Faktor Resiko Terjadinya Stunting Pada Anak TK Di Wilayah Kerja Puskesmas Siloam Tamako Kabupaten Kepulauan Sangihe Propinsi Sulawesi Utara

dokumen-dokumen yang mirip
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

Risk Factors of Moderate and Severe Malnutrition in Under Five Children at East Nusa Tenggara

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO STUNTING PADA BALITA 2-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PETANG II, KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR ANAK DAN POLA ASUH IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING

Kata Kunci : Riwayat Pemberian ASI Eksklusif, Stunting, Anak Usia Bulan

BAB I PENDAHULUAN. besar. Masalah perbaikan gizi masuk dalam salah satu tujuan MDGs tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FREKUENSI KUNJUNGAN POSYANDU DAN RIWAYAT KENAIKAN BERAT BADAN SEBAGAI FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 3 5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA TIGA KABUPATEN PIDIE TESIS. Oleh

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Departemen Pendidikan Politeknik Kesehatan Manado

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WONOSARI I SKRIPSI

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

Surakarta, Juni 2016 Penulis

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKANORANG TUA DAN STATUS GIZI BALITA DI DESANGARGOSARI KECAMATAN SAMIGALUH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. terutama penyakit infeksi. Asupan gizi yang kurang akan menyebabkan

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Kata Kunci : PHBS, Peran Guru, Peran Orang Tua, Pengetahuan, Sikap, Sarana Prasarana

Stevanny Keo, Rahel Rara Woda, Woro Indri Padmosiwi. Kata kunci: Riwayat pemberian ASI Eksklusif, panjang badan lahir, stunting

Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado 2) Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

Pemberian Modisco Meningkatkan Status Gizi Balita Kabupaten Purworejo

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK

HUBUNGAN STUNTING DAN GIZI KURANG DENGAN SKOR IQ ANAK SEKOLAH DASAR UMUR 8 TAHUN DI KECAMATAN BULULAWANG KABUPATEN MALANG TESIS

Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STUNTING PADA BALITA USIA BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WONOSARI I

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

HUBUNGAN STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS ANTROPOMETRI TUNGGAL DAN ANALISIS LANJUT DATA RISKESDAS 2007 YEKTI WIDODO & TIM

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan case control retrospektif atau studi kasus - kontrol retrospektif

FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI TERJADINYA ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS JETIS I BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2013

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KASIH IBU MANADO TAHUN

*Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado

Priyono et al. Determinan Kejadian Stunting pada Anak Balita Usia Bulan...

* Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

FAKTOR RESIKO KEJADIAN KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) PADA BALITA (>2-5 TAHUN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI AUR KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

THE FACTORS ASSOCIATED WITH POOR NUTRITION STATUS ON TODDLERS IN THE PUSKESMAS PLERET BANTUL REGENCY YEARS Rini Rupida 2, Indriani 3 ABSTRACK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN IMUNISASI CAMPAK: APLIKASI TEORI HEALTH BELIEF MODEL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita

HUBUNGAN RIWAYAT ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 7-36 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS GONDOKUSUMAN I TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN POLA ASUH DAN ASUPAN ZAT GIZI PADA BADUTA STUNTING DAN ATAU WASTING DI KELURAHAN ALLEPOLEA KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

Novianti Damanik 1, Erna Mutiara 2, Maya Fitria 2 ABSTRACT

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui -2 SD di bawah median panjang berdasarkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

*Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

ANALISIS MULTILEVEL PENYEBAB BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

METODE DAN POLA WAKTU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF SEBAGAI FAKTOR RISIKO GROWTH FALTERING PADA BAYI USIA 2-6 BULAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Septiani, Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Asi Dini Dengan Status Gizi Bayi 0-11 Bulan Di Puskesmas Bangko Rokan Hilir

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR RISIKO GIZI PENDEK PADA ANAK BALITA DI KABUPATEN SOLOK SELATAN. Safyanti, Susi Novila Sari, Andrafikar (Poltekkes Kemenkes Padang ) ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

Transkripsi:

ARTIKEL PENELITIAN Faktor Resiko Terjadinya Stunting Pada Anak TK Di Wilayah Kerja Puskesmas Siloam Tamako Kabupaten Kepulauan Sangihe Propinsi Sulawesi Utara Risk factors for stunting in children kindergarten in Puskesmas Siloam Tamako Sangihe Islands of North Sulawesi Province Irmawaty Bentian 1) N. Mayulu 2) A. J. M. Rattu 3) 1) Program Studi IKM Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado 2) Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado 3) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado Abstrak Stunting adalah bentuk dari proses pertumbuhan anak yang terhambat. Sampai saat ini stunting merupakan salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian. Faktor utama penyebab stunting yaitu asupan makanan yang tidak seimbang, berat badan lahir rendah (BBLR) dan penyakit infeksi. Menganalisis faktor resiko terjadinya stunting pada anak TK di Wilayah kerja Puskesmas Siloam Tamako Kabupaten Kepulauan Sangihe. penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan penelitian kasus kontrol (case control). Jumlah sampel yang digunakan 30 dari kelompok kasus dan 30 dari kelompok kontrol. Variabel bebas yaitu berat badan lahir rendah, ASI Eksklusif dan Imunisasi dasar, sedangkan variabel terikat yaitu stunting. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran tinggi badan subjek dan wawancara kuisioner kepada responden. Analisis data dilakukan dengan uji Chi square (bivariat) dan regresi logistik ganda (multivariat). Hasil uji statistik menunjukkan BBLR dan pemberian ASI Eksklusif merupakan faktor resiko terjadinya stunting. Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel BBLR merupakan faktor resiko yang paling dominan setelah dikontrol dengan variabel ASI Eksklusif. Kata Kunci : stunting, Faktor Resiko, Anak TK. Abstract Stunting is a form of stunted children growth process. Until now stunting is one of the nutritional problems that need attention. The main factor which causes stunting unbalanced food intake, low birth weight ( LBW ) and infectious diseases. To analyze the risk factors for stunting in kindergarten children in the Region Puskesmas Siloam Tamako Sangihe Islands. This study is an analytic study with case-control study design. The samples used 30 of the cases and 30 of the control group. The independent variables are low birth weight, exclusive breastfeeding and basic immunization, while the dependent variable is stunting. Data collected through the height measurement subject and interview questionnaires to the respondents. Data analysis was performed by Chi - square ( bivariate ) and multiple logistic regression ( multivariate ). Statistical analysis showed LBW and exclusive breastfeeding is a risk factor for stunting. Multivariate analysis showed LBW variable is most dominant risk factor after controlling for variables exclusive breastfeeding.. Keywords: Stunting, Risk Factors, Kindergarten Children. Pendahuluan Milenium development goals (MDGs) bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup serta mengembangakan kemitraan global untuk pembangunan. Hal-hal yang dapat membantu pencapaian tujuan MDGs ini 1

JIKMU, Vol, 5. No, 1. Januari 2015 adalah peningkatan kecukupan gizi masyarakat, digencarkannya penyuluhan tentang kesehatan, serta kemudahan akses layanan kesehatan dan penambahan jumlah layanan kesehatan itu sendiri dan tenaga kesehatan yang berpengalaman. Stunting adalah bentuk dari proses pertumbuhan anak yang terhambat. Sampai saat ini stunting merupakan salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian (Picauly dan Toy, 2013). Faktor utama penyebab stunting yaitu asupan makanan yang tidak seimbang, berat badan lahir rendah (BBLR) dan penyakit infeksi. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2012, Tiga angka prevalensi stunting tertinggi di ASEAN adalah Laos (48%), Kamboja (40%) dan Indonesia (36%) (KEMENKES RI, 2012). Studi antropometri yang dilakukan pada anak-anak sekolah di negara-negara berpenghasilan rendah (Indonesia, Vietnam, India, Ghana, dan Tanzania) menunjukkan prevalensi stunting berkisar 48-56% dan prevalensi underweight 34-62% (Khomsan, 2012). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan prevalensi status gizi anak umur 6-12 tahun (TB/U) di Indonesia 15,1 % anak sangat pendek dan 20,5% anak pendek, sedangkan untuk Sulawesi Utara 8,0% anak sangat pendek dan 19,9% anak pendek. Data Riskesdas 2013 di Indonesia untuk anak umur 5-12 tahun mengalami penurunan yaitu sangat pendek 12,3% dan pendek 18,4%. Prevalensi stunting di Kabupaten Sangihe sebesar 31,6% dengan kategori pendek dan sangat pendek sebesar 16,6% dan 15,0% (DEPKES RI, 2009). Masalah kesehatan masyarakat dianggap berat bila prevalensi pendek sebesar 30 39% dan serius bila prevalensi pendek 40% (KEMENKES RI,2013). Beberapa penelitian mengenai faktorfaktor penyebab stunting antara lain : penelitian yang dilakukan oleh Anisa (2012) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 25-60 bulan di kelurahan kalibaru depok tahun 2012, menemukan balita dengan BBLR mempunyai peluang 12,789 kali menjadi stunting dibandingkan dengan balita yang memiliki berat lahir normal. Penelitian yang dilakukan Medhin (2010) menunjukkan bahwa berat lahir merupakan prediktor yang signifikan dalam kejadian stunting pada bayi usia 12 bulan. Menurut Hien dan Hoa (2009) BBLR merupakan faktor resiko yang penting terhadap kejadian stunting pada anak usia <3 tahun di Vietnam. Penelitian yang dilakukan oleh Nojomi, dkk (2004) mengemukan bahwa terdapat hubungan antara BBLR dengan stunting pada balita dan menurut Arifin, dkk (2013) balita dengan berat badan lahir rendah mempunyai risiko 2,3 kali lebih besar terkena stunting dibanding balita dengan berat badan lahir normal. Melihat dari permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Faktor resiko terjadinya stunting pada anak TK di wilayah kerja Puskesmas Siloam Tamako Kabupaten Kepulauan Sangihe Propinsi Sulawesi Utara. Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor resiko terjadinya stunting pada anak TK di Wilayah kerja Puskesmas Siloam Tamako Kabupaten Kepulauan Sangihe Metode Penelitian Penelitian ini yaitu penelitian analitik dengan rancangan penelitian kasus kontrol (case control). Penelitian dilaksanakan di TK yang berada di wilayah kerja Puskesmas Siloam Tamako Kabupaten Kepulauan Sangihe, pada bulan September November 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa TK yang berada di wilayah kerja puskesmas Siloam Tamako. Seluruhnya berjumlah 122 siswa. Setelah dilakukan pengambilan data awal, maka jumlah sampel untuk populasi kasus 2

Bentian, Mayulu dan Rattu, Faktor Resiko Terjadinya sebanyak 30 siswa dan untuk popilasi kontrol 30 siswa. Variabel bebas dalam penelitian ini ialah berat badan lahir rendah, Air Susu Ibu Eksklusif, Imunisasi dasar sedangkan Variabel terikat ialah Stunting. Untuk mengatahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat digunakan uji Chi-square. Untuk melihat variabel yang dominan berpengaruh terhadap stuntin digunakan uji Regresi Logistik. Hasil dan Pembahasan a. Hubungan antara BBLR dengan kejadian stunting pada anak TK Hubungan antara BBLR dengan kejadian stunting pada anak TK dapat dilihat Tabel 1. Tabel 1. Hubungan anatara BBLR dengan kejadian stunting pada anak TK BBL Tidak CI 95% Stunting stunting P OR n % N % Lower Upper Normal 6 20,0 16 46,7 BBLR 24 80,0 14 53,3 Jumlah 30 100 30 100 0,007 4,571 1,452 14,389 Berdasarkan hasil analisis, ditemukan dengan BBLR sebanyak 24 orang (80,0%) dan pada kelompok tidak stunting sebanyak 14 orang (53,3%). Sedangkan dengan sebanyak 6 orang (20,0%) sedangkan pada kelompok tidak stunting sebanyak 16 orang (46,7%). Hasil uji chisquare (x²) diperoleh nilai odds ratio= 34,571 (1,452-14,389). Hal ini menunjukan bahwa BBLR merupakan faktor risiko terhadap kejadian stunting dimana siswa yang tidak beri ASI Eksklusif 4,571 kali berisiko menjadi stunting. Analisis dengan taraf signifikansi 95% diperoleh nilai p < 0,05 (0,007) yang berarti hipotesis diterima dan disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara BBLR dengan kejadian stunting. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muqni, dkk (2012) di Kelurahan Tamamaung Makasar pada 260 balita, menunjukkan ada hubungan berat badan lahir dengan dengan status gizi kronis balita menurut indikator TB/U dimana dnilai P = 0,037 < 0,05. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2012) pada 3126 balita menunjukknan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik anatar berat badan lahir dengan stunting yang diukur bedasarkan indeks status gizi BB/U dengan nilai P 0,003 dan OR 1,655. Hal ini berarti bahwa balita yang yang memupunyai BBLR, memiliki resiko menjadi stunting sebesar 1,7 kali disbanding dengan balita mempunyai berat lahir normal. Penelitian yang dilakukan oleh Najahah, dkk (2013) pada 158 balita menunjukkan bahwa balita dengan berat badan lahir rendah memiliki resiko 20,5 kali mengalami stunting dibandingkan balita dengan berat badan lahir normal. b. Hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting pada anak TK 3

JIKMU, Vol, 5. No, 1. Januari 2015 Hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting pada anak TK dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2. Hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting pada anak TK Pemberian ASI Tidak CI 95% Stunting stunting P OR N % N % Lower Upper ASI Eksklusif 11 36,7 9 30,0 ASI tidak Eksklusif 19 63,3 21 70,0 Jumlah 30 100 30 100 0,010 4,030 1,372 11,839 Berdasarkan hasil analisis, ditemukan yang diberikan ASI Eksklusif sebanyak 9 orang (30,0%) dan pada kelompok tidak stunting sebanyak 11 orang (36,7%). Sedangkan subjek penelitian pada kelompok stunting yang tidak diberi ASI Eksklusis sebanyak 21 orang (70,0%) sedangkan pada kelompok tidak stunting sebanyak 19 orang (63,3%). Hasil uji chisquare (x²) diperoleh nilai odds ratio= 4,030 (1,372-11,839). Hal ini menunjukan bahwa penberian ASI Eksklusif merupakan faktor risiko terhadap kejadian stunting dimana siswa yang tidak beri ASI Eksklusif 4,030 kali beresiko menjadi stunting. Analisis dengan taraf signifikansi 95% diperoleh nilai p < 0,05 (0,010) yang berarti hipotesis diterima dan disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting. Berdasarkan hasil wawancara, ada banyak alasan mengapa ibu-ibu tidak memberikan ASI Eksklusif, diantaranya : ASI tidak keluar, ibu akan kuliah, ibu sakit, ASI sedikit dan lain-lain. Hal inilah yang mempengaruhi mengapa ada banyak bayi yang tidak mendapat ASI Eksklusif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari, dkk (2009) pada 72 balita menunjukkan bahwa pemberian ASI yang tidak Eksklusif merupakan faktor resiko terjadinya growth faltering (guncangan pertumbuhan) pada bayi umur 2-6 bulan di Kecamatan Kangkung. Pemberian ASI yang tidak Eksklusif pada bayi mempunyai resiko 3,30 kali terhadap kejadian growth faltering. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2013) yang meneliti tentang ASI Eksklusif sebagai faktor risiko kejadian stunting di Yogyakarta dimana ada hubungan bermakna antara ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan ( =0,03; OR=1,74) sehingga dapat dikatakan anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif berisiko 1,74 kali mengalami stunting dibandingkan anak yang mendapatkan ASI eksklusif. c. Hubungan pemberian imunisasi dengan kejadian stunting pada anak TK Hubungan pemberian imunisasi dengan kejadian stunting pada anak TK dapat dilihat pada Tabel 3. 4

Bentian, Mayulu dan Rattu, Faktor Resiko Terjadinya Tabel 3. Hubungan pemberian imunisasi dengan kejadian stunting pada anak TK Status Imunisasi Tidak CI 95% Stunting stunting P OR N % N % Lower Upper Lengkap 18 60,0 23 76,7 Tidak Lengkap 12 40,0 7 23,3 Jumlah 30 100 30 100 0,133 0,457 O,149 1,396 Berdasarkan hasil analisis, ditemukan yang diberikan imunisasi lengkap sebanyak 23 orang (76,7%) dan pada kelompok tidak stunting sebanyak 18 orang (60,0%). Sedangkan subjek penelitian pada kelompok stunting yang tidak diberikan imunisasi lengkap sebanyak 7 orang (23,3%) sedangkan pada kelompok tidak stunting sebanyak 12 orang (40,0%). Hasil uji chi-square (x²) diperoleh nilai odds ratio= 0,457 (0,149-1,396). Hal ini menunjukan bahwa penberian imunisasi bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian stunting. Analisis dengan taraf signifikansi 95% diperoleh nilai p > 0,05 (0,133) yang berarti hipotesis ditolak dan disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemberian imunisasi dengan kejadian stunting. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Anisa (2012) tentang faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Depok dimana tidak ada hubungan antara status imunisasi dengan kejadian stunting. Hasil penelitian Muqni (2012) tentang hubungan berat badan lahir dan pelayanan KIA terhadap status gizi anak balita di Makassar juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kelengkapan imunisasi status gizi balita berdasarkan indikator TB/U. Status imunisasi anak ditentukan tidak hanya oleh faktor-faktor yang berada di tingkat rumah tangga (faktor komposional) melainkan faktor-faktor yang berada diatas rumah tangga (faktor kontekstual) seperti komunitas, geografis dan program imunisasi dinas kesehatan kabupaten/kota (Ayubi, 2009). Program imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dan pada tahun 1990, Indonesia telah mencapai status Universal Child Immunization (UCI), yang merupakan suatu tahap dimana cakupan imunisasi di suatu tingkat administrasi telah mencapai 80% atau lebih. Saat ini Indonesia masih memiliki tantangan mewujudkan 100% UCI Desa/Kelurahan pada tahun 2014 (Probandari dkk, 2013). 4. Faktor Dominan Berpengaruh terhadap Stres Kerja Perawat Untuk melihat faktor yang dominan berpengaruh terhadap stunting menggunakan uji regresi logistik. Hasil uji regresi logistik dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah. 5

JIKMU, Vol, 5. No, 1. Januari 2015 Tabel 4. Hasil Uji Regresi Logistik Penelitian P OR 95% C.I Lower Upper BBLR 0,014 4,535 1,351 15,225 ASI Eksklusif 0,018 3,998 1,271 12,577 Constant 0,001 0,017 Pada tabel 4 multivariat di atas menunjukan bahwa variabel BBLR yang paling dominan berhubungan dengan kejadian stunting dengan nilai OR 4,535 (95% CI: 1,351-15,225) dibandingkan dengang variabel ASI Eksklusif dengan OR 3,998 (95% CI: 1,271-12,577). Faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan stunting pada anak TK melalui uji regresi logistic pada semua variabel yaitu BBLR, pemberian ASI Eksklusif dan status imunisasi. Variabel bebas yang dapat dijadikan kandidat analisis multivariat adalah variabel dengan nilai P < 0,25 dan secara substansi berhubungan dengan stunting sehingga dalam penelitian ini semua variabel bebas dapat menjadi kandidat model dalam analisis multivariate. Hasil akhir dari analisis multivariat menunjukkan bahwa hanya variabel status imunisasi yang harus keluar dari pemodelan multivariat. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan stunting pada anak TK adalah BBLR. NIlai OR untuk variabel BBLR sebesar 4,535, hal ini berarti bahwa jika anak lahir dengan BBLR maka akan diikuti oleh peningkatan kejadian stunting sebesar 4,535 kali Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Berat badan lahir rendah merupakan faktor resiko terjadinya stunting pada anak TK diwilayah kerja puskesmas Siloam Tamako. 2. Pemberian ASI Eksklusif merupakan faktor resiko terjadinya stunting pada anak TK diwilayah kerja puskesmas Siloam Tamako 3. Imunisasi dasar bukan merupakan faktor resiko terjadinya stunting pada anak TK diwilayah kerja puskesmas Siloam Tamako 4. Berat badan lahir rendah merupakan faktor resiko yang paling dominan mempengaruhi stunting pada anak TK diwilayah kerja puskesmas Siloam Tamako Saran Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka peneliti menyarankan sebagai berikut : 1. Bagi pemerintah kecamatan Tamako Agar memberikan pemahaman kepada kepala keluarga mengenai dampak stunting, khususnya bagi pasangan usia subur pada saat ibu mengandung agar dapat memeriksa kandungan di posyandu atau puskesmas supaya berat badan janin dapat dikontrol, senhingga tidak melahirkan anak yang BBLR. Serta dapat memberikan penyuluhan tentang pentingnya ASI Eksklusif untuk perkembangan bayi. 2. Bagi peneliti dalam hal pengembangan ilmu Agar dapat melakuakn penelitian lanjutan mengenai faktor resiko lain yang berhubungan dengan stunting, mengingat stunting berdampak jauh kedepan. 6

Bentian, Mayulu dan Rattu, Faktor Resiko Terjadinya 3. Bagi institusi pendidikan Mengadakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa penyuluhan, pembagian leaflet, dan lain sebagainya, agar dapat mengingatkan masyakat mengenai dampak stunting supaya masalah stunting dapat teratasi. Daftar Pustaka Ananimous. 2010. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Anisa, P. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 25-60 bulan di Kelurahan Kalibaru Depok Tahun 2012. Universitas Indonesia Anugraheni H.S dan M. I. Kartasurya. 2012. Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. Journal Of Nutrition College Volume 1 Nomor 1 hal. 30 Ayubi. 2009. Kontribusi Pengetahuan Ibu terhadap Status Imunisasi Anak di Tujuh Provinsi di Indonesia. Jurnal Pembangunan Indonesia Volume 7 Nomor 1 hal. Fitri. 2012. Berat lahir Sebagai faktor Dominan Terjadinya Stunting pada Balita (12-59 bulan) di Sumatera (Analisis Data Riskesdas 2010). Tesis. Universitas Indonesia Muqni, A.D., V. Hadju dan N. Jafar. 2012. Hubungan berat Badan Lahir dan Pelayanan KIA Terhadap Status Gizi Anak Balita di Kelurahan Tamamaung Makasar. Artikel penelitian Media Gizi Indonesia Vol.1,no.2 hal. 110. Makasar : Universitas Hasanuddin Najahah, I., K. T. Adhi., dan G. N. I. Pinatih. 2013. Faktor Resiko Balita Stunting usia 12-36 bulan di Puskesmas Dasan Agung, Mataram, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Public Health and Preventive Medicine Archive volume 1 nomor 2 hal 134 Picauly,I dan S.M. Toy. 2013. Analisis Determinan dan Pengaruh Stunting Terhadap Prestasi Belajar Anak Sekolah di Kupang dan Sumba Timur, NTT. Jurnal Pangan dan Gizi Volume 8 Nomor 1. Hal.56, 60. Kupang : Universitas Nusa Cendana Probandari A, Handayani S, Laksono N. 2013. Modul Field Lab : Keterampilan Imunisasi. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Purnamasari, D. U., M. I. Kartasurya dan A. Kartini. 2009. Determinan growth faltering (guncangan pertumbuhan) pada bayi umur 2-6 bulan yang Lahir dengan dengan Berat Badan Normal. Media Medika Indonesia Volume 43 Nomor 5 hal 242 7