STUDI PARAMETER FISIKA DAN KIMIA DAERAH PENANGKAPAN IKAN PERAIRAN SELAT ASAM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROPINSI RIAU

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) :

The Vertical Profile Of Nitrate and Orthophosphate in Pinang Luar Oxbow Lake Buluh China Village Siak Hulu Sub District Kampar District Riau Province

III. METODE PENELITIAN. kerapu macan ini berada di perairan sekitar Pulau Maitam, Kabupaten Pesawaran,

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi,

PROFIL PARAMETER KIMIA OSEANOGRAFI PANTAI TIMUR SUMATERA Oleh: Fani Fadli 1), Joko Samiaji 2), Bintal Amin 2)

MANAJEMEN KUALITAS AIR

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

CONCENTRATION OF CHLOROPHYL-a IN THE SOLOK PULAU LAKE, TANJUNG BALAM VILLAGE, SIAK HULU SUB DISTRICT, KAMPAR DISTRICT, RIAU PROVINCE ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

BAB 2 BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Fisheries and Marine Science Faculty Riau University ABSTRACT. 1). Students of the Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

KOMPOSISI BUTIRAN PASIR SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU

Water Condition of Salo River Based on Physical-Chemical Parameters

FISHING SEASON REVIEW BILIS / TERI (Stelopherus Spp) IN THE DISTRICT OF ASAM WATERS STRAIT MERANTI ISLANDS PROVINCE RIAU

Pola Sebaran Salinitas dan Suhu Pada Saat Pasang dan Surut di Perairan Selat Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Oleh

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN (Carrying Capacity) DANAU SIAIS TERHADAP KEGIATAN KERAMBA JARING APUNG TESIS OLEH IMELDA SARI HARAHAP /PSL

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan secara langsung dengan menggunakan metode eksploratif pada setiap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk

The Vertical Profile of Phosphate on the Baru Lake in Buluh Cina Village Siak Hulu Subdistrict Kampar District. Oleh. Abstract

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

The Vertical Profile of Nitrate in the Lacustrine and Transition Zone Koto Panjang Reservoir Kampar District Riau Province ABSTRACT

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI

Stasiun. Perbedaan suhu relatif sangat kecil. Hal ini disebabkan karena pengambilan

ANALISIS DAN KARAKTERISASI BADAN AIR SUNGAI, DALAM RANGKA MENUNJANG PEMASANGAN SISTIM PEMANTAUAN SUNGAI SECARA TELEMETRI

STUDY FISHING GROUND IN KAMPAR RIVER, MERANGIN VILLAGE, KUOK DISTRICT, PROVINCE OF RIAU. By

ANALISIS KUALITAS AIR LAUT DI PERAIRAN SELAT BANGKA BAGIAN SELATAN ANALYSIS OF SEA WATER QUALITY IN THE SOUTHERN OF BANGKA STRAIT

STATUS TROFIK PERAIRAN RAWA PENING KABUPATEN SEMARANG. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna memperoleh gelar Sarjana Sains

STUDI PENYEBARAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI PERAIRAN LAUT PAYA KUNDUR PROVINSI KEPULAUAN RIAU. Oleh Robileo Agus 1), Rifardi 2), Musrifin Ghalib 2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA

Kondisi Oseanografi Fisika Perairan Utara Pulau Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

Profil Vertikal Fosfat di Waduk Bandar Kayangan Lembah Sari Kelurahan Lembah Sari Kabupaten Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Tambak Cibalong (Sumber : Google Earth)

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

PENGARUH LIMBAH INDUSTRI Pb DAN Cu TERHADAP KESETIMBANGAN SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN LAUT KOTA DUMAI

BAB 2 BAHAN DAN METODA

Kandungan Klorofil-a Fitoplankton di Sekitar Perairan Desa Sungsang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

Chlorophyll-a concentration in the Tajwid Lake, Langgam Sub-district, Pelalawan District, Riau Province. By:

BAB III BAHAN DAN METODE

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4. Lokasi penelitian di Perairan Selat Nasik, Belitung, April 2010.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

Gambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman Online di :

The Vertical Profile of Phosphate on the Bakuok Lake in Aursati Village Tambang Subdistrict Kampar District Riau Province

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STATUS MUTU KUALITAS AIR LAUT PANTAI MARUNI KABUPATEN MANOKWARI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3. Alat-alat Penelitian

BAB 2 BAHAN DAN METODA

Abstract. Keywords: Koto Panjang reservoir, phosphate, lacustrine and transition

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU UNTUK KEGIATAN BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG

Profil Vertikal Oksigen Terlarut di Danau Pinang Luar (Oxbow Lake) Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

Diversity of Plankton in the Part of Downstrem Siak River, Tualang Village, Tualang Sub-Regency, Siak Regency, Riau Province. By :

Karakteristik dan Kualitas Air di Muara Sungai Hitam Provinsi Bengkulu dengan Software Som Toolbox 2

Parameter Oseanografi pada Calon Daerah Kawasan Konservasi Perairan Laut Kabupaten Luwu Utara

KONDISI PENCEMARAN PERAIRAN SUNGAI BABON SEMARANG

Aquatic Plant and Fish Assosiation in the Parit Belanda River, Meranti Pandak Village, Rumbai Pesisir District, Pekanbaru Regency, Riau Province By:

Transkripsi:

Jurnal Perikanan dan Kelautan 17,1 (2012) : 88-100 STUDI PARAMETER FISIKA DAN KIMIA DAERAH PENANGKAPAN IKAN PERAIRAN SELAT ASAM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROPINSI RIAU ABSTRACT T. Ersti Yulika Sari 1) dan Usman 1) 1) Labolatorium Daerah Penangkapan Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Diterima : 20 Mei 2012 Disetujui : 22 Juni 2012 Survey and measurement of aquatic environmental condition of SelatAsam water was conducted in order to know the physical, chemical and biological parameter of SelatAsam water. Measurement was conducted at ten stations a long the SelatAsam, and the data was collected has been analysis by using descriptive analysis. Nitrate and phosphate was analyzed in the laboratory of Ecology in the Fisheries and Marine Science Faculty University of Riau. The result of this observation for a environment parameter were as following temperatures 30,1 0 C - 31,8 0 C, current speed 0,34 m/s - 0,77 m/s, brightness 0,40 m - 1,65 m, depth 2,0 m - 23,5 m, salinity 21-31, dissolved oxygen 7,29 mg/l - 10,83 mg/l, ph 7 8, nitratconsentration 0,02 ppm - 0,24 ppm and phosphatconsentration 0,02 ppm - 0,51 ppm.type of fish cought by these fishing gears were (Acetessp), (Metapenaeussp), (Parapaenopsissp), (Alphasessp), (Trissasp), (Steloporussp), (Setipinnasp), (Harpodonsp), (Trichiurus sp), (Loligo sp), (Cybium sp), (Maraenesox sp) and (Polynemus sp). According to the result analysis, can be concluded that the aquatic environment in the coastal area of SelatAsam was still suffientas habitat for living organisms and may be used for fishing activities Keywords : Selat Asam, Study physical and chemical parameters

89 PENDAHULUAN Selat Asam merupakan perairan yang ada di kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti, menghubungkan Pulau Padang dan Pulau Merbau, merupakan muara beberapa sungai, baik itu dari bagian Pulau Padang maupun Pulau Merbau. Selain sebagai jalur perhubungan laut, perairan ini menjadi daerah pengoperasian beberapa jenis alat penangkapan nelayan dari kedua pulau, khususnya alat-alat penangkapan stasis seperti gombang dan pengerih. Selain itu, ada juga yang melakukan penangkapan dengan menggunakan alat tangkap seperti jaring insang, rawai dan belat. Berdasarkan pengamatan di lapangan, distribusi pemasangan alat tangkap statis sebagian besar ditemukan di bagian pinggir pantai Pulau Merbau. Sudah sejak turun temurun perairan Selat Asam menjadi daerah pemasangan beberapa jenis alat tangkap statis para nelayan baik nelayan dari Pulau Merbau maupun Pulau Padang, selain itu perairan ini juga merupakan jalur transportasi laut dari dan ke Kota Bengkalis. Penyebaran alat tangkap, khususnya yang statis sebagian besar dioperasikan di bagian pinggir pantai Pulau Merbau, diduga salah satu alasannya bahwa terdapat perbedaan kondisi parameter lingkungan antara perairan pantai Pulau Padang dan Pulau Merbau. Pengetahuan mengenai faktor lingkungan perairan sebagai daerah pengoperasian alat tangkap yang menjadi tolak ukur penilaian sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil tangkapan optimal diantaranya adalah faktor fisika, kimia dan biologi. Berdasarkan fenomena yang disebutkan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di perairan Selat Asam dengan melihat kondisi perairan berdasarkan parameter fisika dan kimia sebagai acuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi parameter perairan, ditinjau dari parameter fisika antara lain suhu, kecepatan arus, kecerahan, kedalaman dan salinitasdan parameter kimia antara lain oksigen terlarut, derajat keasaman, nitrat dan fosfat perairan Selat Asam Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti. Penelitian ini diharapkandapat dijadikan sebagai informasi dan rujukan mengenai kondisi perairan Selat Asam bagi pengembangan perikanan di daerah ini ke depan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai bulan Juni 2010 di perairan Selat Asam Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau (Lampiran 1). Sedangkan analisis data dilakukan di Laboratorium Daerah Penangkapan Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

90 Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Alat yang Digunakan dalam Penelitian No. Alat Satuan Parameter Keterangan Fisika 1. DO-SCT 0 C Suhu Insitu 2. Botol hanyut, Tali, Stopwatch m/dtk Kecepatan arus Insitu 3. Secchi disk m Kecerahan Insitu 4. Tali pemberat berskala m Kedalaman Insitu 5. Hand-Refraktormeter ppt Salinitas Insitu ( ) 6. Water sampler ml Sampel air Insitu Kimia 1. DO-SCT mg/l Oksigen terlarut Insitu 2. Spectrofotometer ppm Nitrat Lab 3. Spectrofotometer ppm Fosfat Lab Operasi penangkapan 1. GPS - Penentuan Posisi Insitu 2. Kapal Motor - Transportasi Insitu 3. Gombang, Pengerih dan Gillnet Kg Hasil tangkapan Insitu Dokumentasi 1. Kamera digital - Dokumentasi Insitu penelitian 2. Seperangkat alat tulis - Pengambilan data Insitu Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kertas ph yang digunakan untuk mengukur derajat keasaman perairan, tissue dan pengawet berupa cairan asam sulfat (H 2 SO 4 ) pekat yang berfungsi untuk mengawetkan sampel. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei.. Adapaun data yang diambil terdiri dari data lapangan parameter perairan. Selain itu juga dilakukan pengambilan sampel air untuk analisis nitrat dan fosfat dilaboratorium. Lokasi pengukuran parameter dan pengambilan sampel ditetapkan pada sepuluh (10) stasiun yang dianggap merepresentasikan daerah perairan Selat Asam yaitu di bagian pinggir pantai Pulau Merbau dan di bagian pinggir pantai Pulau Padang

91 (Lampiran 2). Titik koordinat pengambilan data ditetapkan dengan menggunakan Hand GPS. Pengukuran parameter dan pengambilan sampel air dilakukan pada pukul 08.00-16.00 wib, di bagian permukaan perairan dengan kedalaman± 5 m pada setiap titik stasiun yang telah ditetapkan. Pengulangan dilakukan sebanyak 4 kali dengan interval waktu 4 minggu distasiun yang sama. Hasil ulangan akan dikompositkan menjadi rata-rata per stasiun. Parameter yang diukur adalah suhu air laut, kecepatan arus, kecerahan, kedalaman, salinitas, oksigen terlarut dan derajat keasaman (ph).pengukuran konsentrasi nitrat dan fospat dilakukan laboratorium terhadap sampel air yang diambil bersamaan dengan pengukuran parameter fisika dan kimia lainnya Data yang diperoleh dari hasil pengukuran parameter lingkungan perairan ditabulasikan dalam bentuk tabel dan grafik. Kemudian dianalisa secara deskriptifdengan membandingkan hasil analisa berupa tabel dan grafik dengan studi pustaka bagaimana kondisi diperairan Selat Asam tersebut HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi parameter lingkungan perairan di perairan Selat Asam mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Bila dilihat dari pengelompokan masing-masing stasiun yang ditetapkan pada bagian pinggir pantai Pulau Merbau dan pinggir pantai Pulau Padang, maka kondisi lingkungan perairan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata Parameter Perairan di Bagian Pinggir Pantai Pulau Merbau dan Bagian Pinggir Pantai Pulau Padang Perairan Bagian Pinggir Pantai Pulau Merbau Parameter Rata-rata/Stasiun 1 7 8 9 10 Suhu ( 0 C) 30,7 31,0 30,9 31,0 31,2 Kecepatan Arus (m) 0,46 0,39 0,47 0,54 0,56 Kecerahan (m) 0,68 0,74 0,89 0,93 0,80 Kedalaman (m) 21,75 23,25 19,25 18,50 16,50 Salinitas ( ) 29,50 22,50 25,25 24,75 25,50 Oksigen Terlarut (mg/l) 10,73 8,41 10,16 8,51 9,16 ph 8,00 7,75 8,00 7,75 8,00

92 Parameter Perairan Bagian Pinggir Pantai Pulau Padang Rata-rata/Stasiun 2 3 4 5 6 Suhu ( 0 C) 30,5 30,7 30,8 30,9 30,8 Kecepatan Arus (m) 0,36 0,37 0,43 0,39 0,44 Kecerahan (m) 0,59 0,74 1,24 1,26 0,89 Kedalaman (m) 3,13 16,63 20,50 19,88 21,75 Salinitas ( ) 28,25 28,50 28,00 27,50 25,25 Oksigen Terlarut (mg/l) 8,45 8,50 8,61 7,76 8,03 ph 8,00 8,00 7,75 8,00 8,00 Suhu Perairan Secara keseluruhan suhu perairan di lokasi penelitian tidak mengalami perbedaan yang mencolok dan masih mendukung untuk berjalannya aktifitas organisme perairan. Ini disebabkan karena jumlah panas yang diterima dari sinar matahari merata disepanjang perairan. Namun, jika dilihat antara bagian pinggir pantai Pulau Merbau dan bagian pinggir pantai Pulau Padang, maka terlihat bahwa suhu di bagian pinggir pantai Pulau Merbau lebih tinggi dibandingkan dengan suhu di bagian pinggir pantai Pulau Padang. Suhu perairan di perairan Selat Asam antara bagian pinggir pantai Pulau Merbau dan bagian pinggir pantai Pulau Padang terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Suhu Perairan Selat Asam di Bagian Pinggir Pantai Pulau Merbau dan Bagian Pinggir Pantai Pulau Padang. Gambar 1 memperlihatkan bahwa intensitas cahaya yang diterima lebih banyak dan menyebabkan suhu periran meningkat, sebagaimana yang dijelaskan Herunadi (dalam Farita, 2006) bahwa suhu air laut dipengaruhi oleh cuaca, kedalaman air, gelombang, waktu pengukuran, pergerakan konveksi, letak ketinggian

93 dari muka laut (altitude), upwelling, musim, konvergensi, divergensi, dan kegiatan manusia di sekitar perairan tersebut serta besarnya intensitas cahaya yang diterima perairan. Meskipun suhunya relatif tinggi, namun masih dalam batastoleransi bagi kehidupan ikan sebagaimana dijelaskan oleh (Romimohtarto, 2002) bahwa suhu yang berkisar antara 27 0 C - 32 0 C baik untuk kehidupan organisme perairan. Kecepatan Arus Perairan Arus merupakan faktor yang sangat penting terutama bagi alat tangkap yang pengoperasiannya memanfaatkan arus seperti alat tangkap gombang dan pengerih. Arus yang terjadi di perairan Selat Asam merupakan arus pasang dan arus surut. Kecepatan arus selama penelitian di daerah penelitian baik itu pada waktu pasang maupun surut berkisar antara 0,34-0,77 m/detik. Rata-rata kecepatan arus yang diperoleh tidak begitu jauh berbeda, namun jika dilihat kecepatan arus antara bagian pinggir pantai Pulau Merbau dan bagian pinggir pantai Pulau Padang, maka terlihat bahwa kecepatan arus di bagian pinggir pantai Pulau Merbau lebih tinggi dibandingkan bagian pinggir pantai Pulau Padang (Gambar 2). Gambar 2. Kecepatan Arus Perairan Selat Asam di Bagian Pinggir Pantai Pulau Merbau dan Bagian Pinggir Pantai Pulau Padang. Kecepatan arus dapat dibedakan dalam 4 kategori yakni kecepatan arus 0-0,25 m/dtk yang disebut arus lambat, kecepatan arus 0,25-0,50 m/dtk yang disebut arus sedang, kecepatan arus 50-1 m/dtk yang disebut arus cepat, dan kecepatan arus diatas 1 m/dtk yang disebut arus sangat cepat (Harahap dalam Ihsan, 2009). Berdasarkan kategori kecepatan arus menurut Harahap di atas maka kecepatan arus selama penelitian di perairan Selat Asam digolongkan diantara arus sedang sampai arus cepat.

94 Kecerahan Perairan Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosintesa. Kecerahan merupakan faktor penting bagi proses fotosintesa dan produksi primerdalam suatu perairan. Berdasarkan pada data pengukuran di lapangan, rata-rata kecerahan perairan baik itu pada waktu pasang maupun surut selama penelitian tidak jauh berbeda berkisar antara 0,57 m - 1,22 m (Gambar 3). Gambar 3. Kecerahan Perairan Selat Asam di Bagian Pinggir Pantai Pulau Merbau dan Bagian Pinggir Pantai Pulau Padang. Pada Gambar 3, terlihat bahwa kecerahan di bagian pinggir pantai Pulau Merbau pada stasiun I dan VII lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun II dan III di bagian pinggir pantai Pulau Padang, hal ini berkaitan dengan kedalaman dan absorbsi cahaya terhadap padatan tersuspensi yang masuk pada pada stasiun I dan VII. Pada stasiun I dan VII merupakan perairan yang dalam dibandingkan dengan stasiun yang lainnya sehingga cahaya yang masuk lebih banyak tinggi dibandingkan dengan stasiun yang lainnya. Tetapi pada stasiun VIII, IX, dan X yaitu dibagian pinggir pantai Pulau Merbau lebih rendah dibandingkan pada bagian pinggir pantai Pulau Padang yaitu pada stasiun IV, V dan VI. Kedalaman Perairan Rata-rata kedalaman perairan di perairan Selat Asam baik itu pada waktu pasang maupun surut terlihat jelas perbedaannya. Untuk melihat perbandingan kedalaman perairan di bagian pinggir pantai Pulau Merbau dan bagian pinggir pantai Pulau Padang, terlihat pada Gambar 4.

95 Gambar 4. Kedalaman Perairan Selat Asam di Bagian Pinggir Pantai Pulau Merbau dan Bagian Pinggir Pantai Pulau Padang. Gambar 4, terlihat bahwa pada stasiun I dan VII yaitu di bagian pinggir pantai Pulau Merbau merupakan perairan yang dalam dibandingkan dengang stasiun VIII, IX dan X. Namun, pada stasiun IV, V, dan VI yaitu pada bagian pinggir pantai Pulau Padang terlihat lebih dalam dibandingkan dengan stasiun II dan III. Disini terlihat bahwa di antara kedua bagian pinggir pantai pulau terdapat perbedaan kedalaman, ini disebabkan karena beberapa hal, salah satunya adalah topografi perairan yang tidak selamanya rata. Salinitas Perairan Bila dilihat rata-rata dari masing-masing stasiun, kondisi salinitas perairan di daerah penelitian terdapat perbedaan yang tidak begitu besar. Namun, jika dilihat salinitas perairan di bagian pinggir pantai Pulau Merbau dan bagian pinggir pantai Pulau Padang terlihat pada Gambar 5. Gambar 5. Salinitas Perairan Selat Asam di Bagian Pinggir Pantai Pulau Merbau dan Bagian Pinggir Pantai Pulau Padang.

96 Pada Gambar 5, terlihat bahwa salinitas di bagian pinggir pantai Pulau Padang dominan lebih tinggi dibandingkan dengan salinitas di bagian pinggir pulau Merbau. Rendahnya salinitas dibagian pinggir pulau Merbau disebabkan karena banyaknya air sungai yang mengalir ke bagian pinggir pantai sehingga terjadi pengenceran salinitas perairan. Terlihat pada stasiun VII dengan rata-rata nilai salinitas 22,5 0 / 00 yaitu di bagian pinggir pantai Pulau Merbau yang merupakan salinitas yang terendah dibandingkan dengan stasiun yang lainnya. Oksigen Terlarut (DO) Perairan Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian rata-rata oksigen terlarut perairan pada masing-masing stasiun tidak terlihat perbedaan yang begitu mencolok, artinya oksigen terlarut merata pada setiap stasiun. Untuk melihat kondisi oksigen terlarut antara bagian pinggir pantai Pulau Merbau dan di bagian pinggir pantai Pulau Padang, terlihat pada Gambar 6. Gambar 6.Oksigen Terlarut Perairan Selat Asam di Bagian Pinggir Pantai Pulau Merbau dan Bagian Pinggir Pantai Pulau Padang. Gambar 6, terlihat bahwa oksigen terlarut di bagian pinggir pantai Pulau Merbau lebih tinggi dibandingkan di bagian pinggir pantai Pulau Padang, Hal ini diduga karena dipengaruhi oleh pergerakan massa air, proses fotosintesis dan respirasi dari organisme laut termasuk fitoplankton dan algae lainnya. Derajat Keasaman (ph) Perairan Derajat keasaman (ph) merupakan satu dari parameter kimia perairan yang dapat dijadikan indikasi kualitas perairan. Berdasarkan pengukuran di lapangan nilai ph pada masing-masing stasiun tidak jauh berbeda. Rata-rata nilai ph pada masingmasing stasiun berkisar antara 7,75-8,0, terlihat pada Gambar 7.

97 Gambar 7. Derajat Keasaman (ph) Perairan Selat Asam di Bagian Pinggir Pantai Pulau Merbau dan Bagian Pinggir Pantai Pulau Padang. Dari Gambar 7, terlihat bahwa ph di bagian pinggir pantai Pulau Padang lebih tinggi, dibandingkan dengan ph di bagian pinggir pantai Pulau Merbau. Namun, bila dilakukan perbandingan antar stasiun pengamatan maka nilai ph tetap seragam. Walaupun rentang nilai ph perairan relatif seragam atau berada pada kisaran yang sempit, tetapi masih mendukung kehidupan organisme perairan dalam beradaptasi. Konsentrasi Nitrat dan Fosfat Bila dilihat dari pengelompokan masing-masing stasiun yang ditetapkan di bagian pinggir pantai Pulau Merbau dan pinggir pantai Pulau Padang, maka konsentrasi nitrat dan fosfat dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel3. Rata-rata Konsentrasi Nitrat dan Fosfat pada Bagian Pinggir Pantai Pulau Merbau dan Bagian Pinggir Pantai Pulau Padang Bagian Pinggir Pantai Pulau Merbau Parameter Rata-rata/Stasiun (ppm) 1 7 8 9 10 Nitrat 0,11 0,08 0,09 0,14 0,13 Fosfat 0,19 0,14 0,13 0,15 0,16 Bagian Pinggir Pantai Pulau Padang Parameter Rata-rata/Stasiun 2 3 4 5 6 Nitrat 0,15 0,08 0,07 0,15 0,14 Fosfat 0,18 0,16 0,05 0,08 0,12 Zat hara merupakan zat-zat yang sangat penting bagi produktivitas primer fitoplankton dalam air. Zat hara anorganik utama yang diperlukan fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang baik adalah nitrogen dalam bentuk nitrat dan fosfat

98 (Nybakken, 1992). Untuk melihat kondisi nitrat di bagian pinggir pantai Pulau Merbau dan di bagian pinggir pantai Pulau Merbau, dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Konsentrasi Nitrat di Perairan Selat Asam Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti Konsentrasi nitrat di perairan Selat Asam berkisar antara 0,07 ppm - 0,15 ppm (Tabel 13). Berdasarkan grafik konsentrasi nitrat antara bagian pinggir pantai Pulau Merbau dan di bagian pinggir pantai Pulau Padang terlihat bahwa konsentrasi nitrat tertinggi pada pada stasiun II dan IX yaitu di bagian pinggir pantai Pulau Padang dengan nilai rata-rata konsentrasi 0,15 ppm dan terendah pada stasiun IV yaitu di bagian pinggir pantai Pulau Merbau dengan nilai rata-rata konsentrasi 0,07 ppm. Untuk melihat konsentrasi fosfat di bagian pinggir Pulau Merbau dan di bagian pinggir pantai Pulau Padang, dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Konsentrasi Nitrat di Perairan Selat Asam Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti Konsentrasi tertinggi dijumpai pada stasiun I dengan nilai rata-rata konsentrasi 0,19 ppm yaitu dibagian pinggir pantai Pulau Merbau dan terendah dijumpai pada stasiun IV dengan nilai rata-rata konsentrasi 0,05 ppm yaitu dibagian pinggir pantai Pulau Padang (Gambar 9). Berdasarkan nilai rata-rata konsentrasi nitrat dan fosfat pada masing-masing stasiun dapat dilihat bahwa ada perbandingan antara nitrat dan fosfat dengan perbadingan 0,07 : 0,05 yaitu 1,4 : 1. Perbandingan ini menunjukkan bahwa nitrat dan fosfat di perairan Selat Asam masih dalam keadaan.

Jurnal Perikanan dan Kelautan 17,1 Studi (2012) parameter : 88-100 fisika dan kimia 99 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kondisi perafiran Selat Asam Kecamatan Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau ditinjau dari beberapa parameter fisika dan kimia perairan, masih sangat mendukung untuk proses kehidupan organisme yang berada di dalamnya dan layaksebagai, dengan parameter perairan sebagai berikut; suhu perairan berkisar antara 30,5 0 C sampai 31,2 0 C; kecepatan arus berkisar antara 0,36 m/dtk sampai 0,56 m/dtk; Kecerahan perairan berkisar antara 0,59 m sampai 1,26 m.; kedalaman perairan berkisar antara2 msampai 23,5 m; Salinitas perairan berkisar antara 22,5 % 0 sampai 29,5 % 0 ; Oksigen terlarut (DO) perairan berkisar antara 7,76 mg/l sampai 10,73 mg/l.; erajat keasaman (ph) berkisar antara 7,75 sampai 8; Konsentrasi nitrat berkisar antara 0,07 ppm sampai 0,15ppm dan konsentrasi fosfat berkisar antara 0,05 ppm sampai 0,19ppm. Saran Dengan keterbatasan dalam melakukan penelitian ini, masih ada satu faktor yang harus diketahui yaitu faktor biologi perairan. Maka, penulis menyarankan untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana kondisi parameter perairan Selat Asam ini ditinjau dari faktor biologi. DAFTAR PUSTAKA Hakim, L. 2009. Hubungan Kandungan Nitrat dan Fosfat dengan Kelimpahan Fitoplankton di Danau Baru Desa Mentulik Kecamatan Kampar Kiri Hilir Kabupaten Kampar. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 57 hal (tidak diterbitkan). Ihsan, N. 2009. Komposisi Hasil Tangkapan Sondong Di Kelurahan Batu Teritip Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 102 hal (tidak diterbitkan) Munzir. 2009. Daerah Penangkapan Ikan. Dikunjungi tanggal 13 Juli 2010.http://pondok-munzir.blogspot.com/2009/06/daerah-penangkapanikan.html. Nainggolan M. H. S. 2006. Analisa Kesuburan Ditinjau Dari Kandungan Nitrat dan Fosfat dan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Sungai Pakning Bengkalis Provinsi Riau. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 59 hal (tidak diterbitkan).

100 Romimohtarto, K. 1991. Pengantar Pemantau Pencemaran Laut. Status Pencemaran Laut Indonesia dan Teknik Pemantaunya. LIPI Jakarta. 1-14 hal. Romimohtarto, K. 2002. Kualitas Air Dalam Budidaya Laut. LIPI - Lembaga Oceanografi Nasional. Dikunjungi tanggal 13Juli 2009. http;//www. Google.com./BL/85/P. Said, R., M, Panjaitan dan Syafriadiman. 1994. Pengantar Oceanografi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru 50 hal. Sunarto M. 1997. Pengaruh Kedalaman Perairan dan Waktu Operasi Pangerih Terhadap Hasil Tangkapan Udang diperairan Bangsal Aceh Kecamatan Bukit Kapur Kabupaten Bengkalis. Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Riau, Pekanbaru.46 hal (tidak diterbitkan). Syofyan, I. 2004. Pengaruh Pengoperasian Gombang Terhadap Komunitas Ikan dan Udang Di Selat Bengkalis. Tesis Pascasarjana Universitas Andalas. Padang. 67 hal Zainuddin, M. 2006. Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kangurta) Di Perairan Kabupaten Bantaeng, Sulawasi Selatan. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin. http://www.pascaunhas.net.