PELUANG DAN TANTANGAN PELAKU USAHA MENGHADAPI AEC 2015 Oleh: P. Agung Pambudhi Direktur Eksekutif DPN APINDO Seminar Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Indonesia Jakarta, 22 Maret 2014
ASEAN ECONOMIC COMMUNITY One Vision, One Identity, One Community Bali Summit Oktober 2003: Visi ASEAN 2020 untuk Integrasi Ekonomi Agustus 2006 kesepakatan penyusunan AEC Blue-Print November 2007 penandatanganan AEC Blue-Print Tahun 2015 : mulai berlaku transformasi ASEAN menjadi kawasan Pasar Tunggal dan Basis Produksi dengan pergerakan bebas barang, jasa, tenaga kerja trampil, dan modal Akselerasi Integrasi Kamboja, Laos, Myanmar, Vietnam
ASEAN ECONOMIC COMMUNITY Karakteristik AEC: (a) a single market and production base, (b) a highly competitive economic region, (c) a region of equitable economic development, and (d) a region fully integrated into the global economy.
ASEAN s Strengths and Weaknesses Strengths Market of 600 mn people; total GDP 2.1 trillion US$ Availability of natural resource Integrated production base/networks Geographical proximity to other regions Low wages and relatively high human development indicators Progressive liberalization policies Opportunities Momentum in Regional economic integration Growth in services industries & knowledgeintensive industries (tourism, hospitality education, biotechnology) Cooperation in health care activities Investment in infrastructure Rising middle class Increasing interest of the private sector Weaknesses Development gap among members Risk of falling into middle income trap Slow progress in domestic reforms Low utilization rate of preferential measures by the private sector due to lack of incentives provided by the government Aging population Poor governance Weak institutional capacity Insurgency in member countries Thailand, Myanmar Threats Tensions in South China Sea Slowdown in the US, the EU and the Chinese GDP growth Vulnerability to financial markets Competition from China in manufacturing and investment Some competition from India in services Climate change and environmental risk Potential of infectious disease outbreak Source: Sanchita Basu Das, ISEI Singapore
PELUANG
ASEAN ECONOMIC COMMUNITY Akses Pasar Akses Sumberdaya Akses Teknologi Akses Investasi PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH
ASEAN Trade World & Intra-Regional Dalam Juta USD Country Trade With World Trade With ASEAN Exports Imports Exports Share to World Imports Share to World Brunei Darussalam 12.362,3 2.460,0 1.721,1 13,92% 1.191,1 48,42% Cambodia 6.710,6 6.133,6 833,7 12,42% 2.170,1 35,38% Indonesia 203.496,7 177.435,6 42.098,9 20,69% 57.254,3 32,27% Lao PDR 1.746,5 2.209,4 959,8 54,96% 1.570,5 71,08% Malaysia 228.179,1 187.542,8 56.049,7 24,56% 52.090,0 27,77% Myanmar 8.119,2 6.805,9 3.957,4 48,74% 3.250,3 47,76% Philippines 48.042,2 63.709,4 8.635,3 17,97% 15.040,3 23,61% Singapore 409.443,5 365.709,1 127.544,5 31,15% 78.126,4 21,36% Thailand 228.820,7 230.083,6 72.226,6 31,56% 39.224,2 17,05% Vietnam 95.365,6 104.216,5 13.504,8 14,16% 20.793,2 19,95% Sumber: ASEAN Secretariat (2010) dalam Agus Tjahajana Mayoritas perdagangan negara-negara anggota ASEAN dilakukan dengan negara-negara non-asean. Hal tersebut menunjukan bahwa potensi perdagangan intra-regional ASEAN belum sepenuhnya dimanfaatkan.
Mitra Dagang Utama Negara-negara ASEAN Exports Brunei Cambodia Indonesia Lao PDR Malaysia Myanmar Philippines Singapore Thailand Vietnam Japan 45.2% US 39.5% Japan 16.6% Thailand 33%, China 13.1%, Thailand 36.7%, Japan 18.5% Malaysia 12.2% China 12% US 18% South Korea 15.9% Canada 8.2% China 11.3% China 23.4% Singapore 12.7%, China 18.8% US 14.8% Hong Kong 11% Japan 10.5% China 11% Australia 11.4% Germany 7.8% Singapore 9.1% Vietnam 13.4% Japan 11.5%, India 14.1% China 12.7% China 10.4% US 9.6% Japan 11% Indonesia 8.1% UK 7.5% US 8.1% US 8.3%, Japan 6.6% Singapore 8.9% Indonesia 10.4% Hong Kong 7.2% Germany 3.7% India 5.7% Vietnam 6% South Korea 8.1% Thailand 5.1%, Hong Kong 7.7% US 5.4% Malaysia 5.4% China 4.4% Japan 4.3% India 6.6% Hong Kong 4.5%, South Korea 4.6% Japan 4.5% Singapore 5% Malaysia 5.4% India 4.1% Indonesia 4.4% Source : CIA World Factbook (2012) dalam Agus Tjahajana Pasar tujuan ekspor Negara-negara ASEAN didominasi oleh negara-negara Asia Timur seperti China, Korea dan Jepang serta negara-negara ekonomi utama seperti Amerika Serikat dan India serta beberapa negara-negara Eropa.
Mitra Dagang Utama Negara-negara ASEAN Imports Brunei Cambodia Indonesia Lao PDR Malaysia Myanmar Philippines Singapore Thailand Vietnam Singapore 27.4%, Thailand 24.6%, India 15.4%, Vietnam 20.6%, China 14.8%, Singapore 14.6%, Thailand 65.2%, China 11.1%, Singapore 12.8%, China 12.8%, China 19.9%, Japan 11%, Vietnam 6.5% Japan 11.4%, South Korea 10.1%, Malaysia 9.4%, Singapore 7.8%, Hong Kong 6% South Korea 7.3%, US 6.1%, Source : CIA World Factbook (2012) dalam Agus Tjahajana China 13.2%, China 38.8%, Japan 10.8% US 9.7%, Indonesia 6.1%, Thailand 22.6% Singapore 9.7% South Korea 5.4% Malaysia 4.5% Malaysia 10.7% Japan 18.4% China 22% US 10.8% US 10.7% China 13.4% South Korea 13.2% China 10.1% China 10.4% UAE 6.3% Japan 10.4% Singapore 8.1% Japan 7.2% US 5.9% Taiwan 8.6% South Korea 7.3% South Korea 5.9% Germany 7.9% Thailand 5.9%, Thailand 6%, Japan 4.1% Thailand 5.8% Taiwan 5.9% Malaysia 5.9% South Korea 4% Saudi Arabia 5.4% Malaysia 4.4% Malaysia 5.4% South Korea 4% Thailand 6.4% Singapore 6.4% Fenomena yang sama juga terjadi pada pasar asal produk impor negara-negara ASEAN dimana mitra utama impor negara-negara tersebut masih didominasi oleh negara-negara Asia Timur dan Amerika Serikat serta beberapa negara Eropa. AEC menjadi penting dalam rangkan mendorong peningkatan perdagangan intra-regional ASEAN.
POTENSI SEKTOR JASA Sektor jasa merupakan sektor yang sangat berkembang di ASEAN, mencapai 40%-10% dari PDB negara ASEAN. Dengan liberalisasi ASEAN di bidang jasa (dalam AFAS) membuka peluang untuk Sektor Jasa (perdagangan, pengangkutan, pariwisata, dll.). Kendati demikian, liberalisasi jasa juga meliputi movement of natural person (MNP) yang dapat meningkatkan persaingan bagi generasi pencari kerja Indonesia. 1. Forum komunikasi aktif pemerintah dan pelaku usaha. 2. Interkonektifitas nasional. 3. Persiapan menghadapi MRA: a) koordinasi antara pemerintah, institusi profesional, dan institusi akademik. b) menyusun standar nasional di sektor profesional sesuai dengan MRA ASEAN.
PELUANG SEKTOR PARIWISATA
TANTANGAN
Daya Saing Indonesia Tidak Kompetitif Rank (out of 148) Indonesia Brunei Darussalam Malaysia Singapore Thailand Philippines Viet Nam Overall Index 38 26 24 2 37 59 70 Institutions 67 25 29 3 78 79 98 Infrastructure 61 58 29 2 47 96 82 Macroeconomic environment 26 1 38 18 31 40 87 Health & Primary Education 72 23 33 2 81 96 67 Higher education & training 64 55 46 2 66 67 95 Goods market efficiency 50 42 10 1 34 82 74 Labor market efficiency 103 10 25 1 62 100 56 Financial market development 60 56 6 2 32 48 93 Technological readiness 75 71 51 7 78 77 102 Market size 15 131 26 34 22 33 36 Business sophistication 37 56 20 17 40 49 98 Innovation 33 59 25 9 66 69 76 Sumber: World Economic Forum Global Competitiveness Index 2013-2014
PERINGKAT IPM NEGARA NEGARA ASEAN, 2013 No Country Rank Index 1 Brunei Darussalam 30 0,855 2 Cambodia 138 0,543 3 Indonesia 121 0,629 4 Laos 138 0,543 5 Malaysia 64 0,769 6 Myanmar 149 0,498 7 Philippines 114 0,654 8 Singapore 18 0,895 9 Thailand 103 0,690 10 Vietnam 127 0,617 Source: Human Development Report 2013, UNDP
PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PER PEKERJA, PDB 2010 ** GDP at Constant Basic Prices per Worker, Source: APO
PRODUKTIVITAS BERDASARKAN SEKTOR, 2010: PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ASEAN 30,000 25,000 Indonesia Malaysia Philippines 20,000 15,000 10,000 5,000 0 Source: World Bank
NILAI TAMBAH PER PEKERJA (US$) Value Added per Worker (2005 PPP$) 14,000 12,000 10,000 1995 2005 2010 8,000 6,000 4,000 2,000 - Cambodia Mongolia Indonesia Phillippines China Thailand Malaysia Lao PDR Vietnam Source: World Bank
Lonjakan Kenaikan UMP di Beberapa Daerah di Indonesia 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 0 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Aceh Sumut Riau Kep.Riau Sumbar Jambi Bengkulu Sumsel Bangka Belitung Lampung Banten DKI Jakarta Jabar Jateng DI Yogyakarta Jatim Bali NTB NTT Kalbar
Kenaikan UMP di Indonesia dan Beberapa Negara ASIA th.2010-2013. Dibandingkan negara-negara Asia lainnya selama periode tahun 2010 2013, persentase kenaikan upah minimum di Indonesia adalah yang tertinggi. Berikut adalah persentase kenaikan upah minimum di Indonesia dan beberapa Negara Asia (CSIS dalam Harian The Jakarta Post, 6 September 2013): Indonesia : 30,0 % Thailand : 14,2 % Cina : 8,4 % Vietnam : 6,7 % Kamboja : 5,2 % Malaysia : 3,3 % Filipina : 3,1 %
HARAPAN PELAKU USAHA
POTENSI SEKTOR: PELUANG HAMBATAN - TANTANGAN OTOMOTIF TPT MESIN DAN ELEKTRONIK Peluang Realisasi program Low Cost Green Car (LCGC) yang telah dimulai sejak triwulan ketiga 2013 yang akan memproduksi 30.000 unit mobil. Trade diversion dari negara maju akibat isu keamanan lingkungan kerja dan tenaga kerja di Bangladesh. Permintaan yang tinggi dengan semakin berkembangnya middle income class. Hambatan Kemungkinan naiknya suku bunga (termasuk suku bunga pembiayaan kendaraan bermotor) yang akan mempengaruhi permintaan. Persaingan dengan produk impor dari Cina yang semakin murah. Sementara sebagai industri padat karya, biaya produksi TPT sangat terpengaruh oleh kenaikan upah. Melemahnya kurs menyebabkan kenaikan harga bahan baku yang sebagian besar adalah impor, ditambah persaingan dengan barang jadi impor sehingga banyak produsen yang beralih menjadi pedagang. Tantangan Memperkuat industri huluhilir dan menjadikan Indonesia basis produksi otomotif regional. Meningkatkan economic of scales untuk mengurangi tekanan biaya produksi. Melindungi ketahanan industri dalam negeri. Salah satunya adalah dengan memberdayakan SNI sebagai alat kontrol.
PENIGNKATAN DAYA SAING PENCIPTAAN INVESTASI PEMBERDAYAAN UKM MERAIH PELUANG HARAPAN PELAKU USAHA Ketersediaan energi dan harga energi rendah bagi industry Perbaikan infrastruktur Perbaikan Logistik dan Transportasi Efisiensi dan inovasi dengan Teknologi Meningkatkan kualitas iklim investasi Perbaikan kualitas Otonomi Daerah Memulihkan iklim Ketenagakerjaan Mendorong investasi bernilai tambah, rantai produksi ASEAN Peningkatan Kualitas, Harga dan Delivery Time Permodalan Insentif Investasi Human Capital Fasilitasi promosi dan akses mengekspor Business matching untuk SME
Terimakasih DPN APINDO Gedung Permata Kuningan Building, Lt. 10 Jl. Kuningan Mulia Kav. 9C Guntur Setiabudi Jakarta Selatan 12980 Tel. (62) 21 8378 0824, Fax. (62)21 8378 0823/8378 0746 Website: www.apindo.or.id Email: pambudhi@apindo.or.id