ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ARSITEK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
ANGGARAN DASAR IKATAN ARSITEK INDONESIA

IKATAN ARSITEK INDONESIA ANGGARAN DASAR

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KONTRAKTOR MEKANIKAL ELEKTRIKAL INDONESIA ( A S K O M E L I N ) BAB I UMUM Pasal 1 DASAR 1. Anggaran Rumah Tangga ini

ANGGARAN RUMAH TANGGA GABUNGAN INDUSTRI PENGERJAAN LOGAM DAN MESIN INDONESIA BAB I LANDASAN PENYUSUNAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I UMUM. Pasal 1 LANDASAN PENYUSUNAN

ANGGARAN DASAR ASOSIASI DOSEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR INDONESIA PENDAHULUAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI REAL ESTATE BROKER INDONESIA BAB I KODE ETIK DAN KAIDAH TATA LAKU PROFESI

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KONTRAKTOR TATA LINGKUNGAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 LANDASAN PENYUSUNAN

ASOSIASI PENGUSAHA DAN PEMILIK ALAT KONSTRUKSI INDONESIA ( APPAKSI ) ANGGARAN RUMAH TANGGA BAB. I UMUM. Pasal. 1 LANDASAN PENYUSUN. Pasal.

Lampiran SURAT KEPUTUSAN Nomor: 007/MUNASLUB/APKOMINDO/III/2014. Tentang

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2009 BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 KETENTUAN UMUM

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2016

BAB I UMUM. Pasal 1. (1) Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar ORARI yang telah disahkan dalam Munas khusus ORARI tahun 2003

DRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA

ANGGARAN DASAR ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA

DPN APPEKNAS ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PERUSAHAAN PERJALANAN WISATA INDONESIA (ASITA) BAB I. Pasal 1 STRUKTUR ORGANISASI ASITA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN DASAR dan ANGGARAN RUMAH TANGGA AD & ART LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT NUSANTARA CORRUPTION WATCH LSM NCW

ASOSIASI AHLI MANAJEMEN ASURANSI INDONESIA

IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI)

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOALISI INDONESIA UNTUK KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN BAB I UMUM. Pasal 1 Nama dan Sifat Organisasi

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANALIS KEBIJAKAN INDONESIA - AAKI (ASSOCIATION OF INDONESIAN POLICY ANALYSTS - AIPA) BAB I KETENTUAN UMUM

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI

KONGRES KEENAM IKATAN ALUMNI PENDIDIKAN TINGGI KEDINASAN STAN (IKANAS STAN) Keputusan Sidang Pleno Tetap Nomor :.../IKANAS/KONGRES-VI/XI/2016.

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

PERATURAN PENYELENGGARAAN SAYEMBARA ARSITEKTUR IKATAN ARSITEK INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (AIPTKMI) BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 BAB II KEANGGOTAAN

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN

Lampiran II Keputusan Musyawarah Nasional Asosiasi Karoseri Indonesia Ke VI Tahun 2012 Nomor : KEP-O4/MUNAS/VI/2012 Tanggal 01 Juli 2012

IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA

ANGGARAN DASAR PERSATUAN PERUSAHAAN GRAFIKA INDONESIA (INDONESIA PRINT MEDIA ASSOCIATION) MUKADIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA. PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA (Indonesian Agricultural Extensionist Association) PERHIPTANI IAEA

ANGGARAN RUMAH TANGGA. ASOSIASI KONTRAKTOR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA (Association of Indonesia Electrical Contractors) A K L I N D O

K O M I S I I N F O R M A S I

M U K A D I M A H DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MASYARAKAT PROFESI PENILAI INDONESIA (MAPPI) ANGGARAN DASAR MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN PRAMUWISATA INDONESIA. BAB I KATENTUAN UMUM Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI STEMBAYO

ANGGARAN DASAR ( AD ) GAKESLAB INDONESIA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA U-GREEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

ANGGARAN DASAR Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL PERHIMPUNAN AHLI EPIDEMIOLOGI INDONESIA NOMOR: 06/MUNAS/PAEI/2013

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA

BAB I STATUS PERKUMPULAN. Pasal 1

AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II BAB I IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II DAN WILAYAH KERJA.

MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA NASIONAL IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA ( ILMPI ) PSIKOLOGI BERSATU DEMI NUSANTARA

MUKADIMAH PERHIMPUNAN AHLI BEDAH ONKOLOGI INDONESIA ( PERABOI ) Bahwa sesungguhnya penyakit tumor/kanker adalah suatu penyakit yang dapat disembuhkan.

ASOSIASI PENELITI KESEHATAN INDONESIA APKESI ANGGARAN DASAR (AD)

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION

ANGGARAN DASAR ASOSIASI KONTRAKTOR KONSTRUKSI INDONESIA BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, DAERAH KERJA, DAN WAKTU. Pasal 1 NAMA

Lampiran SURAT KEPUTUSAN Nomor: 006/MUNASLUB/APKOMINDO/III/2014. Tentang

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR ORARI H A S I L M U N A S U S

ANGGARAN DASAR. ASOSIASI KONTRAKTOR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA (Association of Indonesia Electrical Contractors) A K L I N D O

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, MEI 2015

MUSYAWARAH NASIONAL IX HISKI HIMPUNAN SARJANA-KESUSASTRAAN INDONESIA (HISKI)

ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PERJALANAN WISATA INDONESIA (ASITA) MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

KEPUTUSAN KETUA IA Del. NOMOR: 04/IA Del/SK/X/2008 TENTANG PENGESAHAN AD/ART IKATAN ALUMNI DEL

ANGGARAN DASAR IKATAN APOTEKER INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN MUSYAWARAH MUSEA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB I LAMBANG DAN DUAJA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN DASAR APMMI

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

ASOSIASI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN INDONESIA (APS-TPI)

ANGGARAN RUMAH TANGGA INDONESIA MAX OWNERS (IMO) BAB I PRINSIP DASAR DAN KODE KEHORMATAN. Pasal 2 Kode Kehormatan

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERSATUAN GOLF INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 DASAR BAB II UMUM. Pasal 2 SYARAT SYARAT MENJADI ANGGOTA

ANGGARAN DASAR IKATAN SENAT MAHASISWA PETERNAKAN INDONESIA (ISMAPETI) HASIL MUNAS XIII Universitas Muhammadiyah Malang Januari 2015 MUKADDIMAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA INDONESIA OFF-ROAD FEDERATION. Keputusan Rapat Paripurna Nasional IOF di Jakarta, tanggal 12 Nopember 2011 Nomor :...

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 1996 TENTANG PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI

ANGGARAN DASAR DEWAN PENGURUS PUSAT IKATAN KELUARGA ALUMNI INSTITUT MANAJEMEN KOPERASI INDONESIA MUKADIMAH

PENGURUS BESAR IGPKhI SELAKU PIMPINAN MUNAS I IGPKhI Sekretaris Jenderal,

ANGGARAN DASAR ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA ( AD ASTTI )

ANGGARAN DASAR ASOSIASI REAL ESTATE BROKER INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI BADAN USAHA MILIK DESA SE INDONESIA

KEPUTUSAN DEWAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 70 / KPTS / LPJK / D / VIII / 2001

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA (Indonesian Agricultural Extensionist Association) PERHIPTANI IAEA

ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA

MASTEL MASYARAKAT TELEMATIKA INDONESIA The Indonesian Infocom Society

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB V TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN SURVEYOR INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1. Pasal 2. Pasal 3

PANITIA MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA NASIONAL IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA KE-V TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG

ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE

Transkripsi:

Edisi 2007, cetakan pertama 2007

ANGGARAN RUMAH TANGGA Indonesian Institut e of Arc hitects... Member Institute of ARCASIA (Architects Regional Council Asia) National Section of UIA (Union Internationale des Architectes) Founder member of AAPH (ASEAN Association of Planning and Housing) Situs http://www.iai.or.id, e-mail: iai@iai.or.id Buku Anggaran Rumah Tangga Ikatan Arsitek Indonesia Edisi 1989 Edisi 1993 Edisi 1997 Edisi 2007, cetakan pertama 2007 Disusun dan disempurnakan oleh: Badan Keprofesian Ikatan Arsitek Indonesia Bersama: - Tim Kelompok Kerja (Kelompok E) Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga IAI (1998) - Kelompok Kerja Penyusunan AD/ART IAI (2001) - Kelompok Kerja Revisi Buku Hubungan Kerja IAI dan AD/ART IAI (2005) Diterbitkan oleh: Badan Sistem Informasi Arsitektur Ikatan Arsitek Indonesia Bekerja sama: Ikatan Arsitek Indonesia DKI Jakarta Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang ii

DAFTAR ISI BAB 1 KODE ETIK DAN KAIDAH TATA LAKU... 1 Pasal 1... 1 BAB 2 PENGERTIAN UMUM... 2 Pasal 2... 2 BAB 3 KEANGGOTAAN... 4 Pasal 3 Dasar Keanggotaan... 4 Pasal 4 Kualifikasi Keanggotaan... 4 Pasal 5 Mitra IAI... 6 Pasal 6 Pengangkatan, Penerimaan Anggota dan Mitra IAI... 6 Pasal 7 Hak, Kewajiban, dan Tanggung Jawab... 9 Pasal 8 Berakhirnya Keanggotaan... 11 BAB 4 ORGANISASI... 14 Pasal 9 Pembentukkan Organisasi Pada lingkup Daerah dan Cabang... 14 Pasal 10 Perangkat Organisasi... 14 Pasal 11 Dewan Kehormatan IAI... 14 Pasal 12 Pengurus... 15 Pasal 13 Badan dan Lembaga... 16 Pasal 14 Sekretariat... 17 Pasal 15 Tugas dan Tanggung Jawab... 18 Pasal 16 Lambang dan Atribut... 22 BAB 5 MUSYAWARAH DAN RAPAT... 23 Pasal 17 Musyawarah, Musyawarah Khusus, dan Musyawarah Luar Biasa... 23 Pasal 18 Pimpinan Sidang... 24 Pasal 20 Kuorum... 25 Pasal 21 Waktu dan Tempat Musyawarah... 25 Pasal 22 Pemilihan Pengurus... 26 Pasal 23 Rapat Kerja... 29 Pasal 24 Rapat Anggota... 30 Pasal 25 Rapat dan Sidang Dewan Kehormatan IAI.... 31 iii

ANGGARAN RUMAH TANGGA Pasal 26 Rapat Pengurus... 32 BAB 6 KEUANGAN DAN KEKAYAAN... 34 Pasal 27 Uang Pangkal dan Iuran... 34 Pasal 28 Pembukuan... 35 Pasal 29 Pengurusan Kekayaan... 35 BAB 7 PERUBAHAN... 37 Pasal 30 Perubahan ART... 37 Pasal 31 Pengesahan AD dan ART... 37 BAB 8 PENUTUP... 39 Pasal 32 Penutup... 39 iv

S U R A T K E P U T U S A N Nomor: 050/SK/I-3/05.02.2007 T e n t a n g PENGESAHAN MATERI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Pengurus Nasional Ikatan Arsitek Indonesia, setelah: MENIMBANG : Bahwa Ikatan Arsitek Indonesia adalah organisasi keprofesian Arsitek yang terdaftar dan diakui di Indonesia Bahwa eksistensi keprofesian Arsitek Indonesia telah mampu mengisi Pembangunan Nasional Indonesia, sejajar dengan kemampuan arsitek manca negara Bahwa untuk mendukung kinerja organisasi IAI dan praktik Arsitek secara benar serta melindungi hubungan kerja anggota IAI perlu diberlakukan beberapa pranata IAI. MENGINGAT : Keputusan Munas XI IAI tahun 2005 di Batam. Keputusan Rapat Kerja Nasional IAI di Malang tanggal 8 April 2006. Keputusan Rapat Pengurus Nasional IAI tanggal 31 Januari 2007. v

ANGGARAN RUMAH TANGGA MEMUTUSKAN MENETAPKAN : PERTAMA : Mengesahkan Anggaran Dasar IAI dan Anggaran Rumah Tangga IAI untuk mulai diberlakukan di lingkungan organisasi IAI seperti yang terlampir bersama Surat Keputusan ini. KEDUA : Menugaskan kepada Badan Keprofesian Arsitek IAI dan Badan Sistem Informasi Arsitektur IAI untuk bekerja sama menerbitkan buku yang berisikan pranata-pranata IAI yang sudah disahkan tersebut. KETIGA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan diterbitkannya buku tersebut. Apabila di dalam Surat Keputusan ini terdapat kekurangan atau kekeliruan maka dapat dilakukan perbaikan. Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : 5 Februari 2007 Pengurus Nasional Ir. Budi A. Sukada, IAI Ketua Umum Ir.Mascheijah, IAI Sekretaris Jenderal vi

BAB 1 KODE ETIK DAN KAIDAH TATA LAKU Pasal 1 (1) Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata laku Profesi Arsitek yang ditetapkan dalam Rakernas dan disahkan oleh Munas, wajib ditaati oleh anggota IAI. (2) Anggaran Rumah Tangga tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar. (3) Penilaian terhadap pelanggaran Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan IAI atas kasus yang disampaikan oleh Pengurus. (4) Ketentuan bentuk dan jenis sanksi maupun rehabilitasi terhadap pelanggaran Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek ditetapkan berdasarkan keputusan Dewan Kehormatan IAI. (5) Pelaksanaan sanksi maupun rehabilitasi anggota dilakukan oleh Pengurus Nasional/Daerah/Cabang sesuai kewenangannya. (6) Pelaksanaan sosialisasi Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata laku Profesi Arsitek dilakukan oleh Pengurus. 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA BAB 2 PENGERTIAN UMUM Pasal 2 (1) Ahli adalah seorang yang berlatar-belakang pendidikan tinggi dan atau memiliki kemampuan serta mendalami dan menguasai penerapan pengetahuan, ilmu, teknologi, seni, dan atau bidangbidang tertentu. (2) Perancangan Arsitektur adalah seperangkat kegiatan yang merupakan proses pemikiran, penyusunan rencana, program, dan konsep, sampai terbentuknya karya cipta Lingkungan Binaan/Arsitektur/Bangunan secara menyeluruh/holistik serta rinci dalam wujud uraian tertulis, tergambar, maupun dalam wujud model trimatra sesuai kebutuhan. (3) Pengelolaan Proses Pembangunan adalah seperangkat kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan dan mengatur jalannya pembangunan/proyek lingkungan binaan yang berkelanjutan, yang dilaksanakan oleh Manajemen Proyek (MP) dan atau Manajemen Konstruksi (MK). (4) Praktik Profesi adalah penerapan keahlian dan kemampuan profesional di bidang tertentu yang memiliki risiko serta konsekuensi tanggung jawab (responsibility), tanggung gugat (liability), dan tanggung bayar (accountability). (5) Profesional adalah keahlian dan kemampuan serta penguasaan penerapan ilmu dan pengetahuan berdasarkan standar profesi yang tinggi. (6) Akreditasi adalah pengakuan resmi dari lembaga yang berwenang sesuai dengan standar kredit yang berlaku. 2

(7) Sertifikat Keahlian IAI adalah legalitas kompetensi keprofesionalan berdasarkan standar minimal kualifikasi Anggota Profesional yang dapat diperoleh melalui proses yang ditetapkan oleh organisasi/dewan Keprofesian Arsitek. (8) Dewan Pendidikan Arsitek adalah perangkat organisasi IAI yang mandiri pada lingkup nasional yang bertugas turut menentukan standar akreditasi pendidikan tinggi kearsitekturan di Indonesia. (9) Dewan Keprofesian Arsitek adalah perangkat organisasi IAI yang mandiri pada lingkup nasional dan daerah, bertugas untuk menetapkan standar nasional penilaian kualifikasi arsitek dan menerbitkan sertifikat keahlian IAI. 3

ANGGARAN RUMAH TANGGA BAB 3 KEANGGOTAAN Pasal 3 Dasar Keanggotaan Keanggotaan IAI bersifat: (1) Perorangan, bukan badan, lembaga, atau kelompok orang. (2) Aktif, terpanggil menjadi anggota atas kehendak sendiri serta aktif berperan dalam mencapai tujuan organisasi. (3) Khusus untuk: a. Arsitek atau mereka yang berlatar belakang pendidikan tinggi arsitektur dan atau yang setara, yang berwawasan pengetahuan ilmu, teknologi, dan seni arsitektur serta menerapkan ilmu dan atau keahliannya, mempunyai minat yang terkait dan sejalan serta tidak bertentangan kepentingan terhadap profesi arsitek dan tujuan organisasi, melalui proses penerimaan anggota. b. Seorang yang berjasa pada pengembangan organisasi dan profesi arsitek di Indonesia, dalam mewujudkan tujuan organisasi melalui proses pengangkatan anggota. Pasal 4 Kualifikasi Keanggotaan (1) Anggota Kehormatan (Honorary Members) adalah seorang yang berwawasan ilmu dan seni arsitektur atau ilmu-ilmu lainnya dan atau memiliki kepedulian yang ditujukan demi terwujudnya 4

peningkatan dan kemajuan dunia arsitektur serta lingkungan binaan, dan dinilai organisasi sangat berjasa bagi kehidupan berprofesi serta berkembangnya organisasi arsitek di Indonesia. (2) Anggota Profesional (Corporate Members ) adalah a. Arsitek yang sekurang-kurangnya memenuhi ketentuan: 1. Lulusan D-3 teknik arsitektur atau sarjana teknik arsitektur (S-1) dari lembaga pendidikan tinggi arsitektur yang diakui organisasi dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan organisasi untuk kualifikasi Arsitek Pratama; 2. Sarjana teknik arsitektur (S-1) dari lembaga pendidikan tinggi arsitektur yang diakui organisasi dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan organisasi untuk kualifikasi Arsitek Madya; 3. Sarjana teknik arsitektur (S-1) dari lembaga pendidikan tinggi arsitektur yang diakui organisasi atau sarjana teknik arsitektur (S-1) yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi strata lanjut profesi arsitek yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi arsitektur yang diakreditasi dan diakui organisasi dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan organisasi untuk kualifikasi Arsitek Utama; atau 4. Ahli yang setara dengan ketentuan dalam ayat ini serta keahliannya diakui organisasi. b. Arsitek yang telah dan tetap mengikuti program pembinaan dan pengembangan keprofesionalan anggota secara berkelanjutan dan berkesinambungan, antara lain meliputi: 1. Penataran kode etik arsitek yang diselenggarakan Dewan Kehormatan IAI. 2. Program pengembangan keprofesionalan arsitek yang diakui organisasi. (3) Anggota Biasa adalah sarjana atau lulusan D-3 arsitektur dari lembaga pendidikan tinggi arsitektur dan atau yang setara, diakui dan sesuai ketentuan organisasi, yang mempraktikkan 5

ANGGARAN RUMAH TANGGA atau menerapkan ilmu dan seni arsitektur demi pengembangan dunia arsitektur serta tidak bertentangan kepentingan dengan tujuan organisasi, dan sejalan dengan Kode Etik Arsitek serta Kaidah Tata laku Profesi Arsitek. (4) Anggota Mahasiswa (Student Members) adalah mahasiswa lembaga pendidikan tinggi arsitektur atau yang setara, telah diakreditasi oleh lembaga yang berwenang atau Dewan Pendidikan Arsitek, serta diakui organisasi dan sekurang-kurangnya telah menyelesaikan pendidikan tinggi arsitektur tingkat 3 (tiga) atau telah lulus 100 SKS, sesuai ketentuan organisasi. Pasal 5 Mitra IAI Mitra IAI (Associate Members) adalah arsitek, yang setara dengan Anggota Profesional dan terdaftar sebagai anggota organisasi profesi arsitek yang tergabung dalam ARCASIA pada lingkup regional atau UIA pada lingkup internasional, yang berminat bergabung dan menyatakan tunduk serta memenuhi ketentuan organisasi IAI, dan bila akan melakukan praktik profesi arsitek harus memiliki kompetensi yang diakui oleh IAI dalam bentuk Sertifikat Keahlian Sementara (SKAS) IAI dan persyaratan lain yang ditentukan oleh peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Pasal 6 Pengangkatan, Penerimaan Anggota dan Mitra IAI (1) Pengangkatan Anggota Kehormatan: a. Pengurus Daerah/Cabang dapat mengusulkan pengangkatan calon Anggota Kehormatan melalui Rakernas berdasarkan: 6

1. Penelitian dan penilaian yang mendalam serta seksama dalam memenuhi persyaratan kualifikasi. 2. Rekomendasi Dewan Kehormatan IAI tentang keadaan calon anggota, bukan warga yang cacat hukum dan tidak sedang menjalani hukuman atau melakukan perbuatan yang bersifat mencemarkan organisasi atau profesi arsitek. b. Penetapan pengangkatan Anggota Kehormatan dilaksanakan oleh Pengurus Nasional berdasarkan keputusan Munas melalui rekomendasi Rakernas. (2) Penerimaan Anggota dan Mitra IAI Calon anggota dan mitra IAI wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Persyaratan kualifikasi keanggotaan IAI dan ketentuan organisasi; b. Persyaratan administrasi dan tata cara penerimaan anggota, yang antara lain meliputi: 1. Mengajukan permohonan menjadi anggota secara tertulis dengan mengisi dan melengkapi formulir pendaftaran anggota yang diterbitkan organisasi, ditujukan kepada Pengurus Daerah/Cabang tempat pemohon berdomisili. Apabila di daerah atau kota tempat tinggal/domisili belum terdapat kepengurusan IAI, calon anggota dapat mengajukan langsung kepada kepengurusan IAI yang terdekat atau ke Pengurus Nasional. 2. Formulir pendaftaran dilengkapi dengan: a) Tanda bukti identitas diri dan atau Kartu Mahasiswa disertai dengan pasfoto. b) Salinan sah ijazah/dokumen bukti tanda lulus pendidikan tinggi arsitektur sesuai persyaratan kualifikasi, atau yang setara dan berkaitan dengan bidang arsitektur. 7

ANGGARAN RUMAH TANGGA c) Melampirkan keterangan riwayat hidup (Curriculum Vitae) atau pengalaman praktik profesi dan atau penerapan pengetahuan, ilmu, dan seni arsitektur dalam portofolio/foto-foto/gambar rekaman visual hasil karya. d) Rekomendasi sekurang-kurangnya dari: 1) Organisasi profesi arsitek setempat yang menyatakan keanggotaan calon yang bersangkutan adalah sah, serta berkualifikasi sesuai persyaratan; atau 2) Lembaga pendidikan tinggi arsitektur yang menyatakan status kemahasiswaan calon anggota yang bersangkutan adalah sah dan berkualifikasi sesuai persyaratan; atau 3) Dua (2) orang Anggota Profesional yang mengenal pemohon dan secara moral bertanggung jawab terhadap integritas calon anggota. c. Pengurus Daerah/Cabang, akan meneliti permohonan calon anggota untuk memutuskan diterima atau tidaknya calon anggota yang bersangkutan dan melaporkan kepada Pengurus Nasional, selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah penerimaan surat permohonan menjadi anggota. d. Pengurus Nasional segera meresmikan penerimaan anggota berdasarkan pertimbangan keputusan Pengurus Daerah/Cabang, selambatnya-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah permohonan dan rekomendasi Pengurus Daerah/Cabang diterima. (3) Anggota Profesional yang telah berumur lebih dari 65 (enam puluh lima) tahun dan tidak lagi melakukan praktik profesi arsitek, dapat mengajukan permohonan tertulis untuk menjadi anggota yang diibebaskan dari kewajiban membayar iuran anggota. (4) Anggota Biasa dapat meningkatkan status keanggotaannya menjadi anggota profesional, dengan mengajukan permohonan secara tertulis kepada pengurus setempat setelah memenuhi persyaratan kualifikasi dan administrasi. 8

(5) Anggota Mahasiswa yang tidak lagi menjadi mahasiswa atau telah menyelesaikan kesarjanaannya pada lembaga pendidikan tinggi arsitektur, secara langsung status keanggotaan mahasiswanya gugur dan yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan tertulis untuk menjadi Anggota Biasa sesuai persyaratan kualifikasi. Pasal 7 Hak, Kewajiban, dan Tanggung Jawab (1) Setiap anggota mempunyai hak: a. Mendapatkan manfaat, pelayanan, pembinaan, pembelaan, turut serta mengikuti segala kegiatan, dan menggunakan sarana/fasilitas organisasi. b. Memperoleh tanda keanggotaan dan kompetensi sesuai dengan kategori keanggotaannya, sertifikat keahlian IAI dan atau sertifikat lainnya sesuai ketentuan organisasi. c. Membela diri dan memberikan keterangan atas keputusan dan atau sanksi organisasi kepada Sidang Dewan Kehormatan IAI yang diselenggarakan khusus untuk hal tersebut. d. Menyampaikan pendapat pribadi dalam dalam kegiatan Musyawarah dan Rapat Anggota. (2) Setiap Anggota Profesional dan Anggota Biasa berhak menjadi peserta dalam Rapat Pleno Anggota atau Musyawarah serta mempunyai hak suara dan hak memilih Ketua IAI, baik pada lingkup nasional/daerah/cabang. (3) Hanya Anggota Profesional yang mempunyai: a. Hak mendapat sertifikat keahlian IAI dan mendapat rekomendasi dalam memperoleh lisensi kerja. 9

ANGGARAN RUMAH TANGGA b. Hak suara untuk dipilih menjadi Ketua IAI pada lingkup nasional/daerah/cabang. (4) Setiap anggota mempunyai kewajiban untuk: a. Menegakkan Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek, serta menjunjung tinggi kesejawatan dan integritas profesi. b. Membayar Uang Pangkal dan Iuran Anggota sesuai ketentuan organisasi, kecuali Anggota Kehormatan. c. Menggunakan hak suara atau hak pilih dalam Munas/Musda/Muscab, kecuali Anggota Mahasiswa dan Anggota Kehormatan. d. Senantiasa mengembangkan wawasan arsitektur dan keprofesionalannya sesuai program yang telah diatur organisasi. e. Melengkapi dan menyampaikan tambahan dan atau perubahan data serta karya profesi ke sekretariat IAI secara berkesinambungan. f. Memberikan keterangan yang sesungguhnya untuk membantu tugas Dewan Kehormatan IAI apabila dibutuhkan dalam rangka menegakkan etika berprofesi. g. Menjalankan kegiatan profesinya sesuai ketentuan Pedoman Hubungan Kerja Antara Arsitek Dengan Pengguna Jasa. (5) Setiap anggota bertanggung jawab dalam mewujudkan tujuan organisasi dengan: a. Mengabdikan keahliannya demi membela kepentingan masyarakat serta menciptakan lingkungan binaan yang berkelanjutan. b. Melayani masyarakat pengguna jasa arsitek/pemberi tugas dengan sikap dan perilaku profesional, untuk dapat membangkitkan dan menumbuhkembangkan kepercayaan serta penghargaan terhadap profesi arsitek. 10

Pasal 8 Berakhirnya Keanggotaan (1) Anggota yang meninggal dunia, keanggotaannya dan seluruh hak serta kewajibannya kepada organisasi berakhir dengan sendirinya. (2) Keanggotaan berakhir karena mengundurkan diri atas kemauan sendiri, dalam hal ini: a. Permintaan pengunduran diri harus dinyatakan secara tertulis kepada Pengurus Nasional melalui Pengurus Daerah/Cabang tempat domisili. b. Segala kewajiban sebagai anggota sampai tanggal berakhirnya keanggotaan harus diselesaikan terlebih dahulu sebagaimana ketentuan organisasi. c. Berakhirnya keanggotaan berlaku sejak setelah segala kewajiban anggota diselesaikan. (3) Keanggotaan berakhir karena diberhentikan, dengan sebab atau alasan melanggar Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek, dalam hal ini: a. Keputusan pemberhentian ditetapkan oleh Pengurus Nasional setelah mendengar pertimbangan dan penilaian Dewan Kehormatan IAI. b. Berakhirnya keanggotan berlaku sejak diterbitkannya Surat Keputusan Pengurus Nasional tentang hal tersebut. c. Anggota yang diberhentikan karena melanggar Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek, dapat diterima kembali sebagai anggota/direhabilitasi keanggotaannya setelah melalui pertimbangan dan penilaian Dewan Kehormatan IAI. (4) Keanggotaan berakhir dengan cara diberhentikan, akibat lalai memenuhi kewajiban membayar 11

ANGGARAN RUMAH TANGGA iuran Anggota. Tata cara/prosedur pemberhentian sebagai berikut: a. Pengurus Daerah/Cabang akan menerbitkan Surat Peringatan Pertama kepada anggota yang telah lalai membayar iuran selama 6 (enam) bulan berturut-turut dengan tembusan kepada Pengurus Nasional dan Pengurus Daerah lain sebagai pemberitahuan. b. Apabila dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah diterbitkannya Surat Peringatan Pertama, anggota yang bersangkutan belum memenuhi kewajibannya, maka Pengurus Daerah menerbitkan Surat Peringatan Kedua dengan tembusan kepada Pengurus Nasional dan Pengurus Daerah lain sebagai pemberitahuan. c. Apabila dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah diterbitkannya Surat Peringatan Kedua, anggota yang bersangkutan belum juga memenuhi kewajibannya, maka Pengurus Nasional atas permintaan Pengurus Daerah/Cabang akan menerbitkan Surat Pembekuan Anggota. d. Apabila dalam waktu 3 (tiga) bulan setelah diterbitkannya Surat Pembekuan Anggota, dan yang bersangkutan masih belum memenuhi kewajibannya, maka Pengurus Nasional atas permintaan Pengurus Daerah/Cabang akan menerbitkan Surat Pemberhentian Anggota. (5) Keanggotaan mahasiswa akan berhenti secara langsung, setelah yang bersangkutan menyelesaikan pendidikannya; dan apabila yang bersangkutan bermaksud menjadi anggota IAI, maka dapat dilakukan melalui proses penerimaan yang berlaku. (6) Pemberhentian keanggotaan diumumkan oleh Pengurus Nasional/Daerah/Cabang yang bersangkutan kepada kepengurusan dan anggota seluruh Indonesia serta lembaga terkait, dimuat dalam media komunikasi IAI pada lingkup cabang/daerah/nasional dengan menyebutkan alasan pemberhentian. (7) Mantan anggota IAI yang pernah diberhentikan karena kelalaian dalam melaksanakan kewajibannya membayar iuran anggota, apabila ingin kembali aktif harus mengajukan secara 12

tertulis dan memenuhi terlebih dahulu kewajibannya, untuk kemudian direhabilitasi keanggotaannya oleh Pengurus Nasional 13

ANGGARAN RUMAH TANGGA BAB 4 ORGANISASI Pasal 9 Pembentukkan Organisasi Pada Lingkup Daerah dan Cabang (1) Organisasi pada lingkup daerah/cabang dapat dibentuk apabila di suatu provinsi atau kabupaten/kota telah terdapat lebih dari 15 anggota IAI yang bersepakat dan menghendaki dibentuknya kepengurusan melalui ketetapan Rapat Anggota di provinsi atau kabupaten/kota yang bersangkutan; atau ditentukan lain sesuai ketentuan organisasi. (2) Apabila di satu provinsi atau kabupaten/kota terdapat 3 anggota IAI yang bersepakat, maka dapat dibentuk sebuah Komisariat Daerah/Cabang sebagai cikal bakal berdirinya IAI Daerah/Cabang. Pasal 10 Perangkat Organisasi Perangkat organisasi IAI yang meliputi Pengurus, Dewan Kehormatan IAI, Badan-Badan, tim kerja/kepanitiaan memiliki sarana sekretariat pada lingkup nasional/daerah/cabang. Pasal 11 Dewan Kehormatan IAI (1) Dewan Kehormatan IAI beranggotakan Anggota Profesional dengan kriteria sebagai berikut: a. Memiliki integritas, serta menjunjung tinggi Etika Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek. 14

b. Tidak kehilangan haknya sebagai warga negara maupun sebagai anggota. c. Sanggup melaksanakan tugas yang dituntut organisasi. (2) Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Kehormatan IAI memiliki tata kerja dan kode etik yang harus ditaati oleh seluruh anggota Dewan Kehormatan IAI pada lingkup nasional maupun daerah. (3) Masa jabatan Dewan Kehormatan IAI adalah sama dengan masa bakti Pengurus pada lingkup masing-masing. (4) Dewan Kehormatan IAI Daerah juga menangani permasalahan anggota IAI pada lingkup cabang yang se-provinsi. Pasal 12 Pengurus (1) Anggota Pengurus IAI pada lingkup nasional/daerah/cabang harus memenuhi persyaratan: a. Anggota yang tidak kehilangan haknya sebagai warga negara dan tidak sedang dicabut haknya sebagai anggota IAI. b. Memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh organisasi c. Menjunjung tinggi Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek d. Memiliki waktu dan dedikasi untuk turut membesarkan organisasi (2) Ketua Pengurus Nasional/Daerah/Cabang dipilih anggota melalui Munas/Musda/Muscab, selain kriteria pada Ayat 1 di atas, juga harus memenuhi persyaratan: a. Anggota Profesional 15

ANGGARAN RUMAH TANGGA b. Khusus untuk Ketua Umum IAI-Nasional sebelumnya harus pernah menjabat sebagai anggota pengurus pada lingkup nasional/daerah/cabang sekurang-kurangnya selama satu masa kepengurusan. (3) Anggota Pengurus adalah Anggota Profesional atau Biasa, yang dipilih dan diangkat oleh Ketua terpilih. Pasal 13 Badan dan Lembaga (1) Badan yang dimaksud dalam Anggaran Dasar dibentuk oleh Pengurus Nasional/Daerah/Cabang berdasarkan persetujuan Rapat Kerja pada lingkup nasional/daerah/cabang dan bertanggung jawab pada pengurus yang membentuknya. (2) Badan-badan pada lingkup nasional merupakan perangkat operasional Pengurus Nasional, dan berfungsi sebagai koordinator dan pengarah pelaksanaan operasional badan-badan sejenis pada lingkup daerah/cabang, meliputi: a. Badan Sistem Informasi Arsitektur (Sinfar), merupakan wadah komunikasi, koordinasi yang berwenang dan bertugas menyebarluaskan informasi/data tentang kearsitekturan, keanggotaan, kegiatan organisasi, dan lainnya melalui media komunikasi cetak berkala, multi media, kehumasan, kepustakaan, serta pusat data IAI. b. Badan Keprofesian, berwenang dan bertugas merumuskan serta memantau pelaksanaan sistem pranata keprofesian dan memberikan rekomendasi dalam proses sertifikasi. c. Badan Pendidikan Arsitek, merupakan perangkat operasional yang berwenang dan bertugas mengkaji serta merumuskan sistem pendidikan tinggi profesional arsitek, pembinaan dan pengembangan keprofesionalan anggota yang sekaligus berfungsi sebagai penghubung dunia profesi arsitek dan pendidikan tinggi arsitektur. 16

d. Badan Pengabdian Profesi, merupakan perangkat operasional yang berwenang dan bertugas mengoordinir kegiatan pengabdian atau pelayanan jasa arsitek kepada perorangan maupun kelompok masyarakat umum. e. Badan Penghargaan dan Sayembara Karya Arsitektur, merupakan perangkat organisasi yang menangani kegiatan penghargaan IAI (IAI Award) atas karya arsitektur terbaik dari perorangan atau lembaga yang berjasa dalam dunia arsitektur, serta menyelenggarakan kegiatan sayembara arsitektur. f. Badan Pengkajian dan Pelestarian Arsitektur, merupakan perangkat organisasi yang mengkaji dan melakukan penelitian arsitektur dan upaya-upaya kegiatan pelestarian bangunan/kota/kawasan bersejarah. (3) Dewan Keprofesian Arsitek, adalah perangkat organisasi IAI pada lingkup nasional dan daerah yang bertugas untuk menetapkan standar nasional kualifkasi arsitek dan menerbitkan sertifikat keahlian IAI. (4) Dewan Pendidikan Arsitektur, adalah perangkat organisasi IAI pada lingkup nasional yang bertugas turut menentukan standar akreditasi pendidikan kearsitekturan di Indonesia. (5) Lembaga Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), adalah merupakan perangkat organisasi yang menyusun program pembinaan dan pengembangan keprofesian serta penyelenggaraan kegiatan-kegiatan untuk pengembangan profesi arsitek. Pasal 14 Sekretariat Sekretariat organisasi IAI pada lingkup nasional/daerah/cabang, yang merupakan sarana seluruh perangkat organisasi baik Pengurus, Dewan Kehormatan IAI, Badan dan Lembaga, dan atau 17

ANGGARAN RUMAH TANGGA kepanitiaan, dibentuk organisasi sesuai lingkup kepengurusan masing-masing. Pasal 15 Tugas dan Tanggung Jawab (1) Dewan Kehormatan IAI, mempunyai tugas dan tanggung jawab: a. Menentukan norma-norma etika dan tata laku profesi arsitek, serta menilai dan memutuskan perlu tidaknya dilakukan penyempurnaan atau perubahan terhadap ketentuan Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek. b. Menentukan dan memberi arahan dalam penyusunan kebijakan serta pelaksanaan program pengembangan keprofesionalan anggota, khususnya Penataran Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek. c. Menetapkan tata cara persidangan, dalam memutuskan dan menilai masalah-masalah yang menyangkut pelanggaran Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek, arbitrase/hubungan kerja, maupun menyangkut persyaratan keanggotaan untuk status Anggota Profesional. d. Meminta pihak-pihak lain yang dianggap perlu baik dari dalam maupun luar IAI untuk dapat mengemukakan pendapat/keterangan dalam persidangan, atau membantu Dewan Kehormatan IAI dalam tugasnya pada lingkup nasional/daerah/cabang. e. Menetapkan sanksi atas pelanggaran Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Asitek, dan meneruskan kepada Pengurus Nasional/Daerah/Cabang untuk menindaklanjuti sesuai ketentuan kewenangan dalam lingkup masing-masing. (2) Pengurus Nasional selain yang tersebut dalam Anggaran Dasar bertugas dan bertanggung jawab, meliputi: 18

a. Melaksanakan Ketetapan Munas, Rakernas, dan rekomendasi Dewan Kehormatan IAI. b. Menetapkan kebijakan pengelolaan organisasi dan mengeluarkan peraturan-peraturan pelaksanaan organisasi (PO) yang diperlukan untuk melaksanakan tugas, kewajiban, dan kegiatan lainnya sepanjang tidak bertentangan degan AD, ART, Ketetapan Munas, Rakernas, dan rekomendasi Dewan Kehormatan IAI. c. Membekukan sementara atau mencabut keanggotaan IAI yang bertentangan dengan AD- ART, Ketetapan Munas, Rakernas, maupun Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek, setelah mendengar penilaian, pertimbangan, dan persetujuan Dewan Kehormatan IAI Nasional. d. Mengoordinasikan dan menjalin kerja sama baik ke dalam maupun ke luar antarlembaga, serta mewakili organisasi dalam menangani masalah keanggotaan IAI pada lembagalembaga yang terkait, baik pada lingkup nasional, regional, maupun internasional. e. Bertanggung jawab kepada Munas yang memilihnya serta kepada Rakernas khususnya dalam pelaksanaan program IAI secara nasional, regional, dan Internasional. (3) Pengurus Daerah mempunyai tugas, tanggung jawab, dan wewenang meliputi: a. Menjalankan dan melaksanakan kepengurusan berdasarkan Ketetapan Musda, Rakerda yang tidak bertentangan dengan ketetapan lain pada lingkup di atasnya dan bertanggung jawab terhadap jalannya organisasi pada lingkup daerah. b. Menetapkan kebijakan pengelolaan organisasi, mengeluarkan peraturan-peraturan pelaksanaan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, upaya dan kegiatan lainnya pada lingkup daerah sesuai AD-ART, Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek, Musda, Rakerda, rekomendasi Dewan Kehormatan IAI Daerah, dan ketetapan lain pada lingkup di atasnya. 19

ANGGARAN RUMAH TANGGA c. Bertanggung jawab kepada Musda yang memilihnya, serta kepada Rakernas dan Pengurus Nasional khususnya dalam kegiatan berskala nasional, regional, maupun internasional dengan pemberitahuan kepada Pengurus Nasional. d. Mengoordinasikan dan menjalin kerja sama baik ke dalam maupun ke luar antarlembaga mewakili organisasi, dalam menangani masalah keanggotaan pada lembaga-lembaga yang terkait pada lingkup daerah. (4) Pengurus Cabang bertugas dan bertanggung jawab meliputi: a. Menjalankan dan melaksanakan kepengurusan berdasarkan Ketetapan Muscab dan tidak bertentangan dengan ketetapan lain pada lingkup di atasnya dan bertanggung jawab terhadap jalannya organisasi pada lingkup cabang. b. Menetapkan kebijakan pengelolaan organisasi, mengeluarkan peraturan-peraturan pelaksanaan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya serta upaya kegiatan lainnya pada lingkup cabang sepanjang tidak bertentangan dengan AD-ART, Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek, ketetapan-ketetapan Muscab, dan ketetapan lain pada lingkup di atasnya. c. Bertanggung jawab kepada Muscab yang memilihnya, serta kepada Rakernas dan Pengurus Nasional khususnya dalam kegiatan berskala nasional, regional, maupun internasional dengan pemberitahuan kepada Pengurus Daerah dan Nasional. d. Mengoordinasikan dan menjalin kerja sama baik ke dalam maupun ke luar antarlembaga mewakili organisasi, dalam menangani masalah keanggotaan, kepemilikan, dan pada lembaga-lembaga yang terkait pada lingkup cabang. (5) Pengurus Nasional, Daerah, dan Cabang bertugas dan bertanggung jawab: 20

a. Menetapkan program kerja selambat-lambatnya dalam 3 (tiga) bulan setelah susunan pengurus terbentuk dan mengumumkannya kepada seluruh anggota melalui media komunikasi pada lingkup kepengurusan masing-masing. b. Menyampaikan laporan tahunan kepengurusan dan kegiatan yang telah dilakukan, termasuk laporan tahunan keuangan pada tahun berikutnya kepada Rapat Anggota dan Rapat Kerja secara tertulis dan atau melalui komunikasi berkala pada lingkup kepengurusan yang bersangkutan. c. Dalam melaksanakan fungsi organisasi, kepengurusan wajib menerbitkan media komunikasi secara berkala/kalawarta sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali pada lingkup kepengurusan masing-masing, d. Pengurus dapat melimpahkan sebagian kewenangan dan tugasnya kepada anggota dengan tidak mengurangi tanggung jawab sebagai pengurus melalui Surat Keputusan Pengurus e. Dalam pengisian kekosongan jabatan Pengurus: 1. Anggota pengurus yang meninggal dunia atau mengundurkan diri atau tidak dapat melaksanakan tugas kepengurusan selama 3 (tiga) bulan berturut-turut, maka Rapat Pleno Pengurus dapat menetapkan penggantinya. 2. Penggantian anggota Pengurus Daerah/Cabang dilaporkan kepada pengurus pada lingkup di atasnya dan disahkan Pengurus Nasional. 3. Penggantian anggota pengurus tidak mempengaruhi masa kepengurusan yang telah ditetapkan dalam Munas/Musda/Muscab sebelumnya. 21

ANGGARAN RUMAH TANGGA Pasal 16 Lambang dan Atribut (1) Lambang organisasi IAI adalah berupa logo berbentuk lingkaran terpancung yang di bagian dalam terdapat simbol bermakna IAI, yang secara rinci telah ditetapkan dalam peraturan organisasi. (2) Atribut organisasi IAI antara lain berupa bendera/pataka IAI dengan dasar putih dan Logo IAI di tengah berwarna merah tua dan tulisan. (3) Lambang dan Atribut IAI digunakan pada seluruh perangkat kerja organisasi serta kegiatan resmi baik oleh Pengurus, Badan dan lembaga, serta kepanitiaan IAI baik pada lingkup nasional/daerah/cabang. 22

BAB 5 MUSYAWARAH DAN RAPAT Pasal 17 Musyawarah, Musyawarah Khusus, dan Musyawarah Luar Biasa Penyelenggaraan Munas dan Musda/Muscab yang dimaksud dalam Anggaran Dasar dilaksanakan oleh Pengurus Nasional/Daerah/Cabang mengikuti tata tertib yang berlaku dan sesuai ketentuan organisasi. (1) Munas diselenggarakan oleh panitia penyelenggara yang dibentuk oleh Pengurus Nasional, dengan menyertakan unsur Pengurus Daerah atau Cabang tempat di mana Munas diselenggarakan. (2) Musda diselenggarakan oleh panitia penyelenggara yang dibentuk oleh Pengurus Daerah. (3) Muscab diselenggarakan oleh panitia penyelenggara yang dibentuk oleh Pengurus Cabang. (4) Musyawarah Khusus dapat diselenggarakan pada lingkup nasional/daerah/cabang, mengikuti tata tertib dan ketentuan organisasi. a. Munassus diselenggarakan atas Ketetapan Munas. b. Musdasus dapat diselenggarakan atas Ketetapan Musda. c. Muscabsus dapat diselenggarakan atas Ketetapan Muscab. (5) Musyawarah Luar Biasa dapat diselenggarakan pada lingkup nasional/daerah/cabang, mengikuti tata tertib dan atau ketentuan organisasi. 23

ANGGARAN RUMAH TANGGA a. Munaslub dapat diselenggarakan atas prakasa/permintaan dari Pengurus Nasional, Dewan Kehormatan IAI, dan 1/3 (satu per tiga) jumlah Pengurus Daerah/Cabang. b. Musdalub dapat diselenggarakan atas prakasa/permintaan Pengurus Daerah dan atau 1/3 (satu per tiga) jumlah anggota di daerah yang bersangkutan. c. Muscablub dapat diselenggarakan atas prakasa/permintaan Pengurus Cabang dan atau 1/3 (satu per tiga) jumlah anggota di cabang yang bersangkutan. Pasal 18 Pimpinan Sidang Pimpinan Sidang pada Musyawarah, Musyawarah Khusus, maupun Musyawarah Luar Biasa pada lingkup nasional/daerah/cabang dipilih dari Anggota Profesional yang hadir, oleh sidang yang dipimpin Panitia Penyelenggara. Pasal 19 Tata Tertib dan Acara (1) Undangan Musyawarah, Musyawarah Khusus, dan atau Musyawarah Luar Biasa pada lingkup nasional/daerah/cabang harus dikirimkan kepada anggota 1 (satu) bulan sebelum waktu penyelenggaraan. (2) Konsep Tata Tertib dan Acara Sidang disiapkan oleh Panitia Penyelenggara dan harus dikirimkan kepada anggota sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu sebelum waktu penyelenggaraan. 24

Pasal 20 Kuorum (1) Musyawarah dan rapat dianggap sah, bila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang berhak hadir. (2) Bila kuorum tidak tercapai, maka musyawarah dan atau rapat ditunda tiap setengah jam dengan jumlah penundaan maksimum 2 (dua) kali. (3) Sesudah penundaan tersebut pada Ayat (2) pasal ini kuorum belum juga tercapai, maka musyawarah dan rapat dapat terus diselenggarakan dan keputusan yang diambil adalah sah, maka: a. Musyawarah Nasional dapat dilaksanakan apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 100 (seratus) anggota yang memiliki hak suara dan mewakili sedikitnya 2/3 (dua per tiga) jumlah daerah dan cabang. b. Musyawarah Daerah/Cabang dapat dilaksanakan apabila dihadiri sekurang-kurangnya oleh 1/3 (satu per tiga) dari jumlah anggota daerah/cabang yang memiliki hak suara. Pasal 21 Waktu dan Tempat Musyawarah (1) Musyawarah pada lingkup nasional/daerah/cabang diselenggarakan pada waktu dan tempat yang ditetapkan pada Munas/Musda/Muscab sebelumnya. (2) Musyawarah Khusus pada lingkup nasional/daerah/cabang diselenggarakan pada waktu dan tempat yang ditetapkan Panitia Penyelenggara Munas/Musda/Muscab yang bersangkutan. (3) Munaslub: 25

ANGGARAN RUMAH TANGGA a. Diselenggarakan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah diterimanya permintaan untuk menyelenggarakan Munaslub. b. Apabila Pengurus Nasional belum atau tidak dapat menyelenggarakannya maka Rakernas berkewajiban menyelenggarakan Munaslub. (4) Musdalub: a. Diselenggarakan oleh Pengurus Daerah selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sesudah diterimanya permintaan untuk mengadakan Musdalub. b. Apabila Pengurus Daerah tidak dapat menyelenggarakan Musdalub dalam batas waktu 2 (dua) bulan sebagaimana Butir a pada ayat ini, maka Pengurus Nasional berkewajiban menyelenggarakan Musdalub. (5) Muscablub: a. Diselenggarakan oleh Pengurus Cabang selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sesudah diterimanya permintaan untuk menyelenggarakan Muscablub. b. Apabila Pengurus Cabang tidak dapat menyelenggarakan Muscablub dalam batas waktu 2 (dua) bulan, maka Pengurus Daerah atau Pengurus Nasional berkewajiban menyelenggarakan Muscablub. Pasal 22 Pemilihan Pengurus (1) Ketua Pengurus Nasional/Daerah/Cabang dipilih melalui pemilihan formatur dalam Munas/Musda/Muscab yang sekaligus akan menjabat sebagai Ketua Pengurus Nasional/Daerah/Cabang yang baru 26

(2) Proses pemilihan: a. Tahap pertama adalah tahap pencalonan dilaksanakan melalui media komunikasi organisasi maupun pos dengan surat untuk menentukan nominasi calon formatur. b. Tahap Kedua merupakan penetapan nominasi calon formatur: 1. Diselenggarakan dengan tata cara yang diatur oleh Panitia Penyelenggara. 2. Panitia Pemilihan calon formatur yang ternomisasi tidak diperkenankan duduk dalam keanggotaan panitia pemilihan maupun panitia Munas atau Musda/Muscab. c. Tahap ketiga merupakan tahap pemungutan suara dalam musyawarah pada lingkup nasional/daerah/cabang guna: 1. Menetapkan 3 (tiga) orang calon formatur yang mendapat suara terbanyak. 2. Menetapkan 1 (satu) orang calon formatur melalui suara terbanyak sebagai formatur terpilih, sekaligus menjadi Ketua Pengurus Nasional/Daerah/Cabang yang baru. 3. Apabila hanya terdapat 1 (satu) orang calon formatur, maka secara aklamasi calon tersebut menjadi formatur dan sekaligus Ketua Pengurus Nasional/Daerah/Cabang yang baru. (3) Pengurus Nasional: a. Anggota Pengurus Nasional disusun oleh formatur (Ketua Umum) dengan di dampingi oleh unsur Dewan Kehormatan IAI terpilih dan satu orang unsur Pengurus Daerah yang ditetapkan Munas. b. Mantan ketua periode kepengurusan sebelumnya dalam rangka kesinambungan jalannya organisasi diangkat sebagai Ketua Kehormatan, kecuali tidak dimungkinkan oleh hukum, 27

ANGGARAN RUMAH TANGGA ketentuan organisasi, dan Ketetapan Munas. c. Kepengurusan pada lingkup nasional yang disusun oleh ketua terpilih, harus diumumkan kepada kepengurusan pada lingkup daerah/cabang seluruh Indonesia paling lambat 1 (satu) bulan setelah Munas. (4) Pengurus Daerah: a. Anggota Pengurus Daerah disusun oleh formatur (Ketua Daerah) didampingi unsur Dewan Kehormatan IAI Daerah. b. Susunan Pengurus Daerah disahkan oleh Pengurus Nasional. c. Kepengurusan pada lingkup daerah yang disusun oleh ketua terpilih diumumkan kepada anggota dan dilaporkan kepada Pengurus Nasional, paling lambat 1 (satu) bulan setelah Musda diselenggarakan. d. Pengurus Nasional hanya dapat menolak pengesahan kepengurusan, apabila proses MUSDA dan proses pemilihan melanggar ketentuan AD-ART dan selanjutnya Pengurus Nasional dapat mengulang penyelenggaraan Musda tersebut. (5) Pengurus Cabang a. Anggota Pengurus Cabang disusun oleh formatur (Ketua Cabang). b. Susunan Pengurus Cabang disahkan oleh Pengurus Nasional. c. Kepengurusan pada lingkup cabang yang disusun oleh ketua terpilih diumumkan kepada anggota dan dilaporkan kepada Pengurus Daerah dan diteruskan ke Pengurus Nasional paling lambat 1 (satu) bulan setelah Muscab diselenggarakan. d. Pengurus Nasional hanya dapat menolak melakukan pengesahan kepengurusan, apabila proses Muscab dan proses pemilihan melanggar ketentuan AD-ART dan selanjutnya 28

Pengurus Daerah mewakili Pengurus Nasional dapat mengulang penyelenggaraan Muscab tersebut. Pasal 23 Rapat Kerja (1) Rakernas: a. Rakernas diselenggarakan oleh Pengurus Nasional. b. Ketua Rakernas dijabat oleh Ketua Umum IAI. c. Wakil Ketua Rakernas dijabat oleh salah seorang Ketua Pengurus Daerah/Cabang yang dipilih peserta Rakernas. d. Sekretaris Rakernas dijabat oleh Sekretaris Jenderal IAI e. Dalam Rakernas hak suara dalam pemungutan suara diatur sebagai berikut: 1. Pengurus Nasional 1 (satu) suara 2. Dewan Kehormatan IAI 1 (satu) suara 3. Masing-masing Pengurus Daerah/Cabang 1 (satu) suara. f. Bagi Kepengurusan IAI Daerah/Cabang yang tidak hadir maupun yang sebanyak-banyaknya telah 2 (dua) kali masa MUNAS tidak dapat memenuhi kewajibannya melaksanakan pembagian Iuran Anggota sesuai ketentuan organisasi, dinyatakan kehilangan hak suara dalam pengambilan keputusan Rakernas. (2) Rakerda: 29

ANGGARAN RUMAH TANGGA a. Rakerda, diselenggarakan oleh Pengurus Daerah. b. Beranggotakan dan oleh Pengurus Daerah dan dihadiri Ketua Cabang dalam lingkup daerah yang bersangkutan. c. Ketua Rakerda dijabat oleh Ketua Pengurus Daerah, dan Sekretaris Rakerda dijabat oleh Sekretaris Pengurus Daerah. Pasal 24 Rapat Anggota Rapat Anggota diselenggarakan untuk menjalin komunikasi dan koordinasi antaranggota dan pengurus pada lingkup daerah dan cabang, khususnya untuk membahas pelaksanaan kebijaksanaan organisasi yang tertuang dalam ketetapan organisasi (Munas/Musda/Muscab dan atau Rakernas/Rakerda, dan lain-lain) yang berkaitan dengan masalah dan kepentingan anggota. (1) Rapat Anggota Daerah a. Rapat Anggota Daerah dapat diselenggarakan atas prakarsa atau permintaan dari kepengurusan pada lingkup daerah dan atau cabang dalam daerah yang bersangkutan yang mewakili 1/3 (satu per tiga) jumlah anggota daerah yang bersangkutan, dan atau anggota sekurang-kurangnya 1/3 ( satu per tiga ) dari jumlah anggota daerah yang bersangkutan. b. Beranggotakan dan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 1/3 jumlah anggota dan seluruh pengurus bersama perangkat operasional organisasi pada lingkup daerah dan cabang dalam lingkup daerah yang bersangkutan. c. Ketua Rapat Anggota adalah Ketua Pengurus Daerah dan Sekretaris Rapat Anggota adalah anggota yang dipilih oleh sidang/rapat tersebut. (2) Rapat Anggota Cabang 30

a. Rapat Anggota Cabang dapat diselenggarakan atas prakarsa atau permintaan dari kepengurusan pada lingkup cabang dan atau anggota sekurang-kurangnya 1/3 (satu per tiga) dari jumlah anggota cabang yang bersangkutan. b. Beranggotakan dan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 1/3 jumlah anggota dan seluruh pengurus dan perangkat operasional organisasi pada lingkup cabang. c. Ketua Rapat Anggota adalah Ketua Cabang dan Sekretaris Rapat Anggota adalah anggota yang dipilih oleh sidang/rapat tersebut. Pasal 25 Rapat dan Sidang Dewan Kehormatan (1) Rapat Dewan Kehormatan IAI : a. Dalam menjalankan fungsinya sebagai perangkat normatif organisasi, Dewan Kehormatan IAI menyelenggarakan rapat untuk: 1. Melaksanakan dan menjalankan fungsi selaku penjaga norma-norma etika dan tata laku keprofesian. 2. Menilai laporan Pengurus serta masyarakat atas pelanggaran Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek yang dilakukan anggota IAI. b. Dalam setiap rapat Dewan Kehormatan IAI Nasional/Daerah wajib dihadiri oleh unsur Pengurus Nasional/Daerah sesuai lingkupnya. (2) Sidang Dewan Kehormatan IAI: Sidang Dewan Kehormatan IAI diselenggarkan untuk menilai dan memutuskan masalah-masalah 31

ANGGARAN RUMAH TANGGA pelanggaran Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek bersifat tertutup dan rahasia, kecuali ditetapkan lain oleh Dewan Kehormatan IAI. Pasal 26 Rapat Pengurus (1) Dalam menjalankan tugas sebagai perangkat eksekutif organisasi, Pengurus Nasional/Daerah/Cabang berkewajiban menyelenggarakan Rapat Pengurus sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali antara lain: a. Mengoordinasikan seluruh perangkat kepengurusan pada lingkup kepengurusan masingmasing untuk pelaksanaan program organisasi b. Menyelenggarakan program pengembangan keprofesian anggota berkelanjutan secara berkala pada lingkup masing-masing. c. Melaksanakan fungsi organisasi khususnya sebagai wadah komunikasi dan koordinasi antaranggota maupun antarpengurus, antara lain melalui penerbitan media komunikasi berkala/kalawarta, pada lingkup masing-masing. (2) Rapat Pengurus terdiri dari: a. Rapat Pengurus Harian, yang sedikitnya dihadiri oleh Ketua Umum/Ketua, Sekretaris Jenderal/Sekretaris, dan Bendahara untuk melakukan evaluasi dan koordinasi fungsi tugas pengurus. b. Rapat Pengurus Pleno, selain dihadiri Pengurus Harian juga diikuti oleh unsur Pengurus Badan dan unsur lainnya pada lingkup masing-masing, yang merupakan forum untuk pengambilan keputusan organisasi. 32

(3) Rapat Pengurus Badan, Kepanitiaan, dan lain-lain yang dibentuk oleh kepengurusan pada lingkup nasional/daerah/cabang diselengarakan tersendiri untuk melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. 33

ANGGARAN RUMAH TANGGA BAB 6 KEUANGAN DAN KEKAYAAN Pasal 27 Uang Pangkal dan Iuran (1) Uang pangkal anggota ditarik dan dihimpun oleh Pengurus Daerah/Cabang atas nama Pengurus Nasional bersamaan dengan proses penerimaan anggota baru. (2) Uang pangkal merupakan pendapatan utama organisasi yang digunakan bagi penyelenggaraan operasional rutin dan pengembangan organisasi pada lingkup nasional. (3) Iuran anggota ditarik dan dihimpun oleh Pengurus Daerah dan Cabang dan atau ditetapkan lain oleh Rakernas. (4) Iuran anggota merupakan pendapatan utama daerah/cabang yang digunakan terutama bagi penyelenggaraan operasional rutin organisasi dan selebihnya dimanfaatkan untuk pengembangan anggota dan organisasi pada lingkup daerah dan cabang. (5) Penetapan besaran/tarif iuran anggota ditentukan berdasarkan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi (RAPBO) tahunan dan Program Kerja Tahunan Daerah/Cabang oleh pengurus yang bersangkutan atau secara musyawarah dalam pertemuan anggota dan atau ditetapkan lain sesuai ketetapan Rakernas. (6) Pembagian pendapatan iuran anggota antara Pengurus Nasional, Daerah, dan Cabang, diatur dengan proporsi yang menganut asas kebersamaan dan kesetaraan manfaat berdasarkan kriteria: a. Program kerja tahunan organisasi pada lingkup nasional/daerah/cabang. 34

b. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi (RAPBO) Tahunan pada lingkup nasional, daerah, maupun cabang. c. Sebanding dengan jumlah anggota di setiap daerah/cabang terhadap jumlah anggota nasional. (7) Di samping uang iuran anggota yang bersifat rutin dan wajib, dalam sistem keuangan organisasi IAI juga terdapat biaya kegiatan resmi khusus untuk Anggota Profesional berupa progam Sertifikasi Keahlian Arsitek yang dikelola tersendiri oleh Dewan Keprofesian Arsitek, dan bertanggung jawab pada Rakernas. Pasal 28 Pembukuan (1) Sistem pembukuan organisasi dimulai sejak tanggal 1 Januari dan ditutup pada tanggal 31 Desember. (2) Seluruh pemasukan dan pengeluaran keuangan harus dibukukan sesuai dengan norma-norma akuntansi yang berlaku. (3) Akuntan Publik akan melakukan audit atas kewajiban pelaporan keuangan organisasi yang disampaikan pada setiap Munas/Musda/Muscab. Pasal 29 Pengurusan Kekayaan (1) Pengurus Nasional/Daerah/Cabang bertanggung jawab atas seluruh kekayaan organisasi yang berada dalam kepemilikan dan kewenangan selama masa periode kepengurusannya. 35

ANGGARAN RUMAH TANGGA (2) Keputusan untuk memindahkan hak milik, menggadaikan, atau menjaminkan baik benda bergerak atau benda tidak bergerak harus diputuskan dalam rapat pengurus dan dikukuhkan oleh: a. Rakernas untuk kekayaan organisasi pada lingkup kepengurusan nasional dan daerah. b. Rakerda dan atau Pengurus Nasional untuk kekayaan organisasi pada lingkup cabang. (3) Organisasi melalui kewenangan Munas/Musda/Muscab dapat membentuk perangkat organisasi, unit kegiatan, atau yayasan milik IAI untuk mengurus berbagai aset organisasi dan melakukan upaya yang sah bagi kepentingan organisasi, diatur dengan ketentuan organisasi serta tidak bertentangan dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. (4) Perangkat organisasi, unit kegiatan, atau yayasan yang dibentuk bertanggung jawab kepada Ketua Umum pada lingkup nasional atau Ketua Pengurus Daerah/Cabang yang membentuknya, dan kegiatannya harus dilaporkan oleh pengurus yang bersangkutan pada Rakernas. 36

BAB 7 PERUBAHAN Pasal 30 Perubahan ART (1) Ketentuan dalam Anggaran Rumah Tangga hanya dapat diubah, ditambah, atau dihapus melalui keputusan Rakernas. (2) Penyelenggaraan Rakernas yang bertujuan untuk melakukan perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilaksanakan melalui undangan dengan mencantumkan maksud acara tersebut dan disampaikan 1 (satu) bulan sebelumnya kepada seluruh daerah dan cabang. Pasal 31 Pengesahan AD dan ART Sejak pertama kali disahkan pada tanggal 17 September 1959 dengan akte notaris tertanggal 14 November 1959 di Bandung oleh Notaris Lie Kwee Nio, AD-ART IAI telah mengalami perubahan beberapa kali, meliputi: (1) Perubahan AD pertama kali, disahkan pada Rapat Anggota tanggal 20 September 1974, di Jakarta (2) Perubahan kedua AD, disahkan pada Munas IV IAI tanggal 26 Juni 1987, di Jakarta (3) Perubahan ketiga AD dan penyusunan ART, disahkan pada Munas V IAI tanggal 16 September 1989, di Jakarta 37

ANGGARAN RUMAH TANGGA (4) Perubahan keempat AD dan ART, disahkan pada Munas VI IAI tanggal 18 September 1993, di Semarang (5) Perubahan kelima AD, disahkan pada Munas VIII IAI tanggal 7 Desember 1996 di Nusa Dua, Bali; dan perubahan ART, disahkan pada Rakernas 4 Juli 1997 di Jakarta. (6) Perubahan keenam AD, disahkan pada Munas XI IAI tanggal 20 September 2005 di Batam; dan perubahan ART, disahkan pada Rakernas tanggal 8 Maret 2006 di Malang. 38

BAB 8 PENUTUP Pasal 32 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam ART ini, akan dibahas dan ditetapkan oleh Rakernas sebagai peraturan atau ketentuan organisasi yang tidak bertentangan dengan AD dan ART yang berlaku. (2) ART ini disusun, disahkan, serta dinyatakan berlaku sejak diputuskan oleh Rakernas tanggal 8 Maret 2006 di Malang. 39