Risna Triyani dan Ardiani S. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN LEUKOREA PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN ABNORMAL FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PERILAKU EKSTERNAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA CATUR TUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

Dinamika Kesehatan, Vol. 2 No. 2 Desember 2016 Herawati, et. al., Hubungan Pekerjaan & Vulva...

PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bagi seorang wanita menjaga kebersihan dan keindahan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA WANITA PERIMENOPAUSE DI DESA MOJO KECAMATAN ANDONG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci: kontrasepsi hormonal, pengetahuan perawatan organ reproduksi, keputihan. Cairan tersebut bervariasi dalam PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi : Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI BIDAN PRAKTEK SWASTA FITRI HANDAYANI CEMANI SUKOHARJO

HUBUNGAN PERILAKU VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN PADA IBU IBU DI DUSUN MULEKAN II TIRTOSARI KRETEK BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN CARA PENCEGAHAN FLOUR ALBUS

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU EKSTERNAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU RUMAH TANGGA DI KLEDUNG KARANGDALEM BANYUURIP PURWOREJO

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MERAWAT KEBERSIHAN VULVA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS X DI SMA MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA TAHUN 2013

BAB V PEMBAHASAN. uji statistik hubungan antara pengetahuan tentang hygiene organ reproduksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERSEDIAAN SUMBER ATAU FASILITAS DENGAN

HUBUNGAN PERILAKU MEMELIHARA ORGAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWA KELAS X SMA KOLOMBO SLEMAN TAHUN 2010

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN DARUT TAQWA DESA NGEMBEH KECAMATAN DLANGGU MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. terutama kesehatan reproduksi (Wulandari, 2012). 2003). Remaja dalam menghadapi kehidupan sehari-hari tidak lepas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan

Oleh : Duwi Basuki, Ayu Agustina Puspitasari STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto

PERAWATAN ORGAN REPRODUKSI DAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL REPRODUCTIVE ORGANS CARE AND INCIDENT OF FLUOR ALBUS TO PREGNANT WOMEN

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN PENGGUNAAN VAGINAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PATOLOGIS PADA SISWI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) MODEL 1 MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMA NEGERI 9 SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Leukorea atau keputihan (white discharge/flour albus) adalah gejala

HUBUNGAN PERILAKU VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI DUSUN MIRI PENDOWOHARJO SEWON BANTUL. Eka Sari Pramastuti 1, Karjiyem 2

BAB I PENDAHULUAN. disertai rasa gatal yang hebat pada kemaluan % wanita di Indonesia. akseptor kontrasepsi Keluarga Berencana (KB).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN USAHA PREVENTIF TERJADINYA KEPUTIHAN

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWATAN KEPUTIHAN PRA TRAINING DAN POST TRAINING PADA SISWI SMP NEGERI 2 JAKEN KABUPATEN PATI.

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

HUBUNGAN MASALAH KEBERSIHAN VULVA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN (FLOUR ALBUS) PADA SISWI SMA NEGERI 2 BANGKINANG TAHUN 2014

Transkripsi:

HUBUNGAN PEMAKAIAN PEMBERSIH VAGINA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI Risna Triyani dan Ardiani S. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali Email : Ardiani.sulistiani@yahoo.com ABSTRAK Salah satu masalah kesehatan reproduksi wanita adalah keputihan. Angka kejadian keputihan di dunia sangat besar. Rata rata lebih dari 50% perempuan di setiap dunia mengalami. Selain sangat menganggu, keputihan juga memiliki banyak pengaruh, serta merupakan salah satu tanda keganasan. Keputihan terjadi karena berbagai faktor antara lain pemakaian pembersih vagina. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemakaian pembersih vagina dengan kejadian keputihan pada remaja putri. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode survey analitik dan pendekatan waktu cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa putri kelas 2 di SMP N I Beringin Salatiga sejumlah 168 siswi dari 7 kelas pengambilan sampel dengan Proportional Stratified Random Sampling diperoleh sampel 135 dan analisa data chi square. Hasil perhitungan chi square dengan α = 0,05, p value (0,000< 0,05) dan X2hitung 58,154 > X2tabel 3,481, berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan pemakaian pembersih vagina dengan kejadian keputihan pada remaja putri. Kata Kunci : pembersih vagina, kejadian keputihan PENDAHULUAN Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang sangat rentan terhadap infeksi. Keputihan dapat menyerang sapa saja tanpa memperhatikan umur (Manuaba, 2010). Jumlah wanita di dunia yang pernah mengalami keputihan sekitar 75%, sedangkan di Indonesia lebih dari 70% wanita mengalami penyakit keputihan. Di Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 1

Jawa Tengah sekitar 65% wanita juga mengalami keputihan yang disebabkan oleh jamur, parasit seperti cacing kremi atau kuman (trikomonas vaginalis) (Sianturi, 2005). Remaja umumnya bersifat kurang peduli dengan keputihan pada dirinya. Padahal seharusnya remaja lebih waspada terhadap gejala keputihan. Studi pendahuluan dilaksanakan di SMPN 1 Bringin banyak terdapat remaja putri yang menggunakan pembersih vagina, sedangkan pada data pra survey dari 10 remaja putri, 6 remaja tersebut menggunakan pembersih vagina tiap pagi dan sore, dimana 3 remaja mengalami keputihan yang banyak hingga mereka memakai pantyliner, 2 remaja hanya mengalami sedikit keputihan. Dan 1 remaja tidak mengalami keluhan keputihan sama sekali. Sisanya 4 remaja putri tidak menggunakan pembersih vagina, dimana 2 remaja tersebut mengalami keputihan hal ini dapat terjadi karena kurangnya menjaga kebersihan, sisanya 2 responden tidak mengalami keputihan. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pemakaian Pembersih Vagina Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri TINJAUAN PUSTAKA 1. Leukorea Pengertian Leukorea (white discharge, flour albus, keputihan) adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah yang sering dijumpai pada penderita ginekologi (Sarwono,2008). a. Jenis Keputihan Menurut Admin (2009) keputihan terdiri dari dua jenis yaitu: 1) Keputihan normal adalah apabila alat kelamin permpuan (vagina) pada saat-saat tertentu mengeluarkan lendir (mucus), misalnya pada saat menjelang dan sesudah haid, perempuan yang capek sehabis banyak berjalan, perempuan hamil, perempuan sesudah melahirkan dan perempuan yang sedang mengalami rangsangan seksual. Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 2

2) Keputihan yang tidak normal. Apabila perempuan mulai mengeluh karena vaginanya terlalu sering mengeluarkan lender yang berlebihan disertai bau amis, terasa pedih waktu buang air, dan kadang disertai rasa panas dan gatal. b. Gejala Gejala klinis yang dialami penderita berupa rasa gatal, lendir vagina berbentuk seperti kepala susu, dan berbau. Keluhan lain yang sering muncul adalah nyeri vagina, rasa terbakar di bagian luar vagina (vulva), serta nyeri saat senggama dan berkemih (Melilea, 2008). c. Penyebab Mamafia (2009) menyatakan beberapa pemicu keputihan yang perlu diwaspadai : 1) Personal hygiene yang kurang 2) Pemakaian pembersih yang tidak sehat 3) Bakteri Kasus keputihan karena bakteri bisaanya terjadi pada keadaan seperti kehamilan, penggunaan spiral atau IUD (Intra Uterine Device) dan hubngan seksual dengan banyak pasangan. 4) Jamur Keputihan jenis ini disebabkan infeksi jamur Candida albicans.umumnya dipicu oleh faktor luar dan dalam tubuh seperti kehamilan, kegemukan, pemakaian pil KB, obat-obatan tertentu seperti steroid, antibiotika, diabetes, daya tahan tubuh yang rendah, iklim panas atau lembab. 5) Parasit Infeksi parasit Trichomonas vaginalis termasuk dalam golongan penyakit menular seksual (PMS) karena penularannya terjadi lewat hubungan seksual. Namun, penularan juga bisa terjadi lewat berbagai peralatan mandi pribadi atau dudukan kloset yang sudah terkontaminasi. Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 3

6) Virus Keputihan karena infeksi virus sering ditimbulkan oleh penyakit kelamin seperti condyloma, herpes, dan HIV/AIDS. Condyloma ditandai dengan tumbuhnya kutil yang sangat banyak disertai cairan berbau. Virus herpes ditularkan lewat hubungan seksual pemicu kanker rahim. d. Cara mengatasi (pencegahan) Cara mencegah keputihan antara lain adalah sebagai berikut menjaga kebersihan daerah vagina, membilas vagina dengan cara yang benar yaitu dari arah depan ke belakang, jangan suka tukar-tukaran celana dalam menggunakan celana dalam bersama dengan teman wanita lainnya, jangan menggunakan handuk bersamaan (suka tukar-tukaran handuk, lebih berhati-hati dalam menggunakan sarana toilet umum, jalani pola hidup sehat, cukup tidur, olahraga teratur, makan makanan dengan gizi yang seimbang,hindari ganti- ganti pasangan seksual (seks bebas), Bagi wanita yang sudah melakukan hubungan seksual, setiap tahun harus melakukan pap smear untuk mendeteksi perangai sel-sel yang ada di mulut dan leher rahim (Iskandar, 2008). 2. Pembersih Vagina (vaginal douching) a. Pengertian Pembersih vagina adalah cairan yang digunakan dalam proses pembersihan vagina. (Nara, 2011). b. Alat pembersih vagina (vaginal douching) Alat yang dipakai dalam pembersihan vagina biasanya antiseptic yang banyak dijual dipasaran atau yang menggunakan cara alami seperti rebusan daun sirih. Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 4

METODOLOGI Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian Survei Analitik Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional, Populasi seluruh siswa putri kelas 2 di SMPN I Beringin Salatiga sejumlah 168 siswi dari 7 kelas. Teknik Sampling menggunakan Proportional Stratified Random Sampling. Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat a. Pemakaian pembersih vagina Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemakaian Membersih Vagina di SMP N I Beringin Salatiga Tahun 2013 Pemakaian % F pembersih vagina Ya 82 60.7 Tidak 53 39.3 Total 135 100.0 Sumber : Data Primer (2013) Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat sebagan besar responden memakai pembersih vagina yaitu 82 responden (60,7%). b. Kejadian keputihan Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Keputihan di SMP N I Beringin Salatiga Tahun 2013 Kejadian Keputihan F % Ya 84 62.2 Tidak 51 37.8 Total 135 100.0 Sumber : Data Primer (2013 Berdasarkan Tabel 4.2 sebagian besar respondendalam kategori yang mengalami keputihan yaitu 84 responden (62,2%). 2. Analisis Bivariat Hubungan pemakaian pembersih vagina dengan kejadian keputihan pada remaja putri dapat dilihat sebagai berikut : Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 6

Tabel 5. Hubungan Pemakaian Pembersih Vagina Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri Di SMP N I Beringin Salatiga Tahun 2013 Pembersih Vagina Kejadian Keputihan Jumlah -value X 2 Ya Tidak N % N % N % 0,000 58.154 Ya 72 53.3 10 30.4 82 60.7 Tidak 12 8.9 41 30.4 53 39.3 Jumlah 84 62,2 51 37.8 135 100.0 Sumber : Data Primer diolah (2013) Berdasarkan tabel silang di atas diketahui bahwa remaja memakai pembersih vagina sebagian besar mengalami keputihan yaitu 72 responden (53,3%). Responden yang tidak memakai pembersih vagina sebagian besar tidak mengalami keputihan yaitu 41 responden (30,4%). Agar dapat mengeneralisasikan bukti bahwa terdapat hubungan pemakaian pembersih vagina dengan kejadian keputihan pada remaja putri yaitu dengan uji statistik chi square dengan hasil taraf signifikansi (0,000< 0,05) dan X 2 hitung 58,154 > X 2 tabel 3,481. Maka hipotesa alternatif atu hipotesa kerja dapat di terima. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan pemakaian pembersih vagina dengan kejadian keputihan pada remaja putri. PEMBAHASAN 1. Pembersih Vagina Sebagian besar responden memakai pembersih vagina yaitu 82 responden (60.7%). Pembersih vagina adalah cairan yang digunakan dalam proses pembersihan vagina. Pembersihan vagina dapat berupa internal dan eksternal. Untuk eksternal yang biasa kita lakukan yaitu membasuh bagian luar vagina. Sedangkan yang internal adalah dengan cara memasukkan atau menyemprotkan cairan ke dalam vagina dengan tujuan untuk membersihkan (Nara, 2011). Sebagian besar remaja memakai pembersih vagina karena menginginkan alat genetalianya nyaman dan berbau wangi. Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 7

Sedangkan sisanya 53 responden tidak memakai pembersih vagina hal ini dikarenakan responden yang merasa tidak bermasalah dengan organ genetalianya sehingga beranggapan tidakperlu memakai pembersih vagina. 2. Keputihan Hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas responden tidak terjadi keputihan yaitu sebanyak 51 responden. Hal ini disebabkan karena remaja dapat melakukan pencegahan keputihan dengan cara menghindari menggunakan pakaian dalam yang terlalu ketat, penggunaan pakaian dalam yang terbuat dari nylon atau polyester (gunakan bahan katun) dan tidak menggunakan pembersih vagina yang berlebihan selain itu membasuhlah daerah kemaluan dari depan ke belakang bukan sebaliknya agar bakteri dari anus tidak menginfeksi ke daerah vagina. Sedangkan yang terjadi keputihan sebanyak 84 responden faktor keputihan fisiologis, dapat terjadi keputihan yang terjadi pada remaja karena waktu di sekitar mentruasi karena mulai terdapat pengaruh estrogen, dan waktu di sekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjaar serviks uteris menjadi lebih encer. Sedangkan keputihan patologis, salah satu penyebabnya suatu jenis binatang satu sel yang disebut Trichomonas vaginalis. Keputihan karena kuman ini akan menimbulkan cairan putih, sebagian merasa gatal dan panas (Sarwono,2008). Berdasarkan dari hasil data diatas kejadian keputihan banyak disebabkan oleh remaja putri melakukan kegiatan yang menyebabkan timbulnya penularan kuman, sehingga akan menyebabkan infeksi, kegiatan yang dapat menyebabkan perpindahan kuman penyebab keputihan diantaranya dari tangan atau celana tanpa sengaja, pemakaian pembersih vagina yang tidak sehat atau saling menukar pakaian. 3. Hubungan pemakaian pembersih vagina dengan Keputihan Berdasarkan tabel silang diketahui bahwa remaja memakai pembersih vagina sebagian besar mengalami keputihan yaitu 72 responden (53,3%). Responden yang tidak memakai pembersih vagina sebagian besar tidak mengalami keputihan yaitu 41 responden (30,4%). Hal ini dikarenakan pembersihan vagina yang banyak dijual dipasaran adalah antiseptik. Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 8

Penggunaaan antiseptik yang banyak dijual dipasaran justru akan mengganggu ekosistem di dalam vagina, terutama ph dan kehidupan bakteri baik. Jika ph terganggu maka bakteri jahat akan mudah berkembang lebih banyak dan vagina akan mudah terkena penyakit yang salah satunya ditandai dengan keputihan (Iskandar, 2008). Responden yang tidak memakai pembersih vagina sebagian besar tidak mengalami keputihan yaitu 41 responden (30,4%). Hal ini dikarenakan kondisi ph dan flora normal di vagina terjaga dengan baik sehingga remaja tidak mengalami keputihan. Membersihkan vagina tidak perlu menggunakan pembersih vagina yang berlebihan penggunaan sabun biasa sudah cukup untuk menghindari kejadinya keputihan (Murtiastutik, 2009). Dalam penelitian ini juga didapatkan fenomena bahwa responden yang memakai pembersih vagina tidak mengalami keputihan yaitu 10 responden. Hal ini dikarenakan responden tidak menggunakan pembersih vagina secara terus-menerus. Remaja tersebut jarang menggunakan pembersih vagina, sehingga PH dan flora normal di vagina tetap normal. 5 responden menyatakan hanya memakai pembersih vagina setelah menstruasi, 3 responden menyatakan hanya memakai pembersih vagina saat menstruasi, dan sisanya 2 responden memakai pembersih vagina bila ingat. Selain pembersih vagina ada faktor lain yang mempengaruhi keputihan antara lain pakaian dalam yang terlalu ketat, cara cebok yang salah. Hal ini dikarenakan perkembangan bateri yang merugikan di vagina (Dewintha, 2009). Sedangkan 12 responden tidak memakai pembersih vagina tetapi mengalami keputihan. Berdasarkan hasil penelitian 12 remaja berdasarkan hasil wawancara 5 responden mengaku sering menggunakan pakaian dalam yang ketat serta tidak terbuat dari bahan katun dan sisanya 7 responden mengatakan biasa cebok dari belakang ke depan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi keputihan antara lain pakaian dalam yang terlalu ketat, penggunaan pakaian dalam yang terbuat dari nylon atau polyester (gunakan bahan katun) dan membasuhlah daerah kemaluan dari belakang ke depan (Murtiastutik, 2009). Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 9

Uraian diatas didukung dengan uji statistik chi square diperoleh X 2 hitung 58,154 > X 2 tabel 3,dan p value 0,000< 0,05. Maka hipotesa alternatif atu hipotesa kerja dapat di terima. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan pemakaian pembersih vagina dengan kejadian keputihan pada remaja putri. SIMPULAN 1. Sebagian besar pengetahuan remaja dalam kategori memakai pembersih vagina yaitu 82 responden (60,7%). 2. Dari 135 responden, sebagian besar dalam kategori mengalami keputihan yaitu 84 responden (62,2%). 3. Ada hubungan pemakaian pembersih vagina dengan kejadian keputihan pada remaja putri (X 2 hitung 58,154 > X 2 tabel 3,481 dan p value= 0,000<0,05) DAFTAR PUSTAKA Admin, 2009, Keputihan, Diakses tanggal 1 April 2013. From: http://gayahidupsehat.org Aninda, 2010, Keputihan Diakses tanggal 1 April 2013. From: www.bidanku.com/index.php Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Dechacare, 2010, Menghindari dan Mencegah Keputihan, Diakses tanggal 2 April 2013. From:http://www. Dechacare.co.id. Edris, Sunarto, 2009, Gejala Keputihan. Diakses tanggal 1 April 2013. From: http://tanyadokter.com. Hendra, 2010, Keputihan Apakah Normal, Diakses tanggal 3 April 2013.From : http://kesehatan.myhendra.web.id Indah, 2008, Awas Keputihan Diakses tanggal 2 April 2013. From: www.bidanku.com/index.php. Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 10

Iskandar, Sugi Suhadi, 2008, Awas Keputihan bisa Mengakibatkan Kematian dan Kemandulan, Diakses tanggal 1 April 2013. Jones, 2005, Keputihan : Masalah Utama Wanita, Diakses tanggal 1 April 2013. From: http://www.tanyadokteranda.com Mamafhia, 2009, Waspadai Gejala Keputihan, Diakses tanggal 1 April 2013. From: http://bidankita.com. Manuaba. Ida Bagus Gede,. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : YBP-SP Melilea, 2008, Jenis dan Gejala Keputihan, Diakses tanggal 1 April 2013. From: http://melileasehat.com Nara, Kim. 2011. Seminar Vaginal Douche (Cairan Pembersih Vagina): Aman atau Tidak Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Salma, Destia 2009, Keputihan Wanita, Diakses tanggal 2 April 2013. From: http://destiasalma.blogspot.com Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Sianturi. 2005. Keputihan Pada Remaja. Diakses tanggal 31 Maret 2013. From: http://72.14.203.104/search?q=bkkbn.go.id Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: alfabeta Yuniardo, 2011, Masalah wanita, Diakses tanggal 2 April 2013. From: http://www.tanyadokteranda.com Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013 11