulis: Egi Primayogha Firdaus Ilyas Siti Juliantari Rachman

Outlook Dana Desa 2018 Potensi Penyalahgunaan Anggaran Desa di Tahun Politik

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015

KERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014

Grafik 1 Jumlah Laporan Masyarakat Berdasarkan Cara Penyampaian

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Evaluasi Tata Kelola Sektor Kehutanan melalui GNPSDA (Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam) Tama S. Langkun

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Yang Terhormat: Sulawesi Tengah

BAB 1 PENDAHULUAN. komponen bangsa. Hal tersebut merupakan upaya untuk mewujudkan tujuan

PENCEGAHAN KORUPSI PADA PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Sambutan Presiden RI - Pembukaan KNPK dan Peluncuran Program Jaga, Jakarta, 1 Desember 2016 Kamis, 01 Desember 2016

PR MENTERI LKH: TUTUP CELAH KORUPSI MELALUI REVISI REGULASI SEKTOR KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

Laporan Hasil Pertemuan Pelaksana Teknis Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (Knpk) Tahun 2016

CATATANKEBIJAKAN. Peta Jalan Menuju EITI Sektor Kehutanan. No. 02, Memperkuat Perubahan Kebijakan Progresif Berlandaskan Bukti.

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

2015, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85,

Gambar 1 Jumlah Laporan Masyarakat Berdasarkan Cara Penyampaian. Telepon (9,68%)

PEDOMAN TATA KERJA BKPRD PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan demi menyelamatkan kelangsungan hidup bangsa dan negara kesatuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Data Penyelesaian Laporan Masyarakat Triwulan II Tahun (Periode 1 April Juni 2017)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

TINJAUAN AWAL. SRAP dan Peluang Pendekatan Jurisdiksi. Outline. Latar dan Tujuan Satgas REDD+ Sekilas 11 SRAP Peluang Jurisdiksi: Kasus Kaltim

LIMA TAHUN PEMBERLAKUAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK:

CAPAIAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN JANUARI DIREKTORAT JENDERAL PENEGAKAN HUKUM

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Hotel Alila, Lantai 5 Selasa, 25 Juni 2013 Pukul WIB

BAB I PENDAHULUAN. Peran aparat pengawasan di daerah yang tidak efektif merupakan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Rencana Strategis Pemantauan Independen Kehutanan di Indonesia

KPK DAN REFORMASI BIROKRASI. Basaria Panjaitan. Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

RAPAT KOORDINASI DAN SUPERVISI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Hidup dan Sumber Daya Alam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peran PPNS Dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan. Oleh: Muhammad Karno dan Dahlia 1

Monitoring Implementasi Renaksi GN-SDA oleh CSO. Korsup Monev GN-SDA Jabar Jateng DIY Jatim Semarang, 20 Mei 2015

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

WORKSHOP PENGUATAN STRATEGI GERAKAN BERSAMA PEMBERANTASAN PENEBANGAN KAYU SECARA ILLEGAL DAN PEREDARANNYA SERTA PERAMBAHAN HUTAN DI PROVINSI JAMBI

Data Penyelesaian Laporan Masyarakat Tahun 2016 (Periode 1 Jan 31 Desember 2016)

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

Bagaimana Cara Memberantas Korupsi?

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Pengelolaan Taman Pintar. Pada BAB 1, penelitian ini menjelaskan

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 145 /KPTS/013/2015 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

Data Penyelesaian Laporan Masyarakat Triwulan I Tahun (Periode 1 Jan Maret 2017)

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA RAPAT KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

BAB I PENDAHULUAN. kantor, hingga pembelian barang dan jasa untuk kantor pemerintah. Bahkan sektor

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi...

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Transkripsi:

1 Pemberantasan Korupsi di Sektor Kehutanan dan Perkebunan Latar Belakang Korupsi menjadi salah satu persoalan yang sangat akut dan sulit diberantas hingga sekarang. Menurut laporan Global Corruption Barometer (Transparency International Indonesia, 2013) korupsi di Indonesia terjadi secara sistemik dan masif. Suap dan penyalahgunaan wewenang masih marak, sementara lembaga-lembaga yang mestinya memberikan pelayanan, pelindungan dan supervisi justru memiliki integritas yang buruk. Hal ini juga terjadi di sektor kehutanan dan perkebunan. Kerusakan Hutan Indonesia telah menjadi sorotan dunia dan berkali-kali disinggung di sejumlah forum internasional. Korupsi di sektor kehutanan sudah berlangsung sistemik mulai dari tingkat kementerian atau departemen, dinas kehutanan di kabupaten/daerah, pejabat pemerintahan daerah hingga petugas di lapangan. Praktik korupsi sektor kehutanan pun hadir dengan beragam modus seperti penerbitan izin yang tidak prosedural, pungutan liar hingga penyususnan peraturan yang tidak transparan. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bidang pencegahan menyampaikan kerugian akibat korupsi di sektor sumber daya alam (SDA) seperti kehutanan dan pertambangan, jumlahnya bisa 500 kali lipat dari jumlah nilai yang dikorupsi itu sendiri. Riset Indonesia Corruption Watch (ICW) memperkirakan kerugian negara dari sektor non pajak kawasan hutan mencapai Rp. 169, 791 triliun selama 2004-2007. Sementara itu Human Rights Watch (HRW) dalam laporannya tahun 2013 menyebutkan korupsi dan kesalahan tata kelola kehutanan Indonesia diperkirakan merugikan negara sebesar Rp. 70 triliun sepanjang 2007-2011. Besarnya angka di atas tentu belum termasuk nilai kehilangan sumber daya hayati yang ikut musnah bersama rusaknya hutan. Korupsi di sektor kehutanan dan perkebunan memiliki pola modus dengan menyuap pejabat untuk memudahkan pemberian izin usaha. Sedangkan bidang usaha yang paling marak melibatkan izin ini adalah pembukaan hutan untuk ditanami perkebunan sawit. Dalam poses pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit yang harus melalui tahapan panjang perizinan disinyalir kuat menjadi salah satu lahan korupsi di era otonomi daerah. Untuk membuka usaha perkebunan sawit harus memenuhi syarat antara lain Izin Arahan Lahan, Izin Lokasi, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal), izin pelepasan kawasan hutan (IPKH), dan Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) hingga Izin Usaha Perkebunan (IUP). Sejumlah syarat dan izin tersebut wajib dipenuhi bagi perusahaan yang akan membuka lahan perkebunan sawit. Jika tidak terpenuhi maka dapat dianggap tidak sah (illegal). Dalam Peraturan Kepala BPN No 2/1999 tentang Izin Lokasi, misalnya, untuk mendapatkan izin lokasi harus memenuhi berbagai syarat. Di antaranya, lokasi harus sesuai rencana tata ruang wilayah, sudah punya izin prinsip penanaman modal, dilengkapi pertimbangan teknis aspek yuridis dan fisik tanah, serta harus ada forum konsultasi dengan masyarakat yang tanahnya masuk dalam areal izin lokasi. Dalam forum konsultasi tersebut harus ada penyebarluasan informasi rencana penanaman modal, rencana perolehan tanah dan penyelesaian masalah perolehan tanah, pengumpulan informasi data sosial dan lingkungan, serta alternatif bentuk dan besarnya ganti rugi atas tanah. Contoh lain, untuk mendapatkan HGU dipersyaratkan antara lain adanya izin lokasi dan persetujuan amdal. Jadi, jika satu syarat tidak dipenuhi sesuai aturan izin berikutnya tidak dapat diterbitkan.

2 Namun faktanya banyak perusahaan yang tidak memenuhi syarat tetap dapat beroperasi. Praktek suap kepada sejumlah pejabat pemerintah daerah ditenggarai turut memperlancar proses lahirnya perizinan. Inisiatif suap bisa bermula dari pengusahanya, pejabat publiknya, atau kemufakatan jahat dari keduanya. Melihat permasalahan ini, sejak 2010 Indoensia Anti Corruption Forum sebagai sebuah forum yang membahas pengentasan korupsi memandang perlu untuk membahas khusus mengenai isuisu krusial korupsi yang terjadi dalam sektor kehutanan dan perkebunan dalam tataran regulasi hingga akar rumput. Rekomendasi dari rangkaian kegiatan ini akan dibawa dan diserahkan kepada Presiden RI di forum Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (KNPK 2016) pada 1 Desember mendatang di Jakarta. Dipilihnya Kota Pekanbaru sebagai daerah pelaksanaan salah satu pre-event IACF ke-5 dikarenakan tingkat korupsi di sektor perkebunan dan kehutanan yang pernah menjadi sorotan dalam wilayah tersebut. Misalnya pada kasus, Rusli Zainal Gubernur Riau periode 2003-2013 dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana korupsi setelah menerbitkan surat izin tentang pengesahan bagan kerja usaha pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada 2004 silam, saat ia masih menjabat. Kemudian belum lama ini disusul dengan Annas Ma mun Gubernur Riau Periode 2013-2018 ditangkap KPK dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK dalam kasus suap alih fungsi lahan. Belum lagi sejumlah bupati yang menjabat di Propinsi Riau juga terlibat kasus serupa. Tujuan Kegiatan: a. Memfasilitasi ruang diskusi dan refleksi terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-JK dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi sektor kehutanan dan perkebunan. b. Memfasilitasi keterlibatan multipihak dalam merumuskan isu-isu strategis dan sektor prioritas yang diidentifikasi rawan korupsi. Keterlibatan juga dalam implementasi, monitoring dan evaluasi Stranas PPK dimana salah satunya yang menjadi concern adalah sektor kehutanan dan perkebunan. c. Mengumpulkan aspirasi dan masukan segenap pemangk kepentingan di tingkat lokal, untuk mengidentifikasi titik kritis dari korupsi sektor kehutanan dan perkebunan, dan mendiskusikan bagaimana peran optimal KPK dalam mendorong pemberantasan korupsi di sektor kehutanan dan perkebunan.

3 Alur Kegiatan IACF dan KNPK: A. Waktu dan Tempat Hari/Tanggal : Selasa-Rabu, 22-23 November 2016 Tempat : Hotel.(TBC) B. Agenda Workshop dan Seminar Pre Event Indonesia Anti Corruption Forum V (Region Sumatera Isu Kehutanan dan Perkebunan) Selasa-Rabu, 22-23 November 2016 Waktu Kegiatan PIC Deliverables Hari Ke-1 Khusus CSO 09.00 17.00 Penyusunan Lembar Posisi Rekomendasi Tim Substansi: Terdiri atas Tim Nasional dan Tim Daerah Forum Khusus CSOs Lembar Infografis Posisi; Hari Ke-2 Khusus untuk Undangan Lintas Pemangku Kepentingan 09.00-09.30 Pembukaan dan Kata Sambutan Gubernur dan CSOs Workshop - Roundtable Penanggap: Rekomendasi Forum 09.30 12.30 Mitigasi Korupsi Sektor Kehutanan dan Perkebunan 1. Komisioner KPK 2. Gubernur se-sumatera 3. Kepala Kepolisian Daerah se- Sumatera 4. Kepala Kejaksaan Tinggi se- Sumatera Pemapar: Riko Kurniawan (Walhi Riau) 12.30 selesai Penutupan dan Makan Siang

4 C. Daftar Peserta & Undangan Undangan Pemerintah Provinsi 1. Gubernur Riau 2. Gubernur Aceh 3. Gubernur Sumatera Utara 4. Gubernur Sumatera Barat 5. Gubernur Jambi 6. Gubernur Bengkulu 7. Gubernur Sumatera Selatan 8. Gubernur Bangka Belitung Kepolisian dan Kejaksaan 1. Kapolda Riau 2. Kapolda Aceh 3. Kapolda Sumatera Utara 4. Kapolda Sumatera Barat 5. Kapolda Jambi 6. Kapolda Bengkulu 7. Kapolda Sumatera Selatan 8. Kapolda Bangka Belitung 9. Kapolda Kepulauan Riau 10. Kajati Riau 11. Kajati Aceh 12. Kajati Sumatera Utara 13. Kajati Sumatera Barat 14. Kajati Jambi 15. Kajati Bengkulu 16. Kajati Sumatera Selatan 17. Kajati Bangka Belitung 18. Kajati Kepulauan Riau Undangan Stakeholder Riau 1. Ketua/Pimpinan DPRD Provinsi Riau 2. Dinas ESDM, Provinsi Riau 3. Inspektorat Provinsi Riau 4. Ketua Komisi Bidang Ekonomi/ESDM, Provinsi Riau 5. Komisi Ombudsman Kantor Perwakilan Riau 6. Pengadilan Tinggi, provinsi Riau 7. Komisi Yudisial, Kantor Penghubung Wilayah Riau 8. Komisi Informasi, Provinsi Riau 9. Rektor, Universitas Riau 10. Rektor, Universitas Lancang Kuning 11. Dekan, Fakultas Hukum, Universitas Riau 12. Badan Eksekutif Mahasiswa, Universitas Riau 13. Badan Eksekutif Mahasiswa, Lancang Kuning

5 Tim IACF-5 & Fasilitator 1. Frans Siahaan, Fasilitator 2. Forest Watch Indonesia 3. PWYP Indonesia 4. Indonesia Corruption Watch 5. Transparency International Indonesia 6. Transformasi untuk Keadilan 7. Auriga Nusantara 8. Direktorat Pembinaan Jaringan Kerja Antar Komisi dan Instansi (PJKAKI) KPK Peserta NGOs/CSOs - Region Sumatera 1. Haka, Aceh 2. Walhi Aceh 3. Walhi Sumatera Utara 4. Hutan Kita Institute, Sumatera Selatan 5. Walhi Sumatera Selatan 6. Walhi Bengkulu 7. Walhi Lampung 8. Walhi Jambi 9. Walhi Sumatera Barat 10. Walhi Bangka Belitung 11. YCMM Sumatera Barat Kantor Perwakilan Media Nasional & Lokal 1. KOMPAS/Tribun Riau 2. TEMPO 3. Riau Pos 4. Pekanbaru Pos 5. Metro Riau 6. Koran Kaltim 7. TVRI Riau 8. RRI Riau 9. Mongabay 10. TV Lokal