Definisi Bencana (2) (ISDR, 2004)

dokumen-dokumen yang mirip
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

MITIGASI BENCANA BENCANA :

MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

KERENTANAN (VULNERABILITY)

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Manajemen Bencana. dr. Bella Donna, M.Kes Divisi Manajemen Bencana PMPK FK-UGM

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KONTINJENSI BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

Empowerment in disaster risk reduction

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Imam A. Sadisun Pusat Mitigasi Bencana - Institut Teknologi Bandung (PMB ITB) KK Geologi Terapan - Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian - ITB

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7

Powered by TCPDF (

BAB III LANDASAN TEORI

Penger&an dan Ruang Lingkup Penanggulangan Bencana

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB II DISASTER MAP. 2.1 Pengertian bencana

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN STATUS POTENSI BENCANA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATIPANDEGLANG,

Definisi dan Jenis Bencana

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana sosial

BAB I PENDAHULUAN. berada di kawasan yang disebut cincin api, kondisi tersebut akan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2080, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA

BAB II JENIS-JENIS BENCANA

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BECANA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. SUPRAPTO, SH Pembina Tingkat I NIP

Fasilitasi Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG,

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

Transkripsi:

Definisi Bencana Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU 24/2007) 2

Definisi Bencana (2) Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri. (ISDR, 2004) 3

Jenis Bencana (UU 24/2007) Alam Non Alam BENCANA Sosial 4

Bencana Alam : Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa alam antara lain berupa gempabumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor Bencana non Alam : Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal gg teknologi, gagal gg modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Bencana Sosial : Bencana yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. 5

Risikoik?

Bahaya (hazard) Suatu kondisi, secara alamiah maupun karena ulah manusia, yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia. bencana, tetapi tidak semua bahaya selalu menjadi bencana.

Faktor Bahaya Geologi Gempabumi, tsunami, longsor, gerakan tanah Hidro-meteorologi Banjir, topan, banjir bandang,kekeringan Biologi Epidemi, penyakit tanaman, hewan Teknologi Kecelakaan transportasi, industri Lingkungan Kebakaran,kebakara n hutan, penggundulan hutan. Sosial Konflik, terrorisme 8

Kerentanan (vulnerability) Sekumpulan kondisi yang mengarah dan menimbulkan konsekwensi (fisik, sosial, ekonomi dan perilaku) yang berpengaruh buruk terhadap upaya upaya pencegahan dan penanggulangan bencana. penebangan hutan, penambangan batu, membakar hutan..

Faktor Kerentanan Fisik: ik kekuatan bangunan struktur (rumah, jalan, jembatan) terhadap ancaman bencana Sosial: kondisi demografi (jenis kelamin, usia, kesehatan, gizi, perilaku masyarakat) terhadap ancaman bencana Ekonomi: kemampuan finansial masyarakat dalam menghadapi ancaman di wilayahnya Lingkungan: Tingkat ketersediaan / kelangkaan k sumberdaya (lahan, air, udara) serta kerusakan lingkungan yang terjadi. 10

Kemampuan (capability) Kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh perorangan, keluarga dan masyarakat yang membuat mereka mampu mencegah, mengurangi, siap siaga, menanggapi dengan cepat atau segera pulih dari suatu kedaruratan dan bencana.

Resiko (risk) Besarnya kerugian atau kemungkinan terjadi korban manusia, kerusakan dan kerugian ekonomi yg disebabkan oleh bahaya tertentu di suatu daerah pada suatu waktu tertentu. Resiko biasanya dihitung secara matematis, merupakan probabilitas dari dampak atau konsekwesi suatu bahaya.

Jenis Bencana Geologi Gempabumi, tsunami, longsor, gerakan tanah Hidro-meteorologi Banjir, topan, banjir bandang,kekeringan Biologi Epidemi, penyakit tanaman, hewan Teknologi Kecelakaan transportasi, industri i Lingkungan Kebakaran,kebakaran hutan, penggundulan hutan. Sosial Konflik, terrorisme

BAHAYA Bahaya adalah keadaan atau fenomena alam yang dapat berpotensi menyebabkan korban jiwa atau kerusakan benda / lingkungan g Jenis-jenis Bahaya : 1. Geologi 2. Hidrometeorolgi 3. Teknologi 4. Lingkungan 5. Sosial 6. Biologi

Dampak Bencana Gempabumi Korban Gempa Jateng, DIY

Kawah Merapi terbentuk karena Letusan 1930 (letusan terbesar pada abad XX, korban 1369 org) BUNKER PENGAMAN UMBUL WADON DI K. KUNING 1994 Sabo

Tanah Longsor Tsunami Pangandaran

Bahaya Bencana Hidro meteorologi Banjir Banjir Bandang Kk Kekeringan Angin topan Biologi i Epidemi, penyakit tanaman, hewan, SARS, Flu Burung dll.

Bahaya Teknologi Kecelakaan Pesawat. Kendaraan, Kereta Api Semburan Lumpur Lapindo Akibat Radiasi i Nuklir Lingkungan Kbk Kebakaran Hutan Penggundulan Hutan (Penebangan Pohon) Sosial Teror (Tragedi BOM) Konflik Sosial

Penanggulangan g Bencana (Disaster Management) Serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi (UU 24/2007). 21

Siklus Manajemen Bencana BENCANA Kesiapan Tanggap Darurat Pencegahan Pemulihan dan Mitigasi

MANAJEMEN BENCANA MANAJEMEN RESIKO BENCANA PENCEGAHAN DAN MITIGASI KESIAPSIAGAAN MANAJEMEN KEDARURATAN MANAJEMEN PEMULIHAN PRA BENCANA SAAT BENCANA PASCA BENCANA 23

Kegiatan-kegiatan Manajemen Bencana 1. Pencegahan (prevention) 2. Mitigasi i (mitigation) 3. Kesiapan (preparedness) 4. Peringatan Dini (early warning) 5. Tanggap Darurat (response) 6. Bantuan Darurat (relief) 7. Pemulihan (recovery) 8. Rehablitasi (rehabilitation) 9. Rekonstruksi (reconstruction)

Pencegahan (prevention) Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya). Misalnya : Melarang pembakaran hutan dalam perladangan Melarang gpenambangan batu di daerah yang curam. Relokasi wilayah bahaya ke wilayah aman

Kesiapsiagaan Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui l langkah yang tepat t guna dan berdaya guna (UU 24/2007) Misalnya: Penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi evakuasi, sosialisasi i peraturan / pedoman penanggulangan bencana. Penyiapan sekolah darurat, Penyediaan buku dan bahan bacaan 26

Peringatan Dini Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinanki terjadinya bencana pada suatu tempatt oleh lembaga yang berwenang (UU 24/2007) Pemberian peringatan dini harus : Menjangkau masyarakat (accesible) Segera (immediate) Tegas tidak membingungkan (coherent) Bersifat resmi (official) 27

Peringatan Dini i Upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi. Pemberian peringatan dini harus : - Menjangkau masyarakat (accesible) - Segera (immediate) - Tegas tidak membingungkan g (coherent) - Bersifat resmi (official)

Mitigasi Bencana Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU 24/2007) Bentuk mitigasi : Upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana Ada 2 bentuk mitigasi : Mitigasii struktural (membuat check dam, bendungan, tanggul sungai, dll.) Mitigasi non struktural 29

Apa Yang bisa dilakukan Pustakawan dlm Mitigasi non struktural peraturan, Sosialisasi peraturan mitigasi bencana Peringatan dini (early Warning) bencana Status Bencana (Gunung Berapi, Gempabumi) Daerah Bahaya dan wilayah aman Kemas ulang peraturan mitigasi bencana Tanda early warning Status bencana (Gunung berapi, Gempa bumi) Daerah/wilayah bahaya tata ruang, Bukan wilayah pustakawan

Pelatihan Mendirikan rumah baca Membentuk kelompok baca Mencarikan dan menyediakan informasi Kemas ulang informasi Bibliotherapy

PERINGATAN DINI Peringatan dini sangat bergantung pada hasil pengamatan dan pemantauan kegiatan gunungapi. Pengamatan dilakukan dari pos gunungapi menggunakan metoda baik secara visual, pemeriksaan kawah, pengukuran suhu kawah, pengamatan kegempaan gunungapi. Berdasarkan data kegiatan vulkanik ini kemudian dibuat sistem peringatan dini berupa empat level kegiatan yaitu level paling aman (Level 1) sampai ke level kegiatan paling gawat atau meletus (Level 4). Level 1: Normal Level 2: Waspada Level 3: Siaga Level 4: Awas

TINGKAT KEGIATAN GUNUNGAPI Tingkat kegiatan ini mencerminkan potensi ancaman erupsi/kegiatan gunungapi 1. NORMAL (LEVEL I) Berdasarkan hasil pengamatan secara visual dan/atau instrumental dapat teramati fluktuasi tetapi tidak memperlihatkan peningkatan kegiatan berdasarkan karakteristik masing-masing gunungapi. Ancaman bahaya berupa gas-gas beracun dapat terjadi di pusat erupsi berdasarkan karakteristik masing-masing gunungapi. 2. WASPADA (LEVEL II) Berdasarkan hasil pengamatan secara visual dan/atau instrumental mulai teramati atau terekam gejala peningkatan kegiatan gunungapi. Pada beberapa gunungapi dapat terjadi erupsi tetapi hanya menimbulkan ancaman bahaya di sekitar pusat erupsi berdasarkan karakteristik masing-masing gunungapi. 3. SIAGA (LEVEL III) Berdasarkan hasil pengamatan secara visual dan/atau instrumental teramati peningkatan kegiatan yang semakin nyata atau dapat berupa erupsi yang mengancam daerah sekitar pusat erupsi tetapi tidak mengancam pemukiman di sekitar gunungapi berdasarkan karakteristik masing-masing gunungapi. 4. AWAS (LEVEL IV) Berdasarkan hasil pengamatan secara visual dan/atau instrumental t teramatiti peningkatan kegiatan yang semakin nyata atau dapat berupa erupsi yang mengancam pemukiman di sekitar gunungapi berdasarkan karakteristik masing-masing gunungapi.

PENINGKATAN KEWASPADAAN MASYARAKAT DIATUR BERDASARKAN TINGKAT KEGIATAN GUNUNGAPI SEBAGAI BERIKUT : PADA TINGKAT NORMAL: MASYARAKAT DAPAT MELAKUKAN KEGIATAN SEHARI HARI PADA KAWASAN RAWAN BENCANA I, II DAN III DENGAN TETAP WASPADA DAN MEMATUHI PERATURAN PEMERINTAH DAERAH SETEMPAT SESUAI SARAN TEKNIS DARI PVMBG PADA TINGKAT WASPADA : MASYARAKAT YANG BERADA DI KAWASAN RAWAN BENCANA I PERLU MENINGKATKAN KEWASPADAAN TERHADAP KEMUNGKINAN ANCAMAN TIDAK LANGSUNG DAN MASYARAKAT DIKAWASAN RAWAN BENCANA II HARUS MENINGKATKAN KEWASPADAAN TERHADAP KEMUNGKINAN ANCAMAN BAHAYA LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG. MASYARAKAT YANG TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BENCANA I DAN II MASIH DAPAT MELAKUKAN KEGIATANNYA DENGAN MENINGKATKAN KEWASPADAAN TERHADAP ANCAMAN BAHAYA LETUSAN SAMBIL MENUNGGU PERINTAH DARI PEMERINTAH DAERAH SETEMPAT SESUAI SARAN TEKNIS DARI PVMBG. PADA KAWASAN RAWAN BENCANA III MASYARAKAT TIDAK DIPERBOLEHKAN MELAKUKAN AKTIVITAS. PADA TINGKAT SIAGA : MASYARAKAT DI KAWASAN RAWAN BENCANA I HARUS MENINGKATKAN KEWASPADAAN DAN DISARANKAN TIDAK MELAKUKAN AKTIVITAS DI SEKITAR LEMBAH LEMBAH SUNGAI YANG BERHULU DI DAERAH PUNCAK. MASYARAKAT YANG TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BENCANA II HARUS MENYIAPKAN DIRI UNTUK MENGUNGSI SAMBIL MENUNGGU PERINTAH DARI PEMERINTAH DAERAH SETEMPAT SESUAI SARAN TEKNIS DARI PVMBG. PADA TINGKAT AWAS PADA TINGKAT AWAS : MASYARAKAT DI KAWASAN RAWAN BENCANA I DAN II HARUS SEGERA MENGUNGSI BERDASARKAN PERINTAH DARI PEMERINTAH DAERAH SETEMPAT SESUAI SARAN TEKNIS DARI PVMBG.

Tanggap Darurat (response) Upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutamat berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian. 1. Menerima upaya penyelamatan korban dan harta benda dengan cara 1. Melakukan pendataan korban 2. Melakukan pendataan harta benda dengan cara perpustakaan 3. Menempatkan sesuai kapasitas pengungsian g yang tersedia. 4. Bekerjasama dengan relawan/lsm lain yang ikut terjun dalam upaya penyelamatan

Lokasi Pengungsian g Mendata dan mengelompokan anak anak usia sekolah Mencari dan menyediakan bacaan anak sesuai usianya Mendirikan sudut baca dan mengajak anak belajar sesuai dengan kelompok usia Mendampingi kelompok belajar Mendatangkan guru pada masing masing kelompok belajar sesuai dengan usianya Mendirikan program penangan traumatik dengan membaca (Bibliotherapy) Mencari dan menyediakan bahan bacaan untuk y penangan traumatik

Bantuan Darurat Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar belajar berupa - Bahan bacaan - buku dan alat tulis - tempat belajar sementara Melanjutkan program penangan traumatik dengan membaca (Bibliotherapy) Mencari dan menyediakan bahan bacaan untuk penangan traumatik bekerjasama dengan relawan bidang lain (Kesehatan)

Pemulihan Proses pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Mengfungsikan g kembali fungsi sekolah dengan bekerjasama dengan relawan lain Membangun kembali perpustakaan sekolah atau ruang baca yang dipakai juga oleh masyarakat sekitarnya Mengajak remaja atau orang dewasa disekitar sekolah mengfungsikan fasilitas baca sampai kondisi normal.

Melatih remaja dan orang dewasa atau guru dalam penggunaan bibliotherapy Mendirikan program penangan traumatik dengan membaca (Bibliotherapy) pada perpustakaan sekolah, rumah baca atau sudut baca Mencari dan menyediakan bahan bacaan untuk y penangan traumatik

Rehabilitasi (rehabilitation) Upaya yang dilakukan adalah bekerja sama dengan relawan lain dalam membantu memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar puskesmas, dll). Upaya langkah yang diambil setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian.

Rekonstruksi (reconstruction) Program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, fasilitas pembelajaran, fasilitas sosial untuk mengembalikan kehidupan pendidikan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya. Menyerahkan kegiatan dan fasilitas serta jaringan yang telah dibangun kepada instansi yang berwenang Melakukan pendamping secara rutin terhadap seluruh aktivitas, fasilitas dan jaringan yang telah dibangun

Melakukan pendampingan secara rutin supaya kegiatan membaca tetap berjalan dengan sempurna, sehingga terbentuk masyarakat baca dan masyarakat literasi informasi Melakukan pendampingan terhadap perpustakaan atau ruang baca atau sudut baca sekolah supaya berfungsi dengan sempurna serta tetap bisa dipakai oleh masyarakat disekitar sekolah Melakukan pendamping agar program penangan traumatik dengan membaca (Bibliotherapy) tetap dapat berjalan Membangun jaringan untuk mencari dan menyediakan bahan Membangun jaringan untuk mencari dan menyediakan bahan bacaan guna penangan traumatik

Rekomendasi teknis Untuk Pustakawan Membuat tim penangan mitigasi bencana Menyelenggarakan pelatihan Mitigasi bencana Pelatihan penangan traumatik/traumatic Healing (bibliotherapy) Pelatihan penyelenggaraan pendampingan membaca dan belajar Pelatihan literasi informasi (bencana) Penyelamatan dirii Menumbuhkan sifat sosial peduli bencana Mendirikan rumah baca/sudut baca/rumah belajar dilokasi bencana

Rekomendasi Utama Berbuat di wilayah bencana