BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah salah satu aktivitas fisik yang baik untuk kesehatan.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia.

SEBAGAI TESTOR TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SD, SMP SE KABUPATEN SLEMAN DALAM RANGKA PENELITIAN SPORT DEVELOPMENT INDEX (SDI)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Arief Sabar Mulyana, 2013

I. PENDAHULUAN. usaha yang dapat mendorong membangkitkan, mengembangkan dan membina

8. URUSAN KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV.B.8. Urusan Wajib Pemuda dan Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Olahraga berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Medan adalah kota yang memiliki pemerintahan sendiri di bawah

2015 DAMPAK LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN V02MAX.

Sambutan Presiden RI Pd Peringatan Hari Olahraga Nasional di Yogyakarta tgl. 17 Okt 2013 Kamis, 17 Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijadikan sebagai sarana atau media untuk berekreasi, mata pencaharian, pendidikan, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua orang mempunyai aktifitas masing-masing, dimana

BAB I PENDAHULUAN. baik itu di tingkat Nasional seperti PON ataupun di tingkat Internasional seperti

BAB I PENDAHULUAN. bagi kesehatan tubuh, sehingga semakin banyak masyarakat berpatisipasi di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

, 2015 PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS X SMAN 1 SOREANG

KOMPLEK OLAH RAGA DI TANGGERANG

BAB I PENDAHULUAN. Menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT. Sebagai Pemateri/Narasumber Penyusunan Perencanaan Pembangunan Bidang

BAB I PENDAHULUAN. POMNAS (Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH PENGGUNAAN RAKET HEAD-HEAVY DAN HEAD-LIGHT TERHADAP HASIL FOREHAND GROUNDSTROKE PADA CABANG OLAHRAGA TENIS LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan penjelasan ketentuan umum undang-undang. keolahragaan No. 5 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat, perencanaan dan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lancar sangat ditentukan oleh beberapa unsur antara lain guru, siswa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era

BAB I PENDAHULUAN. semua cabang olahraga yang dipertandingkan ataupun diperlombakan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TINGKAT KESEGARAN JASMANI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI TAHUN AKADEMIK 2014/2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna. Tercapainya prestasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi pada jaman modern sekarang ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini perlu mendapatkan perhatian yang besar, baik untuk

I. PENDAHULUAN. kebiasaan hidup sehat. Yang dipelajari dalam belajar gerak adalah pola-pola

PEKALONGAN BASKETBALL ARENA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan teknik- teknik gerakan yang sesuai dengan peraturan permainan. ekstrakurikuler maupun diluar kegiatan tersebut.

ANALISIS SPORT DEVELOPMENT INDEX KOTA TEBING TINGGI SUMATERA UTARA TAHUN Sabaruddin Yunis Bangun 1

baik dan benar. Para pemain sebaiknya berlatih dengan rutin dan penuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kwalitas setiap

Studi tentang pembinaan prestasi Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) kabupaten Wonogiri periode kepengurusan tahun

BAB I PENDAHULUAN. Siti Nur Kholifah, 2014

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 RASAU JAYA

BAB I PENDAHULUAN. sekolah masih kurang memenuhi kebutuhan untuk mengembangkan bakat

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, agar menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab. Pendidikan jasmani

SPORT DEVELOPMENT INDEX SEBAGAI PARAMETER DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

1. PENDAHULUAN. kegiatan untuk memperkuat motif. Menurut Slamento (2003:180) menyatakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA OLAH RAGA DI KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat dan potensi menjadi seorang atlet yang berprestasi.

2016 HUBUNGAN KONSENTRASI DENGAN HASIL KETEPATAN SERVIS ATAS PADA CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PRASARANA OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang. dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga bulutangkis di Indonesia berkembang seiring dengan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam salah satu cabang olahraga, ada permainan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Jenjang Pendidikan Atlet Binaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan oleh George Hancock di kota Chicago pada tahun Softball di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan Olahraga Terhadap Kesehatan

SPORTS CENTER DI KOTA TANGERANG

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

GELANGGANG OLAH RAGA DIKABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani adalah pendidikan yang menggunakan aktivitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mereka stress,secara fisik mereka juga kurang gerak. Jika terus seperti itu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meirani Silviani Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan olahraga bola voli yang telah

BAB I PENDAHULUAN. gerak adalah mempertahankan hidup, meningkatkan kemampuan gerak adalah. kesegaran jasmani, dan prestasi (Nala, 2011).

I. PENDAHULUAN. mental. Dengan demikian pendidikan pendidikan jasmani bertujuan

NUSANTARA PGRI KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan olahraga permainan khususnya sepak bola

DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) SOLO FUTSAL CENTER

REDESAIN KOMPLEKS OLAHGARA DI KUDUS

Ichsan Ahmadi

PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN BULUTANGKIS DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas olahraga. Ada beberapa tujuan olahraga yang dibagi sesuai kebutuhannya,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG KEADAAN KOTA YOGYAKARTA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah salah satu aktivitas fisik yang baik untuk kesehatan. Banyak jenis olahraga yang berkembang khususnya di Indonesia antara lain bulu tangkis, bola voli, sepak bola dan sebagainya. Kegiatan olahraga telah berkembang tidak hanya untuk kesehatan tetapi juga untuk prestasi dan pendidikan. Di Indonesia ada berbagai jenis olahraga yang dilakukan dimulai dari golongan masyarakat bawah hingga golongan masyarakat atas. Semua kegiatan telah mendapat perhatian besar dari masyarakat. Pembangunan olahraga pada hakikatnya adalah suatu proses yang membuat manusia memiliki banyak akses (fasilitas dan kesempatan) untuk melakukan aktifitas fisik, jadi faktor yang paling penting untuk menunjang partisipasi masyarakat untuk berolahraga yaitu fasilitas olahraga. Fasilitas olahraga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan olahraga. Untuk menyongsong kemajuan olahraga di Indonesia yang mempunyai prestasi yang dapat diharapkan, perlu disiapkan wadah yang jumlahnya mencukupi sehingga seluruh masyarakat dapat memperoleh kesempatan atau berpartisipasi yang sama untuk berolahraga sehingga bisa meningkatkan kebugaran dan kesehatan sesuai dengan konsep Sport for all, hal tersebut sejalan dengan 1

2 semboyan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat. Hal tersebut juga pernah dicanangkan oleh Presiden Soeharto pada Hari Olahraga Nasional pada tahun 1983, namun kenyataannya pembangunan tempat atau fasilitas olahraga tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk. Pola hidup yang sehat menyebabkan usia harapan hidup meningkat dan menjadi pemicu pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun, Nampak peningkatan pertumbuhan penduduk dengan menyempitnya lahan produktif yang dijadikan perumahan-perumahan. Untuk mengatasi dampak negatife dari pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, maka pemerintah mencanangkan Program KB. Kesehatan masyarakat adalah modal penting untuk pembangunan suatu masyarakat. Pertumbuhan penduduk yang tinggi biasanya dialami oleh negara berkembang hal ini mengakobatkan ditempuhnya berbagai cara untuk menekan jumlah penduduk. Cara yang dilakukan adalah dengan menekan jumlah kelahiran dan penurunan angka kematian Sajogyo (1985:174) mengatakan bahwa : penuruanan angka kematian itu terutama disebabkan oleh adanya perubahan organisasi social masyarakat, kenaikan taraf kehidupan, perbaikan gizi, perbaikan kondisi bekerja serta perbaikan kondisi lainnya. Seiring dengan meningkatnya harapan hidup masyarakat, pemerintah sebagai lembaga berwenang melihat bahwa dengan bertambahnya jumlah penduduk tanpa diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi dan pendidikan maka akan mengakibatkan bencana bagi masyarakat yang ditandai dengan bertambahnya jumlah pengangguran, sehingga tingkat produktifitas masyarakat menurun, dan banyak ditemukan rakyat miskin

3 karena sulitnya mendapat pekerjaan. Program pemerintah melalui Keluarga Berencana (KB) untuk meredam jumlah penduduk cukup berhasil, yel - yel atau kata - kata singkat dan padat yang disampaikan melalui media massa (Elektronik maupun cetak) adalah Cukup Dua Anak. Anak sebagai penerus merupakan harapan dan tulang punggung dimasa yang akan datang. Tetapi kondisi ini tidak merubah sebagian anggota masyarakat yang menganggap bahwa banyak anak banyak rezeki, anggapan ini menghambat program pemerintah. Olahraga dapat dipakai sebagai alat menyalurkan bakat (prestasi), media untuk pendidikan, rekreasi dan yang paling penting olahraga untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan. Dengan demikian maka usia harapan hidup dapat meningkat. Banyaknya waktu luang yang dimiliki oleh para remaja, setelah mereka melakukan aktivitas belajar, menyebabkan banyaknya diantara meraka yang membantu orang tua setelah sekolah dan sebagian dari mereka yang kurang beruntung tidak bisa masuk sekolah karena tidak ada dana, mereka menjadi tulang punggung untuk menghidupi dirinya sendiri dan membantu keuangan keluarga. Waktu luang tersebut biasanya digunakan untuik menonton TV, main game dan mainan lainnya sehingga anak atau remaja tersebut tidak dapat dikatakan aktif secara jasmani di luar rumah untuk melakukan berbagai permainan tradisional yang memungkinkan tumbuh menjadi terlatih. Gejala gejala yang timbul di masyarakat akibat minimnya fasilitas olahraga, terlihat dari banyaknya masyarakat terutama usia remaja dan anak-anak menggunakan lahan kosong bahkan jalan sempit atau di tiap sudut gang sekalipun digunakan untuk main dan berolahraga seperti sepak bola, bulu tangkis, bola voli

4 dan sebagainya. Kondisi ini mencerminkan gambaran bahwa minat masyarakat untuk berolahraga. Tetapi kondisi seperti ini tidak di dukung fasilitas yang memadai bahkan pemerintah cenderung mementingkan pembangunan di luar fasilitas olahraga. Pembangunan fasilitas olahraga dewasa ini hanya bertujuan untuk komersial. Padahal dengan banyaknya pembangunan fasilitas olahraga memungkinkan melahirkan generasi baru berbakat atau olahragawan yang akan mengharumkan nama bangsa. Orientasi pembangunan olahraga daerah saat ini sepertinya bergerak ke arah yang salah. Kita lebih memacu prestasi tanpa memperhatikan struktur pembangunan yang mendukung prestasi itu sendiri. Prestasi seharusnya dianggap sebagai konsekuensi dari adanya struktur bangunan olahraga yang kokoh yang salah satu pilar utamanya adalah budaya berolahraga dari masyarakat. Kita semua menyadari bahwa selama ini pembangunan kita memang selalu dihadapkan pada persoalan yang tidak mudah, antara kepentingan sesaat untuk mendapatkan target medali dan kepentingan yang lebih mendalam, olahraga yang meningkatkan kebugaran dan kesehatan masyarakat berujung pada peningkatan kualitas hidup. Hingga saat ini, belum ada ukuran yang memadai untuk menilai kemajuan pembangunan olahraga bagi suatu daerah. Selama ini, kemajuan olahraga suatu daerah cenderung didasarkan pada perolehan medali pada kegiatan olahraga multi event seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) atau Pekan Olahraga Daerah (PORDA). Padahal ukuran tersebut bersifat semu dan manipulatif. Semu karena ukuran tersebut tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya dan kumulatif karena sangat boleh jadi medali yang diperoleh didapat melalui cara cara yang tidak elegan. Suatu daerah yang memperoleh medali terbanyak dalam

5 PON tidak serta merta dapat dikatakan bahwa daerah yang bersangkutan maju olahraganya. Kebanyakan medali yang diperoleh tersebut dari sejumlah atlet yang dibeli dari daerah lain karena alasan gengsi, tuan rumah menjadi juara umum dengan menghalalkan segala cara, jika demikian akankah jumlah medali menjadi ukuran yang akurat untuk menilai keberhasilan pembangunan olahraga. Medali secara faktual memang merupakan ukuran keberhasilan. Namun medali hanyalah sebagian dan bukan segala-galanya. Selain itu, pembangunan olahraga sebagai sebuah sistem bukan hanya menyangkut olahraga prestasi, tetapi juga olahraga masyarakat (kesehatan, pendidikan) dan olahraga pendidikan. Padahal dua pembangunan olahraga yang terakhir tidak harus berujung pada olahraga prestasi. Adapun keberhasilan olahraga dipandang dari Sport Development Index (SDI) ada empat dimensi yaitu: partisipasi, ruang terbuka, kebugaran dan sumber daya manusia. Partisipasi merujuk pada banyaknya peserta yang melakukan kegiatan olahraga. Ruang terbuka merujuk pada suatu tempat yang diperuntukan bagi kegiatan olahraga dan atau bangunan. Kebugaran merujuk pada kesanggupan tubuh untuk melakukan kegiatan tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Sumber daya manusia merujuk pada banyaknya pelatih, guru, dan instruktur olahraga dalam suatu wilayah tertentu. B. Masalah Penelitian Pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun terus meningkat dan lahan semakin menyempit akibat pembangunan fisik terus meningkat. Meningkatnya jumlah penduduk tanpa diimbangi dengan taraf ekonomi, pendidikan dan sosial, maka akan menimbulkan permasalahan yang lebih kompleks seperti kemiskinan dan pengangguran.

6 Pembangunan fasilitas olahraga dibagi menjadi dua yaitu yang sifatnya profit dan non-profit (untuk umum). Pembangunan fasilitas olahraga yang sifatnya profit berorientasi pada uang atas jasa penggunaan fasilitas, hal ini biasanya dikelola oleh pihak swasta, sedangkan pembangunan fasilitas olahraga yang sifatnya non-profit tidak berorientasi pada uang melainkan untuk umum dan pengelolanya bisanya oleh pemerintah daerah. Meningkatnya minat masyarakat terhadap olahraga tanpa diimbangi oleh fasilitas yang tersedia, maka akan menjadi kendala dan menghambat program pemerintah melalui ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 tanggal 22 Maret 1978 menyatakan bahwa pendidikan dan kegiatan olahraga ditingkatkan dan disebarluaskan sebagai cara pembinaan kesehatan jasmani dan rohani bagi setiap orang dalam rangka pembinaan olahraga. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Berapa besar partisipasi berolahraga masyarakat didesa cibeusi RW 03 dan RW 12? 2. Bagaimana sarana olahraga yang tersedia di desa Cibeusi RW 03 dan RW 12?

7 C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang penulis rumuskan diatas, maka tujuan penelitian adalah untuk: 1. Mengetahui berapa besar partisipasi masyarakat dalam berolahraga didesa Cibeusi RW 03 dan RW 12. 2. Mengetahui sarana olahraga yang ada didesa Cibeusi RW 03 dan RW 12 D. Kegunaan Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi semua pihak, dari penelitian ini pula penulis berharap mendapat gambaran mengenai hubungan jumlah penduduk dengan fasilitas olahraga dan kebugaran jasmani masyarakat. Adapun yang menjadi harapan bagi penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoretis a) Sebagai bahan masukan bagi masyarakat, umumnya masyarakat Kecamatan Jatinangor dan khususnya masyarakat Desa Cibeusi dalam pengembangan olahraga. Selain itu, penelitian ini bisa mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara jumlah penduduk dengan fasilitas olahraga terhadap partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga. b) Dapat dijadikan sumbangan keilmuan yang berguna, bagi pengembangan kegiatan olahraga pada umumnya.

8 c) Dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi mahasiswa mahasiswi khususnya jurusan ilmu keolahragaan, jika terjun ke masyarakat sebagai ilmuwan olahraga diharapkan dapat membangun olahraga dari dasar dengan menyesuaikan pembangunan fasilitas olahraga dengan pertumbuhan penduduk, agar partisipasi dan kesempatan berolahraga dapat lebih ditingkatkan. 2. Kegunaan Praktis Hasil dari penelitian ini bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam pembangunan fasilitas olahraga dengan tujuan mengembangkan prestasi dan partisipasi dalam rangka peningkatan kesehatan dan peningkatan kebugaran jasmani. E. Batasan Penelitian Masalah yang diteliti adalah hubungan antara jumlah penduduk dengan fasilitas olahraga terhadap partisipasi kegiatan olahraga di Desa Cibeusi Kecamatan Jatinangor. Untuk menghindari penafsiran yang terlalu luas dan memperoleh gambaran yang jelas, maka penelitian ini terbatas pada: 1. Masalah yang dikaji dalam penelitian diarahkan pada jumlah penduduk, fasilitas olahraga dan partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan olahraga. 2. Alat ukur untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga, peneliti menggunakan angket.

9 3. Populasi penelitian adalah masyarakat di Desa Cibeusi Kecamatan Jatinangor yang terdiri dari 12 RW. Sampel yang digunakan adalah masyarakat yang berusia 15-60 tahun, dengan kelompok remaja yang berjumlah 20 orang, kelompok dewasa dan orang tua 20 orang, jadi jumlah seluruh sampel adalah 40 orang. F. Pergertian Istilah Untuk menghindari salah pernafsiran di beberapa istilah yang dipakai penelitian, penulis mendefinisikan sebagai berikut: 1. Fasilitas olahraga. Fasilitas olahraga adalah segala perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan cabang olahraga termasuk lapangan olahraga. Dalam konteks penelitian ini yang dimaksud peneliti Fasilitas olahraga adalah segala perlengkapan dan peralatan termasuk lapangan olahraga, lahan kosong yang bisa digunakan berolahraga. 2. Partisipasi diartikan sebagai ikut serta ambil bagian dalam suatu kegiatan dan ikut memanfaatkan serta menikmati hasil yang dicapai dengan persyaratan mesti adanya kemampuan dan kesempatan pada individu yang bersangkutan. Menurut Slamet (1980:18) Dalam hal ini masyarakat yang terlibat dalam suatu kegiatan olahraga. Dalam konteks penelitian ini yang dimaksud partisipasi adalah keikutsertaan warga masyarakat dalam kegiatan olahraga di Desa Cibeusi khususnya RW 03 dan RW 12 yang dihadiri.

10 G. Anggapan Dasar Sebelum penelitian dilakukan, penulis mempunyai anggapan dasar yang dijadikan sebagai titik tolak pemikiran dalam pembuatan skripsi ini. Adapun anggapan dasar yang penulis kemukakan adalah sebagai berikut: 1. Keikutsertaan individu atau masyarakat dalam suatu kegiatan olahraga dipengaruhi oleh karena adanya partisipasi dan fasilitas olahraga dan juga even-even olahraga tertentu. 2. Keikutsertaan individu atau masyarakat dalam suatu kegiatan olahraga dipengaruhi oleh sosialisasi dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. 3. Kegiatan olahraga yang dilakukan oleh individu maupun masyarakat akan berdampak positif terhadap kehidupannya sehari - hari. 4. Keikutsertaan individu dan atau masyarakat dalam suatu kegiatan olahraga akan menghasilkan suatu perubahan tertentu baik fisik maupun mental (baik disadari maupun tidak). H. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Berapa partisipasi masyarakat Desa Cibeusi RW 03 dan RW 12. 2. Keadaan sarana olahraga yang dimiliki Desa Cibeusi RW 03 dan RW 12.