PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 139/M-IND/PER/10/2009 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140/M-IND/PER/10/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 100/M-IND/PER/8/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 97/M-IND/PER/8/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93/M-IND/PER/8/2010

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 98/M-IND/PER/8/2010 TENTANG

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2OO5-2O25 (Lembaran Negara Republik. 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2OO7 tentang

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

pengembangan kompetensi inti industri Kabupaten Kuningan; bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (2\

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

Kabupaten Pekalongan telah menyusun peta panduan pengembangan kompetensi inti industri Kabupaten Pekalongan;

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

SAMBUTAN PENJABAT GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PEMBUKAAN TEMU BISNIS PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO SULAWESI TENGAH SENIN, 18 APRIL 2011

Matrik Keterkaitan Dukungan Kelembagaan Dalam Pembangunan Pertanian

EE. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERINDUSTRIAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/M-IND/PER/2/2010 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN PERALATAN DAN ATAU MESIN

Matrik Program Pengembangan Sentra UMKM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2012 TENTANG KOORDINASI PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010

GUBERNUR SUMATERA BARAT

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.09/MEN/2002 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2012 TENTANG KOORDINASI PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

Kegiatan Prioritas Tahun 2010

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR : 31/M-IND/PER/6/2006 T E N T A N G

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 79 TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

BUPATI TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI SULAWESI UTARA KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 130 TAHUN 2014 T E N T A N G

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO4 tentang. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO8

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1982 TENTANG DEWAN GULA INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2OO5-2O25 (Lembaran Negara Republik. Mengingat : Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2OO7 tentang

PERATURAN MENTERIPERINDUSTRIANREPUBLIKINDONESIA TENTANG. PETA PANDUAN PENGEMBANGAN KOMPETENSIINTIINDUSTRIKABUPATENMoJoKERTo

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 60/Permentan/HK.060/8/2007 TENTANG UNIT PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI TAHUN 2010

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 86 TAHUN 2016

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN KAWASAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS PROVINSI SULAWESI UTARA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN TERHADAP PELAKU USAHA DALAM RANGKA PENGEMBANGAN EKSPOR

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 23 TAHUN 2008 T E N T A N G

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

: PERINDUSTRIAN ORGANISASI : DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Halaman sebelum perubahan

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Republ

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 40/M-IND/PER/6/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR KERAMIK

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN NASIONAL DAN DEWAN KAWASAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EE. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERINDUSTRIAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

2016, No Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-IND/ PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian (Berita N

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN KAWASAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS PROVINSI SULAWESI TENGAH

Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2OO8 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta

VII. PENUTUP. 7.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil pembahasan kajian dapat disimpulkan sebagai berikut :

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PERLUASAN KESEMPATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, PERSONALIA, DAN MEKANISME KERJA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESENIAN

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA MOR 139/M-IND/PER/10/2009 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI SULAWESI TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengembangan kompetensi inti industri daerah sesuai Pasal 3 ayat (1) butir a Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah telah menyusun Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2010 2014; b. bahwa sesuai Pasal 3 ayat (2) Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, Menteri yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang perindustrian menetapkan Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Sulawesi Tengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 139/M-IND/PER/10/2009 3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987); 9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007; 10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006; 11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I 2

Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 139/M-IND/PER/10/2009 Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007; 12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional; 13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI SULAWESI TENGAH. Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan pengembangan industri Provinsi Sulawesi Tengah yang memuat sasaran, strategi dan rencana aksi pengembangan industri unggulan Provinsi Sulawesi Tengah untuk periode 5 (lima) tahun. 2. Industri Unggulan Provinsi Sulawesi Tengah adalah : a. Industri Pengolahan Kakao menjadi coklat bubuk, pasta, liquor, kue, Industri makanan dari coklat dan kembang gula. b. Industri Pengolahan menjadi karagenan dan produk makanan olahan lainnya. c. Industri Pengolahan Ikan menjadi ikan kering, ikan asap, ikan beku, ikan kaleng, tepung ikan dan produk makanan olahan lainnya. 3. Pemangku Kepentingan adalah Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Swasta, dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya. 4. Menteri adalah Menteri yang melaksanakan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian. 3

Pasal 2 Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 139/M-IND/PER/10/2009 (1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini. (2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan: a. Pedoman operasional Aparatur Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program pengembangan industri unggulan provinsi; b. Pedoman pengembangan industri unggulan provinsi bagi Pelaku industri pengolahan kakao, rumput laut dan ikan baik pengusaha maupun institusi lainnya; c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan d. Informasi untuk menggalang dukungan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan kebijakan pengembangan industri unggulan provinsi guna mendorong partisipasi masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri. Pasal 3 (1) Rencana aksi pengembangan industri unggulan Provinsi Sulawesi Tengah dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). (2) Pelaksanaan rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan. (3) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) agar dijadikan acuan dalam penyusunan Rencana Strategis dan Rencana Kerja Tahunan Provinsi dalam periode 2010 2014. Pasal 4 Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri. 4

Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 139/M-IND/PER/10/2009 Pasal 5 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal MENTERI PERINDUSTRIAN RI ttd FAHMI IDRIS Salinan Peraturan Menteri ini disampaikan kepada : 1. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu; 2. Eselon I di lingkungan Departemen Perindustrian; 3. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Tengah; 4. Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah; 5. Bupati/Walikota di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. 5

PETA PANDUAN PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI SULAWESI TENGAH I. PENDAHULUAN Provinsi Sulawesi Tengah menentukan produk pengolahan kakao, rumput laut dan ikan sebagai industri unggulannya didasarkan atas pertimbangan hasil analisa terhadap kondisi dan potensi ekonomi daerah seperti sumbangan nilai produk-produk tersebut terhadap PDRB, penyerapan tenaga kerja, investasi dan potensi pengembangan lima tahun ke depan serta keterkaitannya dengan industri penunjang, industri terkait dan industri di provinsi lain. Lingkup pengembangan Industri Unggulan Provinsi Sulawesi Tengah, mencakup pengembangan 3 (tiga) industri unggulan, yaitu : a. Industri pengolahan Kakao menjadi coklat bubuk, pasta, liquor, kue, Industri makanan dari coklat dan kembang gula; b. Industri pengolahan menjadi karagenan dan produk makanan olahan lainnya; c. Industri pengolahan Ikan menjadi ikan kering, ikan asap, ikan beku, ikan kaleng, tepung ikan dan produk makanan olahan lainnya. Dalam rangka mengembangkan industri unggulan tersebut, disusun Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi tahun 2010-2014, yang memaparkan sasaran pengembangan yang ingin dicapai, strategi pengembangan serta rencana aksinya. II. SASARAN PENGEMBANGAN 2.1. Industri Pengolahan Kakao Sasaran Jangka Menengah (2010 2014) a. Terjalinnya kerjasama antar wilayah penghasil kakao di Sulawesi, b. Berdirinya unit-unit percontohan fermentasi dan pengolahan kakao di sentra-sentra produksi kakao, 1

c. Meningkatnya mutu biji kakao dari unfermented menjadi fermented, d. Ekspor kakao dalam bentuk cacao fermented, e. Terjalinnya kemitraan antara petani dengan industri pengolahan kakao, f. Tumbuhnya industri pengolahan kakao. Sasaran Jangka Panjang (2015 2025) a. Meningkatnya kerja sama pengembangan industri kakao antar wilayah di Sulawesi, b. Berkembangnya IKM pengolahan Kakao, c. Meningkatnya ekspor kakao dalam bentuk cacao fermented dan olahan. 2.2. Industri Pengolahan Sasaran Jangka Menengah (2010 2014) a. Terjalinnya kerjasama antar wilayah penghasil rumput laut di Sulawesi, b. Meningkatnya kualitas rumput laut yang dihasilkan petani, c. Berdirinya unit-unit percontohan pengolahan SRC di sentra penghasil rumput laut, d. Terjalinnya kemitraan antara petani dengan industri pengolahan rumput laut, e. Tumbuhnya industri pengolahan yang berbasis rumput laut, f. Tumbuhnya ekspor rumput laut olahan ke berbagai negara. Sasaran Jangka Panjang (2015 2025) a. Meningkatnya kerja sama antar wilayah penghasil rumput laut di Sulawesi, b. Berkembangnya IKM pengolahan, 2

c. Meningkatnya ekspor rumput laut olahan ke berbagai negara. 2.3. Industri Pengolahan Ikan Sasaran Jangka Menengah (2010 2014) a. Terjalinnya kerja kerjasama antar wilayah penghasil ikan di Sulawesi terutama pengembangan KawasanTeluk Tomini, b. Berkembangnya industri pengolahan ikan (kerupuk, abon, pakan ikan, ikan asin dsb), c. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja, d. Meningkatnya daya saing produk ikan olahan, e. Berkembangnya pangsa pasar produk pengolahan ikan, f. Meningkatnya ekspor ikan olahan. Sasaran Jangka Panjang 2015-2025 a. Meningkatnya kerja sama antar wilayah penghasil ikan se- Sulawesi dalam rangka pengembangan Kawasan Teluk Tomini, b. Berkembangnya IKM pengolahan ikan, c. Meningkatnya ekspor ikan olahan ke berbagai negara. III. STRATEGI PENGEMBANGAN 3.1. Industri Pengolahan Kakao Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta berbagai faktor ketidakpastian yang akan dihadapi di masa datang dan ketergantungan berbagai faktor yang mempengaruhi pencapaian misi pembangunan industri, maka ditempuh strategi pembangunan industri pengolahan kakao sebagai berikut : a. Peningkatan produktivitas biji kakao b. Peningkatan mutu biji kakao (termasuk fermentasi) c. Peningkatan kualitas SDM d. Penguatan kelembagaan 3

e. Mendorong investasi industri pengolahan kakao Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI f. Peningkatan pasokan bahan baku ke pasar Dalam Negeri g. Peningkatan sarana dan prasarana h. Membangun kemitraan antara petani dengan industri pengolahan kakao i. Peningkatan kerjasama dengan litbang dan perguruan tinggi 3.2. Industri Pengolahan Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta berbagai faktor ketidakpastian yang akan dihadapi di masa datang dan ketergantungan berbagai faktor yang mempengaruhi pencapaian misi pembangunan industri, maka ditempuh strategi pembangunan industri pengolahan rumput laut sebagai berikut: a. Peningkatan produktifitas rumput laut b. Peningkatan kualitas SDM c. Penguatan kelembagaan d. Mendorong investasi industri pengolahan e. Peningkatan pasokan bahan baku ke pasar Dalam Negeri f. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana g. Membangun kemitraan antara petani dengan industri pengolahan rumput laut h. Peningkatan kerjasama dengan litbang dan perguruan tinggi i. Peningkatan teknologi proses dan keragaman produk rumput laut olahan. 4

3.3. Industri Pengolahan Ikan Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta berbagai faktor ketidakpastian yang akan dihadapi di masa datang dan ketergantungan berbagai faktor yang mempengaruhi pencapaian misi pembangunan industri, maka ditempuh strategi pembangunan industri pengolahan ikan sebagai berikut : a. Peningkatan kualitas SDM b. Penguatan kelembagaan c. Mendorong investasi industri pengolahan ikan d. Membangun kemitraan antara nelayan dengan industri pengolahan ikan e. Peningkatan sarana dan prasarana f. Peningkatan kerjasama dengan litbang dan perguruan tinggi g. Peningkatan teknologi proses dan keragaman produk ikan olahan. 5

4 Kebijakan pajak ekspor kakao unfermented Depdag Deptan Pertanian/ Perkebunan MAI 5. Kerjasama dengan lembaga penelitian/perguruan tinggi untuk pengembangan industri kakao a. Konsultasi ke lembaga penelitian BPPT Balitbangda MAI Lembaga penelitian / b. Pertemuan/rapat dalam rangka kerjasama c. Tindak lanjut kerjasama 6. Pengembangan teknologi industri pengolahan kakao LIPI Balitbangda Industri Permesinan 7

7. Pilot project Ind. Kakao (termasuk Packaging House) Ind. Permesinan Desainer Grafis 8. Pendirian Unit Fermentasi di Sentra MAI 9. Bantuan Mesin/Peralatan Pengolahan Kakao KUKM LIPI Industri Permesinan Balai Industri Balai Kakao Jember 10. Peningkatan akses pasar a. Pembentukan kelembagaan sentra kakao b. Misi dagang c. Kerjasama pemasaran antar wilayah produsen KUKM Depdag Deptan Disbun MAI Ind. Pengolahan Kakao Telkom d. MoU (petani dg pengusaha, 8

fasilitasi Pemda) e. Pembuatan websites kakao 11 Peningkatan kualitas SDM a. Partisipasi Pelatihan Kakao bagi Aparat b. Diklat pemasaran c. Pelatihan Kewirausahaan d. Pelatihan Aneka Produk dari kakao Depdag Dinas MAI Lembaga Diklat Balai Besar Perkebunan e. Magang kakao f. Diklat Pengemasan 12 Bantuan Tenaga Ahli a. Konsultasi b. Unit Pendampingan Langsung di Sentra LIPI Dinas MAI Balai Ind Balai Besar Perkebunan 9

13 Promosi investasi a. Pameran Dalam Negeri b. Pameran Luar Negeri c. Brosur, leaflet, katalog dan internet Dep. Perdag Deplu Badan Promosi Daerah Dekranasda MAI 14 Unit Pendampingan Langsung (UPL) Dinas MAI 15 Fasilitasi pendirian kelembagaan kakao UKM Perkebunan MAI 16 Menyusun Perda mengenai kakao Depdagri Perkebunan MAI DPRD Biro Hukum 10

17 Penyediaan tanah dan bangunan utk pilot project ind. Pengolahan Kakao Bappeda Badan Pertanahan Biro Perlum 18 Peningkatan kualitas sarana dan prasarana a. Energi Listrik b. Fasilitasi Gudang c. Prasarana jalan ke sentra produksi d. Sarana lainnya Dep. Perdag Dep. PU Dep. ESDM Dep. Perhub UKM Din. Kimpraswil Din. Pertamb. Din. Perhub MAI PT Telkom PT Posindo PLN PDT 19 Peningkatan peran litbang dan akademisi UKM Perkebunan MAI 11

20 Perkuatan permodalan UKM Dep. Keuangan Lemb Keuangan Bank Lemb Keuangan Bank MAI Lembaga Keuangan non bank 21 Menyusun Konsep Kawasan Industri Khusus Kakao di Sulawesi Tengah a. Penyusunan rencana detail kawasan b. Penyusunan Analisa dampak sosek thdp pengembangan kawasan Menko Perekon Dep. Keuangan Dep. Perdag Dep. PU Dep. ESDM Dep. Perhub Din. Kimpraswil Din. Pertamb. Din. Perhub Bapedalda Perbankan Asosiasi Kawasan MAI c. Penyusunan konsep rencana pemasaran UKM d. Pendirian badan promosi investasi 12

e. Penyusunan konsep kelembagaan kawasan industri f. Promosi Investasi PDT Perbankan 22 Monitoring dan Evaluasi Deptan Din Perkebunan MAI 13

4.2. Industri Pengolahan 1. Peningkatan Produktivitas dan LIPI 2. Fasilitasi Kerjasama Antar Wilayah Penghasil Rumput Laut Perik dan 3. Kajian strategi pengembangan rumput laut a. Kajian Strategi b. Workshop hasil kajian BPPI Din Perik dan Lembaga Penelitian 14

4. Kebijakan pajak ekspor rumput laut Depdag Perik dan 5. Kerjasama dengan lembaga penelitian/perguruan tinggi Lembaga penelitian / Balitbangda 6. Pengembangan teknologi industri pengolahan rumput laut LIPI Balai Besar Ind. Perik dan Balitbangda 15

7. Pilot project Ind. Pengolahan 8. Bantuan Mesin/Peralatan Pengolahan KUKM LIPI Ind. Permesinan Balai Industri 9. Pendirian Unit Pengolahan di Sentra 16

10. Peningkatan akses pasar a. Pembentukan kelembagaan sentra rumput laut b. Misi dagang c. Kerjasama pemasaran antar wilay produsen d. MoU (petani dg pengusaha, fasilitasi Pemda) KUKM Depdag Kelauatan Rumput Laut Ind. Rumput Laut Telkom 11 Peningkatan kualitas SDM a. Partisipasi Pelatihan Kakao bagi Aparat b. Diklat pemasaran c. Pelatihan Kewiraus. d. Pelatihan Aneka Produk dari rumput laut e. Magang pengolahan rumput laut f. Diklat Pengemasan Depdag PPEI Lembaga Diklat Balai Besar 17

12 Bantuan Tenaga Ahli a. Konsultasi b. Unit Pendampingan Langsung di Sentra c. Rapat Evaluasi UKM Balai Ind Balai Besar 13 Promosi investasi a. Pameran Dalam Negeri b. Pameran Luar Negeri c. Brosur, leafet, katalog dan internet Depdag Deplu KUKM Bappeda Badan Promosi Daerah 14 Unit Pendampingan Langsung (UPL) 18

15 Fasilitasi pendirian kelembagaan pengusaha rumput laut UKM 16 Perda Depdagri DPRD Biro Hukum 17 Penyediaan tanah dan bangunan untuk pilot project ind. Pengolahan Kakao Bappeda Badan Pertanahan Biro Perlum 19

18 Peningkatan kualitas sarana dan prasarana a. Energi Listrik b. Fasilitasi Gudang c. Prasarana jalan ke sentra produksi d. Sarana lainnya 19 Peningkatan peran litbang dan akademisi Depdag Dep. PU Dep. ESDM Dep. Perhub PDT Din. Kimpraswil Din. Pertamb. Din. Perhub PT Telkom PT Posindo PLN 20 Perkuatan permodalan Dep KP Rumput 20

Dep. Keuangan Lemb Keu/Bank 21. Monitoring dan Evaluasi Lemb Keuangan Bank Laut Lembaga Keuangan non bank KADIN 21

4.3. Industri Pengolahan Ikan 1. Peningkatan Produktivitas Ikan Tangkap dan LIPI 2. Fasilitasi Kerjasama Antar Wilayah Penghasil Ikan 3. Kajian strategi pengembangan industri pengolahan ikan Din Perik dan Lembaga Penelitian 22

4. Kerjasama dengan lembaga penelitian/perguruan tinggi Perik dan Lembaga penelitian / Balitbangda 5. Pengembangan teknologi industri pengolahan ikan LIPI Balai Besar Ind. Balitbangda 6. Pilot project Ind. Pengolahan Ikan 23

7. Bantuan Mesin/Peralatan Pengolahan Ikan LIPI Ind. Permesinan Balai Industri 8. Pendirian Unit Pengolahan Ikan di Sentra 9. Peningkatan akses pasar a. Pembentukan kelembagaan sentra usaha perikanan b. Misi dagang c. Kerjasama pemasaran antar wilayah produsen Depdag Ind. Pengolahan Ikan Telkom 24

d. MoU (petani dengan pengusaha, fasilitasi Pemda) 10. Peningkatan kualitas SDM a. Partisipasi Pelatihan bagi Aparat b. Diklat pemasaran c. Pelatihan Kewiraus. d. Pelatihan Aneka Produk dari ikan e. Magang teknologi pengolahan ikan f. Diklat Pengemasan dan lainnya Depdag Lembaga Diklat Balai Besar 11. Bantuan Tenaga Ahli a. Konsultasi b. Unit Pendampingan Langsung di Sentra c. Rapat Evaluasi Balai Ind Balai Besar 25

12. Promosi investasi a. Pameran Dalam Negeri b. Pameran Luar Negeri c. Brosur, leaflet, katalog dan internet Depdag Deplu Bappeda Badan Promosi Daerah 13. Unit Pendampingan Langsung (UPL) Din Perik. dan 14. Fasilitasi pendirian kelembagaan pengusaha perikanan 26

15. Penyediaan tanah dan bangunan untuk pilot project ind. Pengolahan Ikan Bappeda Badan Pertanahan Biro Perlum 16. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana a. Energi Listrik b. Fasilitasi Gudang c. Prasarana jalan ke sentra produksi d. Sarana lainnya Depdag Dep. PU Dep. ESDM Dep. Perhub kelautan Din. Kimpraswil Din. Pertamb. Din. Perhub Telkom Posindo PLN 27

PDT 17. Peningkatan peran litbang dan akademisi 18. Perkuatan permodalan Dep KP Kem Kop dan Dep. Keuangan Lemb Keu/Bank Dis Perik dan Kel Lemb Keuangan Bank Lembaga Keuangan non bank 19. Monitoring dan Evaluasi 28