BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009

PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF KABUPATEN BANYUWANGI

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PROVINSI JAWA TIMUR

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF


GUBERNUR ACEH TENTANG PERATURAN GUBERNURACEH NOMOR 92 TAHUN 2012 PENYELENGGARAANPENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT ALLAHYANG MARA KUASA

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA PAREPARE

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

WALIKOTA PROBOLINGGO

penyelenggaraan pendidikan khusus, pendidikan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 tentang Pembentukan Provinsi Bengkulu (Lembaran Negara

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI PROVINSI BANTEN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2017

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG SEKOLAH RAMAH ANAK

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM PAKET C KEJURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

BUPATI BENGKAYANG, PROVINSI KALIMANTAN BARAT TENTANG

2 Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 56 TAHUN 2013 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 116 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 18 TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR

1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi.

1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi.

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS

BERITA DAERAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 52 TAHUN 2016

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENYALURAN DAN PEMANFAATAN DANA HIBAH SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSIF DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 194 TAHUN 2012

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU

NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2006/2007 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2014

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2014

~Ja/wn,a PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS DAERAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA DI BIDANG PENDIDIKAN

Transkripsi:

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif; Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235); 3. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 4. Undang Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention On The Rights Of Persons With Disabilities (Konvensi mengenai Hak hak Penyandang Disabilitas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5251); 5. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakrhir dengan Undang Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105);

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat yang Istimewa; 8. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2015 Nomor 4); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. 4. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga yang selanjutnya disebut Dinas adalah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Nusa Tenggara Barat. 5. Satuan Pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal dan nonformal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. 6. Pusat Sumber Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif adalah lembaga yang dibentuk oleh pemerintah daerah untuk mengkoordinasikan, memfasilitasi, memperkuat dan mendampingi pelaksanaan system dukungan penyelenggaraan pendidikan inklusif di sekolah. 7. Sistem Pendidikan Inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersamasama dengan peserta didik pada umumnya. 8. Pendidikan Inklusif adalah sistem pendidikan yang memberikan peran kepada semua peserta didik dalam suatu iklim dan proses pembelajaran bersama tanpa membedakan latar lakang, sosial, politik, ekonomi, etnik, agama/kepercayaan, golongan, jenis kelamin, kondisi fisik maupun mental, sehingga sekolah merupakan miniatur masyarakat.

9. Pendidikan khusus adalah sistem penyelengaraan pendidikan yang melayani anak berkebutuhan khusus. 10. Guru pembimbing khusus adalah tenaga pendidik yang memiliki kompetensi dalam memberikan pendampingan bagi warga sekolah dan orang tua untuk kelancaran dalam penyelengaraan pendidikan inklusif di satuan pendidikan. Pasal 2 (1) Penyelenggaraan pendidikan inklusif dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama sama dengan peserta didik pada umumnya. (2) Penyelenggaraan pendidikan inklusif bertujuan untuk: a. memberikan kesempatan yang seluas luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya; b. mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 3 Ruang lingkup penyelenggaraan pendidikan inklusuf sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur ini meliputi: tanggungjawab, perizinan, penyelenggaraan, koordinasi, pembinaan dan pengawasan, penghargaan dan sanksi serta pembiayaan. BAB III TANGGUNGJAWAB Bagian Kesatu Tanggungjawab Pemerintah Daerah Pasal 4 (1) Pemerintah Daerah dapat memberikan dukungan profesional kepada satuan pendikan penyelenggara pendidikan inklusif. (2) Dukungan profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui kelompok kerja pendidikan inklusif, kelompok kerja organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga mitra terkait baik dari dalam negeri maupun luar negeri. (3) Jenis dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. bantuan profesional perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi;

b. bantuan professional dalam penerimaan, identifikasi, asesmen, prevensi, intervensi, kompensatoris, dan layanan advokasi peserta didik; c. bantuan profesional dalam melakukan pengembangan kurikulum, program pendidikan individual, pembelajaran, penilaian, media, dan sumber belajar, serta sarana dan prasarana yang aksesibel. (4) Selain dukungan profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah Daerah juga menyediakan Sarana dan prasarana serta pembiayaan bagi peserta didik berkebutuhan khusus dan satuan penyelenggara pendidikan insklusif. Pasal 5 (1) Pemerintah Provinsi menyediakan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan penyelenggara inklusif. (2) Pemerintah Provinsi meyelengarakan peningkatkan kompetensi bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan penyelengara pendidikan inklusif. Pasal 6 Pemerintah Kabupaten/Kota wajib sesuai kewenangannya menjamin: a. terselenggaranya pendidikan inklusif sesuai dengan kebutuhan peserta didik pada setiap jenjang pendidikan; b. tersedianya tenaga pendidik termasuk guru pembimbing khusus dan tenaga kependidikan pendidikan inklusif; c. tersedianya sarana prasarana pendidikan inklusif; dan d. tersedianya pembiayaan pendidikan inklusif. Bagian Kedua Tanggungjawab Masyarakat dan Lembaga Pendidikan Pasal 7 (1) Partisipasi dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif meliputi: a. perencanaan; b. penyediaan tenaga ahli/profesional terkait; c. pengambilan keputusan; d. pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi; e. pendanaan; f. pengawasan; dan g. penyaluran lulusan. (2) Setiap satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan pendidikan inklusif di satuan pendidikannya. (3) Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif dapat bekerja sama dan membangun jaringan dengan satuan pendidikan khusus, perguruan tinggi, organisasi profesi, lembaga rehabilitasi, rumah sakit, puskesmas, klinik terapi, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan masyarakat.

BAB IV PERIZINAN Pasal 8 (1) Masyarakat dapat menyelenggarakan pendidikan inklusif. (2) Untuk dapat menyelenggarakan pendidikan inklusif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memperoleh izin dari Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya. (3) Tata cara pemberian izin penyelenggaraan pendidikan inklusif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku. BAB V PENYELENGGARAAN Bagian Kesatu Pelaksana Pasal 9 (1) Penyelenggara pendidikan inklusif adalah semua jenjang satuan pendidikan meliputi: a. Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah; b. Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsnawiyah; c. Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/ Madaryah Aliyah. (2) Pentuan satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan penetapan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya. Bagian Kedua Peserta Didik Pasal 10 (1) Setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. (2) Peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. tuna netra; b. tuna rungu; c. tuna wicara; d. tuna grahita; e. tuna daksa; f. tuna laras; g. berkesulitan belajar; h. lamban belajar; i. autis; j. epilepsi;

k. memiliki gangguan motorik; l. menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif lainya; m. memiliki lebih dari satu gangguan; n. memiliki perilaku menyimpang dari norma sosial dan agama; o. memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa; p. anak yang hidup di jalanan; q. pekerja anak; r. korban kekerasan; s. korban bencana alam dan /atau bencana sosial. (3) Kriteria peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh tenaga profesional (4) Penilaian hasil belajar bagi peserta didik berkebutuhan khusus sesuai dengan karakteristik peserta didik. Bagian Ketiga Tenaga Pendidik Pasal 11 (1) Setiap satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif harus didukung oleh tenaga pendidik yang memiliki kemampuan kompetensi dibidangnya dan berkomitmen untuk terselenggaranya pendidikan insklusif. (2) Tenaga pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada satuan pendidikan tertentu yang melaksanakan program pendidikan inklusif. (3) Tenaga pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: guru kelas, dan guru mata pelajaran (Pendidikan Agama serta Pendidikan Jasmani dan Kesehatan). (4) untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dan profesionalitas dalam menyelenggarakan pendidikan insklusif setiap satuan pendidikan dibantu oleh guru pembimbing khusus. (5) Guru pembimbing khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib: a. menyusun rencana program pembimbingan bersama guru kelas dan guru mata pelajaran; b. melaksanakan program pembimbingan bersama guru kelas dan guru mata pelajaran; c. melaksanakan evaluasi program pembelajaran bersama guru kelas dan guru mata pelajaran. Pasal 12 Dalam rangka meningkatkan kompetensi dan profesionalitas tenaga pendidik dalam menyelenggarakan pendidikan inklusif, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenanganya menyelenggarakan : a. pendidikan dan pelatihan, workshop, bimtek dan seminar seminar;

b. penyelenggaraan pembinaan guru dan kepala sekolah satuan pendidikan inklusif; c. lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya di lingkungan Pemerintah Daerah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan/atau Kementerian Agama; d. kelompok kerja guru/kepala sekolah (KKG/KKKS), kelompok kerja pengawas sekolah (KKPS), musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), musyawarah kepala sekolah (MKS), musyawarah pengawas sekolah (MPS) dan sejenisnya. Bagian Keempat Kurikulum Pasal 13 (1) Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif menggunakan kurikulum reguler yang berlaku di sekolah umum. (2) Selain kurikulum reguler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan kurikulum reguler yang dimodifikasi (penyelarasan) sesuai dengan kebutuhan peserta didik. (3) Modifikasi (penyelarasan) kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh tim pengembang kurikulum di sekolah. Pasal 14 (1) Proses pembelajaran perserta didik di satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif merupakan tugas dan tanggung jawab guru kelas dan guru mata pelajaran. (2) Pembelajaran pada pendidikan inklusif mempertimbangkan prinsip prinsip pembelajaran yang disesuikan dengan karakteristik belajar peserta didik. Pasal 15 (1) Penilaian hasil belajar bagi peserta didik pendidikan inklusif mengacu pada jenis kurikulum tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan. (2) Peserta didik yang mengikuti pembelajaran berasarkan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan standar nasional pendidikan atau di atas standar nasional pendidikan wajib mengikuti ujian nasional. (3) Peserta didik yang memiliki kelainan dan mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum yang dikembangkan di bawah standar pendidikan mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan. (4) Peserta didik yang menyelesaikan dan lulus ujian sesuai dengan standard nasional pendidikan mendapatkan ijazah yang blankonya dikeluarkan oleh Pemerintah. (5) Peserta didik yang memiliki kelainan yang menyelesaikan pendidikan berasarkan kurikulum yang dikembangkan oleh satuan pendidikan di bawah standar nasional pendidikan mendapatkan surat tanda tamat belajar yang blankonya dikeluarkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan.

(6) Peserta didik yang memperoleh surat tanda tamat belajar dapat melanjutkan pendidikan pada tingkat atau jenjang yang lebih tinggi pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif atau satuan pendidikan khusus. Bagian Kelima Kelembagaan Pasal 16 (1) Pemerintah daerah dapat membentuk Pusat Sumber Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif guna memberikan dukungan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif. (2) Pusat Sumber Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur: a. sekolah Penyelenggara pendidikan inklusif; b. Komite Sekolah; c. Unsur masyarakat yang berkompeten; d. Akademisi/ profesi ; dan e. Orangtua peserta didik. (3) Pusat Sumber Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif mempunyai tugas : a. memberikan dukungan profesional terhadap sekolahsekolah.penyelenggara pendidikan inklusif b. menyediakan layanan informasi dan konsultasi c. menyediakan layanan identifikasi dan asesmen d. melakukan penelitian dan pengembangan dalam meningkatkan layanan pendidikan inklusif e. merencanakan dan melaksanakan jejaring yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak. (4) Pembentukan pusat sumber sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Kepala Dinas. BAB VI KOORDINASI Pasal 17 (1) Untuk kelancaran dalam penyelenggaraan pendidikan insklusif, dilaksanakan koordinasi antar semua pihak terkait baik ditingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. (2) Pelaksanaan koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam hal: kesesuaian program, penyelenggaraan kegiatan, target dan capaian serta pendanaan. BAB VII PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN Pasal 18 (1) Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya melakukan pembinaan dan pengawasan satuan pendidikan inklusif.

(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh dinas pendidikan provinsi dan dinas pendidikan kabupaten/kota (3) Evaluasi hasil pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan inklusif yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten/Kota, Kementerian Agama Provinsi dan Kementerian Agama Kabupaten/Kota menjadi bahan masukan dalam penyusunan kebijakan, program, dan kegiatan tahun berikutnya. Pasal 19 (1) Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menyampaikan laporan pelaksanaan Evaluasi hasil penyelenggaraan pendidikan inklusif kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali. (2) Kementerian Agama Kabupaten/Kota menyampaikan laporan pelaksanaan evaluasi hasil penyelenggaraan pendidikan inklusif kepada Kementerian Agama Provinsi dan tembusannya disampaikan kepada Dinas Pendidikan Provinsi. (3) Kepala Dinas Pendidikan Provinsi menyampaikan laporan pelaksanaan evaluasi hasil penyelenggaraan pendidikan inklusif kepada Gubernur secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali dengan tembusan disampaikan kepada kementerian pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia. BAB VIII PEMBIAYAAN Pasal 20 Pembiayaan dalam rangka penyelenggaraan pendidikan inklusif bersumber dari APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat. BAB IX PENGHARGAAN DAN SANKSI Pasal 21 (1) Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota memberikan Penghargaan kepada Satuan Pendidikan Penyelenggara Pendidikan Inklusif yang memiliki komitmen tinggi dan berprestasi dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif. (2) Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota memberikan Penghargaan kepada peserta didik yang berprestasi. Pasal 22 Satuan Pendidikan Penyelenggara Pendidikan Inklusif yang terbukti melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur ini diberikan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

BAB X PENUTUP Pasal 23 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Ditetapkan di Mataram pada tanggal 15 Januari 2016 GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, ttd H. M. ZAINUL MAJDI Diundangkan di Mataram pada tanggal 15 Januari 2015 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI NTB, ttd H. MUHAMMAD NUR BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016 NOMOR Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM, H. RUSMAN NIP. 19620820 198503 1 010