MAKALAH KEBIJAKAN POLICY PAPER PENYUSUNAN INVENTARISASI PLASMA NUTFAH/SUMBER DAYA GENETIK DI PROVINSI LAMPUNG

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR LAMPUNG KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR: G/174/II.04/HK/2015 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

PENGELOLAAN SUMBER DAYA GENETIK PROVINSI JAMBI TIM SDG BPTP JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam lokasi kawasan komoditas unggulan nasional pada komoditas padi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KEHUTANAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 606 /KPTS/013/2013 TENTANG KOMISI PENGAWASAN PUPUK DAN PESTISIDA PROVINSI JAWA TIMUR

PROGRAM dan HASIL- HASIL UPTD BPSPT JAMBI DALAM RANGKA PENDAFTARAN/ PELEPASAN VARIETAS. Oleh : Zulyaden Murad

GUBERNUR LAMPUNG. KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR G/ fjll.. /III.16/HK/2015

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/411/KEP/ /2013

BAB I PENDAHULUAN. alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pada

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

BUPATI BARITO KUALA KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR / 87 /KUM/2013 TENTANG

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR: 03 TAHUN 2001 T E N T A N G

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN SUMBER DAYA GENETIK DI PROVINSI BENGKULU

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

BUPATI LAMPUNG BARAT

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Perkembangan Ekonomi Makro

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

GUBERNUR LAMPUNG. KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : G/,tlJi/1I.02/HK/2015

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

RENCANA STRATEGIS

PROVINSI SULAWESI UTARA KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 130 TAHUN 2014 T E N T A N G

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA ( ESSELON II )

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BUPATI POLEWALI MANDAR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 58 TAHUN 2013 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

I. PENDAHULUAN. mutu hidup serta kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BUPATI PESISIR SELATAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 59 /KPTS/013/2016 TENTANG TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENSTRA BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF D I N A S P E R T A N I A N

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR LAMPUNG KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR: G/ \10\ /II.02/HK/2014

G U B E R N U R L A M P U N G

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BANDUNG TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN KABUPATEN BANDUNG

G U B E R N U R L A M P U N G

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

G U B E R N U R L A M P U N G

Bagian Kesatu Kepala Balai Pasal 84 (1) Kepala Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Holtikultura mempunyai tugas pokok membantu K

Transkripsi:

MAKALAH KEBIJAKAN POLICY PAPER PENYUSUNAN INVENTARISASI PLASMA NUTFAH/SUMBER DAYA GENETIK DI PROVINSI LAMPUNG BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INOVASI DAERAH PROVINSI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG, DESEMBER 2015 1

Daftar Isi Halaman Judul 1 Daftar Isi 2 Halaman Pengesahan 3 Ringkasan 4 I. Pendahuluan 5 II. Deskripsi Masalah 6 III. Hasil dan Analisa 6 IV. Kesimpulan 9 V. Rekomendasi 10 2

Halaman Pengesahan MAKALAH KEBIJAKAN POLICY PAPER PENYUSUNAN INVENTARISASI PLASMA NUTFAH/SUMBER DAYA GENETIK DI PROVINSI LAMPUNG Hasil Badan Penelitian dan Pengembangan Inovasi Daerah Provinsi Tanggal : 2016 Kepala Badan, Kepala Bidang, Ir. MULYADI IRSAN, M.T Dr. A. ZOELKARNAEN R, S.T., M.Si.P. Pembina Utama Muda (IVc) Pembina (IVa) NIP. 19670617 199303 1 011 NIP. 19680427 200003 1 003 3

Ringkasan Eksekutif Provinsi merupakan daerah dengan potensi pertanian yang besar. Potensi yang besar ini didukung oleh ketersediaan ragam sumber daya genetik di bidang pertanian yang luas dan dapat diadopsi serta dikembangkan. Untuk itu, dibutuhkan pengelolalan sumber daya alam yang diantaranya berupa plasma nutfah/sumber Daya Genetik (SDG). Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG) dimulai dengan inventarisasi Sumber Daya Genetik (SDG) yang dimiliki Provinsi dalam upaya pelestarian, peningkatan kualitas dan daya saing komoditas pertanian. 4

I. Pendahuluan Provinsi merupakan provinsi dengan struktur lapangan usaha yang didominasi oleh sektor pertanian. Besarnya potensi sektor pertanian ini didukung oleh kekayaan sumber daya alam yang diantaranya berupa plasma nutfah/sumber daya genetik (SDG) dengan jenis yang bervariasi mulai dari komoditas pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan yang tersebar di seluruh Provinsi. Tabel 1. Distribusi PBRB atas dasar Harga Berlaku 2011-2013 No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 1. Pertanian 35,56 35,90 35,54 Tanaman Pangan 17,33 18,23 18,76 Tanaman Perkebunan 6,26 5,90 5,72 Peternakan 4,01 3,94 4,10 Kehutanan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 2,09 2,01 2,04 3. Industri Pengolahan 16,07 15,54 15,52 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,54 0,55 0,56 5. Bangunan 3,44 3,36 3,16 6. Perdagangan, Hotel dan 16,01 15,85 15,94 Restoran 7. Pengangkutan dan 11,51 11,53 11,76 Telekomunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan 5,97 6,15 6,22 Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 8,82 9,10 9,27 (Sumber : Dalam Angka) Keanekaragaman hayati yang dimiliki ini harus mulai diadopsi dan dikembangkan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1994 tentang Ratifikasi Konvensi Keanekaragaman Hayati, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten. 5

Sebagai wilayah yang kaya akan sumber daya daya genetik (SDG), Provinsi harus mulai melengkapi kemampuan sumber daya manusia dan tata cara pengelolaan SDG dengan azas keberlanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan inventarisasi berbagai sumber daya genetik. Upaya pelestarian sumber daya genetik (SDG) harus segera dilakukan sebagai upaya menghadapi masalah alih fungsi lahan, pola konsumsi lahan, perubahan iklim dan budidaya monokultur. II. Deskripsi Masalah 1. Keanekaragaman hayati yang dimiliki Provinsi tidak diimbangi dengan pendataan/inventarisasi sumber daya genetik. 2. Upaya peningkatan kualitas dan daya saing komoditas pangan melalui sumber daya genetik lokal yang dimiliki Provinsi. III. Hasil dan Analisa Sebagai upaya mendukung pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik lokal untuk peningkatan kemampuan daerah dalam penyelenggaraan sumber daya genetik, maka disusunlah Keputusan Gubernur Nomor G/174/II.04/HK/2015 tanggal 30 Maret 2015 tentang Pembentukan Komisi Daerah Sumber Daya Genetik tahun 2015-2017. Komisi Daerah (Komda) Sumber Daya Genetik (SDG) terdiri dari kelompok kerja (pokja) antara lain: 1. Pokja Tanaman Pangan 2. Pokja Hortikultura 3. Pokja Perkebunan 4. Pokja Peternakan dan Keswan 5. Pokja Perikanan dan Kelautan 6. Pokja Kelautan 6

Tugas utama Komda SDG adalah: - Memberikan masukan kepada Gubernur dalam penyusunan rencana pengelolaan Sumber Daya Genetik dan penentuan kebijakan rencana pengelolaan di daerah dalam hal mengimplementasikan peraturan perundang-undangan tentang plasma nutfah di Provinsi, memasyarakatkan keberadaan SDG, dan mengadakan koordinasi dan komunikasi dengan Komnas SDG dan instansi terkait. Tugas kelompok kerja Komda SDG adalah: 1. Menginventarisasi kekayaan SDG untuk dikembangkan 2. Menyusun rencana operasionalisasi kegiatan 3. Memberikan masukan kepada komda dalam penyusunan rencana pengelolaan SDG daerah Dalam upaya melaksanakan tugas komda pada tahun 2015, telah dilakukan kegiatan Workshop Sumber Daya Genetik (SDG) yang menghadirkan Ketua Komisi Nasional SDG Pusat sebagai narasumber. Acara ini dibuka oleh Asisten I Bidang Kelembagaan Pemerintah Provinsi dan dihadiri oleh oleh seluruh pihak terkait, mulai dari SKPD sektor pertanian, tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan, serta badan penyuluh, perguruan tinggi, lembaga penelitian vertikal (BPTP dan B2TP), BAPPEDA Provinsi dan Kabupaten/Kota se Provinsi. 7

Acara workshop tersebut menghasilkan beberapa usulan dari pihak terkait, antara lain: A. Bidang Tanaman Pangan 1. Identifikasi SDG padi lokal, jagung dan kedelai di lahan kering 2. Identifikasi varietas unggul baru ubi kayu Bappeda Pringsewu, BPTP, Balitbangnovda, Dinas Pertanian dan TPH Provinsi Kab. Pringsewu, Barat, Way Kanan Kab. Utara dan Tengah B. Bidang Hortikultura 1. Penilaian kultivar varietas unggul daerah : Durian (putar alam, kajang dahlan) Duku (sabu) Pisang cavendish (siger) Manggis (saburai) Jambu biji (mutiara) Alpukat (raja giri) Dinas Pertanian, dan TPH Provinsi Se Provinsi C. Bidang Perkebunan 1. Koleksi dan identifikasi klon unggul lada lokal asal BPTP dan UNILA Se Provinsi 2. Pengembangan kawasan cagar budaya lada asal Biro perekonomian Provinsi Kab. Timur dan Utara 8

C. Bidang Peternakan 1. Identifikasi sapi pesisir jantan unggul 2. Inventarisasi kambing saburai jantan unggul Dinas Peternakan dan Keswan Provinsi Dinas Peternakan dan Keswan Provinsi Kab. Pesisir Barat Kab. Tanggamus D. Bidang Perikanan 1. Penangkaran kerang dan teripang Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kab. Selatan E. Bidang Kehutanan dan Lingkungan Hidup 1. Identifikasi durian lokal unggul (jenis durian hutan dan koplek) UPTD Tahura Dinas Kehutanan Provinsi Tahura Wan Abdul Rahman 2. Inventarisasi damar mata kucing Kabupaten Barat Pesisr IV. KESIMPULAN 1. Perlu dilakukan pendataan sumber daya genetik (SDG) daerah secara menyeluruh dan komprehensif. Sumber data ini dapat digunakan sebagai landasan awal dalam upaya pelestarian plasma nutfah di Provinsi 9

2. Upaya inventarisasi SDG lokal yang dilakukan, merupakan usaha untuk pengembangan varietas unggul di masa depan. V. REKOMENDASI 1. Perlunya rehabilitasi kebun koleksi produk SDG di Natar 2. Kegiatan workshop sumber daya genetik (SDG) telah merumuskan beberapa usulan pelestarian SDG lokal Provinsi yang perlu ditindak lanjuti instansi terkait baik di provinsi maupun kabupaten/kota, antara lain : a. Instansi dan Lembaga Penelitian Vertikal No Instansi Usulan Kegiatan 1. BPTP Identifikasi SDG padi lokal, jagung dan kedelai di lahan kering Koleksi dan identifikasi klon unggul lada lokal asal 2. UNILA Koleksi dan identifikasi klon unggul lada lokal asal 3. Dinas Pertanian, dan TPH Provinsi 4. Dinas Peternakan dan Keswan Provinsi 5. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Identifikasi SDG padi lokal, jagung dan kedelai di lahan kering Penilaian kultivar varietas unggul daerah Identifikasi sapi pesisir jantan unggul Inventarisasi kambing saburai jantan unggul Penangkaran kerang dan teripang 6. Balitbangnovda Identifikasi SDG padi lokal, jagung dan kedelai di lahan kering 7. UPTD Tahura Dinas Kehutanan Provinsi 8. Biro perekonomian Provinsi Identifikasi durian lokal unggul (jenis durian hutan dan koplek) Pengembangan kawasan cagar budaya lada asal 10

b. Kabupaten/Kota No Kabupaten Instansi Usulan Kegiatan 1. Utara Dinas Pertanian & Peternakan Dinas Kehutanan & Perkebunan Identifikasi varietas unggul baru ubi kayu Pengembangan kawasan cagar budaya lada asal 2. Tengah Dinas Pertanian Identifikasi varietas unggul baru ubi kayu 3. Selatan Dinas Perikanan Penangkaran kerang dan teripang 4. Timur Dinas Perkebunan Pengembangan kawasan cagar budaya lada asal 5. Barat Dinas Pertanian Identifikasi SDG padi lokal, jagung dan kedelai di lahan kering 6. Pringsewu Dinas Pertanian Identifikasi SDG padi lokal, jagung dan kedelai di lahan kering 7. Tanggamus Dinas Peternakan Inventarisasi kambing saburai jantan unggul 8. Pesisir Barat Dinas Peternakan Dinas Perkebunan Identifikasi sapi pesisir jantan unggul Inventarisasi damar mata kucing 11