TANTANGAN DAN PELUANG BAGI INDUSTRI BPR KE DEPAN

dokumen-dokumen yang mirip
Membangun BPR yang Sehat, Kuat dan Berdaya Saing Tinggi Arah Kebijakan Pengaturan Dalam Rangka Mendukung Modernisasi Bank Perkredian Rakyat

Inklusi Keuangan dan (TPAKD) Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah. UIN Syarif Hidayatullah, Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Analisis Tingkat Kesehatan Bank Pada PT. Bank Central Asia, Tbk dan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk

INDUSTRI BPR BPRS SEBAGAI PILAR EKONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016)

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

Para Direktur Kepatuhan Perbankan dan Pimpinan Perbankan lainnya;

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan

Untuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih

Roadmap Perbankan Syariah Indonesia Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dengan nama Citibank N.A (National Association). Citibank

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dunia terhadap struktur ekonomi dan moneter dalam negeri sebuah

Roadmap Perbankan Syariah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap Bank. Selain itu,

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA, Tbk. DENGAN MENGGUNAKAN METODE RGEC PERIODE

ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KESEHATAN KESEHATAN BANK UMUM SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI METODE RGEC DI INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

Roadmap Keuangan Syariah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bank Mandiri Tbk ditinjau dari Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan operasinya tanpa melakukan rekapitulasi sehingga pada

Public Expose PT Bank Pundi Indonesia, Tbk

Kinerja BNI Semester I Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7%

KEYNOTE SPEECH Diskusi dan Peluncuran Buku Inovasi 17 Bank

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum

FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ) Pedoman Uji Coba Aktivitas Jasa Sistem Pembayaran dan Perbankan Terbatas Melalui Unit Perantara Layanan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan

: Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode RGEC Pada PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. : I Made Paramartha NIM :

BAB I PENDAHULUAN. adalah dalam hal penentuan harga, baik harga jual maupun harga beli. Bank

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ekonomi di Indonesia saat ini yang penuh persaingan dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi

SNAPSHOT PERBANKAN SYARIAH INDONESIA

PenerapanGCG dan Manajemen Risiko Dalam Upaya Penguatan Daya Saing Industri BPR/BPRS

BAB I PENDAHULUAN. investasi maupun modal kerja. Perkembangan yang pesat tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia mengakibatkan menurunnya nilai

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Arah dan Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis, sebuah perusahaan menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. NIM, BOPO, CAR, LDR, NPL, size, dan diversifikasi terhadap profitabilitas

I. PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia telah memberi peranan yang sangat berarti dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

Analisis Tingkat Kesehatan Bank BUMN dengan Menggunakan RGEC. Abstrak

I. PENDAHULUAN. Sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB VI ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA (API)

BAB 1 PENDAHULUAN. judul Evaluasi Kinerja Saham Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

Permasalahan dan Tantangan BPR/BPRS. Rakernas dan Seminar Nasional Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia Pontianak, 26 Oktober 2016

BAB I LATAR BELAKANG

Evolusi Kerangka Kebijakan Financial Inclusion. BANK INDONESIA November 2013

Mempertahankan Soliditas

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA DI INDONESIA BERDASARKAN METODE RGEC PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba pada tingkat yang diinginkannya. Angka profitabilitas

Teman Anda Dalam Usaha. P.T. BANK BUMI ARTA Tbk. PUBLIC EXPOSE. Jakarta, 11 Juni 2014 BANK BUMI ARTA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yaitu menghimpun dana dari

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.03/2016 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

Risk Based Bank Rating (RBBR) Tantangan Perbankan Menangani Krisis Global

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk Muslim di

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting bagi suatu negara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan sebagai salah satu lembaga intermediasi memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN RGEC PADA PT. BANK BNI (PERSERO), TBK PERIODE Nama : Darel Akhir Syawal NPM : Jurusan : Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peran perbankan yang profesional semakin dibutuhkan guna

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga intermediasi antara investor atau pihak yang memiliki kelebihan

Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017)

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dengan banyaknya pendirian bank-bank. Baik itu bank milik pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup pesat, baik dari sisi volume usaha, mobilisasi dana

Transkripsi:

TANTANGAN DAN PELUANG BAGI INDUSTRI BPR KE DEPAN

AGENDA PRESENTASI I. PERKEMBANGAN INDUSTRI BPR II. TANTANGAN DAN PELUANG INDUSTRI BPR KE DEPAN A. FINANCIAL INCLUSION B. BRANCHLESS BANKING C. MEA 2015 DAN PERSAINGAN KREDIT PASAR UMKM D. TARGET PENYALURAN KREDIT UMKM BANK UMUM 20% III. KEBIJAKAN UMUM PASKA BERALIHNYA FUNGSI PENGATURAN DAN PENGAWASAN BANK DARI BI KE OJK 2

INDIKATOR PERKEMBANGAN INDUSTRI BPR Kegiatan usaha BPR terus mengalami pertumbuhan. Total Aset BPR per Juli 2013 tumbuh sebesar 18,44% yoy. Walaupun jumlah BPR turun sebagai akibat likuidasi, namun jaringan usaha BPR terus meningkat. Per Juli 13 tercatat terdapat 1,641 BPR dengan jumlah jaringan kantor sebesar 4,584 kantor. Sumber : Data Bank Indonesia 3

INDIKATOR PERKEMBANGAN INDUSTRI BPR Seiring dengan pertumbuhan aset, pertumbuhan juga diikuti oleh kredit dan DPK masing-masing sebesar 20,71% yoy dan 13,20%yoy. Dari sisi komposisi sumber dana, Deposito masih mendominasi porsi sumber dana BPR sebesar 69%. 4

INDIKATOR PERKEMBANGAN INDUSTRI BPR LDR BPR juga menunjukan trend pertumbuhan. Per Juli 2013 LDR BPR tercatat sebesar 85,44%. Pertumbuhan Kredit BPR diiringi dengan NPL yang relatif stabil, bahkan cenderung menunjukan trend penurunan ditahun 2013. NPL (gross) per Juli 13 tercatat sebesar 4,97% (NPL Net 3,45%) dibandingkan 5,13% pada bulan Januari 13. ROA dan ROE BPR pun menunjukan kinerja yang relatif konsisten. CAR BPR pada periode Juli 13 tercatat relatif kuat yaitu sebesar 26,79% 5

INDIKATOR PERKEMBANGAN INDUSTRI BPR Pertumbuhan aset BPR terlihat pula dari sebaran jumlah BPR berdasarkan total aset. BPR dengan total aset diatas 10 Miliar terus mengalami pertumbuhan sejak tahun 2007. Namun demikian, apabila melihat perkembangan aset BPR berdasarkan lokasi, dapat terlihat bahwa pertumbuhan aset ini terkonsentrasi pada BPR yang berlokasi di pulau Jawa, khususnya di Jawa Barat dan Jawa Tengah. 6

INDIKATOR PERKEMBANGAN INDUSTRI BPR Sementara itu, suku bunga rata-rata kredit BPR masih relatif tinggi, khususnya untuk kredit Modal Kerja Tingginya suku bunga rata-rata kredit turut dipacu oleh konsentrasi DPK biaya tinggi, yaitu deposito, yang diiringi dengan rata-rata suku bunga DPK yang tinggi. 7

INDIKATOR PERKEMBANGAN INDUSTRI BPR Apabila melihat dispersi komposisi modal disetor, hampir 72% dari 1641 BPR memiliki modal disetor berada dibawah Rp3M Hal ini mengakibatkan kemampuan sebagian besar BPR untuk tumbuh menjadi dan mencapai skala ekonomis dalam beroperasi menjadi terbatas. 8

INDIKATOR PERKEMBANGAN INDUSTRI BPR Dari sisi Tingkat Kesehatan, mayoritas BPR konsisten masih berada pada predikat Seha t dan Cukup Sehat. Namun demikian, terdapat sedikit peningkatan untuk BPR yang dikategorikan Kurang Sehat dan Tidak Sehat dibandingkan tahun lalu. Terdapat 17 BPR yang pada awal Bulan Okt 13 masuk dalam status pengawasan khusus.. Sementara itu, sejak thn 2006 terdapat 54 BPR yang dicabut izin usahanya Baik yang dalam DPK maupun yang dicabut izin, hampir rata-rata disebabkan oleh fraud atau mismanagement. 9

KESIMPULAN Secara umum, BPR masih menunjukan pertumbuhan dan kinerja yang positif. Pertumbuhan kredit BPR relatif stabil dengan tingkat risiko kredit yang relatif masih terkendali. Pertumbuhan ini didukung pula oleh CAR yang masih cukup kuat dan laba yang relatif konsisten. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian: BPR harus mewaspadai kondisi likuiditas, terutama pada saat ini, mengingat pertumbuhan kredit yang berada jauh diatas pertumbuhan DPK; Mayoritas BPR masih memiliki modal yang relatif kecil, yaitu pada umumnya dibawah Rp3M. Berdasarkan kajian yang dilakukan, hal ini akan membatasi kemampuan mayoritas BPR untuk terus tumbuh dan berkembang. Disisi lain keterbatasan dari modal ini juga turut memicu tingkat inefisiensi yang tinggi bagi BPR. Hal ini perlu menjadi perhatian penting mengingat semakin tingginya persaingan di industri keuangan baik yang muncul dari Bank Umum maupun dari lembaga keuangan non-bank Tata kelola bank yang baik (good corporate governance) harus menjadi perhatian khusus bagi BPR. Hal ini diindikasikan dari hampir seluruh BPR yang masuk dalam DPK maupun dicabut izin usahanya disebabkan oleh permasalahan fraud dan mismanagement. Isu tata kelola ini juga muncul dari ketersediaan perangkat organisasi di BPR. Berdasarkan data, 217 BPR tidak memiliki perangkat direksi yang cukup, 88 tidak memiliki perangkat komisaris yang cukup, dan 79 BPR tidak memiliki perangkat direksi dan komisaris yang memadai. Kurangnya ketersediaan perangkat organisasi di BPR juga antara lain dipicu oleh keterbatasan SDM yang handal bagi BPR, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. 10

AGENDA PRESENTASI I. PERKEMBANGAN INDUSTRI BPR II. TANTANGAN DAN PELUANG INDUSTRI BPR KE DEPAN A. FINANCIAL INCLUSION B. BRANCHLESS BANKING C. MEA 2015 DAN PERSAINGAN KREDIT PASAR UMKM D. TARGET PENYALURAN KREDIT UMKM BANK UMUM 20% III. KEBIJAKAN UMUM PASKA BERALIHNYA FUNGSI PENGATURAN DAN PENGAWASAN BANK DARI BI KE OJK 11

TANTANGAN SEKALIGUS PELUANG BAGI INDUSTRI BPR Beberapa hal berikut ini akan mempengaruhi bisnis BPR ke depan, sehingga perlu direspon oleh industri dan pelaku usaha BPR : Financial Inclusion Branchless Banking MEA 2015 dan Persaingan Pasar Kredit UMKM Target Penyaluran Kredit UMKM Bank Umum sebesar 20% Tantangan sekaligus Peluang bagi BPR 12

FINANCIAL INCLUSION - PELUANG SEKALIGUS TANTANGAN BAGI INDUSTRI BPR Suatu kegiatan menyeluruh yang bertujuan untuk meniadakan segala bentuk hambatan baik yang bersifat harga maupun non harga, terhadap akses masyarakat dalam menggunakan dan/atau memanfaatkan layanan jasa keuangan. Kondisi Akses Perbankan Saat Ini : 13.33% masyarakat dibawah garis kemiskinan hidup di pedesaan 64.25% 60% Tak punya akses perbankan 99.91% pelaku bisnis Indonesia sektor UMKM 60-70% % belum terhubung perbankan dari 51.3 juta UMKM Source : Bank Indonesia 13

FINANCIAL INCLUSION - PELUANG SEKALIGUS TANTANGAN BAGI INDUSTRI BPR Financial Inclusion Index Orang dewasa PUNYA account di sektor keuangan formal Masih rendahnya FI Index di kawasan Asia dan Afrika High income OECD and non- OECD 92% Middle East & North Africa 42% Central Asia & Eastern Europe 50% East Asia & Pacific 42% INDONESIA 19.6% MALAYSIA 66.7% PHILIPINA 26.5% THAILAND 77.7% VIETNAM 21.4% INDIA 35.2% CHINA 63.8% RUSIA 48.2% BRAZIL 55.9% Sub-Saharan Africa 12% Latin America and Caribbean 40% South Asia 22% INDONESIA 20% Source : Worldbank, Global Financial Inclusion Index 2011

BRANCHLESS BANKING - PELUANG SEKALIGUS TANTANGAN BAGI INDUSTRI BPR Kegiatan jasa layanan sistem pembayaran dan keuangan terbatas yang dilakukan tidak melalui kantor fisik bank, namun dengan menggunakan sarana teknologi (EDC, telepon genggam, dll) dan/atau jasa pihak ketiga terutama untuk melayani masyarakat unbanked) Branchless banking dalam kerangka Financial Inclusion ditujukan untuk meningkatkan akses keuangan bagi masyarakat unbanked dan meneruskan informasi ekonomi. Media dan Perantara Pro Cons Telepon genggam Agen Aman, mudah, cepat, murah, semua memiliki Tersedia dimana-mana, informal, mudah, murah Blind spot Butuh sistem dan supervisi EDC/tablet PC Aman, mudah, cepat Blind spot 15

FINANCIAL INCLUSION & BRANCHLESS BANKING - TANTANGAN SEKALIGUS PELUANG BAGI INDUSTRI BPR Financial Inclusion dan Branchless Banking TANTANGAN Persaingan di Pasar Usaha Mikro dan Kecil semakin meningkat. Persaingan diharapkan tidak mendorong industri BPR mengambil risiko yang lebih besar, dengan mengesampingkan prudential principles dalam penyaluran kredit. Alternatif pilihan masyarakat dalam mendapatkan akses keuangan semakin banyak. Kebutuhan akan peningkatan kualitas layanan BPR, termasuk kapasitas TI BPR. Strategi meningkatkan daya saing BPR. PELUANG Sinergi dengan Bank Umum 16

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 - TANTANGAN SEKALIGUS PELUANG BAGI INDUSTRI BPR Blueprint MEA 2015 memuat 4 kerangka utama, yang salah satunya yaitu ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah. 17

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 - TANTANGAN SEKALIGUS PELUANG BAGI INDUSTRI BPR Upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang merata, salah satunya dilaksanakan melalui pengembangan UMKM. Terbukanya pasar keuangan ASEAN tersebut memberikan peluang untuk semakin terbukanya akses bagi UMKM kepada sumbersumber keuangan, tidak saja di dalam negeri tetapi juga pasar keuangan internasional. BPR sebagai salah satu lembaga keuangan pendukung bagi UMKM menghadapi tantangan yang cukup berat, karena persaingan yang semakin ketat. Penguatan kapasitas kelembagaan, permodalan, tata kelola (governance) bisnis, dan infrastruktur pendukung bisnis BPR. 18

KEWAJIBAN PEMBERIAN KREDIT UMKM OLEH BANK UMUM - PELUANG SEKALIGUS TANTANGAN BAGI INDUSTRI BPR Melalui PBI No.14/22/PBI/2012, Bank Indonesia mewajibkan setiap Bank Umum untuk menyalurkan Kredit atau Pembiayaan UMKM paling rendah 20% dari total Kredit atau Pembiayaan, dengan pentahapan sbb.: Tahun Ketentuan Peny. Kredit UMKM Bagi Bank Umum 2015 Paling kurang 5% dari total Kredit atau Pembiayaan 2016 Paling kurang 10% dari total Kredit atau Pembiayaan 2017 Paling kurang 15% dari total Kredit atau Pembiayaan 2018 Paling kurang 20% dari total Kredit atau Pembiayaan TANTANGAN PELUANG PERSAINGAN DI PASAR KREDIT UMKM SEMAKIN KETAT POTENSI BERMITRA DENGAN BANK UMUM LINKAGE PROGRAM 19

AGENDA PRESENTASI I. PERKEMBANGAN INDUSTRI BPR II. TANTANGAN DAN PELUANG INDUSTRI BPR KE DEPAN A. FINANCIAL INCLUSION B. BRANCHLESS BANKING C. MEA 2015 DAN PERSAINGAN KREDIT PASAR UMKM D. TARGET PENYALURAN KREDIT UMKM BANK UMUM 20% III. KEBIJAKAN UMUM PASKA BERALIHNYA FUNGSI PENGATURAN DAN PENGAWASAN BANK DARI BI KE OJK 20

KEBIJAKAN PASKA PENGALIHAN Kebijakan umum paska beralihnya Fungsi Pengaturan dan Pengawasan Bank dari BI ke OJK : Seluruh Peraturan Bank Indonesia secara otomatis tetap berlaku pada awal masa beralihnya fungsi pengawasan ke OJK. Sedapat mungkin pada tahap awal, perubahan peraturan diminimalisir, namun efektifitas dari Peraturan yang berlaku akan terus dievaluasi Dilakukan program harmonisasi peraturan antar sekor keuangan Analisis/asesmen mengenai perkembangan dan perilaku BPR group akan lebih ditingkatkan. Prinsip Rule Making Rules akan digunakan Otoritas Jasa Keuangan dalam penyusunan peraturannya dengan harapan memungkinan seluruh stakeholders untuk memberikan masukan yang kontributif terhadap berbagai kebijakan dan peraturan Dialog yang terbuka antara industri dan Otoritas Jasa Kuangan akan terus digiatkan 21

TERIMA KASIH 22