taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, lebih baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. telah di tetapkan. Dispilin juga berkaitan erat dengan sanksi yang perlu di

PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN PENGAWASAN KERJA TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB II KAJIAN TEORI. Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin discipline yang berarti

Hubungan Antara Persepsi Karyawan Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Bagian Produksi Pabrik Keramik Ken Lila Production Di Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Disiplin berasal dari kata disple yang artinya patuh, patuh baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Tentang Camat, Tugas, dan Fungsinya. Menurut Undang-Undang no 23 Tahun 2014 pasal 224 ayat (1) menyebutkan

pengawasan. segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui kebutuhan akan perhatian dari atasan. Dengan kata lain karyawan

II. LANDASAN TEORI. oleh Malayu S.P. Hasibuan (2003 : 1), yang mengartikan bahwa:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Disiplin Kerja. penguasaan diri dengan tujuan menahan impuls yang tidak diinginkan, atau untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dengan prestasi kerja yaitu proses melalui mana organisasi. mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan dan perilakunya. Namun peraturan peraturan tersebut tidak akan ada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II KAJIAN TEORITIS. para pegawai. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang dapat memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS. pembentukan kerangka pemikiran untuk perumusan hipotesis.

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. karyawan itu sendiri yang menyebabkan karyawan dapat menyesuaikan diri

Rangkaian Kolom Kluster I, 2012 DISIPLIN ORGANISASI

PENGARUH PENGAWASAN DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA DI DINAS SOSIAL TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KOTA SURAKARTA SKRIPSI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua perusahaan. atau organisasi, karena tanpa semua usaha ataupun kegiatan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN PENGAWASAN DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA CV. ANANDA PUTRA PALEMBANG. Oktariansyah *) ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Disiplin Kerja. Disiplin berasal dari bahasa latin "disciple" yang berarti pengikut, atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tidak ditunjang dengan tenaga kerja yang cakap maka kemungkinan besar sasaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Disiplin Kerja Pegawai. kehidupan kelompok atau organisasi, baik organisasi formal maupun non

BAB II DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL. sesungguhnya tidaklah demikian. Disiplin berasal dari bahasa latin Disciplina yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang paling strategis karena diharapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilaksanakan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Penjelasan UU No.8

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat penting bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatakan kesadaran dan kesediaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (Hariandja, 2002). Menurut Sumarsono (2003), Sumber Daya Manusia atau human

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ada di daerahnya. Pembangunan daerah sebagai pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. mendukung demi tercapainya tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Tetapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Tenaga kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai. Kesadaran Pegawai diperlukan dengan mematuhi peraturan-peraturan yang

BAB I PENDAHULUAN. instansi tak dapat melaksanakan aktivitasnya. Dengan pegawai yang terampil dan

BAB II BAHAN RUJUKAN

DISIPLIN KERJA PEGAWAI PEMERINTAH KECAMATAN. Kaja Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Kapuas Gmail :

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

II. LANDASAN TEORI. seluruh faktor yang terdapat di perusahaan. Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai faktor penggeraknya. Dalam sumber daya manusia terdapat

Pengawasan Sebagai Fungsi Manajemen Perpustakaan Dan Hubungannya Dengan Disiplin Pustakawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN. Amitai Etzioni (1885:12) menyatakan Organisasi dibentuk agar dapat menjadi unitunit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

kesetiaan, ketenteraman, ketearturan, dan ketertiban disebut disiplin. Disiplin pada dasarnya

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik. 1. sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang mempunyai sikap disiplin

BAB II LANDASAN TEORI. Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar,

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA BADAN PELAKSANA HARIAN (BPH) DAN REKTOR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA No. 011/SKB/BPH-UMS/2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara merdeka yang sedang berkembang untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai bentuk tantangan dan resiko. Oleh karena itu, suatu. tersebut akan dapat berjalan dengan maksimal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengelola, pengelolaan.

BAB I PENDAHULUAN. di dalam proses pembelajaran. Guru yang profesional dituntut agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keith Davis ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Dicipline is management action

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebaiknya meninjau terlebih dahulu pengertian manajemen itu sendiri. Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi begitu cepat

PRIJANTO: TANGAN KEDUA YANG SETIA DAN BISA DIANDALKAN. Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah

keluarga yang lain. Terutama dengan orang tua.. Karena orang tua menyediakan fasilitas belajar siswa,

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang telah tersedia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 6 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II KERANGKA TEORI. Seorang pemimpin memainkan peranan yang sangat dominan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu aktivitas dalam menentukan apa pekerjaan yang dilakukan dan siapa yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Disiplin Kerja Pengertian Disiplin Kerja Disiplin kerja merupakan fungsi operatif keenam dari Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Peranan Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor utama yang sangat

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. informasi sehingga mempengaruhi orientasi dan nilai hidup di segala bidang;

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya produktivitas kerja untuk mencapai tujuan yang telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perusahaan jasa merupakan perusahaan yang produk usahanya berupa

melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri kerja di dalam sebuah organsasi. (Sulistiyani, 2009:290)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi itu sendiri. Siswanto

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. arti luas yaitu sebagai Aset utama dalam organisasi yang harus dikelola dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia susunan Poerwadarminta

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Disiplin Kerja Disiplin Kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, lebih baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepada (Susanto, 1989). Menurut pendapat Wursanto (1984) disiplin kerja yaitu keadaan yang menyebabkan atau memberikan dorongan kepada karyawan untuk berbuat dan melakukan segala kegiatan sesuai dengan norma-norma atau peraturan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Nitisemito (1986) disiplin kerja adalah sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis. Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah ketekunan, ketaatan, kegiatan, sikap yang sangat hormat yang nampak sesuai dengan tata aturan yang telah disepakati bersama antara organisasi dan karyawannya. Umumnya disiplin kerja dapat terlihat apabila karyawan datang ke kantor teratur dan tepat waktu, jika mereka berpakaian rapi ditempat kerja, jika mereka menggunakan perlengkapan kantor dengan hati-hati, jika mereka menghasilkan jumlah dan kualitas pekerjaan yang memuaskan dengan mengikuti cara kerja yang telah ditentukan oleh kantor/instansi dan jika mereka menyelesaikan pekerjaan dan semangat kerja. Menurut pendapat 11

12 Suejono (1981) disiplin Kerja karyawan kantor/instansi dapat dikatakan baik apabila : a. Adanya ketaatan karyawan terhadap peraturan jam kerja. b. Ketaatan karyawan terhadap pakaian kerja. c. Menggunakan dan menjaga perlengkapan kantor. d. Kuantitas dan kualitas hasil kerja sesuai dengan standar. e. Adanya semangat karyawan dalam bekerja. Menurut Suejono (1981) memaparkan kriteria yang dipakai disiplin kerja dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu diantaranya : 1. Ketepatan waktu Tepat diartikan bahwa tidak ada selisih sedikitpun, tidak kurang dan tidak lebih, persis. Sedangkan waktu adalah serangkaian saat yang telah lewat, sekarang dan yang akan datang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989). Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketepatan waktu adalah hal keadaan tepat tidak ada selisih sedikitpun bila waktu yang ditentukan tiba. 2. Kesetiaan/Patuh pada peraturan dan tata tertib yang ada Peraturan maupun tata tertib yang tertulis dan tidak tertulis dibuat agar tujuan suatu organisasi dapat dicapai dengan baik, untuk itu dibutuhkan sikap setia dari karyawan terhadap peraturan yang telah ditetapkan tersebut. Kesetiaan disini berarti sikap taat dan patuh pada peraturan perusahaan, atau dalam menjalani peraturan bersama dan tata tertib yang telah ditetapkan. Mampu bekerja sama atau kerja tim demi

13 tercapainya sebuah tujuan yang di inginkan oleh perusahaan. Bersedia menjalankan perintah yang di tetapkan oleh perusahaan. Produktif di tempat kerja dalam arti tidak bermalas-malasan dalam bekerja. Tidak meninggalkan pekerjaan di waktu jam kerja. Bersedia kerja lembur dan sanggup menyelesaikan pekerjaan tepat waktu serta mampu meningkatkan prestasi dalam pekerjaan. 3. Mempergunakan dan memelihara peralatan kantor Peralatan adalah salah satu penunjang kegiatan, agar kegiatan tersebut berjalan dengan lancar. Dengan penggunaan dan pemeliharaan peralatan yang sebaik-baiknya dapat mengurangi resiko akan kerusakan peralatan yang kebih berat. Merawat dan memelihara merupakan salah satu wujud tanggung jawab dari karyawan. Disiplin kerja dapat timbul dari dalam diri sendiri dan juga dari perintah (G.R Terry dalam Winardi, 1993) terdiri dari : 1. Self imposed dicipline, yaitu kedisiplinan yang timbul dari diri sendiri atas dasar kerelaan, kesadaran dan bukan timbul atas dasar paksaan. Disiplin ini timbul karena seseorang merasa terpenuhi kebutuhannya dan merasa telah mejadi bagian dari organisasi sehingga orang akan tergugah hatinya untuk sadar dan secara sukarela memenuhi segala peraturan yang berlaku. 2. Command dicipline, yaitu disiplin yang timbul karena paksaan, perintah dan hukuman serta kekuasaan. Jadi disiplin ini bukan timbul

14 karena perasaan ikhlas dan kesadaran akan tetapi karena adanya paksaan atau ancaman dari orang lain. Dalam setiap organisasi atau Instansi yang diinginkan adalah jenis disiplin yang timbul dari diri sendiri atas dasar kerelaan dan kesadaran. Namun kenyataan selalu menunjukkan bahwa disiplin itu lebih banyak disebabkan adanya paksaan dari luar. Untuk tetap menjaga agar disiplin terpelihara maka perlu melaksanakan kegiatan pendisiplinan. Menurut Handoko (1987) kegiatan pendisiplinan itu terdiri dari: 1. Disiplin Preventif Merupakan kegiatan yang dilakukan dengan maksud untuk mendorong para karyawan agar secara sadar mentaati berbagai standar dan aturan, sehingga dapat dicegah berbagai penyelewengan dan pelanggaran. Lebih utama dalam hal ini adalah dapat ditumbuhkan Self Dicipline pada setiap karyawan tanpa kecuali. Untuk memungkinkan iklim yang penuh disiplin tanpa paksaan tersebut perlu standar itu sendiri bagi setiap karyawan, dengan demikian dapat dicegah kemungkinan-kemungkinan timbulnya pelanggaran atau penyimpangan dari standar yang ditentukan. 2. Disiplin Korektif Disiplin ini merupakan kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran yang telah terjadi terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif ini dapat berupa suatu hukuman atau tindakan pendisiplinan (disiplin action) yang wujudnya berupa scorsing. (Handoko, 1987)

15 Untuk mengkondisikan karyawan suatu organisasi atau perusahaan agar bersikap disiplin maka terdapat beberapa prinsip pendisiplinan antara lain : 1. Pendisiplinan dilakukan secara pribadi Pendisiplinan ini dilakukan dengan menghindari menegur kesalahan di depan orang banyak agar karyawan yang bersangkutan tidak merasa malu dan sakit hati. 2. Pendisiplinan harus bersifat membangun Selain menunjukkan kesalahan yang telah dilakukan karyawan, haruslah diikuti dengan petunjuk cara pemecahannya sehingga karyawan tidak merasa bingung dalam menghadapi kesalahan yang telah dilakukan. 3. Pendisiplinan dilakukan secara langsung dan segera Suatu tindakan yang dilakukan dengan segera terbukti bahwa karyawan telah melakukan kesalahan sehingga karyawan dapat mengubah sikapnya secepat mungkin. 4. Keadilan dalam pendisiplinan sangat diperlukan Dalam tindakan pendisiplinan dilakukan secara adil tanpa pilih kasih, siapapun yang telah melakukan kesalahan harus mendapatkan tindakan pendisiplinan secara adil tanpa membeda-bedakan. 5. Pimpinan hendaknya tidak melakukan pendisiplinan sewaktu karyawan absen. Pendisiplinan hendaknya dilakukan dihadapan karyawan yang bersangkutan secara pribadi agar dia tahu telah melakukan kesalahan.

16 6. Setelah pendisiplinan hendaknya wajar kembali Sikap wajar hendaklah dilakukan pimpinan terhadap karyawan yang telah melakukan kesalahan tersebut, sehingga proses kerja dapat berjalan lancar kembali dan tidak kaku dalam bersikap. (Heijeracman dan Suadi Usman,2002). Dengan diterapkan tata tertib diharapkan dapat menegakkan disiplin pegawai. Namun untuk mengetahui apakah pegawai telah besikap disiplin atau belum perlu diketahui kriteria yang menunjukkannya. Seorang ahli mengemukakan pendapatnya bahwa Bagaimana kita mengukur adanya disiplin yang baik umumnya disiplin kerja terdapat apabila pegawai datang ke kantor tepat pada waktu, apabila mereka berpakaian rapi di tempat kerja, apabila mereka menggunakan perlengkapan-perlengkapan kantor dengan hati-hati, apabila mereka menghasilkan jumlah dan kualitas pekerja dengan memuaskan dan mengikuti cara bekerja yang ditentukan suatu organisasi (perusahaan),apabila mereka menyelesaikan pekerjaan dengan semangat baik.(suejono, 1981 ). Disiplin kerja karyawan dapat dikatakan baik apabila memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Para karyawan datang tepat waktu, tertib dan teratur 2. Berpakaian rapi 3. Mampu memanfaatkan dan menggerakan perlengkapan secara baik 4. Menghasilkan pekerjaan yang memuaskan 5. Mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh perusahaan

17 6. Memiliki tanggung jawab yang tinggi Disiplin kerja merupakan suatu sikap dan perilaku. Pembentukan perilaku jika dilihat dari formula Kurt Lewin adalah interaksi antara faktor kepribadian dan faktor lingkungan (situasional) (http://www.bkn.go.id/buletin Psikologi, Desember 1996) a) Disiplin Karena Faktor Kepribadian Disiplin pada taraf ini yang paling penting adalah sistem nilai yang diamatinya. Nilai-nilai disiplin yang telah dianjurkan oleh orang tua, guru, dan lingkungannya ini akan dijadikan acuan untuk diterapkan di tempat kerja. sistem nilai akan terlihat dari sikap seseorang itu akan tanggung jawab pekerjaan yang telah diberikan kepadanya. Jadi sikap seseorang itu akan terlihat dari perilakunya. Perubahan sikap ke dalam perilaku ini ada tiga diantaranya adalah : 1) Disiplin Karena Kepatuhan Kepatuhan terhadap aturan-aturan yang didasarkan atas dasar perasaan takut. Disiplin kerja pada tingkat ini dilakukan semata untuk memiliki wewenang. Sebaliknya, jika pimpinan tidak ada di tempat disiplin kerja tidak tampak. 2) Disiplin Karena Identifikasi Kepatuhan yang didasarkan pada identifikasi adalah adanya perasaan kekaguman atau penghargaan pada pimpinan. Pimpinan yang kharismatik adalah figur yang dihormati, dihargai, dan sebagai pusat identifikasi. Karyawan yang menunjukkan disiplin terhadapaturan prganisasi bukan

18 disebabkan karena menghormati aturan tersebut tetapi lebih disebabkan karena keseganan pada atasannya. Karyawan merasa tidak enak jika tidak mentaati peraturan. Penghormatan dan penghargaan karyawan pada pimpinan dapat disebabkan karena kualitas kepribadian yang baik atau mempunyai kulitas professional yang tinggi dibidangnya. Jika pusat identifikasi ini tidak ada di tempat maka disiplin kerja akan menurun. 3) Disiplin Karena Internalisasi Disiplin kerja dalam tingkat ini terjadi karena karyawan mempunyai sistem nilai pribadi yang menjunjung tinggi nilai-nilai disiplin kerja. Karyawan pada tingkat ini dapat dikategorikan telah mempunyai disiplin diri. Jika disiplin diri telah terbangun pada setiap karyawan pekerjaanpun akan terasa ringan, karena karyawan sadar akan tanggung jawab yang telah dibebankan kepadanya. b) Disiplin Karena Faktor Lingkungan Disiplin kerja yang tinggi muncul begitu saja tetapi merupakan suatu proses belajar yang terus menerus. Proses pembelajaran agar dapat efektif maka pemimpin yang merupakan agen pengubah perlu memperhatikan prinsip-prinsip konsisten, adil, bersikap positif, dan terbuka yang meliputi : 1) Konsisten Konsisten adalah memperlakukan aturan secara konsisten dari waktu ke waktu. Sekali aturan yang telah disepakati dilanggar, maka rusaklah system aturan tersebut.

19 2) Adil Adil dalam hal ini adalam memperlakukan seluruh karyawan dengan tidak membeda-bedakan. Seringkali karena alasan pribadi, pemimpin lebih senang Amir daripada Aldi. Karena kemungkinanna, jika Adi melanggar aturan akan ditetapkan aturan yang berlaku tetapi jika Amir telah melanggar maka peraturan itu diabaikan. 3) Bersikap Positif Bersikap positif dalam hal ini adalah setiap pelanggaran yang terbuat seharusnya dicari fakta dan dibuktikan terlebih dulu. Selama fakta dan bukti belum ditemukan, tidak ada alas an bagi pemimpin untuk menerapkan tindakan disiplin. Dengan bersikap positif, diharapkan pemimpin dapat mengambil tindakan secara tenang, sabar, dan tidak emosional. Upaya menanamkan disiplin pada dasarnya adalah menenamkan nilai-nilai. 4) Terbuka Terbuka yang dimaksud di sini adalah sikap pemimpin untuk selalu berkomunikasi dengan bawahanna secara terbuka. Oleh karenanya, komunikasi terbuka adalah kuncinya. Dalam hal ini transparansi mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, termasuk di dalamnya sangsi dan hadiah apabila karyawan memerlukan konsultasi terutama bila aturanaturan dirasakan tidak memuaskan karyawan.

20 B. Persepsi Kontrol Atasan Kontrol atau pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan yaitu pelaksanaan, penilaian pelaksanaan, bila perlu melakukan tindakan korektif agar pelaksanaanya tetap sesuai dengan rencana yaitu sesuai dengan standar. Inti dari pengertian kontrol adalah mengusahakan apakah yang telah direncanakan dilaksanakan sesuai dengan aturan dan instruksi yang telah direncanakan, untuk menilai hasil pekerjaan dan apabila perlu mengadakan tindakan-tindakan perbaikan. Jadi kontrol harus dimiliki oleh setiap perusahaan dan dilaksanakan oleh atasan untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan atau ketidaksesuaian dengan tugas, kewenangan dan tanggung jawab yang telah ditentukan dengan pelaksanaannya. (Terry, 1987) Menurut Handayaningrat (1981) Pada dasarnya kontrol yang baik harus mengikuti beberapa prinsip, sebagai berikut: 1. Objectivity Seorang atasan yang melakukan kontrol terhadap pekerjaan bawahan, berdasarkan standar dan perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya tanpa disertai dengan pertimbangan yang bersifat subjektif. 2. Wetmatigheid (berdasarkan pada peraturan yang berlaku) Kontrol yang dilakukan oleh seorang atasan berdasarkan pada peraturan yang berlaku dalam perusahaan sehingga memungkinkan tujuan dari organisasi dapat tercapai.

21 3. Effectivity dan Efficiency Kontrol yang dilakukan seorang atasan berdasarkan kegunaan, maksudnya berdaya guna dan berhasil guna sehingga tujuan dari organisasi dapat tercapai. Kontrol yang dilakukan harus secara terus menerus agar pekerjaan yang dilakukan dapat terus dimonitor. 4. Feedback Seorang atasan yang melakukan kontrol terhadap bawahan dapat memberikan umpan balik terhadap perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan, perencanaan, dan kebijaksanaan di masa yang akan datang. Handoko (1987) mengatakan bahwa kontrol pengawasan terdiri dari beberapa tindakan (langkah pokok) yang bersifat fundamental, meliputi : 1. Penetapan standar pelaksanaan/perencanaan Tahap pertama dalam pengawasan adalah menetapkan standar pelaksanaan, standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil. 2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan Penetapan standar akan sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan nyata.tahap kedua ini menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat. 3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan Ada beberapa cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan yaitu: 1) Pengamatan. 2) Laporan-laporan baik lisan ataupun tertulis. 3) Metodemetode otomatis. 4) Pengujian atau dengan pengambilan sampel.

22 4. Perbandingan pelaksanaan dengan standar analisis penyimpangan Tahap kritis dari proses pengawasan adalah membandingkan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang telah direncanakan atau standar yang telah ditetapkan. 5. Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan Bila hasil analisa menunjukkan adanya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk. Standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilakukan bersamaan. Menurut Manullang, dalam kontrol terdapat teknik yang berguna untuk mengetahui keadaan keseluruhan kegiatan perusahaa, diantaranya : 1. Peninjauan pribadi Peninjauan pribadi adalah mengawasi dengan jalan meninjau secara pribadi, sehingga dapat dilihat sendiri pelaksanaan pekerjaan. 2. Pengawasan melalui laporan lisan Pengawasan ini dilakukan dengan mengumpulkan fakta-fakta melalui laporan lisan yang diberikan bawahan, dilakukan dengan cara wawancara kepada orang-orang tertentu yang dapat memberi gambaran dari hal-hal yang ingin diketahui terutama tentang hasil yang sesungguhnya yang ingin dicapai bawahan. 3. Pengawasan melalui laporan tertulis

23 Merupakan suatu pertanggung jawaban bawahan kepada atasannya mengenai pekerjaan yang dilaksanakan, sesuai dengan intruksi dan tugastugas yang diberikan. 4. Pengawasan melalui hal-hal yang bersifat khusus, didasarkan kekecualian atau kontrol by exeption. Merupakan sistem atau teknik pengawasan dimana ini ditujukan kepada soal-soal kekecualian. Jadi pengawasan hanya dilakukan bila diterima laporan yang menunjukkan adanya peristiwa-peristiwa istimewa. Sementara itu (Pandoyo, 1990) merumuskan proses atau langkahlangkah pengawasan meliputi: 1. Menentukan ukuran atau pedoman baku atau standar. 2. Mengadakan penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah dikerjakan. 3. Membandingkan antara pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran atau pedoman baku yang telah ditetapkan untuk mengetahui penyimpanganpenyimpangan yang terjadi. 4. Mengadakan perbaikan atau pembetulan atas penyimpangan yang terjadi, sehingga pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan apa yang direncanakan. (Pandoyo, 1990) Dengan beberapa pendapat dari para ahli tersebut cukuplah jelas, yang dimaksud dengan proses pengawasan yaitu serangkaian tindakan dalam mengadakan pengawasan. Sedangkan langkah awal dari rangkaian tindakan yang tercantum dalam proses pengawasan itu adalah menetapkan standar

24 pengawasan dan yang dimaksud penyimpangan disini adalah penyimpangan terhadap standar. Kontrol yang dijalankan oleh atasan terbahadap bawahannya, pada dasarnya memiliki beberapa tujuan, yakni: 1 Untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja berjalan lancar dan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. 2 Untuk mengetahui apakah semua pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan instruksi. 3 Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan dan kelemaham dalam bekerja. 4 Untuk mencari jalan keluar, apabila ditemui masalah. Sedangkan Persepsi sendiri dapat dirumuskan sebagai suatu proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti terhadap rangsang yang diterima. Namun demikian pada proses tersebut tidak hanya sampai pada pemberian arti saja tetapi akan mempengaruhi pada perilaku yang akan dipilihnya sesuai dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya. Proses persepsi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Penerimaan rangsang Pada proses ini, individu menerima rangsangan dari berbagai sumber. Seseorang lebih senang memperhatikan salah satu sumber dibandingkan dengan sumber lainnya, apabila sumber tersebut mempunyai kedudukan yang lebih dekat atau lebih menarik baginya.

25 2) Proses menyeleksi rangsang Setelah rangsang diterima kemudian diseleksi disini akan terlibat proses perhatian. Stimulus itu diseleksi untuk kemudian diproses lebih lanjut. 3) Proses pengorganisasian Rangsang yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk 4) Proses penafsiran Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima kemudian menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Setelah data tersebut dipersepsikan maka telah dapat dikatakan sudah terjadi persepsi. Karena persepsi pada pokoknya memberikan arti kepada berbagai informasi yang diterima. 5) Proses pengecekan Setelah data ditafsir si penerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah yang dilakukan benar atau salah. Penafsiran ini dapat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan atau sesuai dengan hasil proses selanjutnya. 6) Proses reaksi Lingkungan persepsi itu belum sempurna menimbulkan tindakantindakan itu biasanya tersembunyi atau terbuka. Dalam kenyataannya, terhadap objek sama, individu dimungkinkan memiliki persepsi yang berbeda. Oleh karena itu, beberapa faktor yang berpengaruh dalam persepsi. Faktor tersebut meliputi objek yang

26 dipersepsi, situasi, individu yang mempersepsi (perceiver), persepsi diri, dan pengamatan terhadap orang lain. (Milton, 1981) Selanjutnya, ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi. a) Perhatian Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak semua stimulus yang ada di sekitar kita dapat kita tangkap semuanya secara bersamaan. Perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua objek yang menarik bagi kita. b) Kebutuhan Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan menetap maupun kebutuhan yang sesaat. c) Kesediaan Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dulu. d) Sistem nilai Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang.(pareek, 1984). Seperti yang telah diuraikan pada teori-teori tentang persepsi di atas bahwa pada semua stimulus yang berasal dari lingkungan dapat dipersepsi oleh setiap individu. Dalam hal ini kontrol atasan adalah sebagai stimulus dari lingkungan kerja menjadi objek pengamatan bagi setiap individu yang bekerja.

27 Kontrol atasan dalam pengamatan individu dapat memberikan makna yang positif atau negatif sebagaimana individu menafsirkan arti kontrol atasan itu sendiri. Dalam hal ini, beberapa kebutuhan yang paling dominan dalam diri individulah yang ikut menentukan persepsinya terhadap kontrol atasan. Pada dasarnya kontrol atasan adalah suatu proses dimana atasan mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerja yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atau kebijaksanaan perusahaan. Untuk itu kontrol atasan memiliki beberapa aspek-aspek yang mempengaruhi kontrol atasan tersebut. Melalui aspek-aspek kontrol inilah masing-masing karyawan akan mempersepsi kontrol dari atasan. Apabila sebagian atau seluruh kebutuhankebutuhan karyawan terpenuhi melalui aspek kontrol seperti kebutuhan karyawan akan perhatian dari atasan, kebutuhan akan keteraturan dalam menjalankan tugas, kebutuhan untuk meningkatkan prestasi, maka yang terbentuk adalah persepsi yang positif, namun sebaliknya apabila kebutuhan karyawan tidak terpenuhi melalui aspek kontrol seperti kurangnya perhatian dari atasan terhadap bawahannya, tidak bertindak tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan bawahan maka yang terbentuk adalah persepsi yang negatif. C. Hubungan Antara Persepsi Kontrol Atasan Dengan Disiplin Kerja Persepsi merupakan proses pemilihan, pengorganisasian dan pemaknaan terhadap suatu objek melalui penginderaan. Dalam pemaknaan objek yang diamati tesebut banyak faktor yang berpengaruh, salah satunya

28 adalah perilaku atasan dalam melakukan pengawasan terhadap bawahannya. Berdasarkan karakteristik masing-masing individu dan latar belakangnya, kontrol yang dilakukan oleh seorang atasan dapat dipersepsi oleh setiap individu yaitu dapat bersifat positif atau negatif. Persepsi karyawan yang berbeda-beda ini dipengaruhi oleh faktor kebutuhan. Kebutuhan adalah dorongan yang muncul dari dalam diri maupun dari luar diri individu yang harus dipenuhi. Untuk memenuhi dorongan yang muncul tersebut individu bertingkah laku untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Salah satu yang menjadi kebutuhan karyawan dalam bekerja adalah kebutuhan akan perhatian dari atasan. Dengan kata lain karyawan mengharapkan atasan melakukan kontrol itu secara teratur dan sesuai dengan peraturan perusahaan. Hal ini sesuai juga dengan prinsip-prinsip kontrol yaitu objectivity, wetmatigheid, effective dan efficiency, continuity, dan feed back. Kontrol yang dilakukan atasan hendaknya sesuai dengan peraturan perusahaan sehingga tujuan perusahaan pun akan tercapai, selain itu karyawan akan semangat dan bergairah dalam bekerja bila atasan yang dijadikan panutan memberikan contoh yang baik. Bila kondisi lingkungan kerja karyawan demikian maka kondisi seperti ini dapat memperlancar pekerjaan karyawan dan karyawan pun akan mentaati peraturan perusahaan. Dari kondisi lingkungan kerja di atas maka karyawan akan memberikan makna terhadap kontrol atasan yang mereka terima. Apakah kontrol tersebut akan bersifat positif ataupun negatif tergantung kondisi dari karyawannya. Setiap karyawan akan memiliki sikap, perilaku dan pandangan

29 yang berbeda satu sama lainnya hal ini tercermin dalam perilaku kerja mereka seperti perilaku disiplin dalam bekerja. Pembentukan perilaku disiplin kerja ini dipengaruhi oleh stimulus lingkungan kerja dalam hal ini kontrol dari atasan. Melalui persepsi akan menimbulkan perilaku disiplin keja. Karyawan yang mempersepsikan kontrol atasan sebagai kondisi yang akan memperlancar pelaksanaan kerjanya cenderung menampilkan perilaku disiplin dalam bekerja. Namun apabila karyawan mempersepsikan kontrol atasan sebagai kondisi yang menghambat ketidaklancaran kerja, maka perilaku yang muncul adalah perilaku tidak disiplin dalam bekerja seperti ia sering melawan perintah atasan dan tidak patuh terhadap peraturan perusahaan. Dari uraian teoritis yang dikemukakan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan positif antara persepsi karyawan terhadap kontrol atasan dengan disiplin kerja karyawan. Hal ini berarti bahwa semakin negatif persepsi karyawan terhadap kontrol atasan, maka semakin rendah pula disiplin kerja karyawan. Sebaliknya, semakin positif persepsi karyawan terhadap kontrol atasan, maka semakin tinggi pula disiplin kerja karyawan. D. Kerangka Teoritik Teori-teori yang digunakan adalah yang mencakup masalah kontrol, persepsi, disiplin kerja, serta hubungan persepsi terhadap kontrol atasan dengan disiplin kerja.

30 Dalam hal ini kontrol yang dilakukan seorang atasan akan dipersepsi oleh bawahannya sebagai sesuatu yang yang positif atau negatif. Apabila kontrol yang dilakukan atasan sesuai dengan kebutuhan karyawan, dalam arti atasan melakukan pengawasan secara teratur terhadap karyawan, terutama saat karyawan bekerja, memberikan perhatian, pengarahan, dan petunjuk serta memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh karyawan, maka karyawan akan mempersepsi positif terhadap kontrol yang dilakukan oleh atasan sehingga dari persepsi yang positif akan menentukan perilaku karyawan dalam bekerja seperti perilaku disiplin dalam bekerja. Disiplin dapat diartikan sebagai sikap seseorang atau kelompok yag berniat untuk mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, pengertian disiplin kerja adalah suatu sikap dan tingkah laku yang menunjukkan ketaatan karyawan terhadap peraturan organisasi. Gambar 2.1 Kerangka Teori Variabel X Persepsi Kontrol Atasan Variabel Y Disiplin Kerja E. Hipotesis Berdasarkan pada landasan teori dan kerangka pemikiran tersebut di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hipotesis Alternatif (Ha) yang menunjukkan adanya hubungan persepsi terhadap kontrol atasan dengan disiplin kerja.

31 2. Hipotesis Nol (Ho) yang menunjukkan tidak adanya hubungan persepsi terhadap kontrol atasan dengan disiplin kerja.