BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

RUGI LABA BIAYA FISKAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun

BIAYA YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WP DALAM NEGERI WP BUT PASAL 9

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta

APLIKASI UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 2000 DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN Oleh : Evi Ekawati. Abstrak

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

Penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek pajak dan tidak dikenakan Pajak penghasilan, diatur dalam Psl 4 ayat (3) UU No. 36 Tahun 2008, yaitu :

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II LANDASAN TEORI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak. Jenderal Pajak, dan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

BAB 2 LANDASAN TEORI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

PAJAK PENGHASILAN UMUM. Amanita Novi Yushita, M.Si

PAJAK PENGHASILAN. Pembagian Subjek Pajak. Subjek Pajak Dalam Negeri Subjek Pajak Luar Negeri SIAPA SUBJEK PAJAK?

A. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari dalam negeri yaitu dari sektor pajak.

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam Siti Resmi (2009:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara

LAMPIRAN - I. SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

BAB II LANDASAN TEORI

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. kriteria untuk menentukan apakah suatu pengeluaran, biaya atau kerugian dapat dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Mardiasmo (2011). Pajak

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB II REKONSILIASI FISKAL. Pajak penghasilan menurut Undang-undang Nomor 17 tahun 2000

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

Lampiran 1. Penghasilan termasuk Objek Pajak. Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 4(1):

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mardiasmo ( 2006 ) mendefinisikan, Pajak adalah iuran rakyat

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

DAFTAR BIAYA FISKAL DEDUCTIBLE DEDUCTIBLE

KONSEP PENDAPATAN DALAM PAJAK

BAB II LANDASAN TEORI

Konsep Dasar Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan dan BUT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan produk yang dihasilkan dari akuntansi yang harus

PAJAK PENGHASILAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak dapat diartikan sebagai iuran wajib yang dipungut oleh Negara dari wajib pajak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

PAJAK BADAN. Badan yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN 1771

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Penghasilan yang telah diperoleh oleh setiap wajib pajak yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOMPILASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN (PPh)

Pajak Penghasilan (PPh) Umum

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PAJAK PENGHASILAN. Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB

BAB II KAJIAN PUSTAKA. rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

Perpustakaan LAFAI

BAB II LANDASAN TEORI. dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

BAB II LANDASAN TEORI. Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat

Oleh Iwan Sidharta, MM.

Perpajakan Bagi Koperasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

BAB II LANDASAN TEORI

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG PAJAK PENGHASILAN BAB I KETENTUAN UMUM

Transkripsi:

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL A. Adanya Pengeluaran atau Beban yang Tidak Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto akan Dilakukan KOREKSI FISKAL POSITIF. 1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi 2. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota 3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank, sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan. 4. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi kecuali jika dibayarkan oleh pihak pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan. 5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali : A. Sampai dengan tahun pajak 2000 a. Didaerah tertentu (daerah terpencil), atau b. Merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan atau yang berkenaan dengan situasi lingkungan kerja c. Di KAPET (Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu) B. Sejak tahun pajak 2001 a. Penyediaan makanan/minuman ditempat keja bagi seluruh pegawai secara bersama-sama atau Akuntansi Perpajakan 23

b. Yang meupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya. Seperti pakaian dan peralatan keselamatan kerja, pakaian seragam satpam, dan c. Antar jemput karyawan serta d. Penginapan untuk awak kapal dan yang sejenisnya, serta e. Penggantian atau imbalan bentuk natura dan kenikmatan yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu - Tempat tinggal, termasuk perumahan bagi pegawai dan keluarganya - Pelayanan kesehatan, pendidikan bagi pegawai dan keluarganya - Pengangkutan bagi pegawai dan keluarganya - Olah raga bagi pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf, boating dan pacuan kuda Sepanjang fasilitas dan sarana yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun pembebanannya dilakukan melalui penyusutan. 6. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan 7. Harta yang dihibahkan, bantuan (kecuali untuk GNOTA) atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan b kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam dan atau Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau disyahkan oleh Pemerintah. 8. Pajak Penghasilan, kecuali PPh Pasal 26 (tidak termasuk dividen) sepanjang PPh dimaksud ditambahkan sebagai dasar penghitungan untuk pemotongan PPh Pasal 26 9. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya Akuntansi Perpajakan 24

10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham 11. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan 12. Biaya entertainment, representasi, jamuan tamu dan sejenisnya, kecuali Wajib Pajak dapat membuktikan bahwa biaya tersebut telah benar-benar dikeluarkan (formal) dan benar ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan perusahaan (materiil), dengan melampirkan pada SPT daftar nominatif yang berisis nama, tempat, atau alamat, jenis dan jumlah entertainment yang telah diberikan, nama, posisi, nama perusahaan, jenis usaha relasi yang menerima entertainment 13. Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 8 huruf f dan huruf g UU PPN sepanjang tidak dapat dibuktikan bahwa Pajak Masukan tersebut benar-benar telah dibayar dan PPN Masukan berkenaan dengan pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dalam menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) UU PPh 14. Penghapusan Piutang Tak Tertagih (Piutang Usaha) kecuali Wajib Pajak telah : a. Membebankan piutang tak tertagih sebagai biaya atau kerugian perusahaan dalam Laporan Keuangan Komersial b. Menyerahkan dan mendaftarkan gugatan perdata atas nama debitur serta jumlah piutang tak tertagih (telah menyerahkan perkara penagihannya) kepada Pengadilan Negeri atau kepada Badan Urusan Pitang dan Lelang Neraca/BPULN atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan hutang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan c. Telah dipublikasikan atau mengumumkan daftar nama debitur yang penyelesaiannya telah diserahkan kepada Pengadilan Negeri atau Akuntansi Perpajakan 25

BUPLN, dalam suatu penerbitan umum atau tertentu (khusus) seperti penerbitan intern pada asosiasi usaha tersebut atau penerbitan lainnya dan d. Menyerahkan dan melaporkan kepada Direktur Jenderal Pajak Daftar Piutang yang tidak dapat ditagih atau yang dihapuskan yang mencantumkan nama, alamat, NPWP dan jumlahnya 15. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan a. Bukan merupakan Objek Pajak b. Pengenaan pajaknya bersifat final c. Dikenakan pajak berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Netto dan Norma Penghitungan Khusus 16. Kerugian dari harta atau hutang yang tidak dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak. 17. Bunga pinajaman (seluruhnya), dalam hal jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya dengan atau lebih kecil dari jumlah rata-rata dana yang ditempatkan sebagai deposito berjangka atau tabungan lainnya di dalam negeri, kecuali : a. Dana pinjaman tersebut disimpan atau ditempatkan dalam bentuk, rekening giro yang atas jasanya dikenakan PPh final, atau b. Adanya keharusan bagi wajib pajak untuk menempatkan dana dalam jumlah tertentu pada suatu bank dalam bentuk deposito berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sepanjang jumlah deposito dan tabungan tersebut semata-mata untuk memenuhi keharusan tersebut. c. Dapat dibuktikan bahwa penempatan deposito atau tabungan tersebut dananya berasal dari tambahan modal dan sisa laba setelah pajak 18. Bunga pinjaman (sebagian) yaitu sejumlah selisih beban bunga sebenarnya dengan yang diperkenankan dalam hal julah rata-rata pinjaman lebih besar dari jumlah rata-rata dana yang ditempatkan sebagai deposito berjangka atau tabungan lainnya. Akuntansi Perpajakan 26

Beban bunga yang diperkenankan dihitung dari : Tingkat bunga pinjaman ( Rata-rata pinjaman dikurangi Rata-rata deposito atau tabungan ) B. Adanya Pendapatan yang Tidak Digunggungkan dengan Penghasilan Lainnya Namun Tetap Dilaporkan akan Dilakukan KOREKSI FISKAL NEGATIF 1a. Bantuan, sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disyahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan Menteri Keuangan Sepanjang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan 2. Warisan 3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh Badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal 4. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP dalam negeri, koperasi, yayasan, atau organisasi yang sejenis, BUMN, atau BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia (s.d tahun pajak 2000) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP dalam negeri, koperasi, BUMN, atau BUMD, dari penyertaan modal Akuntansi Perpajakan 27

pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat: Dividen berasal cadangan laba ditahan, dan Bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut 5. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menkeu, baik yang dibayar oleh pemberi kerja, maupun pegawai, dan penghasilan dana pensiun tersebut dari modal yang ditanamkan dalam bidang-bidang tertentu yaitu deposito, sertifikat deposito, tabungan pada bank di Indonesia, Sertifikat BI, obligasi yang diperdagangkan di pasar modal di Indonesia, saham pada PT yang tercatat di bursa efek Indonesia. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, fima dan kongsi 6. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha 7. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan Modal Ventura berupa bagian laba dari pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia dan keuntungan dengan syarat badan pasangan usaha tersebut : a. Merupakan perusahaan kecil, menengah yaitu yang penjualan bersihnya setahun tidak melebihi Rp 5 milyar, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor usaha yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan b. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia 8. Bunga yang berasal dari deposito atau tabungan baik yang ditempatkan di dalam negeri maupun di luar negeri melaui bank yang didirikan di Indonesia Akuntansi Perpajakan 28

atau cabang bank luar negeri di Indonesia, termasuk jasa giro serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia 9. Penghasilan yang berasal dari penjualan saham pendiri dan bukan pendiri di bursa efek 10. Penjualan saham milik Perusahaan Modal Ventura 11. Penghasilan yang diterima sehubungan dengan usaha sebagai Penyalu/Dealer/Agen produk Pertamina dan premix berupa premium, solar, pelumas, gas LPG, minyak tanah dan premix yang telah dibayar atau dipungut PPh bersifat final 12. Penghasilan yang diterima sehubungan dengan usaha sebagai Penyalur/Grosir tepung terigu dan gula pasir dari Bulog 13. Penghasilan yang diterima sehubungan dengan usaha sebagai Penyalur/Distributor rokok dari pabrikan rokok 14. Penghasilan yang berasal dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sepanjang yang melakukan pengalihan orang pribadi 15. Penghasilan yang diterima dari persewaan tanah dan/atau bangunan 16. Selisih penilaian kembali aktiva 17. Bunga atau diskonto obligasi yang dijual di bursa efek 18. Hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan melalui cara undian 19. Penghasilan WP yang bergerak di bidang usaha pelayaran dalam negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan luar negeri dan atau sebaliknya 20. Penghasilan WP yang bergerak di bidang usaha pelayaran atau penerbangan LN 21. Penghasilan WP Luar Negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia 22. Penghasilan dari usaha jasa konstruksi yang mempunyai nilai pengadaan sampai dengan Rp 1.000.000.000 Akuntansi Perpajakan 29

23. Penerimaan bangunan yang dibangun di atas tanah yang dimiliki WP sehubungan dengan berakhirnya masa perjanjian bangun guna serah atau Built Operate and Transfer C. Adanya Beban yang Dapat Dilakukan KOREKSI FISKAL POSITIF ATAU NEGATIF Beda cara penghitungan antara Standar Akuntansi Keuangan dengan Ketentuan Undang-undang Perpajakan, yang antara lain ; 1. Beban Penyusutan aktiva tetap 2. Beban Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun 3. Penghitungan harga pokok penjualan 4. Penghasilan dilaporkan terlalu kecil dan beban/pengurang penghasilan dilaporkan terlalu besar 5. Penghasilan dilaporkan terlalu besar dan beban/pengurang penghasilan dilaporkan terlalu kecil Akuntansi Perpajakan 30