BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

Sabdo Wicaksono Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma, Jakarta

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelaku-pelaku dalam pengadaan paprika,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

BAB III METODE PENELITIAN

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

KERANGKA PEMIKIRAN Metode Penghasilan yang Hilang (Loss of Earnings Methods) Menurut Hufscmidt, et al., (1992), Metode penghasilan yang hilang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) PADA COUNTER NASA CELL SKRIPSI

Bab II Analytic Hierarchy Process

Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Pendidikan Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

BAB III METODE KAJIAN

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang dapat dilihat pada tabel 2.1.

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

BAB III METODE PENELITIAN. dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain Riset Tujuan Penelitian. Jenis Penelitian

III. METODE PENELITIAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU BERPRESTASI BERDASARKAN KINERJA (STUDI KASUS : SMK Ma arif 1 Kalirejo)

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Kajian Perencanaan Infrastruktur Ruang Terbuka Hijau pada Perumahan Kota Terpadu Mandiri di Bungku Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah

GROUP DECISION SUPPORT SYSTEM UNTUK PEMBELIAN RUMAH DENGAN MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN BORDA

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (2009, p2) yang dibuat

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

APLIKASI AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT KULIAH DI BANGKA BELITUNG

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

Implementasi Metode AHP dalam Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Kuota Pembimbing Mahasiswa. Irfan Dwi Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

PEMANFAATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERIJINAN DAN PENEMPATAN KOLAM JARING TERAPUNG MENGGUNAKAN METODE AHP STUDI KASUS PT

Pengertian Metode AHP

Transkripsi:

31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Penelitian akan mempelajari faktor-faktor apa sajakah dan sebesar apakah dampaknya bagi keberhasilan yang dicapai oleh Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling) dengan menggunakan metode Proses Hierarki Analitik (PHA). Adapun alur tahap penelitian seperti disajikan pada Gambar 1. Mulai Pemahaman Topik Kajian Bahan Pustaka Pemahaman Topik Kajian Metode Proses Hierarki Analitik ( PHA ) Penyusunan Kuesioner untuk Survei Survei Lapangan Pengolahan Data dan Analisis PHA Pembahasan dan Penulisan Laporan Selesai Gambar 1 Alur Tahap Penelitian. 3.2 Pemahaman Topik Kajian Perpustakaan Elektronik Keliling merupakan salah satu layanan perpustakaan keliling yang ada di Perpustakaan Nasional RI dimana penggunanya dititikberatkan pada pelajar Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Umum (SMU) sederajat yang lokasi layanannya berdomisili sekitar

32 Jakarta, Bekasi, Tangerang dan Bogor. Tujuan diadakannya Pusteling ini yaitu sebagai pengenalan sarana teknologi informasi seperti pengenalan windows office kepada pelajar, koleksi bahan pustaka dalam bentuk digital dari Perpustakaan Nasional RI, jurnal online yang dapat diakses langsung serta sarana penelusuran OPAC Perpustakaan Nasional RI sehingga apabila pemustaka Pusteling ingin mencari koleksi bahan pustaka di Perpustakaan Nasional RI, pemustaka telah mengetahui bahan pustaka apa yang ingin dibaca dan telah mempunyai nomor panggil buku, sehingga dia dapat langsung menuju lokasi bahan pustaka tanpa melalui lokasi penelusuran katalog terlebih dahulu. Apabila tujuan dari pengadaan layanan Perpustakaan Elektronik Keliling tersebut terpenuhi maka dapat dikatakan bahwa layanan Pusteling telah berhasil berjalan dengan baik. 3.3 Perumusan Solusi Masalah Pada pembetukkan hierarki prioritas tingkat keberhasilan Pusteling, kriteria dan sub kriteria analisa diperoleh melalui studi literatur dan studi pada layanan Pusteling. Langkah selanjutnya yaitu merumuskan faktor internal dan eksternal layanaan Pusteling yang kemudian dianalisa dengan menggunakan penyebaran kuesioner. Berdasarkan hal tersebut maka terdapat empat kriteria utama dalam menganalisa prioritas kriteria tingkat keberhasilan Pusteling, dimana masingmasing kriteria utama terdiri dari beberapa subkriteria. Pembahasan tiap kriteria dan subkriteria serta penilaiannya disajikan dalam Gambar 2. Tujuan: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pusteling Kriteria: Kelembagaan (Perpustakaan Nasional RI) Teknologi Pusteling Sosial Wilayah Subkriteria: 1. Manajemen Pusteling 2. Petugas Pusteling (SDM) 1. Perangkat Keras 2. Perangkat Lunak 3. Perangkat Jaringan 1. Kebutuhan Pemustaka 2. Kuantitas Pemustaka 1. Geografis Lokasi Pusteling 2. Cuaca/ Kondisi Alam Gambar 2 Diagram Hierarki Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pusteling.

33 Adapun penjelasan dari masing-masing kriteria dan subkriteria hierarki tersebut adalah sebagai berikut: A. Kriteria Kelembagaan Kelembagaan merupakan faktor penting dalam pelaksanaan layanan Pusteling karena merupakan tempat pengadaan, pengawasan, serta pengelolaan yang mengatur pelayanan Pusteling. Kriteria kelembagaan dibagi menjadi 2 (dua) subkriteria berdasarkan hasil studi literatur dan pengamatan di lapangan, yaitu: (1) Subkriteria Manajemen Pusteling Salah satu faktor yang penting dalam pelaksanaan layanan adalah birokrasi atau regulasi yang efektif dan efisien. Regulasi seperti perubahan jadwal layanan kunjungan kelokasi baru merupakan salah satu bentuk birokrasi yang panjang dan berbelit-belit sangatlah tidak efektif dan tidak efisien. Pihak manajemen yang tanggap akan permasalahan yang timbul selama proses pelaksanaan layanan Pusteling, akan sangat membantu proses keberhasilan dari layanan tersebut. Kebijakan pemerintah dibidang pendidikan serta perpustakaan memiliki peranan penting dalam pelaksanaan pelayanan, karena merupakan pedoman/ payung segala sesuatu yang berkaitan dengan teknis pelaksanaan, pengelolaan, pembinaan, pengawasan dan pengembangan layanan Pusteling. Dukungan dana anggaran juga penting karena untuk menunjang keberlangsungan operasional Pusteling. (2) Subkriteria Petugas Pusteling (SDM) Petugas yang terjun langsung pada layanan Pusteling dapat dikatakan sebagai ujung tombak keberhasilan layanan Pusteling, hal tersebut dikarenakan apabila petugas yang dapat memenuhi kriteria pemenuhan kepuasan pemustaka maka hal tersebut juga menentukan tingkat keberhasilan layanan Pusteling. Kriteria tersebut seperti petugas yang ramah, mempunyai pengetahuan dasar tentang teknologi informasi, dan tepat dalam menentukan kata kunci untuk penelusuran bahan pustaka yang ada di OPAC online Perpustakaan Nasional RI, sehingga mereka dapat melakukan proses penelusuran bahan pustaka melalui layanan Pusteling dan sesampainya di Perpustakaan Nasional RI mereka dapat langsung menuju tempat peminjaman bahan pustaka.

34 B. Kriteria Teknologi Pusteling Kriteria ini mencakup pemilihan perangkat keras, perangkat lunak, dan perangkat jaringan yang baik agar dapat mendukung keberhasilan dari layanan Pusteling. (1) Subkriteria Perangkat Keras Fasilitas fisik untuk mendukung layanan Pusteling menurut Astra International dalam spesifikasi kendaraan Pusteling antara lain: a. 11 Laptop HP Compaq 510 dimana 10 unit untuk mengakses dan 1 unit lainnya untuk petugas. b. LCD Proyektor BenQ infocus MP522 Lumens 2000 c. Screen Dispaly d. Scanner e. Printer HP Deskjet D2500 f. Modem Huawey HSDPA g. Fotokopi h. DVD player i. Meja komputer dan laptop j. Kursi yang nyaman k. AC kendaraan merek Termo King Roof Top Ducting dan blower AC Coleman ¾ PK l. AC indoor merek Daikin 2 PK m. Kamera CCTV n. Rak untuk menyimpan koleksi digital (2) Subkriteria Perangkat Lunak Sebuah server Hawlet Packard ML 350 G series yang difungsikan sebagai server komunikasi dan repositori bahan multimedia, dan perangkat lunak instal windows 2007 original untuk 11 laptop yang dimiliki oleh layanan Pusteling. (3) Subkriteria Perangkat Jaringan Pusteling menggunakan sambungan 3G dengan memanfaatkan jasa sambungan internet dari PT. Indosat dan Excelcom. Untuk wilayah yang

35 berada tidak jauh dari Jakarta sambungan dalam kondisi baik, namun apabila agak jauh dari Jakarta atau diluar Jakarta, maka kualitasnya makin berkurang. Pusteling jika dipandang perlu, dapat juga memanfaatkan sambungan internet dial up dengan memanfaatkan sambungan telepon di sekolah yang disediakan oleh PT. Telkom. Untuk memperkuat catu atau hasil daya listrik Pusteling menggunakan generator set listrik portabel. C. Kriteria Sosial Kondisi sosial merupakan faktor penentu dalam keberhasilan layanan Pusteling, adapun faktor-faktor sosial tersebut meliputi: (1) Subkriteria Kebutuhan Pemustaka Pemenuhan kebutuhan pemustaka yang harus diperhatikan antara lain yaitu: a. Prasarana seperti laptop, AC, kursi berukuran kecil yang disediakan untuk pemustaka. b. Tempat menunggu (antrian) diluar terkadang kurang nyaman. c. Literasi informasi atau ketepatan kata kunci yang tepat yang disarankan oleh petugas dalam penelusuran. d. Kecepatan atau waktu minimalis dalam proses menunggu hasil dari penelusuran. e. Koleksi digital yang dibawa sesuai dengan permintaan pemesanan oleh pemustaka. f. Perlu adanya seleksi (filter) dalam akses penelusuran internet untuk alasan pendidikan bagi pemustaka yang menggunakan layanan itu. (2) Subkriteria Kuantitas Pemustaka Kuantitas pemustaka dapat meningkat apabila kebutuhan pemustaka terpenuhi pada saat mengunakan layanan perpustakaan, sehingga pemustaka dapat merasa puas akan layanan perpustakaan dan dapat menambah frekuensi kunjungannya untuk layanan Pusteling. Terselenggaranya pelayanan yang memuaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: a. Pengadaan koleksi pustaka dalam bentuk digital yang sesuai dengan kebutuhan pelajar dan tersusun baik. b. Tempat, dalam hal ini bus layanan yang nyaman.

36 c. Petugas yang memberikan pelayanan yang efisien selain itu petugas dituntut untuk bersikap sopan, ramah dan komunikatif terhadap pemustaka layanan. d. Waktu pelayanan yang diberikan sesuai dengan waktu tunggu selama menanti giliran atau antrian. D. Kriteria Wilayah Kriteria ini mencakup georafis lokasi pusteling dan cuaca/ kondisi alam yang dilalui oleh layanan Pusteling. (1) Subkriteria Geografis Lokasi Pusteling Layanan Pusteling dalam memberikan layanan tidak hanya melayani untuk Jakarta tetapi juga memberikan pelayanan untuk daerah Bekasi, Bogor, dan Tangerang, dan geografis lokasi serta jarak menuju lokasi adalah salah satu faktor yang sangat menentukan waktu kunjungan. Apabila jarak tempuh menuju lokasi layanan Pusteling dekat dengan Perpustakaan Nasional RI maka waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak juga tidak lama sehingga waktu untuk memberikan layanan Pusteling dapat lebih lama dan efisien. Hal lain yaitu tempat dari lokasi layanan seperti halaman sekolah yang datar dan lapang, pintu gerbang yang tinggi dan lebar sehingga memudahkan keluar masuknya bus Pusteling, serta pihak sekolah yang koorperatif pada lokasi layanan Pusteling, merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan Pusteling. (2) Subkriteria Cuaca/ Kondisi Alam Iklim dan Cuaca juga mempunyai andil dalam menentukan tingkat kunjungan pada layanan Pusteling. Kegiatan layanan Pusteling berlokasi di luar ruangan sehingga kegiatan pelaksanaannya sangat tergantung oleh faktor cuaca, salah satu alasannya yaitu: a. Cuaca yang tidak mendukung (panas, hujan dan dingin), mengakibatkan pelajar lebih memilih menghabiskan waktu istirahat mereka untuk melakukan kegiatan lainnya seperti pergi ke kantin atau berdiam di kelas.

37 b. Bus Pusteling biasanya ditempatkan di lapangan terbuka dan tidak memiliki perlindungan dari hujan, maka akses menuju lokasi layanan dapat beresiko terhalang oleh hujan. 3.4 Penyusunan Kuesioner Survei Kuesioner diberikan kepada pemustaka layanan Pusteling, dimana kuesioner yang dibagikan untuk pemustaka dilakukan secara kebetulan ketika pemustaka melakukan pelayanan pada layanan Perpustakaan Elektronik Keliling (Pusteling). Bentuk kuesioner yang akan disebarkan antara lain terdapat pada lampiran 1. 3.5 Survei Lapangan Survei lapangan yang dilakukan untuk penelitian ini meliputi penentuan populasi dan sampel serta teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut: 1. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemustaka Pusteling. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan sampling by accident yakni yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen dengan cara pengambilan sampel secara kebetulan, dengan pemustaka pelajar SMU sederajat di wilayah DKI Jakarta yang dilakukan pada tanggal 17-18 Februari dan 21-23 Februari 2011. Jumlah pelajar SMU yang didapat selama waktu pengambilan sampel penelitian yaitu sebanyak 110 pelajar. Adapun lokasi penyebaran kuesioner disajikan pada Gambar 3. B E D C A F G

38 Gambar 3 Lokasi Layanan Pusteling Pada Saat Penyebaran Kuesioner (A. SMUN. 77; B. SMKN. 11; C. STM Poncol; D. SMUN. 1; E. SMKN. 27; F. SMK Satya Bhakti I; dan G. SMK Satya Bhakti II). Karakteristik pemustaka pusteling dari ketujuh sekolah yang menjadi sampel penelitian ini disajikan dalam Gambar 4. 20 10 0 SMU N. 77 SMK N. 11 Jumlah Laki-laki Jumlah Perempuan SMK Poncol SMU N. 1 SMK N. 27 SMK Satya Bhakti I SMK Satya Bhakti II Gambar 4 Karakteristik Sampel Penelitian. 2. Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk pengumpulan data informasi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1. Studi literatur yaitu dilakukan dengan mengumpulkan literatur yang terkait dengan konsep dan praktek penyebaran informasi melalui Pusteling. 2. Pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner untuk memperoleh data yang dapat menjelaskan maupun menjawab pertanyaan penelitian tentang layanan Pusteling. 3.6 Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan data untuk penelitian ini terdapat dalam kerangka penelitian seperti pada Gambar 5 berikut:

39 Fakta Keadaan yang Diharapkan Adanya Permasalahan internal dan eksternal Pusteling: - Lemahnya manajemen - Jumlah bus bus kurang - Koneksi jaringan yang tidak stabil. Mengakibatkan: - Birokrasi yang tidak efektif dan efisian - Minimnya Jumlah pemustaka - Pelayanan yang tidak maksimal. Terwujudnya tujuan pengadaan Pusteling: - Meningkatkan pengetahuan pemustaka Pusteling dalam hal penggunaan informasi berbasis Teknologi Informasi khususnya untuk para pelajar. - Dukungan Manajemen - Kuantitas pemustaka meningkat. - Pelayanan Pusteling yang maksimal. Tujuan: Mengetahui faktor permasalahan yang mempengaruhi keberhasilan Pusteling. Diidentifikasikan melalui faktor internal dan faktor eksternal. Studi Literatur dan Data Hasil Kuesioner Metode Proses Hierarki analitik (PHA) Hasil: Memberi gambaran sejauhmana keberhasilan layanan Pusteling dan faktor yang mempengaruhi keberhasilannya. Kesimpulan dan Saran Gambar 5 Kerangka Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode Proses Hierarki Analitik. Metode tersebut dipilih untuk penelitian ini dengan alasan bahwa metode Proses Hierarki Analitik dapat digunakan dalam penyelesaian permasalahan yang kompleks atau tidak berkerangka di mana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit, dan data yang didasarkan atas persepsi, pengalaman dan intuisi. Jadi masalah tersebut dapat dirasakan, diamati, dengan kelengkapan data numerik dari perhitungan dengan menggunakan metode Proses Hierarki Analitik. Menurut Saaty, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan PHA, yaitu prinsip menyusun hierarki (decomposition), prinsip menentukan prioritas (comparative judgement), dan prinsip konsistensi logis (logical consistency).

40 1. Menyusun Hierarki Hierarki yang dimaksud adalah hierarki dari permasalahan yang akan dipecahkan untuk mempertimbangkan kriteria-kriteria atau komponen-komponen yang mendukung pencapaian tujuan. Proses menentukan tujuan dan hierarki tujuan, perlu diperhatikan apakah kumpulan tujuan beserta kriteria-kriteria yang bersangkutan tepat untuk persoalan yang dihadapi. Memilih kriteria-kriteria pada setiap masalah pengambilan keputusan perlu memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Lengkap Kriteria harus lengkap sehingga mencakup semua aspek yang penting, yang digunakan dalam mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan. b. Operasional Operasional dalam artian bahwa setiap kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambil keputusan, sehingga benar-benar dapat menghayati terhadap alternatif yang ada, disamping terhadap sarana untuk membantu penjelasan alat untuk berkomunikasi. c. Tidak berlebihan Menghindari adanya kriteria yang mengandung pengertian yang sama. d. Minimum Jumlah kriteria diusahakan seminimal mungkin untuk mempermudah pemahaman terhadap persoalan, serta menyederhanakan persoalan dalam analisis. 2. Menentukan Prioritas Prinsip pertimbangan komparatif (comparative judgement) berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat yang diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari PHA, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan ditempatkan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. Dalam melakukan penilaian terhadap elemen yang diperbandingkan terdapat tahapan sebagai berikut: a. Elemen mana yang lebih (penting/ disukai/ berpengaruh/ lainnya). b. Berapa kali sering (penting/ disukai/ berpengaruh/ lainnya).

41 Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, maka perlu dipahami tujuan yang diambil secara umum. Penyusunan skala kepentingan, Saaty menggunakan patokan seperti tercantum pada Tabel 10. Tabel 10 Skala Penilaian untuk Pengisian Kuesioner Intensitas Kepentingannya Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lain Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya 5 Elemen yang satu esensial atau sangat penting ketimbang elemen yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya 9 Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lainnya 2.4.6.8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan suatu aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan aktivitas i 3. Menentukan Konsistensi Logis Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya Satu elemen dengan kuat disokong, dan dominannya telah terlihat dalam praktek Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan Konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. PHA dapat digunakan dalam memecahkan berbagai masalah diantaranya untuk mengalokasikan sumber daya, analisis keputusan manfaat atau biaya, menentukan peringkat beberapa alternatif, melaksanakan perencanaan ke masa depan yang diproyeksikan dan menetapkan prioritas pengembangan suatu unit usaha dan permasalahan kompleks lainnya. Langkah awal dari PHA dapat diringkas dalam penjelasan yaitu menyusun matriks perbandingan serta menyusun matriks perbandingan hasil normalisasi yang disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Matriks Perbandingan dan Hasil Normalisasi Matriks Hasil Perbandingan C A1 A2. A n A1 A11 A 12. A 1n A2 A21 A22. A 2n..... A n An1 An2. A nn Hasil Normalisasi

42 Melakukan pengujian konsistensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatkan pada tiap tingkat hierarki. Konsistensi perbandingan ditinjau dari per matriks perbandingan dan keseluruhan hierarki untuk memastikan bahwa urutan prioritas yang dihasilkan didapatkan dari suatu rangkaian perbandingan yang masih berada dalam batas-batas preferensi yang logis. Setelah melakukan perhitungan bobot elemen, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian konsistensi matriks. Perhitungan ini diperlukan bantuan Tabel Indeks Acak (Random Index/ RI) dimana nilai setiap ordo matriks disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Indeks Acak (Random Index) Urutan Matriks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (RI) 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 Langkah selanjutnya tetap menggunakan matriks diatas, pendekatan yang digunakan dalam pengujian konsistensi matriks perbandingan adalah: a. Melakukan perkalian antara bobot subkriteria dengan nilai awal matriks & membagi jumlah perkalian bobot subkriteria & nilai awal matriks dengan bobot untuk mendapatkan nilai eigen. b. Mencari nilai matriks yang merupakan nilai rata-rata dari nilai eigen yang didapatkan dari perhitungan sebelumnya. λ Maks = (Penjumlahan nilai eigen) / N c. Mencari nilai Indeks Konsistensi (Consistency Index/ CI) CI = (λ Maks N) / (N-1) dengan N adalah jumlah elemen dalam matriks d. Mencari nilai Rasio Konsistensi (Consistency Ratio/ CR) CR = CI / RI Matriks perbandingan disebut konsisten jika nilai CR < 10%