JENIS-JENIS DAN POLA KEMITRAAN USAHA OLEH : Anwar sanusi

dokumen-dokumen yang mirip
Kemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember

MANFAAT KEMITRAAN USAHA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 940/Kpts/OT.210/10/97 TENTANG PEDOMAN KEMITRAAN USAHA PERTANIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 940/Kpts/OT.210/10/1997 TENTANG PEDOMAN KEMITRAAN USAHA PERTANIAN MENTERI PERTANIAN,

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 348/Kpts/TP.240/6/2003 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA HORTIKULTURA MENTERI PERTANIAN,

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dianggap cukup representatif dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Dalam

Learning Outcome (LO)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI TRANSMIGRASI DAN PEMUKIMAN PERAMBAH HUTAN R.I. KEPUTUSAN MENTERI TRANSMIGRASI DAN PEMUKIMAN PERAMBAH HUTAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian, Dr. Ir. Momon Rusmono, MS NIP

KEPMEN NO. 96 TH 1998

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

Pembangunan pertanian merupakan bagian penting dan tidak. terpisahkan dari pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional. Hasil

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sektor agribisnis, selain terletak di daerah tropis juga mempunyai

PERKEBUNAN RAKYAT SEBAGAI LOKOMOTIF PENGENTASAN KEMISKINAN DI PEDESAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL)

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

A RA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN INDUSTRI MEBEL

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

PERAT URAN DAERAH K ABUP AT EN BAT ANG NOMOR

I. PENDAHULUAN. pemerintah yang konsisten yang mendukung pembangunan pertanian. Sasaran pembangunan di sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

Sebagai bagian dari pembangunan nasionai, pembangunan subsektor. perkebunan diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

WALIKOTA BANJARMASIN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

DUKUNGAN PENYULUH DI KELEMBAGAAN PETANI PADA PENGUATAN PERKEBUNAN KOPI RAKYAT

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG

PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG USAHA KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

JENIS-JENIS DAN POLA KEMITRAAN USAHA OLEH : Anwar sanusi Penyuluh Pertanian Madya, Pada Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BAKORRLUH) Provinsi NTB Landasan kuat untuk membangun kelompok menuju kemandirian antara lain adalah berkembangnya dinamika dan kerjasama kelompok. Pengurus dan anggota kelompok perlu memahami pentingnya menjaga keutuhan kelompok dan mampu menyatukan perbedaan pendapat menjadi suatu sinergi yang bermanfaat. Jiwa kepemimpinan perlu dikembangkan oleh setiap anggota kelompok melalui proses belajar menjadi pemimpin kelompok secara bergiliran. Sejalan dengan itu, peranan anggota dan tugas-tugas pengurus kelompok harus dipahami bersama. Pertemuan kelompok secara teratur dapat menjadi nafas berkembangnya dinamika kelompok. Ada 3 macam kelompok : Kelompok INFORMAL, yaitu kelompok yang terbentuk dengan sendirinya karena ada kesamaan - kesamaan diantara anggota anggotanya. Kelompok ini tidak mempunyai pengurus, tidak punya aturan - aturan atau kesepakatan. Anggota kelompoknya tidak tetap. Kelompok NON FORMAL, adalah kelompok yang anggotanya tetap, ada pengurusnya, ada aturan tertulis yang berbentuk Anggaran Dasar, punya legalitas (pengesahan) badan hukum. Kelompok FORMAL, sama seperti Kelompok Non Formal, ada pengurus, ada aturan dan punya legalitas tapi ada hirarki seperti

pada partai, misalnya ada di tingkat desa, kecamatan, kabupaten, dan seterusnya. Sebagai kelompok dapat tetap utuh, tetap aktif atau dinamis apabila : Tujuan kelompok jelas dan diketahui oleh seluruh anggotanya Ada pengurus yang dibentuk sesuai dengan tujuan kelompok Komunikasi dalam kelompok baik, mulai ketua sampai anggota memiliki kemauan mendengarkan dan memberikan umpan balik Kerjasama di dalam kelompok maupun dengan pihak luar dapat berlangsung dengan baik Ada keterikatan yang kuat antara anggota Suasana kelompok hangat, setia kawan dan saling percaya Mempunyai aturan-aturan yang disusun dan disepakati bersama Inti dari Kemitraan adalah kerjasama antar anggota kelompok dan kerjasama antar usaha kecil, menengah atau usaha besar. Inti Kerjasama adalah keakraban antara anggota dan antara kelompok. Kegiatan kemitraan meliputi aspek : Permodalan Teknologi Pemasaran Sarana Produksi Proses Produksi Pengolahan Hasil, dan lain-lain. Biasanya dibuat dalam bentuk kesepakatan MoU antara pelaku agribisnis (kelompok, koperasi, swasta dan BUMN). Pelaku Kemitraan meliputi : Kelompok Mitra a. Petani b. Kelompok Tani

c. Gabungan Kelompok Tani d. Koperasi e. Usaha Kecil Perusahaan Mitra a. Perusahaan Menengah Pertanian b. Perusahaan Besar Pertanian c. Perusahaan Menengah di Bidang Pertanian d. Perusahaan Besar di Bidang Pertanian Pola - Pola Kemitraan (Model Kerjasama) Implementasi dari hubungan kemitraan (bisnis usaha) yang melibatkan petani / kelompok mitra dan perusahaan mitra, dilaksanakan melalui pola - pola kemitraan : Pola Inti Plasma Merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang didalamnya perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan kelompok mitra sebagai plasma. Perusahaan mitra bertindak sebagai perusahaan inti yang menampung, membeli hasil produksi, memberi pelayanan, bimbingan kepada petani / kelompok mitra. Salah satu contoh pola kemitraan ini adalah Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR), dimana perusahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung, mengolah dan memasarkan hasil produksi. Sedangkan kelompok mitra usaha memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati sehingga hasilnya harus mempunyai daya saing dan nilai jual yang tinggi.

Beberapa keunggulan kemitraan pola inti plasma antara lain : (1) Memberi manfaat timbal balik antara perusahaan besar atau menengah sebagai inti dengan usaha kecil sebagai plasma melalui cara pengusaha memberikan pembinaan serta pemasaran (2) Sebagai upaya pemberdayaan pengusaha kecil di bidang teknologi, modal, kelembagaan, dan lain-lain, sehingga pasokan bahan baku dapat lebih terjamin dalam jumlah dan kualitas sesuai standar yang diperlukan (3) Beberapa usaha kecil yang dibimbing usaha besar / menengah mampu memenuhi skala ekonomi, sehingga dapat dicapai efisiensi (4) Pengusaha besar / menengah yang mempunyai kemampuan dan kawasan pasar yang lebih luas dapat mengembangkan komoditas yang mempunyai keunggulan dan mampu bersaing di pasar dalam negeri maupun untuk ekspor Pola Sub Kontrak Merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra yang didalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Kemitraan pola sub kontrak mempunyai keuntungan yang dapat mendorong terciptanya alih teknologi, modal dan keterampilan serta menjamin pemasaran produk kelompok mitra usaha. Pola Dagang Umum Merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang didalamnya perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra.

Beberapa kegiatan agribisnis khususnya produk hortikultura yang berlokasi di Sukabumi dan kawasan Puncak Bogor banyak menerapkan kemitraan pola dagang umum, dimana beberapa kelompok tani yang bergabung dalam bentuk koperasi maupun badan usaha lainnya memenuhi atau mensuplai kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh perusahaan mitra. Keuntungan dari pola ini adalah adanya jaminan harga atas produk yang dihasilkan dan kualitas sesuai dengan yang telah ditentukan atau disepakati. Sedangkan kelemahan pola ini antara lain, pengusaha besar seperti swalayan menentukan dengan sepihak mengenai harga dan volume yang sering merugikan pengusaha kecil. Pola Keagenan Merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan, yang didalamnya kelompok mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang-barang dan jasa usaha perusahaan mitra. Keuntungan yang diperoleh dari hubungan pola keagenan, antara lain bahwa agen dapat merupakan tulang punggung dan ujung tombak pemasaran usaha besar dan usaha menengah. Pola Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA) Merupakan hubungan kemitraan yang didalamnya kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal dan atau sarana untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditas pertanian. Di dalam melaksanakan kemitraan usaha, perusahaan mitra dapat bertindak sebagai Perusahaan Inti / Perusahaan Pembina atau Perusahaan Pengelola atau Perusahaan Penghela.

a. Perusahaan Inti / Pembina yaitu perusahaan yang melaksanakan pembukaan lahan atau menyediakan lahan sebagai usaha budidaya dan memiliki unit pengolahan yang dikelola sendiri, melaksanakan pembinaan berupa pelayanan dalam bidang teknologi, sarana produksi, permodalan atau kredit, pengolahan hasil, menampung dan atau memasarkan hasil produksi kelompok mitra. b. Perusahaan Pengelola yaitu perusahaan yang tidak melakukan usaha budidaya tetapi memiliki unit pengolahan, melakukan pembinaan berupa pelayanan dalam bidang teknologi, sarana produksi, permodalan atau kredit, pengolahan hasil, menampung dan atau memasarkan hasil produksi kelompok mitra. c. Perusahaan Penghela yaitu perusahaan yang tidak melakukan usaha budidaya dan tidak memiliki unit pengolahan, melakukan pembinaan berupa pelayanan dalam bidang teknologi, menampung dan atau memasarkan hasil produksi kelompok mitra. Hambatan dan Tantangan Pola Kemitraan Beberapa hambatan dan tantangan dalam menerapkan pola kemitraan adalah : Produksi terlalu banyak dan terlalu luas, sehingga sulit dilaksanakan pengaturan pola tanam Mencakup ratusan ribu, bahkan jutaan petani yang tersebar serta sulit ditumbuhkan kerjasama dan pengaturan Harga kesepakatan kadang-kadang terlalu tinggi dibandingkan harga barang impor dan harga pasar. Dalam kasus seperti ini, perusahaan inti sering ingkar janji Harga kesepakatan terlalu rendah dibandingkan harga pasar. Dalam kasus seperti ini, petani sering ingkar janji

Komoditi Tertutup ( tidak ada alternatif lain) artinya, komoditi hanya bisa dijual melalui perusahaan inti. Pada kasus seperti ini, petani akan menerima harga yang ditetapkan perusahaan dan biasanya harga terlalu rendah Perusahaan besar tidak mempunyai itikad yang sungguh-sungguh untuk memajukan dan menolong petani Perusahaan inti tidak menerapkan konsep dan strategi mencari keuntungan jangka panjang dan berkelanjutan