LAPORAN KEGIATAN PPM PEMBUATAN BUSANA DENGAN METODE PRAKTIS BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI DESA WATULUNYU KULONPROGO YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
ARTIKEL Program Penerapan IPTEKS PELATIHAN PEMBUATAN BUSANA MODE BUSTIE PADA USAHA MODISTE DI KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KETRAMPILAN PEMBUATAN BAJU KURUNG PADA SISWA-SISWI SEKOLAH MADRASAH ALIAH NEGERI I WATES KULON PROGO YOGYAKARTA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

UPAYA PENINGKTAN KUALITAS LULUSAN SMK BIDANG BUSANA

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROGRAM PERINTISAN INKUBATOR BISNIS SMU N I PENGASIH KULON PROGO MELALUI KETERAMPILAN SULAM MENYULAM

PERSETUJUAN. Mata Diklat Membuat Hiasan Busana di SMK N 2 Godean ini telah disetujui

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABI KONSTRUKSI POLA

Sleman, 17 September 2014 Mahasiswa PPL. Sinta Wulandari NIM

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA

LAPORAN KEGIATAN. PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PkM) TAHUN ANGGARAN Judul PkM:

LAPORAN KEGIATAN PPM DOSEN PELATIHAN TEKNIK PRINTING PADA MGMP GURU SENI RUPA SMP SE KABUPATEN BANTUL

LAPORAN KEGIATAN PPM. PELATIHAN SENAM SIBUYUNG LEWAT GERAK DAN LAGU PRODUK FIK UNY UNTUK GURU-GURU TK di KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia mempunyai potensi yang dapat dibina dan

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMK PGRI BATANG

PELATIHAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH UNTUK PENGEMBANGAN PROFESI GURU BAGI GURU-GURU GEOGRAFI SMA DI KABUPATEN BANTUL

LAPORAN KEGIATAN PPM

HALAMAN PENGESAHAN. Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa mahasiswa:

PEDOMAN WAWANCARAPENELITAIAN PEMBELAJARAN INDUSTRI KREATIF DI SMK N 1 NGAWEN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMK PGRI BATANG

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN

LAPORAN HASIL PPM JUDUL : PENYULUHAN KETRAMPILAN BATIK TULIS (Pada Ibu PKK Dusun Nayan, Maguwoharjo, Depok Sleman, Yogyakarta)

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan yang lebih baik. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan halhal

PENGARUH ATRIBUT PRODUK, BAURAN PROMOSI, DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA TOKO ROTI LISCHA JEPARA

Disusun Oleh: Hartini Pendidikan Bahasa Inggris

LAPORAN INDIVIDU KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) DI SMA NEGERI 1 GAMPING

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) UNIT LOKASI SMK MUHAMMADIYAH 3 KLATEN TENGAH

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) LOKASI SMK N 4 YOGYAKARTA

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MUSLIM DALAM HAL TREND JILBAB PERSPEKTIF TEORI KONSUMSI ISLAM

Universitas Respati Yogyakarta. Jln. Laksda Adi Sucipto KM 6.3 Depok Sleman Yogyakarta Telp : ; Fax :

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 16890/UN4/KP.49/2012 TENTANG KODE ETIK MAHASISWA UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK TEUKU UMAR SEMARANG

KATA PENGANTAR. SMA Negeri 2 Wonosari.

KUALITAS PELAYANAN SIRKULASI PERPUSTAKAAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN PENGELOLAAN USAHA BUSANA. Nanie Asri Yuliati Pendidikan Teknik Busana UNY ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI UD SINAR BAHAGIA COSMETIC SIDOARJO SKRIPSI

LAPORAN KEGIATAN PPL DI DINAS PENDIDIKAN KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN PURWOREJO

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) 2 DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG

MUISAH SKRIPSI. Skripsi Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata satu (S1) Ilmu Komunikasi.

PELATIHAN PROGRAM SIMULASI JARINGAN KOMPUTER UNTUK MENUNJANG PEMBELAJARAN BAGI GURU-GURU TKJ DI SMK SE-KABUPATEN KULONPROGO

PENGARUH FOKUS PELANGGAN DAN KERJASAMA TIM TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PTPN XI PABRIK KARUNG ROSELLA BARU SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Industri garmen sebagai salah satu industri utama pemuas kebutuhan

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) LOKASI SMK NEGERI 3 WONOSARI

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SDN SEKARAN 01 Jl. TAMAN SISWA KEC.GUNUNG PATI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional merupakan usaha pokok untuk mengembangkan

LAPORAN INDIVIDU KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) DI SMA NEGERI 1 GAMPING

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMANLAPANGAN SMA ISLAM 1 GAMPING TAHUN 2014

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SMA NEGERI 1 NGEMPLAK SLEMAN. (2 Juli September 2014)

PENINGKATAN KOMPETENSI MENJAHIT BUSANA ANAK LAKI-LAKI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN JOBSHEET DI SMK NEGERI I PANDAK SKRIPSI

LAPORAN INDIVIDU PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN SEMESTER KHUSUS TAHUN AKADEMIK 2014/2015 SMK PI AMBARRUKMO 1 SLEMAN

2. Keadaan Fisik Sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN, HARGA, PROMOSI DAN KUALITAS LAYANAN TERHADAP LOYALITAS MEREK PENGGUNA KARTU INDOSAT MENTARI DI DESA PAPRINGAN KUDUS

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG. Disusun oleh Nama : Novian Fitri Nurani NIM : Prodi : Pendidikan Biologi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Pada bab lima ini akan dipaparkan simpulan keseluruhan hasil penelitian,

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) II DI SMK CUT NYA DIEN SEMARANG

LAPORAN INDIVIDU KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) DI SMA NEGERI 1 GAMPING

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan pada era globalisasi semakin tajam dan ketat dalam

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KESEJAHTERAAN, KOMUNIKASI, DAN KONDISI FISIK TEMPAT KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PT. PABELAN SURAKARTA SKRIPSI

PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BAGI GURU SMP DI KABUPATEN BANTUL

LAPORAN INDIVIDU KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DI SMA NEGERI 1 GAMPING

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Sri Widarwati, M.Pd. Triyanto, M.A. 6 BSN6202 Gambar Anatomi I. Rabu

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI I KANDEMAN

Kata kunci: Desa Sekaran, lenan rumah tangga, teknik patchwork quilting.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang mutlak di butuhkan dalam sebuah Negara,

Assalamu alaikum Wr. Wb.

oleh perusahaan, di mana organisasi harus lentur dan efisien supaya dapat jangka panjang. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka perusahaan

PENGARAHAN PEMBELAJARAN SEKOLAH DASAR MENGACU PADA KURIKULUM 2013 PKG GUGUS II KECAMATAN UMBULSARI LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

LAPORAN INDIVIDUAL PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SMK NEGERI 4 KLATEN TAHUN AKADEMIK 2013/2014

LAPORAN HASIL PPM PENYULUHAN KETRAMPILAN BATIK TULIS PADA KELOMPOK PKK DUSUN DERO KEPANJEN WEDOMARTANI SLEMAN YOGYAKARTA

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA SUMBERJAMBE KEC. SUMBERJAMBE KABUPATEN JEMBER

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) UNIVERSITAS NEEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang secara merata dan menyeluruh, dengan tujuan

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING SMP NEGERI 8 YOGYAKARTA

IDENTIFIKASI ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH PRODUK ROTI DI SEMARANG

BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

LAPORAN KEGIATAN PPM DOSEN

LAPORAN INDIVIDU PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)/MAGANG III UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Gamping, 12 September Viddya Setyaningrum NIM

JADWAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL 2016/2017 PENDIDIKAN TEKNIK BUSANA DAN TEKNIK BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA FAKULTAS TEKNIK, UNY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

TUTIK LISTIYANI NIM

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 5 MAGELANG

DOKUMEN JURUSAN ETIKA DOSEN PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

PELATIHAN MANAJEMEN LABORATORIUM KOMPUTER BAGI KOORDINATOR LAB KOMPUTER DI SMK/SMA SE-KABUPATEN KULONPROGO

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PPL UNY 2014 SMP N 1 PRAMBANAN KLATEN

LAPORAN INDIVIDU PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Soya-soya dapat diambil kesimpulan bahwa:

LAPORAN KEGIATAN PPL 2 DI DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN PURWOREJO

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 4 MAGELANG

Transkripsi:

LAPORAN KEGIATAN PPM PEMBUATAN BUSANA DENGAN METODE PRAKTIS BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI DESA WATULUNYU KULONPROGO YOGYAKARTA Oleh Zahida Ideawati, dkk. Dibiayai Oleh Dana PNBP Universitas Negeri Yogyakarta Tahun Anggaran 2007 Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Program Pengabdian Universitas Negeri Yogyakarta Nomor : 1089b/h34.15/PL/2007 LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2007

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga program pengabdian pada masyarakat ini dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan ini merupakan realisasi dari unsur Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian kepada Masyarakat. Pada kesempatan ini, Program Studi Teknik Busana memberikan pelatihan tentang Pembuatan Busana dengan Metode Praktis. Sasaran kegiatan ini adalah remaja putus sekolah di desa Watulunyu Kulonprogo Yogyakarta. Kami menyadari bahwa kegiatan ini dapat terselenggara atas bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta 2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 3. Dewan Pertimbangan Pengabdian kepada Masyarakat Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 4. Peserta Pelatihan yang telah meluangkan waktunya untuk mengikuti pelatihan ini 5. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu, yang telah membantu kegiatan pengabdian masyarakat ini Laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan laporan ini sangat kami harapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi dunia pendidikan dan masyarakat. Yogyakarta, November 2007 Tim Pelaksana, Zahida Ideawati, Dra Elok Novita, S. Pd

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN KEGIATAN PPM... BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi... B. Tinjauan Pustaka... C. Identifikasi dan perumusan Masalah... D. Tujuan Kegiatan PMM.... E. Manfaat Kegiatan PPM... Halaman i ii iii iv vi vii BAB II METODE KEGIATAN PPM A. Khalayak Sasaran Kegiatan PPM... B. Metode Kegiatan PPM... C. Langkah-Langkah Kegiatan PPM...... D. Faktor Pendukung dan Penghambat... BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN PPM A.Hasil Pelaksanaan Kegiatan PPM... B. Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kegiatan PPM... BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Materi Pelatihan Pembuatan Busana dengan Metode Praktis Lampiran 2 : Dokumen Pelaksanaan Pelatihan Lampiran 3 : Daftar Hadir Peserta Pelatihan

RINGKASAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan Remaja Putus Sekolah di desa Watulunyu Kulonprogo Yogyakarta dalam bidang pembuatan pola dan busana dengan metode praktis yang benar. Selain itu juga dapat sebagai stimulan bekal berwirausaha untuk menambah pendapatan keluarga. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan dalam bulan Agustus dan September 2007 di desa Watulunyu Kulonprogo Yogyakarta dengan jumlah peserta sebanyak 10 orang. Metode Pelatihan yang digunakan adalah ceramah, demonstrasi, dan pelatihan. Setiap peserta dibimbing tahap demi tahap baik sewaktu dalam pembuatan pola maupun pada saat praktek langsung pembuatan busananya dengan ukuran masing-masing peserta pelatihan. Hasil yang diperoleh dari pelatihan pembuatan busana dengan metode praktis ini adalah para peserta pelatihan dapat membuat pola dasar, blus dan rok sesuai dengan desain yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Dalam era globalisasi dan industri sekarang ini dibutuhkan tenaga yang cakap dan siap pakai serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas memerlukan usaha yaitu melalui pendidikan. Pendidikan nasional saat ini sudah diarahkan pada penguasaan ilmu dan teknologi yang terus dikembangkan. Orientasi ilmu dan teknologi mulai dirasakan manfaatnya dalam memenuhi kebutuhan manusia termasuk di dalamnya kebutuhan akan busana. Kegiatan pengabdian pada masyarakat merupakan salah satu bentuk Tri Dharma Perguruan Tinggi yang harus dilakukan oleh segenap dosen di Perguruan Tinggi. Tim pengabdian masyarakat Program Studi Teknik Busana Jurusan PTBB FT UNY merupakan anggota sivitas akademika yang sekaligus anggota masyarakat, berkewajiban untuk mendarmabaktikan ilmu dan ketrampilannya kepada masyarakat termasuk kepada anggota remaja putus sekolah Desa Watulunyu Kulonprogo. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan sesuai dengan bidang keahlian dosen Teknik Busana adalah pembuatan busana. Pemberian ketrampilan pembuatan busana ini merupakan salah satu bentuk usaha dalam rangka memberikan bekal kecakapan hidup bagi remaja putus sekolah yang belum mempunyai pekerjaan. Kulonprogo merupakan salah satu daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta yang sebagian besar penduduknya sebagai petani dan buruh, sehingga banyak kaum remaja, terutama perempuan tidak bisa melanjutkan sekolahnya sampai perguruan tinggi padahal mereka masih tergolong usia potensial. Di samping itu di Kulonprogo juga terdapat beberapa usaha kecil di bidang busana yang sangat potensial untuk menampung tenaga kerja. Oleh karena itu kegiatan pemberian ketrampilan pembuatan busana dengan metode praktis bagi remaja putus sekolah di Desa Watulunyu Kulonprogo ini dirasa sangat perlu. B. Tinjauan Pustaka Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi termasuk di Indonesia, mengakibatkan kebutuhan orang akan dalam berbusana lebih bervariasi ditinjau dari segi

jenis maupun model busananya. Industri yang bergerak dalam bidang busana pun banyak bermunculan yang membawa dampak kebutuhan tenaga kerja di bidang industri busana semakin meningkat. Busana merupakan kebutuhan pokok manusia yang tidak bisa ditinggalkan dalam kebutuhan sehari-hari. Busana digolongkan menjadi beberapa kesempatan seperti busana untuk kesempatan kerja, pesta, sekolah, rekreasi, olah raga dan sebagainya (Prapti Karomah, 2003). Pembuatan busana membutuhkan ketrampilan sejak dari mengambil ukuran, membuat pola, memotong bahan, menjahit sampai pengemasan (Wijiningsih, 1994). Khusus untuk modiste, pada umumnya sistem pembuatan pola yang digunakan adalah pola konstruksi. Modiste adalah suatu usaha menjahit pakaian wanita dan anak yang melayani pekerjaan berdasarkan perorangan, model dan bahan dari konsumen meskipun banyak konsumen yang minta saran kepada pimpinan modiste untuk dipilihkan model sesuai dengan bentuk tubuhnya dan bahan yang tersedia. Setiap konsumen diukur dan dibuatkan pola secara konstruktif. Usaha ini dilakukan tanpa atau dengan staf pembantu. Modiste yang profesional ditandai oleh beberapa hal seperti manajemen kontrol, ditangani oleh seorang ahli busana, mengutamakan kepentingan konsumen, memahami kebutuhan konsumen, memberi pelayanan servis yang baik, menciptakan komunikasi yang positif dengan konsumennya, dan menjaga kebersihan kenyamanan tempat usaha dan selalu mengikuti perkembangan dunia usaha busana. Syarat pekerja usaha modiste antara lain memiliki kecakapan dan pengalaman dalam bidang busana sejak dari potong, jahit busana, jujur, tekun, ramah, sopan, tepat waktu/disiplin, taat beribadah dan mau mengikuti perkembangan teknologi busana. Manajemen produksi usaha modiste dalam merencanakan pengolahan bahan sampai pakaian jadi perlu mempertimbangkan dan menentukan cara yang paling menguntungkan yang dapat menghasilkan pekerjaan bermutu. Untuk modiste sistem kerja di bagian produksi yang cocok adalah sistem kerja per satuan barang, artinya tiap pekerja mengerjakan satu potong pakaian sampai selesai. Salah satu kelebihan sistem ini yaitu dapat menghasilkan jahitan yang halus, enak dipakai, model sesuai dengan keinginan konsumen. Semua ini dituntut ketelitian dan kecermatan, kreatif dan

menguasai teknik pembuatan pola sesuai dengan perkembangan mode busana (Enny Zuhni K, 1998). Ada beberapa faktor yang mendorong konsumen untuk memanfaatkan jasa usaha busana antara lain penetapan ongkos jahit yang sesuai dengan harga bahan dan kesulitan model, kualitas jahitan yang baik, pelayanan dan servis yang baik dan memuaskan, ketepatan dan kecepatan waktu mengerjakan jahitan, dikerjakan oleh tenaga yang profesional di bidangnya, promosi, prestise, lokasi usaha, bangunan dan tata ruang usaha, serta kemampuan dan kesempatan menjahit sendiri yang sangat terbatas (Rulanty Setyodirgo, 1979). Minat seseorang pada suatu obyek dipengaruhi oleh kegunaan, kepuasan pada obyek tersebut di samping itu ada dorongan faktor emosional merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap sesuatu obyek tertentu. Jika mereka merasa puas, senang dan cocok, maka perhatian yang tercurah akan bertambah besar. Demikian pula minat terhadap jasa modiste, pada umumnya karena merasa senang, cocok, puas terhadap kualitas jahitan, pelayanan yang baik, ketepatan waktu, ongkos yang sesuai dan hal-hal yang lain, maka seseorang dalam menentukan jasa usaha busana yang dipilihnya, dia memiliki kiat-kiat kritis, waspada, teliti sebelum memanfaatkan jasa usaha modiste tersebut. Harapannya nanti dengan adanya kiat dalam memilih jasa usaha penjahitan busana dapat tercapai keinginan serta kepuasan dalam memakai busana (Wardani, 1990). Berdasarkan uraian di atas suatu usaha modiste sangat penting memperhatikan kualitas hasil jahitannya. Untuk mendapatkan jahitan yang berkualitas (nyaman dipakai, rapih, sesuai dengan disain yang dipilih) sangat perlu menguasai cara mengambil ukuran yang tepat, pembuatan pola, teknik menjahit dan penyelesaian akhir, khususnya untuk busana yang membutuhkan ketepatan dan kerapihan jatuhnya di badan seperti busana tailoring. Metode praktis adalah salah satu teknik pembuatan busana yang mudah dan sederhana tanpa menggunakan banyak ukuran yang rumit, sehingga mudah dilaksanakan. Oleh karena itu teknik ini sangat cocok digunakan untuk membelajarkan peserta didik yang masih pemula dan awam terhadap pengetahuan busana.

Berdasarkan uraian tersebut maka pengabdi merasa terpanggil untuk membantu remaja putus sekolah di Desa Watulunyu Kulonprogo dengan memberikan ketrampilan membuat busana menggunakan metode praktis sehingga diharapkan mudah diikuti oleh peserta didik. C. Identifikasi dan Perumusan Masalah Untuk mendapatkan kualitas jahitan yang baik harus memperhatikan beberapa hal antara lain : Pengambilan ukuran yang tepat, teknologi jahit yang sesuai, sistem pembuatan pola sesuai dengan desain dan penyelesaian akhir. Untuk membuat busana dengan sistem praktis dapat menggunakan beberapa ukuran saja. Pada pelatihan ini perlu dibatasi pada permasalahan tentang pembuatan pola dengan sistem praktis. Dari penjelasan di atas dapat diajukan perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana membuat pola dengan metode praktis? 2. Bagaimana proses membuat blus dengan metode praktis yang benar? 3. Bagaimana proses membuat rok dengan metode praktis yang benar? D. Tujuan Kegiatan PPM Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan dalam : 1. Membuat pola dengan metode praktis 2. Membuat blus dengan metode praktis yang benar 3. Membuat rok dengan metode praktis yang benar E. Manfaat Kegiatan PPM Kegiatan ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Peserta pelatihan : kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pembuatan busana, dengan metode praktis. Selain itu juga dapat sebagai stimulan bekal berwirausaha untuk menambah pendapatan keluarga.

2. Pelaksana : dapat melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu melaksanakan pengabdian masyarakat dengan memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang pembuatan busana dengan metode praktis.

BAB II METODE KEGIATAN PPM A. Khalayak sasaran kegiatan PPM Sasaran pokok dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah remaja putus sekolah usia antara 15-45 tahun di Desa Watulunyu Kulonprogo Yogyakarta yang berjumlah 10 orang peserta yang memenuhi kualifikasi yang ditetapkan tim pengabdi. B. Metode kegiatan PPM Sebelum kegiatan pelatihan dilaksanakan terlebih dahulu peserta diberi informasi tentang tujuan diselenggarakan program. Pendekatan yang digunakan adalah metode Ceramah : digunakan untuk menyampaikan teori, konsep dan prinsip yang sangat penting untuk dimengerti dan dikuasai oleh para peserta pelatihan. Metode demonstrasi digunakan untuk menunjukkan dan memperagakan proses kerja yang sistematis, mudah dikerjakan dan diikuti oleh peserta pelatihan. Metode pelatihan digunakan untuk memberikan tugas pada para peserta pelatihan untuk mempraktikan pembuatan busana dengan metode praktis sesuai dengan ukuran masing-masing. Kegiatan dibagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut 1) Pengenalan pembuatan busana dengan metode praktis 2) Pelatihan membuat blus dan rok dengan metode praktis C. Langkah-langkah kegiatan PPM Bentuk kegiatan ini dilakukan melalui pelatihan kepada remaja putus sekolah usia potensial sebanyak 10 orang. Kegiatan pelatihan ini dibagi menjadi beberapa tahapan/langkah-langkah sebagai berikut : 1. Persiapan Pada tahap ini, tim pengabdi melakukan kegiatan antara lain : a. Rapat anggota tim dan merancang program pelatihan b. Menghubungi penanggung jawab tempat pelatihan untuk meminta ijin, menentukan peserta dan waktu pelatihan c. Mempersiapkan materi pelatihan, peralatan dan bahan untuk pelatihan

2. Kegiatan Pelatihan Pelatihan dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan pada bulan Agustus&September 2007. Penentuan waktu pelatihan disepakati 1 minggu sekali pada hari Sabtu sehingga tidak mengganggu kegiatan tim pengabdi. Peserta pelatihan adalah remaja putus sekolah dengan latar belakang jenjang pendidikan yang berbeda-beda. Jumlah peserta sebanyak 10 orang, materi pelatihan meliputi : 1. Pengenalan metode praktis a. Bahan Utama b. Bahan Pembantu c. Bahan Pelengkap 2. Pembuatan pola, blus, dan rok 3. Evaluasi hasil pelatihan pembuatan pola, blus, dan rok D. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini berhasil tidaknya tentu tidak lepas dari adanya faktor pendukung dan penghambat. 1. Faktor Pendukung Faktor yang mendukung keberhasilan pelatihan ini antara lain adalah : a. Peserta pelatihan menyambut dengan baik, karena dengan adanya pelatihan tentang pembuatan busana dengan metode praktis ini dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan tentang pembuatan busana dengan cepat dan benar. b. Semangat peserta pelatihan yang tinggi sehingga mampu menghasilkan busana dengan kualitas jahit yang cukup bagus. 2. Faktor Penghambat Hambatan yang dialami dalam kegiatan pelatihan ini adalah waktu pelaksanaan yang dirasa masih kurang, daya tangkap peserta pelatihan yang tidak sama sehingga ada beberapa peserta yang hasilnya kurang maksimal.

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN PPM A. Hasil Pelaksanaan Kegiatan PPM Program pengabdian pada masyarakat berupa pelatihan pembuatan busana dengan metode praktis bagi remaja putus sekolah yang sudah dilaksanakan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan para peserta pelatihan dalam pembuatan pola dan busana wanita. Hasil pelatihan adalah pengetahuan dan ketrampilan dalam pembuatan pola dan busana dengan metode praktis yang dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan pada setiap hari Sabtu pada bulan Agustus&September 2007. Berdasarkan materi yang telah disampaikan, setelah mengikuti pelatihan ini peserta dapat mengembangkan sendiri dalam pembuatan pola dan busananya dengan desain-desain lain yang lebih beragam sekaligus sebagai salah satu jalan untuk mengembangkan berwirausaha. B. Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kegiatan PPM Pelaksanaan pengabdian masyarakat bagi remaja putus sekolah di Desa Watulunyu Kulonprogo telah terlaksana dengan lancar sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disusun. Jumlah peserta sebanyak 10 orang, waktu pelatihan sebanyak 4 kali pertemuan. Tim pengabdi menyiapkan materi pelatihan, alat dan bahan yang dibagikan pada peserta pelatihan. Peralatan dan bahan yang diberikan dan digunakan untuk praktek menjadi milik peserta pelatihan sebagai modal awal para peserta untuk berlatih dan mengembangkan ketrampilan pembuatan busana untuk berwirausaha.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Kegiatan pelatihan pembuatan busana dengan metode praktis bagi remaja putus sekolah di Desa Watulunyu Kulonprogo Yogyakarta telah dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Dengan menggunakan metode ceramah, demonstrasi dan pelatihan, para peserta pelatihan dapat memahami materi pelatihan yang disampaikan oleh tim pengabdi dengan menerapkan pendekatan individual. Pelaksanaan pelatihan dapat terlaksana sesuai dengan rencana kegiatan yang telah dibuat, materi pelatihan dapat diterima dengan baik oleh peserta pelatihan dan diharapkan setelah mengikuti pelatihan ini para peserta terus berlatih dan mengembangkan materi dasar yang telah diperoleh dengan banyak berkreasi membuat busana dengan modelmodel yang lainnya. B. Saran Setelah mengikuti pelatihan pembuatan busana dengan metode praktis ini, para peserta pelatihan diharapkan tidak berhenti berlatih, karena dengan banyak berlatih, ketrampilan akan semakin terasah dan pengembangan model-model pembuatan busana yang lainnya akan dapat dilakukan dengan mudah. Semakin banyak berlatih, akan semakin dapat menambah rasa percaya diri dalam mengembangkan ketrampilannya pada bidang pembuatan busana sebagai langkah awal untuk belajar berwirausaha.

DAFTAR PUSTAKA Nani Asri Yuliati, 1983. Teknologi Busana FT IKIP Yogyakarta Porri Muliawan, 1993, Konstruksi Pola Busana Wanita. IKIP Jakarta Sri Widarwati. 1993, Desain Busana 1, FPTK IKIP Yogyakarta. 2006. Pedoman PPM UNY. LPM UNY Yogyakarta

LAMPIRAN-LAMPIRAN