BAB II TINJAUN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu

8/19/2015 SENAWI SNHB-FKT-UGM

11. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.

Berdasarkan TUJUAN evaluasi, klsifikasi lahan, dibedakan : Klasifikasi kemampuan lahan Klasifikasi kesesuaian lahan Kemampuan : penilaian komponen lah

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. oleh konsumen Indonesia karena memiliki rasa yang enak dan jumlah biji yang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

Sub Kelas : Commelinidae. Famili : Poaceae Genus : Triticum Spesies : Triticum aestivum L.

I. PENDAHULUAN. devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kopi Arabika (Coffea Arabica) Afrika. Di habitat asalnya, tanaman ini tumbuh di bawah kanopi hutan tropis yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) dpl. (Nurbani, 2012). Adapun klasifikasi tanaman durian yaitu Kingdom

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan. bumi, yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, serta mempunyai sifat

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Pisang. Pertumbuhan tanaman pisang sangat dipengaruhi faktor-faktor yang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik berarti melakukan budidaya tanaman tanpa media tanah. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman kedelai adalah : Kingdom : Plantae, Divisio :

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian dari bentang alam ( Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan

ANALISA POTENSI LAHAN UNTUK KOMODITAS TANAMAN KEDELAI DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) ialah tumbuhan tropika dan subtropika dari

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Singkong. prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok

Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa di Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017.

Evaluasi lahan. Pengertian lahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

Metode Analisis Kesesuaian Lahan Analisis kesesuaian lahan adalah proses pendugaan tingkat kesesuaian lahan untuk berbagai alternatif penggunaan,

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dengan menggunakan tkenik serta alat-alat tertentu ( Surakhmad, 1994, 8).

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk industri atau pemukiman dan masalah pasar bagi produk pertanian. Oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Perakaran kedelai akar tunggangnya bercabang-cabang, panjangnya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di

Lahan dapat diartikan bermacam-macam tergantung dari sudut pandang. (landscape) yang mencangkup pengertian lingkungan fisik termasuk tanah, iklim,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah termasuk ke dalam devisi Spematophyta, famili Papilionaceae, genus Arachis, species Arachis hypogaea L.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lahan dapat disebutkan sebagai berikut : manusia baik yang sudah ataupun belum dikelola.

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Konsep Evaluasi Kesesuain Lahan Lahan merupakan bagian dari bentang alam yang mencakup pengertian fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi, bahkan keadaan vegetasi yang secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Lahan dalam pengertian yang luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora, fauna dan manusia baik di masa lalu maupun saat sekarang. Menurut FAO (1983), lahan memiliki banyak fungsi yaitu sebagai fungsi produksi, lingkungan biotik, pengatur iklim, hidrologi, penyimpanan, pengendalian sampah dan polusi, ruang kehidupan, peninggalan dan penyimpanan, dan fungsi penghubung spasial. Pengertian lahan dipergunakan sehubungan dengan permukaan lahan dan termasuk sifat yang ada padanya dan penting bagi kehidupan manusia. Lahan merupakan suatu konsep dinamis lingkungan fisik, iklim, relief, tanah, hidrologi dan vegetasi yang berpengaruh besar terhadap potensinya. Penggunaan lahan didefinisikan sebagai salah satu macam campur tangan manusia terhadap sumber daya lahan baik yang bersifat menetap ataupun merupakan siklus yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam praktek penggunaan lahan adalah persyaratan penggunaan lahan dan hambatan-hambatannya. Untuk setiap penggunaan lahan diperlukan persyaratan penggunaan lahan yang spesifik (Sitorus, 1985). Corak dan tipe penggunaan lahan yang khas dari suatu areal diperlukan untuk mendapat keterangan yang lebih rinci tentang sifat lahan dan penggunaannya. Pada dasarnya evaluasi lahan merupakan proses pendugaan potensi lahan untuk berbagai jenis penggunaan, karena itu dibutuhkan informasi dari tiga sumber, yaitu lahan, penggunaan lahan dan ekonomi. Evaluasi lahan bertujuan untuk menentukan potensi lahan untuk tujuan tertentu, oleh karena itu evaluasi lahan lebih berhubungan dengan potensi lahan sekarang. Seringkali, kemungkinan perubahan dan akibat-akibat yang akan terjadi karena perubahan pada lahan itu sendiri harus dilihat (FAO, 1976).

5 Evaluasi lahan adalah proses menduga kelas kesesuian lahan dan potensi lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun non - pertanian. Kelas kesesuaian lahan suatu wilayah untuk penggunaan tertentu untuk pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan yang mencakup iklim, lereng, relief, batuan di atas permukaan dan di dalam penampang tanah serta singkapan batuan, hidrologi dan persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan tumbuh tanaman (Djaenudin et al. 2000). Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu areal dapat berbeda tergantung daripada tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Berbeda dengan evaluasi kesesuaian lahan, evaluasi kemampuan pada umumnya ditujukan untuk penggunaan yang lebih luas seperti penggunaan untuk pertanian, perkotaan, dan sebagainya. Penilaian kesesuian lahan pada dasarnya dapat berupa pemilihan lahan yang sesuai untuk tanaman tertentu (Sitorus, 1985). Evaluasi kesesuian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu (Sitorus, 1998). Menurut Husein (1981), evaluasi lahan adalah usaha untuk mengelompokkan tanah-tanah tertentu sesuai dengan kebutuhan tanaman. Kelas kesesuian lahan untuk suatu areal dapat berbeda tergantung dari penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Selanjutnya, Sitorus (1998) menyatakan bahwa evaluasi lahan pada hakekatnya merupakan proses pendugaan potensi sumber daya lahan untuk berbagai kegunaan dengan cara membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan dengan sifat sumber daya yang ada pada lahan tersebut. Fungsi kegiatan evaluasi lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dengan penggunaannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil. Evaluasi kesesuaian lahan mempunyai penekanan yang tajam, yaitu mencari lokasi yang mempunyai sifat-sifat positif dalam hubungannya dengan keberhasilan produksi atau penggunaannya, sementara evaluasi kemampuan sering dinyatakan dalam hubungan dengan pembatas-pembatas negatif, yang dapat menghalangi beberapa atau sebagian penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan (Sitorus, 1985).

6 Evaluasi kesesuaian lahan meliputi pelaksanaan survey/penelitian bentuk bentang alam, sifat tanah, macam dan vegetasi, aspek-aspek lahan. Keseluruhan evaluasi ini bertujuan mengidentifikasi dan membuat perbandingan dari macammacam penggunaan lahan yang memberikan harapan positif (Abdullah, 1993 ). Evaluasi lahan juga bertujuan memperhitungkan dampak penggunaan lahan, merumuskan alternatif penggunaan lahan dan mendapatkan cara pengelolaan yang lebih baik (Sys et al. 1991). Ciri dasar evaluasi lahan adalah memperbandingkan persyaratan yang diperlukan untuk penggunaan lahan tertentu dengan potensi lahan. Penggunaan lahan yang berbeda membutuhkan persyaratan yang berbeda pula. Oleh karena itu untuk melakukan evaluasi lahan diperlukan keterangan tentang lahan yang menyangkut berbagai aspek sesuai dengan rencana yang sedang dipertimbangkan. Untuk melakukan evaluasi lahan diperlukan sifat-sifat fisik lingkungan suatu wilayah yang dirinci ke dalam kualitas lahan. Setiap kualitas lahan biasanya terdiri dari satu atau lebih karakteristik lahan. Kualitas lahan adalah sifat-sifat lahan yang kompleks sedangkan karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Menurut FAO (1976) beberapa kualitas lahan yang berhubungan dan berpengaruh terhadap hasil atau produksi tanaman adalah: ketersediaan hara, ketersediaan oksigen di dalam zona perakaran, media untuk perkembangan akar, salinitas, toksisitas, resistensi, bahaya banjir, rejim temperatur, energi radiasi, bahaya unsur iklim, kelembaban, dan varietas tanaman dan hama penyakit. Sedangkan yang menentukan dan berpengaruh terhadap manajemen dan masukan yang diperlukan adalah terrain, ukuran dari unit potensial, dan lokasi. Proses evaluasi lahan tidak menentukan perubahan penggunaan yang harus dilaksanakan, tetapi menyediakan data/informasi dengan dasar mana keputusankeputusan dapat diambil. Keluaran dari evaluasi lahan biasanya memberikan informasi dua atau lebih bentuk penggunaan lahan yang potensial bagi suatu lahan termasuk konsekuensi, keuntungan dan kerugian bagi masing-masing. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan dalam evaluasi adalah: (1) kesesuaian lahan dinilai dan diklasifikasikan berdasarkan macam penggunaan yang spesifik, (2) evaluasi lahan memerlukan pembanding antara keuntungan yang diperlukan,

7 (3) pendekatan multidisiplin, (4) evaluasi dilakukan sesuai dengan kondisi fisik, ekonomi, dan sosial dari wilayah yang bersangkutan, (5) kesesuaian didasarkan atas penggunaan lahan yang lestari, (6) evaluasi melibatkan pembandingan lebih dari satu macam penggunaan (FAO,1976). Evaluasi lahan memerlukan keterangan-keterangan lahan, penggunaan lahan, dan aspek ekonomi. Lahan mencakup semua unsur lingkungan fisik yang mempengaruhi penggunaan lahan secara potensial. Dengan demikian lahan tidak hanya menunjukkan tanah, tetapi juga meliputi ciri geologi, landform, iklim, dan hidrologi, vegetasi dan fauna. Evaluasi kesesuaian lahan melibatkan hubungan antara satuan peta lahan untuk penggunaan yang spesifik. Tipe penggunaan yang dipertimbangkan dibatasi hanya pada yang relevan dengan keadaan fisik, ekonomi, sosial secara menonjol di daerah yang bersangkutan (FAO, 1976). Penggunaan lahan dinilai secara spesifik dari seperangkat spesifikasi teknis pada keadaan fisik, ekonomi, dan sosial terentu. Hal ini dapat merupakan keadaan sekarang atau keadaan yang akan datang setelah dilakukan perubahan. Penggunaan lahan secara spesifik ini dilakukan dalam evaluasi pada tingkat detil secara kuantitatif. Jenis penggunaan lahan secara spesifik terdiri dari satu atau lebih jenis tanaman pada suatu areal lahan tertentu (FAO, 1976). 2.2 Konsep Keunggulan Wilayah Komoditas unggulan merupakan komoditas yang layak diusahakan karena memberikan keuntungan kepada petani, baik secara biofisik, sosial maupun ekonomi. Suatu komoditas layak dikembangkan jika komoditas tersebut diusahakan sesuai dengan zona agroekologinya, mampu memberi peluang berusaha, serta dapat dilakukan dan diterima masyarakat setempat sehingga berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan secara ekonomi menguntungkan (Susanto dan Sirappa 2007). Syafruddin et al. (2004) menyatakan, penetapan komoditas unggulan di suatu wilayah diharapkan dapat meningkatkan efisiensi usaha tani dan memacu perdagangan antardaerah dan antarnegara. Selanjutnya Rachman (2003) menyatakan, pada era pasar bebas, hanya komoditas yang diusahakan secara efisien dari sisi teknologi dan sosial ekonomi serta mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif yang mampu bersaing secara berkelanjutan dengan

8 komoditas yang sama dari wilayah lain. Penentuan komoditas unggulan penting karena ketersediaan dan kemampuan sumber daya alam, modal, dan SDM untuk menghasilkan dan memasarkan semua komoditas yang diproduksi di suatu wilayah secara simultan relative terbatas (Susanto dan Sirappa 2007). Penetapan komoditas unggulan pertanian di suatu daerah perlu memerhatikan keunggulan komparatif dan kompetitifnya (Baruwadi et al. 2007). Keunggulan komparatif komoditas dari suatu daerah tercipta dari interaksi antara kelimpahan sumber daya (biofisik), penguasaa n teknologi, dan kemampuan manajerial dalam kegiatan pengembangan komoditas yang bersangkutan. Keunggulan kompetitif merupakan hasil interaksi antara keunggulan komparatif dan distorsi pasar. Pada kondisi perekonomian yang tidak mengalami distorsi sama sekali, keunggulan kompetitif juga merupakan keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif wilayah dapat diketahui berdasarkan analisis finansial dan metode location quotient (LQ). 2.3 Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah ( Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah dibawa dan disebarkan ke benua Eropa, kemudian menyebar ke benua Asia sampai ke Indonesia (Purwono dan Purnamawati, 2007). Dalam dunia tumbuhan, tanaman kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rosales Famili : Papilionaceae Genus : Arachis Spesies : Arachis hypogaea L. 2.4 Persayaratan Tumbuh Kacang Tanah Tanaman kacang tanah dapat tumbuh pada daerah tropik, subtropik, serta daerah temperate pada 40 o LU-40 o LS. Persyaratan mengenai tanah yang cocok

9 bagi tumbuhnya kacang tanah tidaklah terlalu khusus. Syarat yang terpenting adalah bahwa keadaan tanah tidak telalu kurus dan padat. Kondisi tanah yang mutlak diperlukan adalah tanah yang gembur. Kondisi tanah yang gembur akan memberikan kemudahan bagi tanaman kacang tanah terutama dalam hal perkecambahan biji, kuncup buah, dan pembentukan polong yang baik. Tanaman kacang tanah menghendaki keadaan ph tanah sekitar 6-6,5 (Kanisius, 1989). Menurut Maesen dan Somaatmadja (1992) kacang tanah menghendaki keadaan iklim yang panas tetapi sedikit lembab, yaitu rata-rata 65-75% dan curah hujan tidak terlalu tinggi, yaitu sekitar 800-1300 mm/tahun. Pada waktu berbunga tanaman kacang tanah menghendaki keadaan yang cukup lembab dan cukup udara, sehingga kuncup buah dapat menembus tanah dengan baik dan pembentukan polong dapat berjalan secara leluasa, sedangkan pada saat buah kacang tanah menjelang tua, tanah harus diupayakan menjadi kering. Apabila tanah terlalu basah, sebagian buah kacang tanah akan tumbuh di lahan penanaman, bahkan sebagian buah kacang akan membusuk dan kualitasnya bisa menjadi kurang baik. Daerah yang paling cocok untuk tanaman kacang tanah adalah daerah dataran dengan ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut. Disamping itu, tanaman kacang tanah menghendaki sinar matahari yang cukup. Suhu optimum untuk pertumbuhan kacang tanah adalah 30 o C dan pertumbuhan akan terhambat pada suhu 15 o C. 2.5 Klasifikasi Kesesuain Lahan Kacang Tanah Kesesuaian lahan untuk tanaman kacang tanah di evaluasi dengan membandingkan karakteristik lahan dan persyaratan tanaman, karena kesesuaian lahan merupakan penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Klasifikasi kesesuaian lahan merupakan penilaian pengelompokan suatu kawasan tertentu. Selanjutnya FAO (1976) menegaskan bahwa evaluasi lahan terbagi atas klasifikasi kesesuaian lahan aktual/sekarang yaitu kesesuaian lahan terhadap penggunaan lahan yang ditentukan dalam keadaan sekarang, tanpa ada perbaikan berarti serta klasifikasi kesesuaian lahan potensial yaitu kesesuaian lahan terhadap penggunaan lahan yang ditentukan dari satuan lahan dalam keadaan yang akan datang setelah diadakan perbaikan utama tertentu yang diperlukan. Klasifikasi kesesuaian lahan merupakan penilaian dan

10 pengelompokan suatu kawasan tertentu dari lahan dalam hubungannya dengan penggunaan yang dipertimbangkan (FAO, 1976). Struktur dari kesesuaian lahan menurut metode FAO (1976) yang terdiri dari empat kategori yaitu : (1) Ordo : menunjukkan jenis/macam kesesuaian atau keadaan kesesuaian secara umum. (2) Kelas : menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo. (3) Sub-kelas : menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan di dalam kelas. (4) Unit : menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil yang diperlukan dalam pengelolaan di dalam sub-kelas. 1. Ordo Tingkat ini menunjukkan apakah lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu. Oleh karena itu ordo kesesuaian lahan dibagi dua, yaitu : a. Ordo S : Sesuai (Suitable) Lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau dengan sedikit resiko kerusakan terhadap sumber daya lahannya. Keuntungan yang diharapkan dari hasil pemanfaatan lahan ini akan melebihi masukan yang diberikan. b. Ordo N: Tidak Sesuai (Not Suitable) Lahan yang termasuk ordo ini mempunyai pembatas sedemikian rupa sehingga mencegah suatu penggunaan secara lestari. 2. Kelas Ada tiga kelas dari ordo tanah yang sesuai dan dua kelas untuk ordo tidak sesuai, yaitu : Kelas S1 : Sangat Sesuai (Very Suitable) Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan secara lestari atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksinya serta tidak akan menaikkan masukan dari apa yang telah biasa diberikan.

11 Kelas S2 : Kelas S3 : Kelas N1 : Kelas N2 : Cukup Sesuai (Moderately Suiteble) Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan sehingga akan meningkatkan masukan yang diperlukan. Sesuai Marjinal (Marginally Suitable) Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas yang sangat berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan perlu menaikkan masukan yang diperlukan. Tidak Sesuai pada saat ini (Actually unsuitable and potentially suitable) Lahan yang mempunyai pembatas yang lebih berat, tetapi masih mungkin diatasi. Tidak Sesuai selamanya (Actually and potential unsuitable) Lahan yang mempunyai pembatas yang permanen, mencegah segala kemungkinan penggunaan lahan. 3. Sub-Kelas Sub-kelas kesesuaian lahan mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlulkan dalam kelas tertentu. Tiap kelas dapat terdiri dari satu atau lebih sub-kelas, tergantung dari jenis pembatas yang ada. Jenis pembatas ini ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang ditempatkan pada simbol kelas. Misalnya kelas S2 yang mempunyai pembatas kedalaman efektif (s) dapat menjadi sub-kelas S2s. Satu sub-kelas dapat mempunyai satu, dua atau paling banyak tiga simbol pembatas, dimana batas paling dominan ditulis paling depan. Misanyalnya dalam sub-kelas S2ts maka pembatas keadaan topografi (t) adalah pembatas paling dominan dan pembatas kedalaman efektif (s) adalah pembatas kedua atau tambahan.

12 4. Unit Kesesuaian lahan pada tingkat unit merupakan pembagian lebih lanjut dari sub-kelas kesesuaian lahan yang didasarkan atas besarnya faktor pembatas. Dengan demikian semua unit dari sub-kelas yang sama memiliki tingkat kesesuaian yang sama dalam kelas dan memiliki jenis pembatas yang sama pada tingkat sub-kelas. Perbedaan antara unit dengan unit yang lain merupakan perbedaan dalam sifat-sifat atau gatra tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan seringkali merupakan perbedaan detail dari pembatas-pembatasnya. Jumlah unit dan sub-kelas tidak dibatasi. Pemberian simbol kesuaian lahan pada tingkat unit dilakukan dengan angaka setelah simbol sub-kelas yang dipisahkan oleh tanda penghubung, misalnya S2n-1, S2n-2.