PEMERIKSAAN KEUANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERIKSAAN KEUANGAN DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL (SPI) DI PERGURUAN TINGGI

ARAH DAN KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISTEKDIKTI Oleh : Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum. Inspektur Jenderal Kemenristekdikti

OPTIMALISASI PERAN SPI DALAM PENGAWASAN DI PERGURUAN TINGGI

Disampaikan Dalam Pengarahan kepada Civitas Akademik UNS

Disampaikan Dalam Forum Diskusi Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan ITS Menjadi PTNBH INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENRISTEKDIKTI

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI)

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BULETIN TEKNIS NOMOR 01 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Disampaikan Dalam Kegiatan Diseminasi Aplikasi SAK BLU 2015 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Banten di The Royale Krakatau Hotel - Cilegon

PERANAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DALAM PENGELOAAN KEUANGAN SNMPTN- SBMPTN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

Fungsi SPI PTN. 4. Pemantauan dan pengkoordinasian tindak lanjut hasil pemriksaan internal dan eksternal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

H. JAMAL WIWOHO, S.H., : : : 1/ : S1 FH UNS, S2 PPS UNDIP, S3 DOKTOR ILMU HUKUM UNDIP : BERKELUARGA, 1 ISTRI, 3 ANAK

PENGUATAN MANAJEMEN PERGURUAN TINGGI MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY Oleh : Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum. Inspektur Jenderal Kemenristekdikti

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

DISAMPAIKAN DALAM KEGIATAN SOSIALISASI INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

PERAN PENGAWASAN INTERN DALAM RANGKA PTN BLU

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. agar menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

KEBIJAKAN PELAKSANAAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BPK RI DAN PENYAMPAIAN LHKPN/LHKASN DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI

Tugas. melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian. Irtama

REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (LKPD) Dra Hj Sastri Yunizarti Bakry, Akt, Msi, CA, QIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2016 KEMENRISTEKDIKTI

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah, sehingga pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban keuangan pemerintah. Pemerintah daerah diwajibkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah (Mahmudi, 2011). Laporan keuangan dalam lingkungan sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

Kebijakan Pengawasan Intern tahun 2017

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

INSPEKTORAT MENJADI APIP YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas tentang kebijakan mengenai Sistem Pengendalian

A. Latar Belakang Masalah

Curiculum Vitae. Pekerjaan : - Inspektur Jenderal Kemenristek Dikti

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. audit, hal ini tercantum pada bagian keempat Undang-Undang Nomor 15 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

SELAYANG PANDANG BPK PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja

Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Pola-pola lama

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

Kebijakan Pengawasan Intern tahun 2017

KEBIJAKAN TEKNIS KERJASAMA PENGAWASAN TAHUN 2016 ITJEN KEMENRISTEKDIKTI DENGAN BPKP

SOSIALISASI LHKPN, GRATIFIKASI DAN WHISTLEBLOWER MEMBANGUN PERINGATAN DINI DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS MANAJEMEN RISIKO PENGAWASAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

PENGELOLAAN PEMBANGUNAN DAN ASET HASIL PEMBANGUNAN UNTUK PENCAPAIAN OPINI YANG LEBIH BAIK

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah selaku penyelenggara urusan pemerintahan daerah

BAB. I PENDAHULUAN. Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa: Pengelolaan Barang Milik Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

PENGUATAN PERAN SPI DALAM KERANGKA PENINGKATAN TATA KELOLA PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

PERAN APIP DALAM PENYUSUNAN PROGRAM DAN ANGGARAN. Oleh: Emmy Widayanti Inspektur Jenderal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Good governance merupakan function of governing, salah satunya

Pengawalan dan Pengawasan Isu Strategis Inspektorat Jenderal Kemristekdikti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

Transkripsi:

PEMERIKSAAN KEUANGAN DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL (SPI) DI PERGURUAN TINGGI Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum. Inpektur Jenderal Kemenristekdikti DisampaikanDalamKegiatanWorkshop dan Pendampingan Pelatihan Penatausahaan Pengelolaan Keuangan Penelitian, Pengabdian dan Kerjasama LPPKM UNIVERSITAS BRAWIJAYA 14 September 2015 1 1 PEMERIKSAAN KEUANGAN Sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) antara lain melakukan pemeriksaan keuangan. Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan yang bertujuan memberikan keyakinan yang memadai(reasonable assurance) bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam semua hal material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pemeriksaan keuangan yang dilakukan oleh BPK adalah pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Negara(BUMN), dan Laporan Keuangan Badan Lainnya. 2 1

Tujuan Pemeriksaan Keuangan Tujuan pemeriksaan atas laporan keuangan adalah untuk memberikan pendapat/opini atas kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan. Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Penjelasan Pasal 16 ayat(1), opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan. Kriteria pemberian opini, adalah: 1. Kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, 2. Kecukupan pengungkapan(adequate disclosures) 3. Kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern(spi). 3 Pemeriksaan laporan keuangan yang dilaksanakan oleh BPK berpedoman pada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan dalam Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007. Berdasarkan SPKN, Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas laporan keuangan harus mengungkapkan bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan. Selanjutnya mengenai pelaporan tentang pengendalian intern, SPKN mengatur bahwa laporan atas pengendalian intern harus mengungkapkan kelemahan dalam pengendalian atas pelaporan keuangan yang dianggap sebagai kondisi yang dapat dilaporkan. Hasil pemeriksaan keuangan disajikan dalam tiga bagian, yaitu: laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan yang memuat opini, laporan hasil pemeriksaan atas SPI, dan laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan. Hasil pemeriksaan BPK dituangkan dalam LHP yang memuat sejumlah temuan. Setiap temuan dapat terdiri atas satu atau lebih permasalahan kelemahan SPI dan atau ketidakpatuhanterhadapketentuanperaturanperundang-undangan, yang mengakibatkan: kerugiannegara/daerah/perusahaan,potensikerugian negara/daerah/perusahaan, kekurangan penerimaan, kelemahan administrasi, ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan. Setiap permasalahan merupakan bagian dari temuan dan di dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester(IHPS) ini disebut dengan istilah kasus. Namun, istilah kasus tidak selalu berimplikasi hukum atau berdampak finansial. 4 2

Faktor-faktor yang mendasari prlunya pemeriksaan laporan keuangan 1. Perbedaan Kepentingan(Confict of Interest) Perbedaan kepentingan antara pemakai denganmanajemen serta perbedaan keperluan antara para pemakai menjadikan laporan yang dihasilkan perlu diperiksa untuk menentukan kewajaran laporan keuangan dan kenetralannya. Dengan demikian, pemeriksaan laporan keuangan dilakukan untuk meningkatkan keyakinan pemakai laporan keuangan bahwa laporan keuangan bersifat netral, sehingga tingkat reabilitas laporan keuangan dapat ditingkatkan. 2. Konsekuensi(Consequence) Laporan Keuangan merupakan informasi yang sangat penting bagi pemakai. Dalam pengambilan keputusannya, maka laporan keuangan harus menyediakan informasi yang se-relevan-mungkin untuk pengambilan keputusan. Untuk maksud inilah laporan keuangan perlu diaudit agar pemakai laporan keuangan yakin bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim, sehingga berisi pengungkapan-pengungkapan yang perlu bagi pemakai. 3. Kompleksitas(Complexity) Dengan semakin kompleksnya proses akuntansi mengakibatkan makin besarnya resiko kesalahan interpretasi dan penyajian laporan keuangan. Kondisi seperti ini menyulitkan pamakai laporan keuangan dalam mengevaluasi kualitas laporan keuangan, sehingga pemeriksaan laporan keuangan sangat perlu dilakukan. 4. Jarak/Jauhnya(Remoteness) Karena jarak atau jauhnya pemakai dengan aktivitas dalam perusahaan yang mengeluarkan laporan, pemakai menyerahkan pemeriksaan tersebut kepada pihak ketiga yaitu independen auditor. Hal ini dapat dijelaskan, karena jika para pemakai ingin mengakses data akuntansi secara langsung, maka pemakai akan menghadapi hambatan-hambatan waktu, biaya dan ketelitian, sehingga dipercayakan kepada pihak ketiga yaitu auditor. 5 MANFAAT PEMERIKSAAN YANG BERSIFAT EKONOMIS Bagi orang-orang yang tidak memahami keadaan-keadaan diatas akan menganggap bahwa pemeriksaan laporan keuangan adalah tindakan yang tidak perlu. Hal ini dikarenakan orang tersebut tidak mampu melihat manfaat lain atas pemeriksaan laporan keuangan, tetapi hanya memandang dari banyaknya uang yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Meskipun biaya pemeriksaan tinggi, banyak sekali manfaat yang dapat dipetik oleh perusahaan seperti: 1. Meningkatkan kredibilitas perusahaan Dengan adanya pemeriksaan mengakibatkan berkurangnya resiko kesalahan. Perusahaan besar yang sudah go-public dapat memperoleh ijin tuntuk masuk ke pasar modal, sedangkan bagi perusahaan kecil dapat meningkatkan kredibilitas atau semakin dipercaya oleh investor maupun kreditor. 2. Meningkatkan efisiensi dan kejujuran Pemeriksaan yang dlakukan oleh akuntan dapat mengurangi kesalahan-kesalahan, sehingga pengaruh manajemen di dalam penyusunan laporan keuangan berkurang. Misalnya, penggelapan aktiva atau penyalahgunaan aktiva semakin berkurang. Tindak lanjut dari masalah ini adalah semakin terbukanya lingkungan yang ada diperusahaan. 6 3

3. Meningkatkan efisiensi atas operasional perusahaan 4. Mendorong efisiensi pasar modal Dalam menmahami esensi atau pokok pemeriksaan laporan keuangan, hal pokok yang harus diketahui adalah pemisahan tanggungjawab antara manajemen dengan pemeriksa independen. Tanggung jawab yang utama antara manajemen dan auditor adalah sebagai berikut: a. Manajemen bertanggung jawab atas pembuatan dan isi laporan keuangan yang dimuat dalam pernyataan-pernyataan manajemen. b. Pemeriksa independen bertanggung jawab untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Dalam melaksanakan tanggungjawabnya manajemen diwajibkan untuk membuat struktur pengendalian internal yang mampu menjaga aktiva dan menjamin penyusunan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Kriteria yang harus dipatuhi oleh manajemen adalah prinsip akuntasi yang lazim, sedangkan auditor wajib mematuhi norma pemeriksaan akuntan. 7 PEMISAHAN TANGGUNGJAWAB INI LEBIH JELAS DAPAT DILIHAT PADA BAGAN BERIKUT : MANAJEMEN PEMERIKSA INDEPENDEN TANGGUNG JAWAB UTAMA MEMBUAT LAPORAN KEUANGAN MEMERIKSA LAPORAN KEUANGAN HASIL AKHIR LAPORAN KEUANGAN LAPORAN PEMERIKSAAN KRETERIA DASAR TANGGUNG JAWAB PRINSIP AKUNTANSI INDONESIA NORMA PEMERIKSA AN AKUNTAN 8 4

Opini Pemeriksaan Keuangan Merujuk pada Buletin Teknis (Bultek) SPKN Nomor 01 tentang Pelaporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah, paragraf 13 tentang Jenis Opini, terdapat empat jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa, sebagai berikut. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan(SAP). Sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang diberlakukan dalam SPKN, BPK dapat memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas (WTP-DPP) karena keadaan tertentu sehingga mengharuskan pemeriksa menambahkan suatu paragraf penjelasan dalam LHP sebagai modifikasi dari opini WTP. Wajar Dengan Pengecualian (WDP) memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Tidak Wajar (TW) memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan tidakmenyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP. Pernyataan Menolak Memberikan Opini atau Tidak Memberikan Pendapat (TMP) menyatakan bahwa pemeriksa tidak menyatakan opini atas laporan keuangan. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah tanggung jawab entitas, sedangkan tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat/opini atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan secara independen, objektif, dan integritas tinggi. 9 Sistem Pengendalian Intern (SPI) Salah satu kriteria pemberian opini adalah evaluasi atas efektivitas SPI. Pengendalian intern pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah dirancang dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). SPI meliputi lima unsur pengendalian, yaitu: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. SPI dinyatakan efektif apabila mampu memberikan keyakinan memadai atas tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan entitas, keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara, dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lingkungan pengendalian yang diciptakan seharusnya menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk menerapkan SPI yang didesain untuk dapat mengenali apakah SPI telah memadai dan mampu mendeteksi adanya kelemahan. 10 5

Kelemahan atas SPI dikelompokkan dalam tiga kategori, sebagai berikut: Kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, yaitu kelemahan sistem pengendalian yang terkait kegiatan pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan. Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, yaitu kelemahan pengendalian yang terkait dengan pemungutan dan penyetoran penerimaan negara/daerah/perusahaan milik negara/daerah serta pelaksanaan program/kegiatan pada entitas yang diperiksa. Kelemahan struktur pengendalian intern, yaitu kelemahan yang terkait dengan ada/tidak adanya struktur pengendalian intern atau efektivitas struktur pengendalian intern yang ada dalam entitas yang diperiksa. 11 PERGESERAN FUNGSI SPI Lingkup Paradigma Paradigma Baru Fungsi Watchdog Mengungkap temuan Mengganggu obyek Reaktif Watchdog, konsultas & katalisator Memecah masalah Membatu klien Proaktif Sifat/Rekomendasi Pendekatan Post Audit Korektif Subyek-Obyek Win-Lose Post & Pre Audit Korektif, Preventif, prediktif Subyek-Subyek (partnership) Win-win Organisasi Memenuhi ketentuan Alat/Tools Manajemen Pusat unggulan Indikator Kinerja Jumlah Temuan Jumlah bantuan/manfaat Pencapaian Good Govermance 12 6

STRATEGI PENGAWASAN ITJEN KEMRISTEKDIKTI 1. Membangun komitmen seluruh jajaran Kemristekdikti, mulai dari pimpinan sampai staf terbawah. 2. Membangun sinergitas dengan pihak-pihak terkait(bpkp, Auditi, dan pihak ekternal lainnya) 3. Mengoptimalkan Kapasitas Inspektorat Jenderal: a. MengoptimalkanperandanlayananInspektoratJenderalaudit kinerja, pemberian peringatan dini, dan konsultasi. b. Mengoptimalkan manajemen sumber daya manusia Inspektorat Jenderal dengan kuantitas dan kualitas yang memadai. c. Menerapkan praktik-praktik pemeriksaan intern yang profesional. d. Meningkatkan akuntabilitas dan manajemen kinerja Inspektorat Jenderal secara baik. e. Membangun hubungan dan budaya organisasi yang baik dengan pihak-pihak lain yang terkait. f. Menerapkan struktur tata kelola yang baik. 4. Mengoptimalkan Kapasitas dan Peran Satuan Pengawas Intern (SPI) PTN: a. Meningkatkan peran dan fungsi SPI sebagai pengawal PTN b. Mengupayakan penegasan struktur organisasi SPI PTN c. Meningkatkan kapabilitas SDM SPI PTN 13 KEBIJAKAN PELAKSANAAN TUGAS ITJEN KEMRISTEKDIKTI TUGAS ITJEN: Menyelenggarakan pengawasan intern di lingkungan Kemristek dan Dikti PERPRES NO. 13 TAHUN 2015 PENGAWALAN TUGAS DAN FUNGSI KEMENRISTEK DAN DIKTI KEGIATAN 1. AUDIT 2. REVIU 3. EVALUASI 4. PEMANTAUAN 5. PENGAWASAN LAINNYA Mencegah dan melindungi sesuatu Dari ketidaknyamanan dan kehancuran Mencegah Mendorong Mengarahkan Menghentikan PERAN DAN POSISI ITJEN 1. PEMBERI PERINGATAN DINI 2. KATALISATOR 3. KONSULTAN 14 7

TEMUAN SPI (1) Pengendalian internal perjalanan dinas, seperti kelemahan penyusunan SOP, TOR dan RAB, pengawasan penerbitan surat tugas, pengawasan pertanggung jawaban pelaksanaan perjalanan dinas. (2) Aturan internal yang mengatur narasumber FGD, rapat koordinasi. (3) Kejelasan output untuk membedakan narasumber dan peserta. (4) Koordinator Kegiatan seringkali tdk mencatat dan membukukan pengelolaan dana yang diterimanya (5) Belum adanya SOP baku mengenai mekanisme pembayaran UP dan TUP. (6) SOP pengadaan barang (7) Up dating inventarisasi aset (8) Lemahnya catatan pendistribusian barang habis pakai (9) Dokumentasi dan pelaporan kegiatan 15 TEMUAN KEPATUHAN (1) Perjalanan Dinas a. tidak melakukan perjalanan dinas b. tidak menerima lumpsum sesuai standard biaya c. tandatangan tidak sesuai d. pejabat penandatangan lembar SPPD tidak sesuai e. pelaksana perjalanan dinas melakukan absensi di kantor f. tidak ada surat penugasan g. salah penjumlahan sehingga terdapat lebih bayar h. pelaksana perjalanan dinas tidak jelas lembaganya (2) Pengadaan Barang a. tidak diketahui berapa unit barang yg diadakan dan berapa harga per unit barang b. kelebihan pembayaran atas pelaksanaan kegiatan yg dilaksanakan oleh EO c. pengadaan tidak didukung bukti yg sah d. pengadaan tidak didukung dokumen penawaran e. pengadaan tidak ada bukti penerimaan barang (3) Pembayaran Narasumber a. tandatangan berbeda; di daftar hadir, form honor dan lembar pertanggung jawaban b. narasumber tidak jelas instansinya c. ketidaksesuaian jumlah narasumber dan peserta rapat 16 8

PERAN ITJEN KEMRISTEKDIKTI Jangan Sampai Seperti ini!!! Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Mantan Menteri Agama 17 18 9