BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT yang artinya sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik yang mempunyai latar belakang yang berbeda.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Konsep Teoritis. 1. Guru pembimbing. a. Pengertian Guru Pembimbing. Prayitno dkk menyatakan bahwa guru pembimbing adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang semakin canggih ini diakibatkan oleh majunya dunia

BAB I PENDAHULUAN. persiapan untuk kehidupan yang baik dikemudian hari, oleh karena itu banyak orang tua

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun mental dalam diri manusia. Sehingga dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita ketahui bahwa keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yang berdaya guna dimaksudkan untuk mencapai tujuan pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia makhluk yang dikarunia akal dan hati oleh Allah SWT.

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana seseorang bertindak dan berprilaku. moral. Etika pergaulan perlu di terapkan misalnya (1) Berpakaian rapi di

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran 1. belajar mengajar, agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Serta kini telah diterapkan kurikulum baru

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan manusia dapat berbeda dengan makhluk lain yang. dengan sendirinya, pendidikan harus diusahakan oleh manusia.

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan, dan kesemimbangan dalam aspek-aspeknya yaitu spiritual, moral,

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Sebaliknya peserta didik juga dituntut keaktifannya dalam kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB V PENUTUP. simpulkan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

KEMAMPUAN GURU PKn DALAM MEMBINA KARAKTER SISWA DI SMP NEGERI 16 SIGI. Linda Agustina 1 Jamaludin 2 Hasdin 3 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN BERFIKIR KRITIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 COLOMADU TAHUN AJARAN 2009/ 2010

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat terpenting bagi setiap individu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Karakter guru mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

Pertemuan ke-1 dan ke-2

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan masa peralihan untuk menuju kedewasaan, dimana

BAB I PENDAHULUAN. berkenaan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotornya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan

BAB I PENDAHULUAN. Maka dari itu, potensi manusia diposisikan sebagai makhluk yang istimewa

A. Latar Belakang Masalah

kurikulum. Bahkan, ada yang mengatakan No teacher no education. Maksudnya, tanpa guru, tidak terjadi proses pendidikan. 3

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang tongkat estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk pengembangan pribadi dan profesional. 1

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa sekarang Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

I. PENDAHULUAN. seharusnya dicapai melalui proses pendidikan dan latihan. mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan peserta didik guna

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung berupaya mempengaruhi mengarahkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapinya. Oleh karena itu, berbagai cara dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan di negara kita karena

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. yang diperoleh dari hasil wawancara (interview), observasi dan data

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan zaman sebagai efek dari globalisasi yang diakibatkan dari perkembangan

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

KONSEP KOMPETENSI GURU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN (Kajian Ilmu Pendidikan Islam)

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, E) Manfaat Penelitian, F) Penegasan Istilah.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk Allah yang diciptakan dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Manusia dilebihkan Allah dari makhluk lain dengan akal dan potensi. Dengan itu manusia dapat menjalankan kehidupan yang baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Hidup sosial adalah kebutuhan manusia yang sangat penting. Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT yang artinya sebagai berikut: Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dengan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnyaorang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi maha Mengenal. (Q.S Al-Hujurat:13). 1 Firman Allah SWT diatas menjelaskan kepada manusia bahwa berbangsa-bangsa, bersuku-suku, dan bersosialisasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan itu diwujudkan dengan banyak cara dengan mengoptimalkan potensi yang telah Allah SWT berikan salah satunya melalui pendidikan. 517. 1 Departemen Agama RI (2006), al-qur an dan terjemahnya, Jakarta: pustaka maghfirah. h. 1

2 Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan atau nilai-nilai atau melatih keterampilan. Tetapi ia juga berfungsi mengembangkan apa yang secara potensial dan aktual yang telah dimilki peserta didik, sebab peserta didik bukanlah gelas kosong yang harus didisi dari luar. Peserta didik telah memilki sesuatu, sedikit atau banyak, telah berkembang (teraktualisasi) atau sama sekali masih kuncup potensi yang ada pada dirinya. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan, pengembangan bakat dan minat anak didik yang dilakukan secara sistematis dan terorganisasi. Pendidikan juga merupakan usaha yang bersifat mendidik, membimbing, membina, mempengaruhi, dan mengarahkan dengan seperangkat ilmu pengetahuan. 2 Mengacu pada Kurikulum 2013 penyelengaraan pendidikan di sekolah lebih menitikberatkan pada potensi dan pengembangan diri yang melibatkan tentang bakat dan minat dari peserta didik. Pengembangan diri dalam hal ini diperlukannya tenaga pendidikan di sekolah adalah Bimbingan Konseling. Bimbingan konseling adalah suatu layanan untuk membantu peserta didik agar dapat berkembang dengan optimal. Tanpa bimbingan konseling bahkan tanpa pendidikan formal di sekolah, sebenarnya para peserta didik dapat berkembang, tetapi perkembangannya belum optimal. 3 Bimbingan konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada siswa 2 Herabudin,(2009). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, H. 22 3 Nana Syaodih Sukmadinata,(2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek Mengembangkan Potensi dan Kepribadian Siswa, Jakarta: Maestro, H. 71

3 yang mengunakan prosedur, cara dan bahan agar individu mampu mandiri. Proses kemandirian individu tidak terlepas dari adanya etiket dalam pergaulan di lingkungan dimana individu tersebut berada baik itu di sekolah maupun dimana ia tinggal. Etiket pergaulan dapat membentuk kepribadian diri, sikap dan perilaku. Berbicara dan berjalan saja, merupakan contoh sikap dan prilaku yang dapat diperhatikan. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT mengenai hal tersebut yang artinya: Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruknya adalah suara keledai (Q.S.luqman ayat: 9) 4 Dari firman Allah SWT diatas, Al-Qur an menjelaskan bahwa cara-cara berjalan dan berbicara, yang mana sikap dan perilaku ini merupakan salah satu dari etiket pergaulan yang harus diterapkan. Agar manusia dapat mengerti perlakuan yang baik dan yang tidak baik. Demikian juga di sekolah peran guru pembimbing sangat besar berpengaruh dan saling bekerjasama menerapkan etiket pergaulan yang sesuai di sekolah. Dalam hal ini untuk menertibkan peserta didik agar sesuai etiket pergaulan perlu adanya kerjasama yang terhubung dengan satuan pengamanan di sekolah. Satuan pengamanan sekolah adalah petugas yang bertangungjawab pada pengamanan dan melaksanakan tata tertib di dalam lingkungan sekolah. Tugas 4 Departemen Agama RI (2006), Op.Cit. h. 412

4 pokok seorang Satuan pengamanan sekolah adalah menyelenggarakan pengamanan dan ketertiban di lingkungan/tempat kerjanya yang meliputi aspek pengamanan fisik, personal, informasi dan pengamanan teknis lainnya. Oleh sebab itu kerjasama ini lebih tepat dilakukan dengan satuan pengamanan sekolah karena guru pembimbing yang mengarahkan bagaimana etiket pergaulan yang sesuai di sekolah dan satuan pengamanan sekolah yang lebih menegaskan mengenai etiket pergaulan yang sesuai tersebut dan melakukan tindak lanjut. Mengingat pentingnya peran guru pembimbing bagi siswa-siswa di sekolah maka persepsi bahwa guru pembimbing sebagai polisi sekolah yang kehadirannya hanya untuk siswa yang bermasalah perlu diluruskan, karena peran guru pembimbing sebenarnya jauh lebih luas bukan hanya menangani pelajar bermasalah, tetapi mendampingi pengembangan psikologis murid, baik yang bermasalah maupun tidak. 5 Dari pengamatan awal yang diperhatikan oleh penulis, seorang siswa yang melanggar peraturan-peraturan sekolah seperti, berpakaian yang tidak rapi, siswa yang kurang disiplin, hubungan lawan jenis yang tidak sesuai dilakukan dan memanjat pagar sekolah untuk keluar dari lingkungan sekolah (bolos). Dalam hal ini, siswa yang melanggar peraturan-peraturan sekolah tersebut diserahkan kepada guru pembimbing untuk diselesaikan, karena jika 5 Al bantany s blog (Online), (http://al-bantany-112.blogspot.com/2009/11/kumpulan-teorikerjasama.html). Diakses pada tanggal 8 Mei 2013

5 guru pembimbing tetap mengahadapinya maka persepsi mengenai guru pembimbing adalah polisi sekolah akan semakin terdengar luas sehingga begitu sukar untuk diluruskan. Oleh sebab itu kerjasama guru pembimbing dan satuan pengamanan sekolah dapat dilakukan untuk menertibkan siswa yang melanggar etiket pergaulan atau yang tidak sesuai dengan aturan-aturan sekolah. Berdasarkan hal tersebut, guru pembimbing bekerjasama dengan satuan pengamanan sekolah yang biasa disebut dengan SATPAM, untuk dapat menertibkan siswa agar dapat memilki etiket pergaulan yang sesuai di sekolah. Adapun tujuan kerjasama antara guru pembimbing dengan satuan pengamanan sekolah ini dilakukan untuk membentuk karakter siswa beretiket pergaulan yang sesuai di sekolah dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Pekanbaru adalah SMP Negeri 10 Pekanbaru. Di Sekolah Menengah Pertama negeri ini memilki tiga orang guru pembimbing dan satu orang satuan pengamanan sekolah yang dapat berkerjasama untuk mendidik siswa dalam membentuk karakter siswa yang memiliki etiket pergaulan yang sesuai di sekolah. Guru pembimbing memberikan informasi dan pengetahuan kepada satuan pengamanan sekolah dan mengajak satuan pengamanan sekolah untuk ikut rapat serta bercampur tangan langsung dalam mendidik siswa. Kemudian satuan pengamanan berhak melakukan tindak lanjut dalam pengawasan guru pembimbing.

6 Akan tetapi, ternyata di Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Pekanbaru, belum terjalin kerjasama yang baik antara guru pembimbing dengan satuan pengamanan sekolah. Atas alasan itulah peneliti tertarik untuk melakukan kajian dengan menfokuskan pada topik seperti tersebut di atas. Berdasarkan pengamatan awal penulis menemukan gejala-gejala sebagai berikut: 1. Adanya sebagian siswa yang tidak melaksanakan aturan-aturan sekolah dengan baik, seperti perkelahian, bolos sekolah, berpakaian yang tidak rapi dan hubungan yang tidak layak dengan sejenis. 2. Adanya sebagian siswa yang acuh terhadap teguran guru pembimbing mengenai etiket pergaulan yang sesuai. 3. Adanya satuan pengamanan sekolah yang tidak peduli dengan siswa yang melanggar etiket pergaulan sekolah. 4. Kerjasama antara guru pembimbing dan satuan pengamanan sekolah tidak terlihat. Berdasarkan gejala-gejala di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: Kerjasama Guru Pembimbing dan Satuan Pengamanan Sekolah untuk Meningkatkan Etiket Pergaulan Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Pekanbaru

7 B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan agar jangan sampai adanya kesalahpahaman tentang istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini, penulis akan menjelaskan pengertian dari istilah-istilah sebagai berikut: 1. Kerjasama Kerjasama adalah dua orang atau lebih yang melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara terpadu yang diarahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu. Kerjasama perlu diciptakan tidak hanya dilingkungan edukatif tetapi juga antara pusat pendidikan, sehingga dapat terwujud manusia yang berkepribadian utuh 6 2. Guru pembimbing Guru pembimbing sering disebut dengan Konselor Sekolah. Konselor adalah suatu tunjukkan kepada petugas di bidang konseling yang memilki sejumlah kompetensi, karakteristik pribadi khusus yang diperoleh melalui pendidikan professional. 7 3. Satuan Pengamanan sekolah Satuan pengamanan Sekolah adalah petugas yang bertangungjawab pada keamanan dan melaksanakan tata tertib di dalam lingkungan sekolah. 8 6 Hery Noer Aly & Munzier, (2003). Watak Pendidikan Islam. Jakarta: Friska Agung Insani, h.197 7 Andi Mapiare, (2006). Kamus Istilah Konseling dan Terapi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, h. 70 8 Satpam Security (Online). (http://www.satpam-security.com/satpam-profesional/), Diakses pada tanggal 1 mei 2013 h.1

8 4. Etiket pergaulan Etiket adalah tata cara dalam pergaulan. 9 Etiket lebih menitikberatkan pada cara-cara berbicara yang sopan, cara berpakaian, cara duduk, cara menerima tamu dirumah maupun di kantor dan sopan santun lainnya. Etiket adalah aturan sopan santun dalam pergaulan. Jadi, etiket pergaulan dapat diartikan tata krama atau tata cara yang baik dalam mengunakan bahasa maupun tingkah laku dalam bergaul. 10 C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, masalah yang mengitari penelitian ini adalah: a. Pemahaman siswa mengenai etiket pergaulan kurang dilaksanakan dengan baik oleh siswa. b. Pengaruh satuan pengamanan sekolah dalam meningkatkan etiket pergaulan siswa c. Kerjasama guru pembimbing dan satuan pengamanan sekolah belum berjalan maksimal. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerjasama guru pembimbing dan satuan pengamanan sekolah 9 Dessy anwar, Kamus lengkap bahasa Indonesia, Surabaya: karya Aditama h. 188 10 Rismawaty (2008). Kepribadian dan Etika Profesi, Yogyakarta: Graha Ilmu, h.70

9 2. Pembatasan Masalah Sehubungan dengan banyaknya masalah yang mengitari dalam penelitian ini. Maka peneliti membatasi permasalahannya, hal ini dimaksudkan dalam tata cara pergaulan siswa yang sesuai. Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahannya mengenai kerjasama guru pembimbing dengan satuan pengamanan sekolah untuk meningkatkan etiket pergaulan siswa. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana kerjasama guru pembimbing dengan satuan pengamanan sekolah untuk meningkatkan etiket pergaulan siswa di SMP N 10 Pekanbaru? b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kerjasama guru pembimbing dengan satuan pengamanan sekolah untuk meningkatkan etiket pergaulan siswa di SMP N 10 Pekanbaru? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui kerjasama guru pembimbing dengan satuan pengamanan sekolah untuk meningkatkan etiket pergaulan siswa di SMP N 10 Pekanbaru.

10 b. Untuk dapat memahami apa saja faktor-faktor yang terjadi dalam kerjasama guru pembimbing dengan satuan pengamanan sekolah untuk meningkatkan etiket pergaulan siswa di SMP N 10 Pekanbaru. 2. Kegunaan penelitian. Kegunaan penelitian ini diuraikan sebagai berikut: a. Untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan berfikir bagi penulis dalam meningkatkan ilmu pengetahuan bimbingan dan konseling. b. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi guru pembimbing dan satuan pengamanan sekolah dalam meningkatkan etiket pergaulan siswa c. Sebagai informasi dan masukan bagi SMP N 10 Pekanbaru dalam meningkatkan etiket pergaulan siswa remaja. d. Untuk memenuhi sebagai persyaratan guna menyelesaikan studi program Sarjana Satu (S1) dan meraih gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Bimbingan dan Konseling.