PENYUSUNAN TES DIAGNOSTIK FISIKA MATERI LISTRIK DINAMIS. Dita Nugraeni, Jamzuri, Sarwanto

dokumen-dokumen yang mirip
PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA PADA POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA. Skripsi Oleh : Siti Nurrohmah K

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK KELAS VIII SMP/MTs SEMESTER GANJIL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. model pembelajaran Problem posing berbasis aktivitas belajar siswa dengan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PEMBELAJARAN PADA MATERI GERAK MELINGKAR BERATURAN BERBASIS MEDIA AUDIO VISUAL DI MAN YOGYAKARTA I

PENGEMBANGAN TES UNTUK MENGANALISIS KETUNTASAN HASIL BELAJAR SISWA SMA KELAS XI

PEMBUATAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA KELAS XI 1)

PENGEMBANGAN MODUL TEKNIK LISTRIK PADA MATA PELAJARAN TEKNIK LISTRIK KELAS X TEKNIK AUDIO VIDEO DI SMK NEGERI 2 YOGYAKARTA

PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN FORMATIF FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GENAP KURIKULUM 2013

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FISIKA SEMESTER GANJIL KELAS X SMA RSBI

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK DENGAN MENGGUNAKAN PHP-MySQL PADA MATERI POKOK LAJU REAKSI UNTUK SMA KELAS XI

PROFIL MISKONSEPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA KONSEP LISTRIK DINAMIS. Skripsi Oleh: Isdiana Kurniawati NIM K

Siti Masruha 21, Sunardi 22, Arika Indah K 23

PENGEMBANGAN MODEL E-BOOK INTERAKTIF TERMODIFIKASI MAJALAH PADA MATERI STRUKTUR ATOM

KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL URAIAN TERSTRUKTUR POKOK BAHASAN TEORI KINETIK GAS

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSIS KONSEP IPA FISIKA

Khoirun Nisa Retno Ning Tiyas * Muhardjito ** Kadim Masjkur *** Jalan Semarang 5 Malang 65145

Key Words: Developmental Research, Characteristics of deaf students, 4-D model.

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 04 No. 03, September 2015, 7-11 ISSN:

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES LITERASI SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS XI MIA SMA/MA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KARAKTER DENGAN COOPERATIVE LEARNING

Abstrak. : Desi Hartinah, Dr. Insih Wilujeng, dan Purwanti Widhy H, M. Pd, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

Daimul Hasanah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Julia Putriani *), Anny Sovia **), Lucky Heriyanti Jufri **) ABSTRACT

Nurul Afisa 24, Titik Sugiarti 25, Dinawati Trapsilasiwi 26

Pengembangan Instrumen Pengukuran Kompleksitas Soal Kontekstual Matematika

Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik VCCI Bentuk Four-Tier Test pada Konsep Getaran

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS MASALAH PADA MATERI BENTUK ALJABAR UNTUK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SIJUNJUNG JURNAL

DEVELOPMENT OF ONLINE-LEARNING PLAN BASED ON LEARNING MANAGEMENT SYSTEM ON MATERIAL MOMENTUM AND IMPULSE CLASS XI SENIOR HIGH SCHOOL

Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan Tahun 2014

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS KELAS PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI MATERI SISTEM RESPIRASI KELAS XI IPA E JURNAL

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES KALKULUS LANJUT 2 BERBASIS PEMECAHAN MASALAH. Fitrianto Eko Subekti dan Reny Amalia Widiyanti

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF MATERI GERAK TUMBUHAN DAN HAMA PENYAKIT TUMBUHAN KELAS VIII SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN KELAS XI SMA.

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA FISIKA BERBASIS MODEL EMPIRICAL INDUCTIVE LEARNING CYCLE DI SMA

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PEMBELAJARAN MELAYANI MAKAN DAN MINUM KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN JASA BOGA

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta 2)

PENGEMBANGAN LKPD FISIKA BERBASIS IDEAL PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF PESERTA DIDIK SMA

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES PILIHAN GANDA IPA TERPADU UNTUK SISWA SMP KELAS VII SEMESTER II

BAB III METODE PENELITIAN. perangkat pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh S. Thiagarajan,

Agung Setiabudi et al., Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika...

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KARAKTER PADA PEMBELAJARAN QUANTUM POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS LURUS SMP KELAS VIII

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN REMEDI MATERI SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA UNTUK SISWA KELAS VIII

ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN HARIAN PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KD 3.1 PENDAPATAN NASIONAL KELAS XI IPS 1 DI SMA NEGERI 1 GRESIK.

Dyah Puspitasari, Sarwanto, Lita Rahmasari Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia

E-journal Prodi Edisi 1

Citra Yunita dan Khairul Amdani Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed

PENGEMBANGAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK THREE-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI LISTRIK DINAMIS SISWA KELAS X SMA

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI EKSPONEN DAN LOGARITMA UNTUK SISWA KELAS X SMA KARTIKA 1-5 PADANG

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKU TEKA-TEKI KIMIA UNTUK KELAS XI SMA. Development of Instructional Media Buku Teka-Teki Kimia for grade XI SMA

1) Prodi Pendidikan IPA, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN KOGNISI MAHASISWA

Pengembangan Modul Dasar (Muhammad Firda Husain) 1

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) PADA POKOK BAHASAN REAKSI OKSIDASI REDUKSI UNTUK SISWA SMK KELAS X

Ferina Widya Wiyanti et al., : Pengembangan Tes Matematika Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi...

PENGEMBANGAN INSTRUMEN AUTHENTIC ASSESSMENT PADA PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK SISWA SMP KELAS VIII

Abstrak. Abstract. Wijayanti, et al., Analisis Butir Soal Objektif UAS...

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERORIENTASI PENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA PADA KONSEP SEL KELAS XI SMA

Kata Kunci: mobile learning berbasis android, hasil belajar ranah kognitif, minat belajar

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SISTEM GERAK MANUSIA BERBASIS PETA KONSEP DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS XI SMA DI KABUPATEN JEMBER

PENGEMBANGAN LKS BERPROGRAMA PADA SUB POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR DI SMA. Binar Ayu Dewanti, Sri Wahyuni, Yushardi

Kata Kunci: Pengembangan perangkat, Problem Based Learning (PBL), kompetensi siswa.

Reta Yuliani Fajrin 40, Jekti Prihatin 41, Pujiastuti 42

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 BINAMU KAB. JENEPONTO

PENGEMBANGAN PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERBASIS KELAS PADA PEMBELAJARAN KIMIA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM SOLVING PADA MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) Oleh:

THE QUALITY OF TRYOUTS ITEM ANALYSIS FOR EVERY SENIOR HIGH SCHOOL CLASS XII IN PEKANBARU BY USING ITEM ANALYSIS PROGRAM

THE DEVELOPMENT OF THE STUDENT ACTIVITIES WORKSHEETS BASED ON CONSTRUCTIVISM ON THE SOLUBILITY AND CONSTANT SOLUBILITY PRODUCT

ARTIKEL ILMIAH OLEH: FITRIA DWITA A1C411031

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FLIPBOOK FISIKA APLIKASI CORELDRAW X5 DENGAN SIMULASI VIDEO UNTUK SISWA SMA. Skripsi Oleh : Dwi Prihartanto K

Pengembangan Media Pembelajaran Termoelektrik Generator sebagai Sumber Energi

Novi Dwi Lestari 10, Hobri 11, Dinawati Trapsilasiwi 12

Kata Kunci : LKS scaffolding, sumber pembelajaran, faktor faktor yang mempengaruhi laju reaksi, kelayakan

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK FISIKA SEBAGAI MEDIA INSTRUKSIONAL POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

ABSTRAK. (Kata kunci : College adjustment ) Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Oleh : Ayu Rizqiana Ulfah, Yusman Wiyatmo

Artikel Ilmiah PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTOR BERORIENTASI PADA VOCATIONAL SKILL PRAKTIKUM BIOLOGI SMA

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PADA MATERI HUKUM KIRCHOFF DI SMAN 1 MERANTI

Pengemabangan LKPD (Bayu Setiaji) 46

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 02 Tahun 2013, 55 61

Oleh: Asri Setyaningrum dan Yusman Wiyatmo, Prodi Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta,

DESKRIPSI KONSEPSI SISWA SMA TENTANG RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MATERI KUBUS, BALOK, PRISMA DAN LIMAS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 33 PADANG

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Biologi. Oleh

PENGEMBANGAN TES FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GANJIL

PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI SMP

Citra Yunita dan Khairul Amdani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING DENGAN STRATEGI MIND MAPPING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI SMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN KIMIA SMA POKOK BAHASAN KOLOID

Kata-kata kunci: LKPD berbasis visual, metode demonstrasi, minat membaca, hasil belajar peserta didik.

IMPLEMENTASI MODUL FISIKA KELAS XI SMA PADA MATERI DINAMIKA GETARAN MENGGUNAKAN APLIKASI SPREADSHEET BERBASIS EMPAT PILAR PENDIDIKAN

PROFIL KONSEPSI SISWA SMP DENGAN CRI TEST BERBASIS REVISED BLOOM S TAXONOMY PADA MATERI KLASIFIKASI MATERI DAN PERUBAHANNYA

Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES KEMAMPUAN ANALISIS GRAFIK MATERI GERAK UNTUK SMP KELAS VII SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2011/2012

Transkripsi:

ISSN: 2338 0691 September 2013 Jurnal Pendidikan Fisika (2013) Vol.1 No.2 halaman 12 PENYUSUNAN TES DIAGNOSTIK FISIKA MATERI LISTRIK DINAMIS Dita Nugraeni, Jamzuri, Sarwanto Prodi Pendidikan Fisika, Jurusan PMIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A, Surakarta, Telp/Fax (0271) 648939 Email: dhietanugraeni@yahoo.co.id ABSTRACT This study was attempted to compose and invent a diagnostic test instrument for revealing the 10 th grade Senior High School (SMA) students misconception of Dynamic Electricity. This study is a Research and Development (R&D) study with 4-D method develepes by S. Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, and Melvyn I. Semmel (1974). This study involved physics experts and students of SMA Negeri Colomadu. Data was obtained by interview and testing tecnique. Analysis of the multiple choice s test accompanied by given reasons was used in this study, including validity test and questions reliability. The phases in this study were 1) Define phase includes the analysis of curriculum, analysis of syllabus, and analysis of needs, 2) Design phase includes composing frameworks and test s instrument which is consisted of 20 questions which have been validated by validation test do the expert validation, 3) phase Develop usually is done by limited trial test. Limited trial test of the present study was done by implementing the instrument in the 26 students and 53 students of the eleventh grade classes of SMA Negeri Colomadu, 4) phase Disseminate. The results of this study: 1) The questions of diagnostic test have been composed based on the established Basic Competency (BC). The questions are taken from every basic competencies. There are 15 questions of BC 5.1 formulation of electricity units in a simple closed circuit (single loop), 4 questions from of BC 5.2 identifying of AC (alternating current) and DC (direct current) electricity s implementation in daily life, and 1 question of BC 5.3 using electricity measuring instrumen. The total of the composed-questions is 20 questions. The instrument was attempting to measure C1-C4 of students cognitive comprehension. Further, based on cognitive comprehension measurement, there are 3 questions which aimed to understand, 6 questions to implement (C3), and 11 questions to analyze. 2) The diagnostic test is able to classify students s comprehension over a chapter. The student s comprehension is distinguished in to: comprehension, misconception, and do not know the concept. The student s comprehension is assessed by comprehension of concepts in a chapter (Dynamic Electricity). Of 20 items were arranged, there are 13 items that can be used as a diagnostic test. While the 7 items that can not be used as a diagnostic test that is number 5, 10, 11, 15, 17, 19, and 20. This can happen because of a matter of numbers 5, 10, and 20 can only reveal the students' skills in understanding the level of misconceptions and do not know the concept, while the level of understanding of understanding can not be revealed. As for the matter of numbers 11 and 17 can only reveal the level of understanding students' ability to understand and do not know the concept, while the level of understanding of misconceptions can not be revealed. And for about 19 numbers can only reveal the students' skills in understanding the level of misconceptions only, whereas the level of comprehension to understand and does not know the concept can not be revealed.based on the percentage of concept s comprehension above, the present instrument has fairly fulfilled the test criteria, namely: valid, relevant, spesific, representative, balanced, sensitive, fair, and efficient. Keywords: Diagnostic test, misconception, Dynamic Electricity ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menyusun dan menghasilkan instrumen tes diagnostik alat ungkap miskonsepsi siswa dalam materi Listrik Dinamis di Sekolah Menengah Atas kelas X semester genap. Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D) dengan metode 4-D yang dikembangkan oleh S. Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel (1974). Penelitian melibatkan ahli bidang studi Fisika dan siswa SMA Negeri Colomadu. Teknik pengumpulan data dengan teknik wawancara dan teknik tes. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptifnya dan analisis butir tes. Analisis deskriptif digunakan untuk proses penyusunan tes diagnostik. Sedangkan analisis butir tes pilihan ganda dengan alasan yang sudah ditentukan meliputi uji validitas, dan reliabilitas soal. Tahap dalam penelitian terdiri dari 1) tahap Define meliputi analisis kurikulum, analisis silabus, dan analisis kebutuhan, 2) tahap design meliputi penyusunan kisi-kisi dan instrumen tes yang terdiri dari 20 butir soal yang teruji validitasnya melalui kegiatan validasi yang dilakukan oleh validator ahli, 3) tahap develop dilaksanakan dengan uji coba terbatas. Uji coba terbatas melibatkan 26 siswa (skala kecil) dan 53 siswa (skala besar) dari Kelas XI SMA Negeri Colomadu, 4) tahap disseminate. Berdasarkan analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa hasil penelitian ini antara lain: 1) butir soal tes diagnostik yang telah disusun sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Terdapat sebaran soal pada setiap kompetensi dasar. Pada kompetensi dasar 5.1 yaitu memformulasikan besaran-besaran listrik rangkaian tertutup sederhana (satu loop) ada 15 item soal, kompetensi dasar 5.2 yaitu mengidentifikasi penerapan listrik AC (alternating current) dan DC (direct current) dalam kehidupan sehari-hari ada 4 item soal, dan pada kompetensi dasar 5.3 yaitu menggunakan alat ukur listrik terdapat 1 item soal. Jumlah soal yang disusun sebanyak 20 butir. Instumen yang disusun bertujuan untuk mengukur ranah kognitif siswa antara C1 sampai C4. Adapun jumlah butir soal berdasarkan pengukuran ranah kognitif antara lain: memahami (C2) sebanyak 3 soal, menerapkan (C3) sebanyak 6 soal, dan menganalisis (C4) sebanyak 11 soal. 2) Tes diagnostik yang disusun mampu mengklasifikasikan tingkat pemahaman siswa. Tingkat pemahaman siswa dibedakan menjadi tiga yaitu memahami, miskonsepsi, dan tidak tahu konsep. Tingkat pemahaman siswa diungkap melalui pemahaman konsep materi (Listrik Dinamis). Dari 20 butir soal yang disusun, terdapat 13 butir soal yang dapat dijadikan sebagai tes diagnostik. Sedangkan 7 butir soal yang tidak dapat dijadikan sebagai tes diagnostik yaitu nomor 5, 10, 11, 15, 17, 19, dan 20. Hal ini bisa terjadi karena soal nomor 5, 10, dan 20 hanya dapat mengungkap kemampuan siswa dalam tingkat pemahaman miskonsepsi dan tidak tahu konsep, sedangkan tingkat pemahaman memahami tidak dapat diungkap. Sedangkan untuk soal nomor 11 dan 17 hanya dapat mengungkap kemampuan siswa dalam tingkat pemahaman memahami dan tidak tahu konsep, sedangkan tingkat pemahaman miskonsepsi tidak dapat diungkap. Dan untuk soal nomor 19 hanya dapat mengungkap kemampuan siswa dalam tingkat pemahaman miskonsepsi saja, sedangkan tingkat pemahaman memahami dan tidak tahu konsep tidak dapat diungkap.berdasarkan persentase pemahaman konsep tersebut dapat dikatakan bahwa instrumen soal telah memenuhi kriteria tes yang baik yaitu valid, relevan, spesifik, representatif, seimbang, sensitif, fair, dan efisien. Kata kunci: Tes diagnostik, miskonsepsi, Listrik Dinamis.

Jurnal Pendidikan Fisika (2013) Vol.1 No.2 halaman 13 PENDAHULUAN Saat ini mata pelajaran Fisika dianggap sebagai momok yang mengerikan, sehingga tidak jarang nilai siswa rendah pada mata pelajaran Fisika. Hal ini, sesuai data ujian akhir semester ganjil tahun ajaran 2011/2012 di SMA Negeri Colomadu, bahwa kemampuan yang dimiliki siswa khususnya dalam mata pelajaran Fisika sangat bervariasi. Ada yang mendapat nilai terendah 25 dan nilai tertinggi 75 (daftar nilai guru). Kemampuan ini menyangkut kemampuan untuk mengingat kembali, menginterpretasikan informasi, memahami makna simbol, menalar, memecahkan masalah, dan masih banyak lagi. Sikap dan perangai siswa pun beraneka ragam, baik dalam menanggapi pembelajaran pada umumnya maupun Fisika pada khususnya. Demikian pula minat dan emosinya. Berbagai hal yang menyangkut siswa tersebut juga berkembang bersama lingkungan belajarnya, baik yang langsung maupun tidak langsung yang dirasakan oleh siswa. Metodologi pembelajaran, bahan ajar, sumber belajar, media, dan situasi kelas juga membantu memberikan dorongan maupun hambatan dalam siswa belajar. Rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa merupakan salah satu indikasi bahwa siswa tersebut mengalami kesulitan belajar. Siswa memerlukan bantuan secara cepat dan tepat, agar kesulitan yang mereka hadapi dapat segera teratasi. Agar bantuan yang diberikan dapat berhasil dengan efektif, terlebih dahulu guru harus memahami letak kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Dorongan guru untuk memecahkan masalah kesulitan siswa merupakan salah satu unsur dalam pengembangan profesi guru. Hal ini berlandaskan pada prinsip diagnosis dalam konteks pemecahan masalah. Masalah kesulitan belajar siswa dapat ditemukan dengan memberikan tes diagnostik. Menurut Depdiknas (2007: 1), tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa. Tes diagnostik dapat berupa tes multiple choice dengan alasan yang sudah ditentukan, tes multiple choice dengan reasoning terbuka, dan tes esai tertulis. Tes diagnostik perlu dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan siswa terhadap penguasaan suatu bagian atau keseluruhan materi pelajaran serta dapat mengidentifikasi kesulitan-kesulitan belajar yang muncul sehingga kegagalan dan keberhasilan siswa dapat diketahui. Dengan begitu, guru dapat mengetahui kesulitan yang dialami siswa dan guru mampu melakukan perbaikan atau pemecahan masalah terhadap kesulitan siswa. diharapkan dapat menambah keragaman tes yang digunakan dalam proses pembelajaran, serta dapat dipakai sebagai alat evaluasi untuk mendiagnosis adanya kesalahan konsep yang terjadi pada siswa. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian pengembangan, perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah tes diagnostik untuk mengidentifikasi miskonsepsi Fisika pada siswa. Model pengembangan yang digunakan yaitu model pengembangan 4 D (four D model) oleh S. Thigarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel (1974). Model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: 1) Define (Pendefinisian), 2) Design (Perancangan), 3) Develop (Pengembangan), dan 4) Disseminate (Penyebaran). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Hasil analisis deskriptif ini diperoleh dari hasil analisis data kuantitatif dalam bentuk nilai reliabilitas soal yang digunakan untuk mengungkap miskonsepsi siswa pada materi Listrik Dinamis. HASIL PENELITIAN Penelitian ini melibatkan tiga pakar/ahli dalam bidang studi Fisika dan siswa kelas XI di SMA Negeri Colomadu. Validasi dengan para pakar/ahli bertujuan untuk memvalidasi instrumen tes. Ketiga validator tersebut adalah para pakar yang ahli di bidang Fisika dan evaluasi pembelajaran. Instrumen divalidasi selama beberapa kali agar layak diujikan pada siswa. Materi yang dibahas dalam penelitian adalah materi Listrik Dinamis dengan jumlah soal sebanyak 20 butir. Soal berupa pilihan ganda dengan alasan yang sudah ditentukan. Subjek uji coba terbatas adalah siswa SMA Negeri Colomadu di kelas XI ICT dengan jumlah siswa sebanyak 26 orang. Pelaksanaan uji coba di kelas XI ICT berdasarkan kondisi kelas yang memiliki tingkat intelektual yang heterogen (tinggi, sedang, dan rendah). Sedangkan pada dalam skala yang lebih besar diperlukan responden yaitu 53 siswa yang tersebar dari dua kelas yang berbeda (XI-IPA I dan XI-IPA 2). Penggunaan kelas tersebut karena tingkat intelektual yang heterogen dan jam pelaksanaan mata pelajaran Fisika antara kelas XI IPA 1 dengan kelas XI IPA 2 saling berurutan, sehingga memungkinkan tidak ada kebocoran soal. Secara lebih rinci hasil uji coba dipaparkan dalam Tabel 1. Penelitian ini berlandaskan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sholfiani (2006) dengan judul Penyusunan Tes Diagnostik Fisika Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus Untuk Siswa Kelas X SMA di Kota Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006. Selain itu juga, berlandaskan pada penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2011) dengan judul Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Konsep Listrik Dinamis Kelas X SMA Tahun Ajaran 2010/2011. Berdasarkan penjelasan dan pemikiran di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul Penyusunan Tes Diagnostik Fisika Materi Listrik Dinamis. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah butir soal tes diagnostik yang disusun sesuai dengan kompetensi dasar yang ditentukan, dan apakah butir tes diagnostik mampu mengklasifikasikan tingkat pemahaman siswa pada materi Listrik Dinamis. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah membuat butir soal tes diagnostik Fisika materi Listrik Dinamis yang dapat memenuhi standar nilai untuk menentukan hasil belajar siswa. Dari penelitian ini

Jurnal Pendidikan Fisika (2013) Vol.1 No.2 halaman 14 Tabel 1. Presentase Derajat Pemahaman Siswa Per Item No. Presentase Derajat Pemahaman Siswa Soal Memahami Miskonsepsi Tidak Tahu Konsep Jumla Jumlah % Jumlah % h % 1. 41 78 6 11 6 11 2. 24 45 3 6 26 49 3. 42 79 2 4 9 17 4. 5 9 3 6 45 85 5. 0 0 1 2 52 98 6. 6 11 45 85 2 4 7. 11 21 3 6 39 74 8. 18 34 32 60 3 6 9. 9 17 3 6 41 77 10. 0 0 6 11 47 89 11. 2 4 0 0 50 96 12. 2 4 43 81 8 15 13. 1 2 22 41 30 57 14. 4 8 1 2 48 90 15. 4 8 0 0 49 92 16. 4 8 46 87 3 5 17. 38 72 0 0 15 28 18. 7 13 44 83 2 4 19. 0 0 53 100 0 0 20. 0 0 17 32 36 68 Dari seluruh jawaban siswa, diukur reliabilitas instrumen tes dalam penelitian menggunakan rumus cronbach alpha, dimana jika jawaban benar dan alasan benar mendapat nilai 0 dikategorikan tidak mengalami miskonsepsi (memahami) sedangkan untuk pilihan jawaban benar, alasan salah dan jawaban salah, alasan benar mendapat nilai 1 dikategorikan siswa mengalami tidak tahu konsep, dan untuk pilihan jawaban salah dan alasan salah mendapat nilai 2 dikategorikan siswa mengalami miskonsepsi. Hasil perhitungan dengan rumus di atas diperoleh besarnya reliabilitas instrumen tes saat uji coba adalah 0.43. Nilai tersebut tergolong dalam (0,4 r 0,59) reliabilitasnya cukup sehingga disimpulkan bahwa soal uji coba mempunyai reliabilitas sedang. Artinya instrumen dari hasil uji coba ini tingkat keajegan dalam mengungkap miskonsep siswa masih sedang. PEMBAHASAN Penyusunan tes diagnostik Fisika materi Listrik Dinamis ini bertujuan untuk menyajikan butir soal tes diagnostik Fisika pada materi Listrik Dinamis yang dapat memenuhi standar ketuntasan nilai, sehingga dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Penyusunan instrumen tes ini dilakukan melalui empat tahapan sesuai dengan model pengembangan S. Thigarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel (1974). Pada penelitian ini, tahap pertama (pendefinisian) sampai tahap ketiga (pengembangan) sudah sesuai dengan model pengembangaan S. Thigarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel (1974) dan tidak mengalami kesulitan ataupun kendala dalam melakukannya. Akan tetapi pada tahap ketiga yaitu pengembangan, soal tidak mengalami revisi ulang sehingga instrumen yang dihasilkan memiliki nilai reliabilitas yang cukup. Artinya, instrumen tersebut tingkat keajegan dalam mengungkap miskonsepsi siswa adalah cukup. Untuk mendapatkan nilai reliabilitas yang tinggi soal harus dilakukan revisi ulang. Meskipun demikian, instrumen yang dibuat ini dapat digunakan maupun diadopsi oleh siswa dan pengajar karena instrumen sudah diuji validitasnya oleh pakar/ahli bidang studi Fisika. Soal yang disusun sesuai dengan silabus dan kompetensi dasar yang sudah ditentukan. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2. Pembagian Butir Soal Tiap Kompetensi Dasar No. Kompetensi Dasar Nomor Soal Jumlah 1. 5.1 Memformulasikan besaran-besaran listrik rangkaian tertutup sederhana (satu loop). 2. 5.2 Mengidentifikasi penerapan listrik AC dan DC dalam kehidupan seharihari. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 16, 17, 18, 19 3. 5.3 Menggunakan alat ukur listrik 20 1 Jumlah 20 Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa instrumen sesuai dengan kompetensi dasar. Hal ini dapat terlihat dari sebaran soal yang terdapat pada setiap kompetensi dasar. Jumlah soal dari setiap kompetensi dasar disesuaikan dengan tingkat kesukaran materi. Dalam penelitian ini selain menyusun instrumen juga mengklasifikasikan tingkat pemahaman siswa. Untuk mengetahui hal tersebut akan diungkap dari setiap konsep yang ada. Tabel 3 akan menyajikan persentase tiap konsep. Tabel 3. Persentase Tiap Konsep Nomor Konsep Persentase Tiap Konsep (%) Soal Mema hami Miskon sepsi Tidak Tahu Konsep 1, 2 Arus Listrik 61 9 30 3,4,5,6,7 Rangkaian 24 21 55 Seri 8,9,10, Rangkaian 11 32 57 11,12 Paralel 13 Hambatan pada Kawat 2 41 57 14 Hukum I 8 2 90 Kirchoff 15 Hukum II 8 0 92 Kirchoff 16 Arus Listrik 8 86 6 DC 17,18 Arus Listrik 42 42 16 AC 19 Daya 0 100 0 20 Alat Ukur 0 32 68 Listrik Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa siswa SMA Negeri Colomadu masih banyak yang mengalami miskonsepsi pada konsep daya dan alat ukur listrik. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparno (2005), miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu. Hal ini bisa terjadi karena banyak faktor seperti, siswa sudah lupa materi karena penelitian tidak dilakukan setelah materi diajarkan akan tetapi penelitian dilakukan setelah siswa sudah naik kelas. Untuk mendapatkan 15 4

Jurnal Pendidikan Fisika (2013) Vol.1 No.2 halaman 15 hasil yang akurat dalam mengetahui tingkat pemahaman siswa, penelitian dilakukan setelah materi diajarkan, sehingga bahan/materi masih tertanam hangat dalam ingatan siswa. Selain itu, banyak dari siswa yang belum mengenal bentuk rangkaian listrik yang bervariasi dan kompleks, sehingga dalam mengerjakan soal, siswa mengalami kesulitan. Secara keseluruhan soal tes diagnostik Fisika pada materi Listrik Dinamis ini sudah berkualitas karena sudah sesuai standar kriteria penyusunan butir-butir soal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Poerwanti (2001), bahwa Ada beberapa kriteria yang dapat dipakai untuk menyusun butir-butir tes yang berkualitas, yaitu: 1) Valid; soal dikatakan valid bila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, validitas soal dapat dilihat dari kesesuaian soal dengan tujuan instruksional khusus dan tujuan pengukuran yang telah ditetapkan; 2) Relevan; tes yang relevan mengandung soal-soal yang dapat mengukur kemampuan belajar sesuai dengan tingkat kemampuan yang ditetapkan dalam indikator pencapaian hasil belajar (ranah kognitif, afektif, dan psikomotor); 3) Spesifik; soal harus direncanakan sedemikian rupa agar jawabannya pasti dan tidak menimbulkan ambivalensi atau spekulasi dalam memberikan jawaban; 4) Representatif; soal tes sebaiknya dikembangkan dari satuan materi yang jelas cakupannya, dan bersifat komprehensif dalam pengertian materi tes harus mencakup seluruh materi pengajaran, untuk itu seluruh pokok bahasan (sub pokok bahasan) idealnya harus terwakili dalam soal tes; 5) Seimbang; dalam proses pengajaran dosen akan tahu persis, bahwa setiap pokok bahasan memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, soal tes dikatakan seimbang bila pokok bahasan yang terpenting mendapat porsi terbanyak dalam soal; 6) Sensitif; syarat ini berkait erat dengan taraf kesukaran soal, butir tes yang baik harus memiliki sensitivitas untuk membedakan siswa yang benar-benar menguasai materi dengan yang tidak, hal ini tidak akan tercapai bila soal terlalu sulit sehingga semua siswa tidak dapat mengerjakan, atau soal yang terlalu gampang sehingga semua siswa dapat mengerjakan dengan benar, 7) Fair; tes hasil ujian hendaklah bersifat terbuka dalam pengertian tidak mengandung jebakan, jelas cakupan materinya, kejelasan norma yang dipakai serta kriteria keberhasilannya; 8) Praktis; dalam pengertian bahwa tes tidak sulit untuk dilaksanakan dilihat dari segi pembiayaan maupun pelaksanaannya. Tes yang baik harus efisien dan mudah untuk dilaksanakan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan yang telah dijabarkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa butir soal tes diagnostik yang telah disusun sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Terdapat sebaran soal pada setiap kompetensi dasar. Pada kompetensi dasar 5.1 yaitu memformulasikan besaran-besaran listrik rangkaian tertutup sederhana (satu loop) terdapat 15 item soal, kompetensi dasar 5.2 yaitu mengidentifikasi penerapan listrik AC dan DC dalam kehidupan sehari-hari ada 4 item soal, dan pada kompetensi dasar 5.3 yaitu menggunakan alat ukur listrik terdapat 1 item soal. Jumlah soal yang disusun sebanyak 20 butir. Instumen yang disusun bertujuan untuk mengukur ranah kognitif siswa antara C1 sampai C4. Adapun jumlah butir soal berdasarkan pengukuran ranah kognitif antara lain: memahami (C2) sebanyak 3 soal, menerapkan (C3) sebanyak 6 soal, dan menganalisis (C4) sebanyak 11 soal. Tes diagnostik yang disusun mampu mengklasifikasikan tingkat pemahaman siswa. Tingkat pemahaman siswa dibedakan menjadi tiga yaitu memahami, miskonsepsi, dan tidak tahu konsep. Tingkat pemahaman siswa diungkap melalui pemahaman konsep materi (Listrik Dinamis). Dari 20 butir soal yang disusun, terdapat 13 butir soal yang dapat dijadikan sebagai tes diagnostik. Sedangkan 7 butir soal yang tidak dapat dijadikan sebagai tes diagnostik yaitu nomor 5, 10, 11, 15, 17, 19, dan 20. Hal ini bisa terjadi karena soal nomor 5, 10, dan 20 hanya dapat mengungkap kemampuan siswa dalam tingkat pemahaman miskonsepsi dan tidak tahu konsep, sedangkan tingkat pemahaman memahami tidak dapat diungkap. Sedangkan untuk soal nomor 11 dan 17 hanya dapat mengungkap kemampuan siswa dalam tingkat pemahaman memahami dan tidak tahu konsep, sedangkan tingkat pemahaman miskonsepsi tidak dapat diungkap. Dan untuk soal nomor 19 hanya dapat mengungkap kemampuan siswa dalam tingkat pemahaman miskonsepsi saja, sedangkan tingkat pemahaman memahami dan tidak tahu konsep tidak dapat diungkap. Berdasarkan persentase pemahaman konsep tersebut dapat dikatakan bahwa instrumen soal telah memenuhi kriteria tes yang baik yaitu valid, relevan, spesifik, representatif, seimbang, sensitif, fair, dan efisien. Adapun saran yang diajukan antara lain: sebaiknya guru lebih memperhatikan konsep awal siswa saat akan memberikan konsep baru kepada siswa, sehingga tidak terjadi miskonsepsi dan menjadikan penghambat bagi siswa dalam memahami materi selanjutnya. Dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa tidak dapat terlepas dari miskonsepsi. Oleh karena itu, penelitian tentang miskonsepsi penting untuk dikembangkan guna mengetahui keberhasilan pembelajaran konsep yang telah dilakukan. Untuk mendapatkan tes diagnostik yang memiliki keajegan tinggi, maka perlu dilakukan revisi instrumen baik dari segi isi, bahasa, dan konstruksi. Tes diagnostik sebaiknya dilakukan setelah siswa selesai menerima materi pelajaran, sehingga materi masih hangat tertanam dalam pikiran siswa. DAFTAR RUJUKAN Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Tes Diagnostik. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Poerwanti, E. (2001). Mengembangkan Tes Sebagai Instrumen Evaluasi. Diperoleh 17 Maret 2012, dari http://sumut.kemenag.go.id/file/file/ TULISANPENGAJAR/flvk1343807002.pdf Saputra, H. A. (2011). Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Konsep Listrik Dinamis Kelas X SMA Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Sholfiani, Y. K. (2006). Penyusunan Tes Diagnostik Fisika Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus untuk Siswa Kelas X SMA di Kota Semarang. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Negeri Semarang, Semarang. Suparno. P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: PT. Grasindo Anggota Ikapi. Thiagarajan, S., Doroty S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. (1974). Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. Source Book. Bloominton: Center for Innovation on Theaching the Handicapped.

Jurnal Pendidikan Fisika (2013) Vol.1 No.2 halaman 16