BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan sekaligus merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan mengenai Pelaksanaan Penetapan dan

REFORMA AGRARIA DAN REFLEKSI HAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II. Tinjauan Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian mengenai tanah, adalah

1.PENDAHULUAN. masih memerlukan tanah ( K. Wantjik Saleh, 1977:50). sumber penghidupan maupun sebagai tempat berpijak

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu faktor penting yang sangat erat

PENDAHULUAN. bangsa Indonesia dan oleh karena itu sudah semestinya pemanfaatan fungsi bumi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah.

I. PENDAHULUAN. Mengingat pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, khususnya bagi. bangsa Indonesia, peranan negara sangat penting di dalam mengatur

I. PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan, menyebabkan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. bertempat tinggal serta melanjutkan kehidupannya. Menurut Santoso (2005 :

HUKUM AGRARIA. Seperangkat hukum yang mengatur Hak Penguasaan atas Sumber Alam. mengatur Hak Penguasaan atas Tanah. Hak Penguasaan Atas Tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di era globalisasi seperti sekarang ini, tanah merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 3 menyatakan bahwa bumi air dan kekayaan alam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat yang dilakukan di seluruh

b. bahwa dalam rangka pelaksanaan Otonomi daerah, pengelolaan kawasan pantai merupakan wewenang Pemerintah Daerah ;

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan tanah untuk melangsungkan kehidupan. Begitu pentingnya tanah

BAB I PENDAHULUAN. (pendukung mata pencaharian) di berbagai bidang seperti pertanian, perkeb unan,

PEMPURNAAN UUPA SEBAGAI PERATURAN POKOK AGRARIA

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

LAND REFORM INDONESIA

KEBIJAKAN DAN PERMASALAHAN PENYEDIAAN TANAH MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air, ruang angkasa dan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk

PERTEMUAN MINGGU KE-10 LANDREFORM DI INDONESIA. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. konsep dikuasai oleh negara artinya negara mengatur, dalam hal ini negaralah

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

MODEL PENATAAN YURIDIS TANAH TERLANTAR (STUDI KASUS TANAH-TANAH TERLANTAR DI KABUPATEN MALANG)

LAND REFORM ATAS TANAH EKS HGU PT RSI DI KABUPATEN CIAMIS SUATU KAJIAN HUKUM

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanah dapat menimbulkan persengketaan yang dahsyat karena manusia-manusia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang pokok dan bersifat mendesak. Tanpa hal-hal tersebut, manusia

BAB I PENDAHULAN. digunakan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan dasar manusia seperti untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang harus diusahakan, dimanfaatkan dan. dipergunakan untuk sebesar besar kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur sebagaimana yang telah dicita-citakan. Secara konstitusional bahwa bumi, air,

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

BAB II PENGATURAN TANAH TERLANTAR MENURUT HUKUM AGRARIA. tidak terpelihara, tidak terawat, dan tidak terurus.

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pada satu pihak tertentu, akibatnya ada masyarakat atau pihak lain yang sama

BAB I PENDAHULUAN. ayat (2) UU No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULAN. penting untuk kepentingan pembangunan perekonomian di Indonesia, sebagai

TINJAUAN PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK DI KABUPATEN BANTUL. (Studi Kasus Desa Patalan Kecamatan Jetis dan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social

PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH OBYEK LANDREFORM DI KABUPATEN TABANAN

POLITIK HUKUM PERTANAHAN BAGI WARGA NEGARA ASING BERDASARKAN UU NOMOR 5 TAHUN 1960

I. PENDAHULUAN. tanda bukti kepemilikan. Tanah adat tersebut hanya ditandai dengan ciri-ciri fisik

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber

PEMBERIAN HAK GUNA USAHA DAN HAK GUNA BANGUNAN : PROSES, SYARAT-SYARAT, HAK DAN KEWAJIBAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah sebagai permukaan bumi merupakan faktor yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG

2 UUPA harus memberikan tercapainya fungsi bumi, air, dan ruang angkasa yang sesuai dengan kepentingan rakyat dan negara serta memenuhi keperluannya m

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Baik sebagai sumber penghidupan

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Secara konstitusional Undang-undang Dasar 1945 dalam Pasal 33 ayat

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah. tanah, sehingga setiap manusia berhubungan dengan tanah.

Ruang Lingkup Hukum Agraria

rakyat yang makin beragam dan meningkat. 2 Kebutuhan tanah yang semakin

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap individu dalam masyarakat, karena selain mempunyai hubungan yang erat dengan

PERALIHAN HAK TANAH ABSENTE BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN CATUR TERTIB PERTANAHAN DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI. Disusun Oleh :

I. PENDAHULUAN. kedudukan akan tanah dalam kehidupan manusia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

BAB V PEMBAHASAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung. Bupati pada saat itu, Bapak

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR: 3 TAHUN 1979 TENTANG

PELAKSANAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH PERTANIAN KARENA JUAL BELI DI KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN

BAB V IMPLIKASI TERHADAP LEMBAGA KELURAHAN DAN HAK ULAYAT ATAS TANAH EKS DESA

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH

BAB 1 PENDAHULUAN. vital dalam kehidupan dan penghidupan bangsa, pendukung negara yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan tempat di mana manusia berada dan hidup. Baik langsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, bahwa tanah-tanah di

BAB III PELAKSANAAN KONVERSI TANAH ATAS HAK BARAT OLEH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 50 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi rakyat, bangsa dan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

NOMOR 3 TAHUN 1984 (3/1984) PELAKSANAAN BERLAKU SEPENUHNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah persoalan hak atas tanah. Banyaknya permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social asset

ABSTRAKSI SKRIPSI PELAKSANAAN LANDREFORM DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN SLEMAN

II. TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Kata tinjauan historis secara etimologi terdiri dari dua kata, yakni tinjauan dan

BAB I PENDAHULUAN. mereka pergi. Dalam sejarah peradaban umat manusia, tanah merupakan faktor

PENDAFTARAN HAK MILIK ATAS TANAH ADAT (KONVERSI) DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM MELALUI PROGRAM LARASITA DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN

G U B E R N U R L A M P U N G

HUKUM AGRARIA NASIONAL

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan sekaligus merupakan kekayaan Nasional yang tercermin dari hubungan antara Bangsa Indonesia dengan tanah yaitu hubungan yang bersifat abadi dan kekal. Tanah yang mempunyai kedudukan penting dalam kelangsungan hidup manusia pada umumnya dan secara khusus mempengaruhi kesejahteraan rakyat baik perorangan maupun bersamasama. Indonesia yang merupakan Negara agraris telah menyatakan bahwa bangsa ini menggantungkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya pada bumi, air dan kekayaan alam. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang merupakan salah satu tujuan kemerdekaan dan pembentukan NKRI, hal ini dinyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-sebesarnya kemakmuran rakyat. Ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) tersebut, dapat dilihat bahwa pokok-pokok kemakmuran rakyat bahwa bumi dan air dan kekayaan alam termasuk yang terkandung di dalamnya harus dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk

2 kemakmuran rakyat, sehingga Negara sebagai pemegang kekuasaan dapat mengelola sumber-sumber kekayaan alam terutama tanah demi terpenuhinya kebutuhan masyarakat. Pentingnya tanah bagi kehidupan manusia sama sekali tidak bisa dipisahkan karena manusia hidup di atas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan cara mendayagunakan tanah. 1 Berdasarkan perkembangannya, tanah sebagai sumber kekayaan alam yang paling utama memiliki permasalahan yang mengganggu pencapaian tujuan bangsa, yaitu pertambahan penduduk tidak didukung dengan persediaan tanah yang cukup, ketidakadilan dalam kepemilikan penguasaan, penggunaan dan pemilikan hak atas tanah, sehingga proses pemanfaatan pola penguasaan tanah harus memiliki ketentuan yang mampu menjadi pedoman untuk mengaturnya. Menindaklanjuti hal tersebut maka tanggal 24 September 1960 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA). Munculnya UUPA sebagai dasar pergerakan dalam menjawab permasalahan ketidakadilan penguasaan hak atas tanah telihat jelas dalam Pasal 7 bahwa untuk tidak merugikan kepentingan umum maka pemilikan dan penguasaan tanah yang melampaui batas tidak diperkenankan. Selain itu, UUPA memiliki tujuan memperbaiki sistem pertanahan di Indonesia yang ditegaskan pula dalam penjelasan UUPA, yaitu: 1 G. Kartasapoetra dkk, Hukum Tanah, Jaminan UUPA bagi Keberhasilan Pendayagunaan Tanah. Rineka Cipta, Jakarta, 1984, hlm. 1

3 a. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan Hukum Agraria Nasional, yang akan merupakan alat untuk membawakan kemakmuran, kebahagiaan, dan keadilan bagi negara dan rakyat, terutama rakyat tani dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur. b. Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan. c. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hakhak atas tanah bagi rakyat seluruhya. Perubahan yang dibawa UUPA bagi bangsa Indonesia demi tujuan bersama juga memuat penjelasan resmi mengenai sifat, lingkup hak menguasai dari negara, pendayagunaan maupun pemanfaatannya. Lingkup menguasai hak dari negara ini didasarkan pada hak bangsa Indonesia atas tanah sebagaimana disampaikan dalam amanah pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, hak menguasai dari Negara ini memberikan wewenang untuk: 2 (a) Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut; (b) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa; (c) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa. UUPA sebagai salah satu produk pemerintah yang memuat sendi-sendi dan ketentuan pokok ternyata hanya sebagai dasar pengenaan dalam pertanahan, mengetengahkan garis besar dari agrarian reform saja meliputi perombakan 2 Lihat pasal 2 ayat 2 UUPA No. 5 Tahun 1960

4 struktur hukum tanah Indonesia, pembangunan hukum tanah Nasional, serta asasasas dan ketentuan landreform. Tindaklanjut hal tersebut maka perlu dikeluarkannya peraturan perundang-undangan tahap lanjutan UUPA dalam memperbaiki sistem pertanahan di Indonesia, yaitu Undang-undang No. 56 prp Tahun 1960 tentang Penetapan Luas tanah Pertanian, mengetengahkan landreform yang bertujuan sebagai proses berkesinambungan dengan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Landreform sebagai sarana untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam mencapai kemakmuran memiliki salah satu program yaitu Redistribusi tanah. Program ini adalah pembagian tanah pertanian sebagai Obyek Landreform dari pemerintah kepada petani gurem (petani penggarap/ petani tak bertanah/ petani bertanah tapi luasnya tak layak). Tanah obyek landreform adalah tanah yang dapat dibagikan dalam rangka pelaksanaan landreform sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian. 3 Hakekatnya Redistribusi tanah adalah memberikan akses kepemilikan tanah yang memiliki tujuan umum untuk membenahi keadaan sosial ekonomi rakyat dengan cara mengadakan pembagian tanah yang adil dan merata atas sumber penghidupan berupa tanah, sehingga program redistribusi tanah digalakkan di Indonesia 3 Lihat Pasal 1 huruf b Peraturan BPN No. 3 Tahun 1991 Tentang Pengaturan Penguasaan Obyek Landreform Secara Swadaya

5 termasuk di Kabupaten Tangggamus provinsi Lampung, karena masih banyak wilayah pertanahan didaerah ini yang belum jelas kepemilikannya dan perlu di adakannya pembaharuan kepemilikan hak atas tanah. Penguasaan hak atas tanah oleh masyarakat sejak tahun 1960 sampai sekarang tanpa adanya bukti yang sah yang dikeluarkan oleh pejabat yang bersangkutan merupakan permasalahan yang utama. Salah satunya yang akan diangkat oleh peneliti ialah wilayah pertanahan di Kecamatan Kota Agung Timur yang sampai saat ini digarap masyarakat setempat. Awalnya wilayah pertanahan tersebut berstatus HGU perusahan perkebunan yang kemudian hak tersebut hilang dan berganti statusnya dikuasai negara. Riwayat tanah ini merupakan Erfacht Verponding No. 126, 127 dan 203 oleh PT. Tanjung Jati yang bergerak di bidang perkebunan seluas 1.552,45 Ha. Kemudian Hak Erfact ini didaftarkan pada Kantor Agraria dan dikonversikan menjadi Hak Guna Usaha. Sebelum masa HGU berakhir, PT. Tanjung Jati mengajukan permohonan kepada pemerintah, namun tidak disetujui, namun diberikan kesempatan kepada Badan Hukum yang memenuhi syarat untuk melanjutkan usaha perkebunan. Berdasarkan keputusan pemerintah tersebut, maka HGU PT. Tanjung Jati dialihkan ke PT. Tanggamus Indah. Untuk menindaklanjuti permohonan HGU PT. Tanggamus Indah, maka Bupati Kabupaten Tk. II Lampung Selatan melalui SK No: 12/ HK-LS/ I/ 1988 membentuk Panitia Penyuluhan, Invetarisasi dan sekaligus melakukan pengukuran terhadap areal perkebunan yang nyata digarap masyarakat. Hasil dari pemeriksanaan tanah oleh panitia pemeriksanaan tanah, dari luas tanah 1552,45 Ha Dari Ex PT. Tanjung Jati disimpulkan:

6 a. Seluas + 917,60 Ha disetujui untuk dimohonkan HGU oleh PT. Tanggamus Indah. b. Seluas 19,10 Ha sebagai HGB atas nama PT. Tanggamus Marta Tirta c. Dan seluas + 615,75 Ha yang digarap masyarakat Pekon Tanjung Anom dan Kampung Baru. Wilayah pertanahan yang telah digarap masyarakat tersebut dijadikan wilayah redistribusi TOL dan menjadi hal yang menarik untuk dikaji berkaitan dengan penetapan dari hak erfacht menjadi hak dikuasai Negara dan proses pelaksanaan Redistribusi TOL kepada masyarakat. Melihat fakta di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pelaksanaan Penegasan Dan Redistribusi Tanah Obyek Landreform Di Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus. 1.2 Rumusan Masalah Dan Ruang lingkup 1.2.1 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimanakah penegasan tanah obyek landreform di Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus? b. Bagaimanakah pelaksanaan Redistribusi Tanah Obyek Landreform di Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus?

7 1.2.2 Ruang Lingkup Ruang Lingkup penelitian ini di tinjau dari wewenang, prosedur dan substansinya penegasan TOL dan pelaksanaan Redistribusi Tanah yang berkaitan dengan Hukum Administrasi Negara. 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui dan menganalisis penegasan TOL di Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus. b. Untuk mengetahui dan menganalisis Pelaksanaan Redistribusi TOL di Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus. 1.3.2 Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoretis Kegunaan penelitian ini adalah sebagai kajian ilmu Hukum Administrasi Negara dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan di bidang agraria yang secara khusus menerangkan penegasan dan pelaksanaan redistribusi TOL. b. Kegunaan Praktis Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang sangat berharga bagi berbagai pihak yang terkait dalam pelaksanaan redistribusi Tanah.