BAB I PENDAHULUAN. Di dalam ilmu ekonomi dikenal istilah pasar keuangan. Pasar keuangan adalah

dokumen-dokumen yang mirip
1. Tinjauan Umum

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian,

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

VII. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BABI PENDAHULU~ Jumlah uang beredar teramat penting karena peranannya sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara tahun 2008 sampai tahun 2010 kurang stabil (lihat tabel 1.1 dan

I. PENDAHULUAN. Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran.

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan melalui laju pertumbuhan ekonomi, salah satunya ialah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kebijakan Moneter & Bank Sentral

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utamanya sebagai media untuk bertransaksi, sehingga pada awalnya

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat suku bunga. Tingginya tingkat suku bunga seolah menjadi bayang-bayang

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

TUJUAN KEBIJAKAN MONETER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. faktor-faktor penyebab dan mempunyai dampak negatif yang sangat parah

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN

Perekonomian Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. negara. Saat jumlah uang beredar tidak mencukupi kegiatan transaksi pada satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia membawa pengaruh pada. berbagai sektor ekonomi, baik sektor riil maupun sektor moneter.

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

Ilmu Ekonomi Bank Sentral dan Kebijakan moneter

Pertemuan ke: 04 KEBIJAKAN MONETER: EKSPRESI FUNGSI STABILISASI DAN SUSTAINIBILITAS DALAM POLITIK KEUANGAN NEGARA

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam ilmu ekonomi dikenal istilah pasar keuangan. Pasar keuangan adalah pasar di mana dana ditransfer dari orang-orang yang memiliki kelebihan dana yang tersedia untuk orang-orang yang memiliki kekurangan. Pasar keuangan seperti obligasi dan pasar saham sangat penting dalam penyaluran dana dari orang-orang yang tidak memiliki penggunaan produktif bagi mereka untuk orang-orang yang melakukannya, sehingga efisiensi ekonomi yang lebih besar. Kegiatan di pasar keuangan juga memiliki pengaruh langsung terhadap kekayaan pribadi dan perilaku bisnis (Mishkin, 1995). Jadi dapat dikatakan pasar keuangan adalah tempat bertemunya individu atau perusahaan yang memiliki kelebihan dana jangka pendek dengan individu atau perusahaan yang membutuhkannya. Instrumen pasar keuangan terdiri dari beberapa dan mengalami derivasi yang cepat, seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Sertifikat Deposito, dan lain-lain. Instrumen-instrumen tersebut memiliki indikator yang diperlukan untuk mengukur serta mengamati pasar uang. Indikator utamanya adalah tingkat bunga. Samuelson dan Nordhaus (2001) mengartikan tingkat bunga sebagai the price of money atau harga dari uang. Di dalam bukunya Macroeconomics, dijelaskan bahwa Interest is the payment made for the use of

money. The interest rate is the amount of interest paid per unit of time expressed as a percentage of the amount borrowed. In other words, people must pay for the opportunity to borrow money. The cost of borrowing money, measured in dollars per year per dollar borrowed, is the interest rate. Tingkat bunga dapat berhubungan dengan harga aset dengan menggunakan konsep nilai sekarang (present value). Misalkan aset yang dimiliki kemudian dijual, maka harga pasarnya pada aliran pendapatan di masa depan dan suku bunga. Dengan menyatukan keduanya akan dapat menghasilkan nilai sekarang dari aset. Umumnya, ketika suku bunga naik maka nilai saham, surat obligasi, perumahan, dan banyak aset jangka panjang lainnya menurun (Samuelson dan Nordhaus, 2001). Tingkat bunga juga berpengaruh cukup besar terhadap kegiatan ekonomi secara keseluruhan karena kaitannya yang sangat erat dengan variabel-variabel ekonomi makro lainnya. Dalam kegiatan sektor riil, tingkat bunga juga berpengaruh terhadap kegiatan perdagangan, industri dan jasa-jasa. Seperti ketika Ben S. Bernanke selaku Chairman of The Federal Reserve menyatakan kenaikan interest rate, para pelaku pasar segera memanfaatkan momen tersebut untuk mengingkatkan produksinya. Seiring dengan itu, jumlah produksi bertambah dan tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi juga semakin bertambah. Akibatnya ekspor meningkat dan jumlah pengangguran menurun, sehingga devisa yang masuk ke negara tersebut semakin menguatkan dolar terhadap mata uang lain (vibiznews.com).

Secara umum tingkat bunga yang diharapkan adalah tingkat bunga yang tidak terlalu rendah atau tidak terlalu tinggi. Tingkat bunga yang terlalu rendah akan mendorong peminjam (borrowers), namun tidak mendorong mobilisasi dana melalui jasa perbankan sehingga akan menimbulkan kesenjangan antara tabungan dan investasi (saving-investment gap). Selain itu tingkat bunga yang terlalu rendah juga dapat mengakibatkan larinya dana ke luar negeri (capital fligh). Di sisi lain, meskipun, tingkat bunga yang tinggi sangat diharapkan penabung (lenders) namun akan dapat menurunkan daya saing ekspor di pasar global sehingga akan mengganggu kegiatan produksi dan target ekspor. Di samping itu, tingkat bunga yang tinggi akan menghambat kegiatan investasi padahal investasi sangat dibutuhkan guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Investasi yang tidak meningkat merupakan salah satu faktor tidak tercapainya target pertumbuhan ekonomi (Wiranta, 2001). Dalam suatu negara, lembaga keuangan yang bergerak dalam bidang perbankan yang memiliki wewenang dalam menetapkan tingkat bunga adalah bank sentral. Bank sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia. Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang BI, tujuan BI adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu tugas BI adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Sebagaimana dijelaskan pada UU No. 3 Tahun 2004 pasal 10, dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter BI berwenang: a). Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi, b). Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara

yang termasuk tetapi tidak terbatas pada 1. Operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing; 2. Penetapan tingkat diskonto; 3. Penetapan cadangan wajib minimun; 4. Pengaturan kredit atau pembiayaan. Dalam rangka mencapai sasaran akhir kebijakan moneter tersebut, BI menerapkan kebijakan moneter melalui pengendalian suku bunga (target suku bunga). Suku bunga kebijakan, yang dikenal dengan istilah BI rate, ditetapkan melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia. BI memiliki wewenang untuk menaikkan atau menurunkan BI rate. BI rate merupakan benchmark atau angka patokan yang dibuat oleh BI. BI mendefinisikan BI rate sebagai suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (www.bi.go.id). Dengan demikian BI rate akan dijadikan acuan oleh perbankan untuk menentukan harga. BI rate pada umumnya ditentukan oleh beberapa hal diantaranya adalah data inflasi nasional, strategi moneter, dan ekonomi nasional maupun internasional, iklim bisnis dan investasi, serta kondisi perbankan di Indonesia. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan BI melalui pengelolan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Tingkat bunga di Indonesia selama lima tahun terakhir ini cenderung mengalami fluktuasi. Kebijakan BI dalam menaikkan atau menurunkan tingkat bunga

BI rate tak lepas dari tujuan akhirnya yaitu untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Perkembangan tingkat bunga di Indonesia selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Perkembangan Tingkat Bunga BI rate Column1 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Triwulan I 7.43 12.75 9.25 8.00 8.25 6.5 Triwulan II 8.0 12.58 8.75 8.25 7.25 Triwulan III 9.08 11.75 8.25 9.0 6.58 Triwulan IV 12.0 10.25 8.17 9.42 6.5 Sumber: www.bi.go.id 13 12.5 12 11.5 11 10.5 10 9.5 9 8.5 8 7.5 7 6.5 6 BI rate Sumber: www.bi.go.id Gambar 1.1. Tingkat Bunga BI rate Triwulan I-2005 s.d. Triwulan I-2010 Berdasarkan Gambar 1.1. di atas dapat di lihat bahwa lonjakan peningkatan BI rate terjadi pada triwulan I tahun 2006, yaitu sebesar 12,75%, dan lonjakan penurunan BI rate terjadi pada triwulan I tahun 2010 yaitu sebesar 6,5%. Kenaikan

BI rate pada akhir 2005 di susul pada awal 2006 adalah sebagai langkah pengetatan moneter yang disertai dengan penyerapan ekses likuiditas yang optimal, yaitu dengan kenaikan ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM) bagi perbankan, peningkatan suku bunga FASBI, dan optimalisasi operasi dan instrumen moneter. Selain daripada itu, kenaikan BI rate secara signifikan juga untuk meminimalkan dampak kenaikan inflasi dari sisi administered prices paska kenaikan harga BBM. Dengan berbagai langkah yang ditempuh tersebut, konsistensi dan kredibilitas kebijakan telah mampu memulihkan kepercayaan investor asing, seperti tercermin pada peningkatan aliran modal swasta masuk khususnya jangka pendek, dan mendorong penguatan nilai tukar lebih lanjut. Kecenderungan penguatan nilai tukar yang sejalan dengan konsistensi kebijakan moneter tersebut pada gilirannya juga telah meredam akselerasi peningkatan ekspektasi inflasi, depresiasi nilai tukar dan mencegah terjadinya kondisi gangguan stabilitas makroekonomi yang lebih buruk, sehingga tetap dapat mendukung momentum pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sistem keuangan (www.bi.go.id). Secara teoritis kebijakan fiskal juga dapat menentukan pergerakan tingkat bunga. Ini dapat dilihat dari kurva IS LM. Kurva IS menunjukkan tingkat pendapatan pada berbagai tingkat bunga yang ditentukan oleh kebijakan fiskal. Kenaikan pengeluaran pemerintah (government expenditure) dengan menggunakan Keynessian cross akan menggeser kurva IS. Keynessian cross menunjukkan bahwa kenaikan pengeluaran pemerintah akan menaikkan pengeluaran yang direncanakan

sehingga akan menaikkan keseimbangan pendapatan dari Y 1 ke Y 2 (lihat Gambar 1.2). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kenaikan pengeluaran pemerintah akan menggeser kurva IS ke kanan yang mengakibatkan terjadi kenaikan tingkat bunga (Herlambang,dkk, 2001). Sedangkan kurva LM menunjukkan bahwa tingkat bunga berperan dalam menyeimbangkan pasar uang pada tingkat pendapatan tertentu. Theory of liquidity preference menunjukkan bahwa tingkat bunga keseimbangan tergantung pada penawaran uang riil. Apabila bank sentral mengurangi penawaran uang riil maka akan menaikkan tingkat bunga dan akan menggeser kurva LM ke kiri. Penjelasan tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.2. r LM 2 r 3 LM 1 r 2 r 1 IS 2 IS 1 Y 1 Y 2 Pendapatan, Y Gambar 1.2. Kurva IS LM

Sementara itu penurunan tingkat bunga BI rate terlihat sejak triwulan I 2009 hingga pada awal tahun 2010. Bahkan sempat dipertahankan pada level 6,5%. Kebijakan ini di pandang kondusif bagi proses pemulihan perekonomian dan intermediasi perbankan sejak terjadinya krisis keuangan global yang terjadi di Amerika Serikat tahun 2007/2008. Dampak yang dirasakan bagi Indonesia sangat banyak, mulai dari turunnya ekspor Indonesia tidak hanya ke Amerika Serikat juga ke negara lain yang juga terkena krisis global seperti Jepang, China, Singapura, dan Malaysia. Perlambatan ekonomi yang terjadi di negara-negara tersebut mengakibatkan penurunan kemampuan membeli atau bahkan mambayar produk ekspor yang dihasilkan Indonesia, yang pada akhirnya akan memukul industriindustri yang berorientasi ekspor di Indonesia. Adanya penurunan BI rate dimaksudkan agar dapat membuka peluang pembiayaan terhadap kegiatan sektor riil, dan juga diperkirakan kegiatan investasi swasta akan semakin terdorong dikarenakan iklim investasi yang semakin membaik. Selain itu penurunan BI rate juga untuk pencapaian sasaran inflasi yang rendah. Secara keseluruhan kemungkinan perkembangan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat bunga BI rate, diantaranya adalah inflasi, Jumlah Uang Beredar (JUB), PDB, tingkat suku bunga Amerika Serikat, dan lain-lain.

Tabel 1.2. Perkembangan BI rate, Inflasi, JUB, dan PDB serta persentase perubahannya dari tahun 2004 2009 Tahun BI rate (%) Inflasi (%) JUB (Miliar Rp) PDB (Miliar Rp) 2004 7.43 6.4 1,033,528 1,656,517 2005 12.75 17.11 1,203,215 1,750,815 2006 9.75 6.6 1,382,074 1,847,127 2007 8 6.54 1,649,662 1,964,327 2008 10.83 11.06 1,895,838 2,082,316 2009 6.46 2.78 2,130,503 2,176,976 Persentase 2004-2005 5.32 10.71 16.4 5.7 Perubahan 2005-2006 -3-10.51 14.9 5.5 2006-2007 -1.75-0.06 19.4 6.3 2007-2008 2.83 4.52 14.9 6.0 2008-2009 4.37-8.28 12.4 4.5 Sumber: www.bi.go.id

21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2004 2005 2005 2006 2006 2007 2007 2008 2008 2009 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 BI rate Inflasi JUB PDB Sumber: www.bi.go.id Gambar 1.3. Perkembangan perubahan BI rate, Inflasi, JUB, dan PDB dari tahun 2004 2009 (dalam %) a. Mekanisme inflasi berpengaruh terhadap tingkat bunga Dari Tabel 1.2. dapat dilihat perkembangan tingkat inflasi Indonesia lima tahun terakhir. Pada tahun 2005 besarnya inflasi adalah sebesar 17,11% (naik sebesar 10,71% dari tahun 2004 yaitu sebesar 6,40%), sedangkan pada tahun 2006 besarnya inflasi menjadi 6,6% (turun sebesar 10,51%). Pada tahun 2007 besarnya inflasi turun lagi menjadi 6,54% (turun sebesar 0,06%), kemudian di tahun 2008 naik menjadi 11,06% (naik sebesar 4,52%), dan turun kembali menjadi 2,78% di tahun 2009 (turun sebesar 8,28%). Hal ini terlihat hampir sama dengan fenomena tingkat bunga BI rate.

Ketika terjadi kenaikan inflasi tahun 2005 menjadi sebesar 17,11%, tingkat bunga BI rate juga naik menjadi sebesar 12,75%. Ketika terjadi penurunan inflasi tahun 2006 menjadi sebesar 6,6%, tingkat bunga BI rate juga turun menjadi sebesar 9,75%. b. Mekanisme Jumlah Uang Beredar berpengaruh terhadap tingkat bunga Dari Tabel 1.2. dapat dilihat perkembangan jumlah uang beredar M2 dari tahun 2005 2009 yang menunjukkan pola kenaikan yang signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 jumlah uang beredar adalah sebesar Rp. 1.203.215 M (naik sebesar 16,4% dari tahun 2004 yaitu sebesar Rp. 1.033.528 M. Sedangkan pada tahun 2006 adalah sebesar Rp. 1.382.074 M (naik sebesar 14,9% dari tahun 2005), pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 1.649.662 M (naik sebesar 19,4% dari tahun 2006), pada tahun 2008 adalah sebesar Rp. 1.895.838 M (naik sebesar 14,9% dari tahun 2007), dan pada tahun 2009 adalah sebesar Rp. 2.130.503 M (naik sebesar 12,4% dari tahun 2008). Menurut teorinya, semakin banyak uang beredar maka tingkat bunga akan diturunkan agar meningkatkan investasi. Namun dilihat dari kenyataan yang ada justru terjadi pertentangan dengan teori. Pada tahun 2004 ke 2005 jumlah uang yang beredar meningkat sebesar 16,4%, seharusnya tingkat bunga menurun sesuai teori, namun sebaliknya tingkat bunga juga meningkat sebesar 5,32% dari tahun 2004 ke 2005.

c. Mekanisme Produk Domestik Bruto berpengaruh terhadap tingkat bunga Mekanisme PDB berpengaruh terhadap tingkat bunga BI rate dapat dijelaskan melalui mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme ini menggambarkan tindakan BI melalui perubahan-perubahan instrumen moneter dan target operasionalnya akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir yaitu inflasi. Suku Bunga Deposito dan Kredit Kredit yang disalurkan Konsumsi Investasi BI rate Harga Asset (Saham, Obligasi) PDB Nilai Tukar Ekspor Ekspektasi Inflasi Inflasi Sumber : www.bi.go.id Gambar 1. 4. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Tingkat bunga menjadi penting untuk pertumbuhan ekonomi dan kenaikan taraf hidup masyarakat. Hal ini dapat dijelaskan dari Gambar 1.4. Pada jalur suku bunga, perubahan BI rate mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, BI dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga

untuk mendorong aktifitas ekonomi. Penurunan suku bunga BI rate menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah. Dari Tabel 1.2. dapat dilihat perkembangan Produk Domestik Bruto menurut lapangan usaha Atas Dasar Harga Konstan lima tahun terakhir yang menunjukkan kenaikan secara signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 PDB ADHK adalah sebesar Rp. 1.750.815 M (naik sebesar 5,7% dari tahun 2004 yaitu sebesar Rp. 1.656.517 M. Pada tahun 2006 adalah sebesar Rp. 1.874.127 M (naik sebesar 5,5% dari tahun 2005). Pada tahun 2007 kembali meningkat menjadi Rp. 1.964.327 M (naik sebesar 6,3% dari tahun 2006), begitu juga pada tahun 2008 kembali meningkat menjadi Rp. 2.082.316 M (naik sebesar 6% dari tahun 2007). Dan pada tahun 2009 juga naik kembali menjadi Rp. 2.176.976 M (naik sebesar 4,5% dari tahun 2008). Pergerakan naik turunnya tingkat pendapatan yang dihitung melalui Produk Domestik Bruto terhadap tingkat bunga sejalan dengan teori IS LM, meskipun ada juga yang tidak sejalan. Secara teori semakin tinggi tingkat bunga maka semakin rendah tingkat investasi yang menyebabkan kegiatan produksi menurun dan selanjutnya menyebabkan pendapatan juga turun. Pada tahun 2004 ke 2005 dan tahun 2007 ke 2008 besar perubahan tingkat bunga justru naik di saat perubahan PDB meningkat, yang artinya bertentangan dengan teori. Hal ini bisa disebabkan karena

kondisi ekonomi di Indonesia yang membuat pemerintah dalam hal ini Bank Sentral mengambil kebijaksanaan demi stabilisasi perekonomian Indonesia. Di Amerika Serikat, The Federal Reserve selaku bank sentral Amerika Serikat, dapat mempengaruhi perekonomian melalui kebijakan moneter. Seperti yang dijelaskan Mankiw (2004), perubahan kebijakan moneter dapat dilihat baik dari segi target untuk mengubah tingkat suku bunga atau dalam hal perubahan jumlah uang beredar. Ketika membaca di surat kabar bahwa The Fed telah menurunkan tingkat bunga dari 6 ke 5 persen, maka harus dipahami bahwa hal ini terjadi hanya karena pemegang obligasi The Fed melakukan apa yang diperlukan untuk mewujudkannya. Untuk menurunkan tingkat bunga, pemegang obligasi membeli obligasi pemerintah, dan pembelian ini akan meningkatkan penawaran uang dan menurunkan tingkat bunga keseimbangan. Sama juga seperti ketika Federal Open Market Committee (FOMC) menaikkan target suku bunga The Fed, pemegang saham menjual obligasi pemerintah, dan penjualan ini menurunkan penawaran uang dan menaikkan tingkat bunga keseimbangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa perubahan dalam kebijakan moneter yang tujuannya memperluas permintaan agregat dapat digambarkan sebagai peningkatan jumlah uang beredar atau sebagai penurunan tingkat bunga. Dan sebaliknya perubahan dalam kebijakan moneter yang tujuannya untuk memperkecil permintaan agregat dapat digambarkan sebagai penurunan jumlah uang beredar atau sebagai peningkatan suku bunga.

Perkembangan tingkat bunga The Fed terus menurun sejak tahun 2007 saat terjadinya krisis keuangan hingga tahun 2009. Kondisi tingkat bunga Amerika Serikat (Fed Fund Rate) triwulan I-2007 adalah sebesar 5,26%. Pada triwulan II-2007 turun sebesar 0,01% menjadi 5,25%. Pada triwulan III-2007 dan triwulan IV-2007 mengalami penurunan lagi masing-masing sebesar 5,07% dan 4,5% (lihat Tabel 1.3.). Pada saat terjadinya krisis keuangan yang melanda Amerika Serikat, The Federal Reserve menurunkan tingkat bunganya habis-habisan. Selama triwulan IV- Federal Reserve memangkas tingkat bunga kebijakannya sebanyak 175 2008, The bps hingga mencapai kisaran 0 0,25% per Desember-2008. Penurunan dilakukan sebanyak dua kali selama Oktober 2008, masing-masing sebanyak 50 bps. Lemahnya aktivitas ekonomi dan berkurangnya tekanan terhadap inflasi akibat penurunan harga energi dan komoditi lainnya berada di balik keputusan tersebut. Sementara itu, sebanyak 75 bps kembali dipangkas di bulan Desember dengan alasan berlanjutnya perlambatan ekonomi, berkurangnya tekanan inflasi secara signifikan, dan masih ketatnya kondisi perkreditan dan pasar keuangan (www.bi.go.id). Tabel 1.3. Perkembangan Federal Funds Rate Column1 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Triwulan I 2.47 4.46 5.26 3.18 0.18 0.13 Triwulan II 2.94 4.91 5.25 2.08 0.18 Triwulan III 3.46 5.25 5.07 1.94 0.16 Triwulan IV 3.98 5.25 4.5 0.5 0.12 Sumber: www.federalreserve.gov

6 5.5 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Fed Fund Rate Sumber: www.federalreserve.gov Gambar 1.5. Federal Funds Rate Triwulan I-05 s.d. Triwulan IV-09 Dapat dilihat bahwa tingkat bunga sangat penting bagi perkembangan pereko nomian masing-masing negara, dan juga dapat berpengaruh ke negara lain. Tetapi apakah benar bahwa terjadi peningkatan atau penurunan tingkat bunga disebabkan oleh variabel-veriabel yang telah disebutkan di atas? Di lihat dari teori tingkat bunga tentang permintaan uang (money demand) dan penawaran uang (money supply), benar bahwa variabel-variabel tersebut mempengaruhi peningkatan atau penurunan tingkat bunga. Selain itu juga berbagai data dari penelitian yang telah dilakukan oleh Duburcq dan Girardin (2009) serta Dua dan Pandit (2001) menunjukkan hal yang serupa. Duburcq dan Girardin menyatakan bahwa fenomena peningkatan dan penurunan tingkat bunga di tentukan oleh tingkat bunga luar negeri, nilai tukar,

selisih antara penawaran uang domestik dengan penawaran uang luar negeri, selisih antara pendapatan nasional dengan pendapatan asing, dan resiko premium. Sedangkan Dua dan Pandit menyatakan bahwa fenomena peningkatan dan penurunan tingkat bunga ditentukan oleh pengeluaran pemerintah, ekspektasi inflasi, tingkat bunga luar negeri, penawaran uang, dan forward premium. Di indonesia sendiri penentuan tingkat bunga BI rate belum dapat dipastikan dipengaruhi oleh variabel-variabel apa saja. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang penentuan tingkat bunga di Indonesia, dengan judul penelitian Analisis Penentuan Tingkat Bunga di Indonesia 1.2. Perumusan Masalah Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat bunga sangat penting dalam kebijakan moneter. Oleh karena itu, perumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah tahun sebelumnya dalam menentukan BI rate. 2. Bagaimana pengaruh ekspektasi inflasi adaftif dalam menentukan BI rate. 3. Bagaimana pengaruh tingkat bunga Amerika Serikat dalam menentukan BI rate. 4. Bagaimana pengaruh jumlah uang beredar dalam menentukan BI rate. 5. Bagaimana pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam menentukan BI rate.

1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah tahun sebelumnya terhadap tingkat bunga BI rate. 2. Untuk menganalisis pengaruh ekspektasi inflasi adaftif terhadap tingkat bunga BI rate. 3. Untuk menganalisis pengaruh tingkat bunga Amerika Serikat terhadap tingkat bunga BI rate. 4. Untuk menganalisis pengaruh jumlah uang beredar terhadap tingkat bunga BI rate. 5. Untuk menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terhadap tingkat bunga BI rate. 1.4. Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan sumber referensi bagi pembaca maupun peneliti yang berminat dengan masalah ini. 2. Sebagai bahan masukan pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang menggunakan tingkat bunga dalam berspekulasi di pasar uang. 3. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis.